Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

(ADAB AL-NAFS) ETIKA SEORANG MAHASISWA


Dosen pengampu: Myrna Dwi Tantia, S Akun, M.E

Disusum oleh kelompok 4:


Sendi Ivanka Kurniawan (0702232051)
Maida Yusna Sari (0702231006)
Mhd Farhan Fuadi HRP (0702233133)
Lazuardi Iman Nasution (0702231004)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI SISTEM INFORMASI 1
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan petunjuk
dan rahmat-Nya kepada kita sehingga kita dapat mengenal adab dan etika dalam kehidupan
kita sehari-hari. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah menjadi teladan utama dalam tata cara berperilaku yang mulia.
Dalam ranah akademik, khususnya di lingkungan perguruan tinggi, peran mahasiswa
sangatlah vital. Mereka tidak hanya bertanggung jawab terhadap pencapaian akademis
mereka, tetapi juga diharapkan mampu menjalani kehidupan sosial dan bermasyarakat dengan
penuh kesadaran akan adab dan etika.
Makalah ini berjudul "Adab al-Nafs: Etika Seorang Mahasiswa" bertujuan untuk
menggali lebih dalam mengenai konsep adab al-nafs dalam Islam dan bagaimana konsep
tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang mahasiswa. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya
memiliki etika yang baik dalam menuntut ilmu dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar belakang ........................................................................................................4
B. Rumusan masalah ...................................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................5
A. Adab al-nafs.............................................................................................................5
B. Etika berdiskusi dalam kelas...............................................................................................6
C. Etika berinteraksi dalam kelas
D. Kode etik mahasiswa UIN Sumatra Utara

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................11


A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran ………………………………………………………………………………

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Mahasiswa merupakan bagian integral dari masyarakat yang memiliki peran penting dalam
membentuk masa depan suatu bangsa. Mereka adalah agen perubahan yang dituntut untuk tidak
hanya mencari pengetahuan, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
konteks Islam, konsep adab al-nafs etika atau tata krama batin merupakan bagian yang sangat
penting dalam membentuk karakter seorang individu.
Dalam konteks kehidupan mahasiswa, tantangan yang dihadapi tidak hanya sebatas dalam
ranah akademik, tetapi juga meliputi aspek sosial, emosional, dan spiritual. Perjalanan sebagai
mahasiswa sering kali diwarnai dengan tekanan, tantangan, dan godaan yang dapat menguji
keimanan dan karakter seseorang.
Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep adab al-nafs dalam Islam dan
relevansinya dengan kehidupan mahasiswa. Dengan memahami prinsip-prinsip adab al-nafs,
mahasiswa dapat mengembangkan kesadaran diri, kontrol diri, dan kualitas moral yang tinggi. Hal
ini akan membantu mereka menjadi individu yang lebih baik dalam lingkungan akademik maupun
masyarakat luas.

2. Rumusan masalah

1. Apa itu adab al-nafs?


2. Bagaimana etika berdiskusi daalam kelas?
3. Bagaimana etika berinteraksi dallam kelas?

3. Tujuan
1. Untuk memhami bagaimana etika yang baik dalam berdiskusi
2. Agar mahasiswa dan akademi beretika baiik dan benar

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Adab Al Nafs

Nafs adalah kata yang disebut berulang-ulang kali dalam alQuran dan Hadish. Dari
sisi bahasa, kata nafs memiliki beberapa arti, yaitu jiwa, darah, badan, tubuh, dan orang.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nafs (nafsu) juga dipahami sebagai
dorongan hati yang kuat untuk berbuat jelek. Secara bahasa dalam kamus al-Munjid, nafs
(jamaknya nufus dan anfus) berarti rūḥ (roh) dan ‘ain (diri sendiri). Sedangkan dalam kamus
Lisān al-‘Arab, Ibn Manzūr menjelaskan bahwa kata nafs dalam bahasa Arab digunakan
dalam dua pengertian yakni nafs dalam pengertian nyawa, dan nafs yang mengandung makna
keseluruhan dari sesuatu dan hakikatnya menunjuk kepada diri pribadi. Setiap manusia
memiliki dua nafs, nafs akal dan nafs ruh. Hilangnya nafs akal menyebabkan manusia tidak
dapat berpikir namun ia tetap hidup, ini terlihat ketika manusia dalam keadaan tidur,
sedangkan hilangnya nafs ruh, menyebabkan hilangnya kehidupan.
Dalam Kamus al-Munawir disebutkan bahwa kata nafs berarti roh dan jiwa, juga
berarti al-jasad (badan, tubuh), al-sahṣ (orang), alsahṣ al-insān (diri orang), al-żāt atau al-’ain
(diri sendiri). Dalam terminologi tasawuf, nafs juga diartikan sebagai sesuatu yang
melahirkan sifat tercela dan perilaku buruk, tetapi jika kembali kepada al-Quran, nafs tidak
semata-mata berkonotasi buruk. Nafs digunakan dalam al-Quran untuk menyebut totalitas
manusia, sesuai dalam diri manusia yang dicipta secara sempurna di mana di dalamnya
terkandung potensi baik dan buruk.
Quraish Shihab berpendapat, bahwa kata nafs dalam al-Quran mempunyai aneka
makna, sekali diartikan sebagai totalitas manusia, tetapi ditempat lain nafs menunjuk kepada
apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku. Namun, secara umum
dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan manusia, menunjuk kepada sisi
dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk.

2. Etika Berdiskusi Dalam Kelas


Peserta didik dalam berdiskusi tentu diharapkan menggunakan bahasa yang santun
sebagai pengantarnya. Namun, kadang masih terdapat penggunakaan bahasa yang kurang
santun saat siswa menyampaikan pendapat. Dengan demikian, diperlukan cara berdiskusi
yang santun dengan diksi yang tepat saat berinteraksi dengan orang lain.
Didalam dunia pendidikan berbaagai upaya pengembang moral telah di lakukan
dalam berbagai model-model pembelajaran. Integrasi nilai-nilai moral kedalam pembelajaran
di sekolah juga dapat dilakukan dalam berbagai cara mulai dari bentuk fragmentasi sampai
integrasi.
J.P white (1975) mengatakan bahwa kurikulum sekolah harus memasukkan unsur
moral. Kerr dalam Downey dan Kelly (1978:157) bahwa pembelajaran moral harus menjadi
kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum) di sekolah. Budiningsih (2004:2) dengan
mengutip suoarno mengatakan ada 4 (empat) model penyampaian pembelajaran moral yaitu:

5
(1) model sebagai mata pelajaran tersendiri, (2) model terintegrasi dalam semua bidang studi,
(3) model diluar pengajaran, dan (4) model gabungan.
Martin dan Reigeluth (1999: 493-499) menyatakan perkembangan moral merupakan
salah satu komponen pembelajaran nilai atau afektif, kedua menyatakan ada 7 isu yang
berkaitan dengan desain pengembangan kurikulum afektif. Salah satu isu tersebut adalah
kurikulum terpadu yang merujuk kepada bagaimana topik-topik atau program-program
afektif diintegrasikan ke dalam subjek-subjek dalam kurikulum. Program-program afektif
mengalir di dalam kurikulum tersebut. Salah satu program afektif tersebut adalah
memasukkan nilai-nilai moral ke dalam kurikulum terpadu. Norton dalam Martin dan
Reigeluth (1999: 501) mengaplikasikan “pemagangan afektif” (affective apprenticeship) atau
“pemagangan dalam pengasuhan” (apprenticeship in caring) dalam pendidikan moral. Dia
menjelaskan satu metode “pemagangan dalam perkembangan moral peserta didik”.
Mc. Phail menyatakan komunikasi memiliki 4 kemampuan: (1) penerimaan
(reception); (2) prnafsiran (interpretation); (3) tanggapan (response); dan (4) pesan
(massage). Penerimaan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan mendengarkan orang lain
tetapi sekaligus memahami secara keseluruhan tentang apa yang mereka katakan dan
menyadari apa yang mereka sampaikan secara implisit melalui perubahan intonasi dan
sebagainya. Penafsiran berkaitan dengan kemampuan membuat pengertian tentang apa yang
telah dikatakan oleh orang lain. Hal ini tidak mudah bagi anak-anak yang masih muda.
Tanggapan adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan tanggung jawab atas apa yang
telah mereka katakan.
Percakapan dalam diskusi merupakan serangkaian tindakan bicara yang dikontrol oleh
sejumlah aturan. Menurut Rogers dan Millar (dalam Morissan), ketika seseorang (pihak
pertama) membuat suatu pernyataan, maka orang lain (pihak kedua) dapat memberikan
tanggapan dengan menggunakan salah satu cara dari tiga cara yang tersedia. Pihak kedua
dapat menerima pernyataan itu, cara ini disebut dengan istilah one-down (menerima). Dia
dapat membuat pernyataan tandingan, yang berarti menolak, cara ini disebut dengan one-up
(tandingan). Cara ketiga disebut one-across yaitu tidak menerima tetapi tidak juga menolak
(netral). Pihak kedua memberikan tanggapan dengan cara yang tidak terlalu menerima upaya
pihak pertama untuk melakukan kontrol. Misalnya dengan cara mengajukan pertanyaan,
mengubah topik pembicaraan, atau menunda pembicaraan (Morissan, 2015). Dengan
demikian terdapat tiga cara memberikan tanggapan yaitu: menerima, tandingan, dan netral.
Seseorang yang lebih banyak menyampaikan pesan tandingan dalam periode waktu tertentu
dikatakan sebagai dominan, dengan catatan selama pihak lain menerima kondisi tersebut.

Diskusi juga merupakan bagian dari komunikasi, dari adanya komunikasi diharapkan
tercapainya beberapa tujuan diantaranya yaitu:
Pertama, komunikasi merupakan cara agar manusia mencapai kesamaan makna.
Komunikasi pada hakikatnya adalah saling bertukar makna melalui pesan dalam interaksi
yang dilakukan manusia. Saat kita berbicara kepada orang lain, menyampaikan pesan yang
mengandung makna. Sebaliknya juga orang yang sedang berbicara dengan kita juga
menyampaikan pesan yang mengandung makna. Melalui komunikasi, terjadi proses berbagi

6
makna antar peserta komunikasi menuju terwujudnya kesamaan makna. Ketika kesamaan
makna terwujud, relasi yang bermakna juga terwujud.
Kedua, melalui komunikasi kita bisa memahami, baik memahami orang lain maupun
memahami diri ketika sendiri. Ketika kita memahami orang lain, kita pun memahami diri kita
sendiri. Kita juga berusaha memahami bagaimana orang lain bersikap kepada kita saat
terlibat komunikasi. Hal ini berarti untuk mendapatkan pemahaman yang baik, kita butuh
umpan balik.
Ketiga, komunikasi ditujukan untuk memengaruhi orang lain. Dalam komunikasi
antarpribadi, seorang komunikator berusaha memengaruhi komunikannya. Dalam sebuah
rapat kecil yang dilakukan oleh kelompok belajar mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas
praktikum, ketua kelompok yang berbicara kepada para anggotanya berusaha mempersuasi
mereka untuk bekerja lebih keras mengerjakan tugas praktikum agar mendapat nilai yang
baik.
Pendidikan etika sudah seharusnya di ajarkan saat anak anak kecil oleh orang tua
mereka, dan saat seorang anak mulai tumbuh dan duduk di bangku sekolah mereka harus
tetap menerima pendidikan etika. Melalui proses pendidikan yang baik dan benar mendorong
tingkah laku siswa penuh tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam, maupun
terhadap Tuhan sang Pencipta. Tanggung jawab siswa dan guru, yaitu tanggung jawab ilmiah
(intelektual) yang menekankan sejauh mana ilmu pengetahuan melalui pendekatan, metode
dan sistem yang digunakan mampu memperoleh kebenaran objektif, baik secara koheren
idealistik, koresponden realistik, maupun secara pragmatik empirik.
Etika siswa ditentukan dalam belajar melaui sejumlah pengalaman belajar adalah
menanamkan budaya sopan santun, kerja keras, jujur, memiliki kepribadian, berpikir kritis,
dan peduli pada lingkungan. Dilihat dari sudut etika bahwa siswa dalam proses pendidikan
dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Saat melakukan diskusi kita tidak boleh hanya memberikan pendapan kita juga harus
mampu mendengarkan pendapan dari orang lain, dan pastikan sebagai seseorang yang
beretika kita harus menghindari gaya mendengarkan yang buruk seperti berikut ini:
1. Mengawang-ngawang. Bila seseorang berbicara kepada Anda tetapi Anda tidak
menggubrisnya karna pikiran Anda sedang melamun.
2. Pura-pura mendengarkan. Anda tetap tidak memperhatikan lawan bicara Anda,
tetapi setidaknya pura-pura mendengarkan dengan melontarkan komentar-
komentar seperti “ ya sih”, “hebat”, “kedengarannya boleh juga”.
3. Mendengarkan secara selektif. Anda memperhatikan hanya bagian percakapan
yang menarik Anda saja.

Berdiskusi memang berisiko memunculkan kesalah pahaman dan ketidaksepakatan


di antara pihak yang ada dalam forum diskusi. Oleh karena itu dibutuhkan diskusi dengan
cara terbaik, yaitu mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Hal tersebut sejalan
dengan firman Aliah swt. yaitu:

‫َأْدُع ِإَلى َس ِبيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج اِد ْلُهْم‬

7
‫ِباَّلِتي ِهَي َأْح َس ُن َأْن َر َّبَك ُهَو َأْعَلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبيِلِه َو ُهَو‬

)125 :16 / ‫َأْعَلُم ِباْلُم ْهَتِد ين (( النحل‬

125. Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah* dan pengajaran yang baik serta
debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling
tabu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat
petunjuk."

Hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang batil.

3. Etika Berinteraksi Di Luar Kelas


Terkait dengan etika baik yang sudah seharusnya diterapkan mahasiswa dalam lingkungan
kampus antara lain yaitu:

1. Berpakaian rapi dan sopan


2. Melakukan peraturan yang berlaku
3. Memberi contoh yang baik dalam berperilaku
4. Saling menghormati
5. Berperilaku dan bertutur kata yang sopan dengan dosen
6. Menyapa dosen ketika bertemu menghadap dosen dengan sopan ketika ada keperluan
7. Bertanya/mengemukakan pendapat dengan baik
8. Bertemu dirumah dosen dengan sopan membenahi kelas agar tercipta kenyamanan saat
proses pembelajaran

Kemudian adapun yang terkait dengan hubungan mahasiswa dengan mahasiswa antara lain
yaitu:
1. Membangun saling percaya antar rekan mahasiswa
2. Komitmen dan disiplin yang bersifat terbuka, dan mau menerima pendapat rekan mahasiswa
lainnya
3. Saling berbagi infomasi
4. Saling memberi dukungan dengan cara elegant dan gentle
5. Mau menerima rekan dengan tulus yang mau bersahabat
1. Terampil mengelola situasi konflik menjadi situasi problem solving
2. Menganggap rekan mahasiswa sebagai mitra belajar bukan saingan
3. Selalu menyapa rekan mahasiswa (junior-senior) saling mengingatkan ketika ada tugas
4. Memberikan komentar secara objektive dan positif
5. menfitnah
6. Melakukan pergaulan secara wajar dengan menghormati nilai-nilai agama, kesusilaan, dan
kesopanan
Saat berada diluar lingkungan kampus dan perlu menghubungi dosen sudah
seharusnya tetap menjaga etika, berikut adalah cara menghubungi dosen melalu pesan
singkat yang sopan yaitu:

8
1. Menyapa dengan sopan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan permintaan
4. Ucapkan terima kasih
5. Perhatikan tanda baca
Adapun sistematikanya yaitu dengan cara mengucapkann salam terlebih dahulu, tidak
lupa untuk memperkenalkan diri, kemudian langsung menyebutkan tujuan menghubungi
dosen tersebut dan jangan lupa juga untuk mengucapkan rasa terima kasih diakhir pesan.
Ketika hendak mengirimkan pesan teks harus diperhatikan juga jam efektifnya, tidak
boleh menghubungi dosen jika sudah larut malam karna bisa dianggap tidak sopan. Dulu
pernah ditegur oleh salah satu dosennya karna tidak memperhatikan waktu dalam
menghubungi dosen.
Pengiriman pesan teks mahasiswa kepada Dosen baiknya dilakukan pada jam kerja.
Namun tidak sedikit mahasiswa yang mengirim pesan teks kepada Dosen di luar jam kerja.
Pengiriman melalui aplikasi pesan teks di era ini tentu berbasis digital yang prosesnya
hanya sepersekian detik untuk saling terhubung. Sehingga kapanpun dan dimanapun, dosen
dapat menerima pesan teks dari mahasiswa yang isi dan bahanyanya pun beragam.
Sebagai mahasiswa tentunya dipandang berbeda oleh kebanyakan orang, mahasiswa
adalah orang yang pintar, orang yang intelek, orang yang luar biasa dan masih banyak lagi.
Tidak lupa mahasiswa tentunya mempunyai etika yang lebih baik dari pada orang lain.
Etika mahasiswa tentunya tidak hanya ada di dalam kelas ataupun di dalam kampus.
Pastinya juga ada di luar kampus. Salah satu contohnya adalah bertutur kata yang baik
kepada semua orang, sopan berbicara kepada orang yang lebih tua.

4. Kode Etik Mahaiswa UIN Sumatera Utara


Kode etik mahasiswa secara umum, berdasarkan hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi diketahui bahwa kode etik mahasiswa yang di atur di uin sumatera utara
meliputi beberapa hal berikut:
1. Menghargai dan menghargai dosen
2. Menghindarkan diri dari hal-hal perbuatan yang dapat merendahkan derajat dosen
3. Memberikan koreksi kepada dosen apabila ada kekeliruan dengan cara yang santun, dll.

Berdasarkan hasil penelitian di atas terindikası adanya relevansi perencanaan interaksi


edukatif proses secara terpadu di dalanı seluruh aktifitas pendidikan di UIN Sumatera Utara.
Perencanaan interaksi sosial bernuansa edukatif tersebut, selain tendentifikasi secara otentik
dengan adanya buku kode etik dosen dan mahasiswa, serta adanya buku laporan kegiatan.
akademik mahasiswa untuk setiap program studi, yang keseluruhannya terintegrasi secara

9
komprehensif dalam seluruh aktifitas pembelajaran formal maupun dan formal di UIN
Sumatera Utara. Beragam upaya perencanaan sekaligus pelaksanaan interaksi edukatif tidak
langsung juga dapat teridentifikasi melalui berbagai bentuk interaksi sebagai berikut:

1. Adanya pamflet visi dan misi universitas atau fakultas di depan setiap gedung dan
fakultas
2. Adanya kata-kata bijak dan motivasi, aturan, pengumuman serta himbauan yang terpajang
di beberapa sudut gedung fakultas UIN Sumatera Utara yang sekiranya mengatur dan
mengarahkan mahasiswa kepada sikap dan perilaku akademisi yang menjunjung tinggi
nilai-nilai pendidikan Islam, baik dari segi redaksi bahasa, gaya penulisan, dan nilai-nilai
dalamnya. yang terkandung di dalamnya

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa perencanaan interaksi sosial dosen dan
mahasiswa UIN Sumatera Utara telah mengarah kepada interaksi sosial bernuansa edukasi
Islam, karena visi misi, aturan kode etik, dan sebagainya, sarat akan nilai dan mengacu
kepada tiga pilar pendidikan Islam dalam seluruh aktifitas dan kegiatan dosen dan mahasiswa
di UIN Sumatera Utara.

Lawrence kohlberg telah merumuskan suatu pendekatan terhadap pendidikan moral yang
memadukan pertimbangan filosofis dan psikologis, dan yang memenuhi sebagaimana
seharusya untuk setiap pendekatan tuntutan bahwa:
1. Pendekatan itu didasarkan atas kenyataan-kenyataan psikologis dan sosiologis dari
perkembangan moral
2. Pendekatan itu meliputi metode-metode pendidikan untuk merangsang terjadinya
perubahan moral yang telah memperlihatkan kemanjuran jangka panjangnya
3. Pendekatan itu didasarkan atas konsep moralitas yang dapat dipertahankan secara
filosofis
4. Pendekatan itu sesuai dengan suatu sistem tata negara yang menjamin kebebasan
keyakinan
Pembanguna karakter atau akhlak itu sendiri dapat dilakukan salah satunya melauli
peroses pendidikan dengan mengimplementasikan penanaman nilai-nilai akhlak dalam etiap
materi pelajaran.
Ada beberapa pendekatan yang dirancang dalam pendidikan karakter yaitu:
1. Keteladanan, memberikan contoh nyata dan menjadi kebiasaan bagi pemberi contoh.
2. Pembelajaran muatan dalam materi pembelajaran mengenai pendidikan karakter harus
benar-benar dirancang.
3. Pemberdayaan dan pembudayaan.
4. Penguatan-penguatan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan menurunkan
masing-masing karakter mejadi sesuatu yang dapat di amati dan di implementasikan
bersama.
5. Penilaian proses penilaian pada dasarnya merupakan proses akhir dari
pendidikan karakter.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

“Adab al-Nafs" mengacu pada disiplin dan pengendalian diri yang diperlukan untuk
mencapai keunggulan dalam pendidikan dan kehidupan secara keseluruhan. Dalam menjalani
kehidupan sebagai mahasiswa, penting untuk memiliki kesadaran diri yang tinggi,
mengembangkan moralitas, dan menghormati nilai-nilai etika dalam segala aspek kehidupan.
Etika mahasiswa meliputi kewajiban akademis seperti kejujuran, integritas, dan tanggung
jawab terhadap pekerjaan akademisnya. Selain itu, etika juga melibatkan sikap hormat
terhadap dosen, teman sekelas, dan masyarakat di sekitarnya. Denagn mempelajari Adab al-
Nafs, seorang mahasiswa dapat memperoleh manfaat yang besar dalam perkembangan
pribadi dan profesionalnya. Disiplin diri, tanggung jawab, dan sikap positif adalah kunci
untuk mencapai kesuksesan dalam studi dan kehidupan setelahnya. Dengan demikian,
pemahaman dan penerapan etika yang baik sangat penting bagi mahasiswa dalam perjalanan
akademis dan kehidupan mereka secara keseluruhan.

B. Saran

1. Meningkatkan Kesadaran Etika: Mahasiswa perlu diberi pemahaman yang kuat


tentang nilai-nilai etika dan pentingnya Adab al-Nafs dalam kehidupan mereka. Ini
dapat dilakukan melalui program-program pendidikan karakter dan pembelajaran
yang terintegrasi dalam kurikulum akademik.
2. Pembinaan Karakter: Institusi pendidikan harus aktif dalam membantu mahasiswa
mengembangkan karakter yang kuat, termasuk integritas, disiplin diri, dan tanggung
jawab. Mentorship, bimbingan, dan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung
pengembangan karakter dapat menjadi sarana efektif dalam mencapai tujuan ini.
3. Pengembangan Sikap Hormat: Mahasiswa perlu dibimbing untuk memahami
pentingnya sikap hormat terhadap dosen, sesama mahasiswa, dan masyarakat secara
umum. Peningkatan kesadaran tentang pentingnya mendengarkan, menghargai
perbedaan, dan berkomunikasi secara efektif akan membantu menciptakan lingkungan
belajar yang positif.
4. Promosi Kultur Etika: Institusi pendidikan dan masyarakat secara luas harus bekerja
sama untuk mempromosikan budaya etika yang kuat di kalangan mahasiswa. Ini dapat
dilakukan melalui kampanye kesadaran, seminar, dan kegiatan sosial yang
menekankan pentingnya Adab al-Nafs dalam kehidupan sehari-hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dikdik Febianto dkk. (2019). "Pendahuluan Etika Mahasiswa Dalam Berkomunikasi Dengan Dosen" .

Dr. Mursal Aziz, M. D. (2023). ETIKA AKADEMIK Membangun Akhlak Peserta Didik Sesuai Petunjuk Al-Qur'an.
CV. MITRA ILMU.

Junaedi, F. (2019). Etika Komunikasi di Era Siber . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muhammad Irsan Barus dkk. (2019). Model Pendidikan Karakter Mahasiswa. Sumatera Utara: Madina
Publisher.

Samsul Rijal, H. (2020). "Nuansa Edukasi Islami Interaksi Sosial Dosen dan Mahasiswa". Journal Of Education
Science.

12

Anda mungkin juga menyukai