Kel. 10 Perang Badar
Kel. 10 Perang Badar
Disusun Oleh
FAKULTAS USHULUDDIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah Kalam atau Firman Allah yang diturunkan
kepada Muhammad SAW. Yang pembacaanya merupakan suatu ibadah.1
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah
yang terang dan jalan lurus, membangun kehidupan berdasarkan keimanan
kepada Allah, juga memberitahukan hal-hal yang telah lalu, kejadian-
kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang. Sebagian
besar Al-Qur’an diturunkan untuk tujuan umum ini, akan tetapi kehidupan
Rasulullah bersama para sahabat telah menyaksikan banyak peristiwa-
peristiwa sejarah, bahkan kadang-kadang terjadi diantara mereka peristiwa
khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah.
Sejarah Nabi Muhammad (sirah Nabawiyah) pada awal mula masa
Islam masih bersifat riwayat lisan. Para ahli hadits maupun ilmuwan Islam
lainnya tidak memberikan catatan sejarah yang nyata. Namun, seiring
dengan perkembangan dan tersebar luasnya, dunia Islam serta semakin
jauhnya generasi Islam dari masa permulaan maka mulailah timbul
keinginan untuk mencatat sirah nabi tersebut, mulai dari kelahiran, sampai
wafatnya dan termasuk peperangan yang pernah dilakukan beliau,
diantaranya adalah perang Badar yang terjadi pada tahun ke-
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang terjadinya perang badar?
2. Bagaimana strategi kaum muslim dalam perang Badar?
3. Bagaimana dampak dan hikmah yang terjadi setelah selesainya perang
Badar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya perang badar
2. Untuk mengetahui strategi kaum muslim dalam perang badar
3. Untuk mengetahui dampak dan hikmah terjadinya perang badar
BAB II
PEMBAHASAN
1
Martin Lings, “Muhammad: His Life Based on the Earliest So, Muhammad: Kisah Hidup Nabi
Berdasarkan Sumber Klasik (Cet. XIV; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2014), h. 77. Lihat
Juga Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum, Bah}sun Fial-Sirah al-Nabawiyah
Terj. Kathur Suhardi, Sirah Nabawiyah,(Cet. I; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 104-105.,”
n.d., 77.
semua tahapan yang dilaluinya adalah mengajak manusia untuk
menyembah Allah swt. dan meninggalkan penyembahan dan pemujaan
kepada selainnya, mengajak manusia untuk percaya kepadanya dan apa-
apa yang diserukannya. Ajakan-ajakan Nabi saw. kepada masyarakat
Mekkah sama sekali tidak menarik buat sebagian besar penduduknya,
sehingga mereka bukan saja tidak menerima ajakan tersebut, tetapi lebih
dari itu mereka berusaha untuk menghalanginya dan melenyapkannya.2
Melihat kenyataan tersebut, Nabi saw. tidak pernah mundur dan
pesimis sedikitpun. Keteguhan hati Rasulullah untuk menyerukan Islam
sampai berhasil. Sementara itu tekanan kaum Quraisy semakin meningkat.
Mereka berusaha menghalangi Nabi saw. dengan melalui isu yang
disebarluaskan bahwa Nabi saw. pembohong. Setelah itu, beralih kepada
Nabi saw. dengan bujukan disertai tawarantawaran agar Nabi saw.,
menghentikan kegiatannya. Namun, dari berbagai isu yang dikembangkan
dan tawaran yang memperdayakan itu, kesemuanya tidak sedikitpun Nabi
saw. mundur dari kegiatannya.
Hal ini berlangsung beberapa lama, dan puncaknya keluarga Bani
Hasyim yang memberikan perlindungan terhadap Nabi saw. dalam
menjalankan dakwahnya mendapat pemboikotan ekonomi, mengakibatkan
kaum muslimin berada dalam penderitaan yang sangat memprihatinkan,
banyak di antara kaum muslimin harus mengakhiri hidupnya karena mati
kelaparan, dan banyak pula di antaranya harus pindah ke tempat lain
mencari suasana baru untuk dapat melanjutkan hidupnya.3
Kondisi yang demikian itu, mengakibatkan dakwah Islam dan
penyebarannya terganggu. Dengan demikian, Nabi saw. memilih pindah
ke tempat yang dapat mendukung ajaran-ajaran Islam yang dibawahnya
itu. Dalam catatan sejarah bahwa Nabi saw. terlebih dahulu hijrah ke
2
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahi>q al-Makhtu>m, Bah}s|un fi> al-Sirah al-Nabawiyah,
terj. Kathur Suhardi, Sirah Nabawiyah, h. 110-111.
3
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-
Hadits Shahih, (Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2014), h. 412-414
negeri Habsyah (Ethiopia), dan setelah itu berhijrah ke Thaif. Namun, di
Thaif Nabi saw. hijrah di sana dengan harapan mendapat perlindungan
dari orang-orang Thaif, tetapi justru sebaliknya yang diperlakukan
terhadap Nabi saw., mereka menolak dengan cara kejam sekali.4
Pada tahun 622 M, Nabi saw. bersama pengkutnya kembali
melakukan hijrah ke Yastrib. Dimana lembaran sejarah Islam berubah ke
arah yang mendukung pengembangan dakwah Islam. Di dalam peristiwa
hijrah ini, didahului dengan perjanjian ‘Aqabah yang pada intinya
mengharapkan Nabi saw. hijrah ke Yastrib, untuk mendapatkan dukungan
dan perlindungan. Saat itulah Islam menjadi kekuatan yang luar biasa,
Islam tidak lagi menjadi ejekan, hinaan, penganiayaan dan berbagai
kekejaman lainnya. Kelelahan yang telah dirasakan ketika di Makkah dan
berbagai macam penganiayaan terhadapnya, menjadikan catatan sejarah
hidupnya.5
Setelah kira-kira delapan bulan, Rasulullah dan kaum Muslimin
bermukim di Madinah, maka beberapa angkatan dari pasukan Islam sudah
mulai menjelajah ke luar kota. Di antara pasukan Islam itu, salah satunya
dipimpin oleh ‘Abdullah bin Jahsy, yang perjalanannya telah sampai ke
Nakhlah (sebuah tempat yang terletak di antara Makkah dan Ta’if,).
Satuan ini dapat dikatakan, sebagai persimpangan jalan dalam strategi dan
aliran politik Islam terhadap kaum Quraisy khususnya, dan terhadap
semua musuh-musuh Islam umumnya. Ketika itulah Waqid bin ‘Abdillah
Attamimie, seorang prajurit yang turut di dalam angkatan itu telah
melepaskan anak panahnya kepada ‘Amr bin Alhadrami, pemimpin dari
salah seorang Kafilah Quraisy hingga tewas.6
4
Ali Muhammad, al-Sirah al-Nabawiyah, terj. Pipih Imran Nurtsani dan Nila Nur Fajariyah: Sirah
Nabawiyah: Ulasan Kejadian dan Analisa Peristiwa dalam Perjalanan Hidup Nabi Muhammad
SAW.
5
Lihat penjelasannya dalam Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum, Bah}sun fi al-
Sirah al-Nabawiyah ‘alaS{ahibiha Afd}ali al-S{alati wa al-Salam, terj. Kathur Suhardi, Sirah
Nabawiyah, h. 213-216.
6
7Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum, Bahsun fi al-Sirah al-Nabawiyah ‘ala
Sahibiha Afdali al-Salati wa al-Salam, terj. Kathur Suhardi, Sirah Nabawiyah, h. 263-264
Peristiwa inilah merupakan darah yang pertama-tama dicurahkan
oleh seorang prajurit Islam. Sesudah itu, kaum muslimin jadi berpikir lebih
sungguhsungguh lagi dalam membebaskan harta-harta mereka yang disita
dan dirampas oleh kaum Quraisy, sewaktu mereka meninggalkan kota
Makkah. Maka, dengan diizinkannya mereka berperang melawan musuh,
hiduplah keinginan mereka untuk mengambil hak milik mereka itu
kembali dengan kekuatan senjata. Di samping itu, kaum Quraisy berusaha
menghasut seluruh Jazirah Arab, bahwa Muhammad dan sahabat-
sahabatnya melakukan pembunuhan dalam bulan suci. Muhammad pun
meyakini, bahwa harapan akan dapat bekerjasama dengan jalan
persetujuan yang sebaik-baiknya terhadap mereka sudah tidak ada lagi.
Maka tatkala Nabi saw. pada suatu hari mendapat berita. Bahwa
sebuah rombongan Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb,
berjumlah 30 orang bermaksud melakukan perdagangan ke negeri Syam,
dengan unta yang memuat dagangan ada 100 unta yang dimuatnya seharga
50.000 dinar.
Mendengar berita ini Nabi saw., lalu berangkat ke luar kota
Madinah dengan diiringi oleh sebahagian kecil dari sahabat-sahabatnya.
Ini dilakukan karena jangan sampai mereka itu mengganggu keamanan
kota Madinah. Namun, ketika mereka sampai di ‘Usyairah ternyata
rombongan itu sudah dua hari lewat di situ, dan rupanya perjalanan
pasukan Islam diketahui pula oleh Abu Sufyan sendiri. Ia khawatir kalau
kaum Muslimin akan mencegatnya bila ia kembali membawa laba
perdagangan.7
Pada saat itu Abu Sufyan mengutus Zamzam bin ‘Amr al-Gifari
secepatnya ke Makkah, untuk meminta bala bantuan, dan memberitahukan
kaum Quraisy, bahwa Muhammad beserta para sahabatnya sedang
mengancam.
7
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum, Bahsun fi al-Sirah al-Nabawiyah ‘ala
Sahibiha Afdli al-Salati wa al-Salam, terj. Kathur Suhardi, Sirah Nabawiyah, h. 269
Setibanya di Makkah, ketika berada di tengah-tengah sebuah
lembah, kedua hidung dan telinga untanya dipotong, dan pelananya di
balik, sementara dia sendiri berhenti di tempat itu sambil berteriak-teriak
memberitahukan, dengan baju yang dikoyak-koyak bagian depan dan
belakangnya ia berkata:
“Hai orang-orang Quraisy! Kafilah, kafilah! Harta-hartamu
ditangan Abu Sufyan telah dicegat oleh Muhammad dan sahabat-
sahabatnya. Kamu sekalian harus segera menyusul. Perlu pertolongan!
Pertolongan!.”
Inilah yang merupakan faktor utama terjadinya perang Badar,
sebagai salah satu peperangan terbesar yang terjadi antara kaum Muslimin
dan kaum kafir Quraisy.8
1. Rencana Kemenangan Perang Badar
Badar adalah nama suatu tempat yang terletak antara Mekah
dengan Madinah dimana terdapat mata air. Dinamakan perang Badar
karena peperangan itu berlangsung di tempat itu, yaitu antara kaum
muslimin dengan kaum musyrikin. Dalam ringkasan Tafsir Ibnu Kasir
Jilid 2 disebutkan, bahwa kaum muslimin berjumlah 310 dan kaum
musyrikin berjumlah seribu lebih.9 Peristiwa peperangan Badar itu terjadi
pada tahun kedua Hijriyah.
Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan
tahun kedua Hijriah. Perang Badar melibatkan 314 pasukan umat Islam
yang melawan lebih dari 1.000 orang dari kaum Quraisy. Perang badar
merupakan perang pertama yang dijalani umat Islam sejak peristiwa
hijrahnya Nabi Muhammad SAW pada 622 Masehi.
Di dalam Al-Quran, perang badar dijelaskan dalam beberapa ayat
di Surat Ali-Imran. QS 3:123 :
8
Martin Lings, Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources,terj. Qamaruddin SF,
Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik, h. 212-213
9
Muhammad Nasib Ar-Riva’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir, (Jakarta, Gema Insani, 1999), cetakan
pertama, jilid 2, h. 491.
ٌۚة
َو َلَقْد َنَص َر ُك ُم الّٰل ُه ِبَبْد ٍر َّو َاْنُتْم َاِذَّل َفاَّتُقوا الّٰل َه َلَعَّلُك ْم َتْش ُك ُر ْو َن
10
https://grujugan.kec-petanahan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/717
menghadang mereka, mudah-mudahan Allah akan menyerahkan harta
benda mereka kepada kamu sekalian.11
Perang Badar terjadi saat 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah pada pagi
hari. Pasukan umat muslim dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW,
sementara pasukan dari kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Jahal. Dalam
peperangan tersebut, umat Islam mengambil posisi yang terdekat dengan
sumber air. Tempat tersebut dipilih oleh Nabi Muhammad SAW sebagai
salah satu bentuk strategi perang.
Umat Islam memanfaatkan kondisi geografis dari Kawasan Badar.
Misalnya, sahabat Saad bin Muadz membuat gundukan tanah di sekitar
lokasi peperangan. Hal itu bertujuan agar Nabi Muhammad SAW bisa
mengawasi jalannya perang serta memprediksi pola serangan yang tepat
guna mengalahkan pasukan kaum Quraisy. Dalam perang badar tersebut,
Nabi Muhammad SAW memimpin langsung penyerangan terhadap kaum
Quraisy. Peperangan itu melibatkan 313 kaum muslim, 8 pedang, 6 baju
perang, 70 ekor unta, serta 2 ekor kuda. Sementara, pasukan dari kaum
Quraisy mengerahkan pasukan 1.000 orang, 600 persenjataan lengkap, 700
unta, serta 300 kuda. Meskipun kalah dalam jumlah pasukan, kaum
muslim tetap bersemangat untuk berjihad di bulan Ramadhan. Semangat
perang itu berhasil menewaskan tiga pimpinan perang dari pasukan kaum
Quraisy, yaitu Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah. Di antara pasukan
Quraisy yang menyerang umat Islam, terdapat kerabat Nabi Muhammad
SAW dari kabilah Bani Hasyim. Mereka adalah paman nabi, Abbas bin
Abdul Muthalib, Hakim (sepupu Khadijah), dan lain sebagainya.12
Saat melihat banyaknya tentara kaum kafir Quraisy berserta
kelengkapan persenjataan, zirah, tombak, pedang, dan alat tempur lainnya,
Nabi Muhammad SAW sempat menangis. Dia lantas berdoa kepada Allah
SWT. “Ya Allah. Jikalau rombongan yang bersamaku ini ditakdirkan
untuk binasa, maka tidak akan ada seorang pun setelah aku yang akan
11
Muhammad Al-Gazali, Fiqhus-Sirah, Bandung, PT. Alma’arif, tt), h. 371
12
https://grujugan.kec-petanahan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/717
menyembah-Mu. Semua orang yang beriman akan meninggalkan agama
Islam nan sejati ini.” Setelah berdoa, Nabi Muhammad SAW merancang
strategi peperangan. Dia menjajarkan pasukan kaum muslim dalam
formasi rapat. Dia juga memerintahkan agar sumur-sumur segera dikuasai
untuk memutus pasokan air ke kaum kafir Quraisy. Selain itu, perang juga
diawali dengan pertempuran jarak jauh. Saat pasukan kafir Quraisy
bertolak untuk menyerang, umat Islam tidak segera menyambutnya
dengan adu fisik secara langsung. Mereka terlebih dahulu menembakkan
anak-anak panah dari kejauhan. Kemudian, barulah mereka menghunus
pedang dan melakukan pertempuran.
Lewat tengah hari, sebanyak 50 pemimpin pasukan kafir Quraisy
tewas, termasuk Abu Jahal. Sementara itu, banyak sisanya yang lari
tunggang-langgang. Sementara itu, korban dari kaum muslim hanya 14
orang. Selain memukul mundur 1000 tentara dari Quraisy, umat Islam juga
berhasil mengambil rampasan 600 persenjataan lengkap, 700 unta, 300
kuda, serta perniagaan milik kafilah Abu Sufyan. Dengan kecerdikan
Nabi Muhammad dan kedisiplinan pasukannya, umat Islam berhasil
membalikkan keadaan yang membuat kehormatan dan kemuliaan Islam
makin tegak di Jazirah, seperti halnya yang dibahas pada buku Perang
Badar karya Abdul Hamid Jaudah al-Sahhar.
Perang Badar Dimenangkan oleh Umat Islam Pada akhirnya,
perang badar dimenangkan oleh pasukan dari umat Islam. Kemenangan
pada perang badar tersebut membuat posisi Islam di kawasan Madinah
kian kuat. Sementara, kaum Quraisy yang kalah di perang badar harus
menelan kekecewaan mendalam. Mereka pun semakin berhasrat untuk
membalas dendam dengan persiapan yang jauh lebih matang. Bagi umat
Islam, perang badar adalah peristiwa besar, apalagi terjadinya pada bulan
suci Ramadan. Perang badar menjadi pertempuran besar pertama umat
Islam dalam melawan musuh. Melalui pertolongan Allah lah kaum muslim
berhasil menang meskipun kalah jumlah. Bahkan, Allah SWT menamai
perang badar sebagai Yaum Al-Furqan alias hari pembeda. Sebab, pada
hari itu telah dibedakan mana saja yang haq dan yang batil. Saat itu Allah
SWT menurunkan pertolongan besar untuk umat Islam dan memenangkan
mereka atas musuh-musuhnya, yaitu kaum kafir Quraisy.13
13
https://grujugan.kec-petanahan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/717
g) Administrasi dan Logistik: Pencapaian hasil maksimal memerukan
dukungan administrasi dan logistik yang tepat dan lancer.
h) Fokus (objective): harus menjaga focus terhadap hal-hal yang penting
dan menentukan (decisive) serta selalu memegang teguh sasaran yang
hendak dicapai. (maintenance of the objective).
i) Sederhana: harus diusahakan agar rencana tidak rumit (complicated).
j) Kesatuan Komando: setiap gerakan dipimpin pleh satu komando yang
bertanggung jawab atas pelaksanaannya.14
B. Strategi Kaum Muslim Dalam Menghadapi Perang Badar
Pada dasarnya perang badar ini ada tiga macam, yaitu perang
Badar pertama, perang badar kubra, dan perang badar yang terakhir
(Ghazwah al-Sawiq) terjadi pada abad keempat hijrah. Namun dalam
makalah ini hanya kita fokuskan pada perang Badar Kubra saja yang
dianggap sangat penting bagi perkembangan Islam.
Perang badar kubra ini didahului oleh Sariyah Abdullah Ibn Jahsy
ke daerah Nakhlah yang berada di antara Mekkah dan Thaif yang terjadi
pada bulan Rajab tahun ke-2 H. Sariyah inilah yang menjadi penyebab
paling kuat terhadap perang Badar Kubra. Sebenarnya Nabi telah
memerintahkan Abu Ubaidah Amir ibn Al-Jarah untuk mempersiapkan
perang, namun tidak jadi, dan sebagai gantinya diutus Abdullah ibn Jahsy
yang diikuti 8 orang muhajirin, dan Nabi menulis kepadanya dan
memerintahkan agar tidak dibuka kecuali setelah menempuh perjalanan
selama dua hari. Setelah dibuka ternyata sahabat ini disuruh berhenti di
Nakhlah untuk mengintai Quraisy dan mencari berita tentang gerakan dan
pengaturan perang mereka. Adapun Sa’d Ibn Abul Waqash dan Utbah ibn
Ghazawan tersesat di b daerah Ma’dan yang disebut dengan Bahran
Sehingga Ibn Jahsy berjalan bersama sahabat lainnya sampai di Nakhlah.
Kemudian ia melihat rombongan unta Quraisy membawa Anggur dan lain-
lainnya. Di dalam rombongan itu terdapat Amr ibn Al-Khadlrami, Utsman
14
Sayidiman Suryohadiprojo, Pengantar Ilmu Perang (Cet. 1; Jakarta: Pustaka Intermesa, 2008), h.
23-24.
ibn Al-Mughirah, Naufal, Al-Hakam Ibn Kisan. Dan Ukasyah Ibn
Mihshan sebagai pemimpinnya.
Berundinglah para sariyah Islam ini tepatnya pada akhir Rajab
karena bingung, jika rombongan ini dibiarkan pada malam ini saja maka
mereka akan masuk tanah Haram, dan jika diperangi maka saat ini masih
akhir bulan haram (Rajab). Kemudian sariyah ini termotivasi untuk
membunuh siapa saja dari rombongan Quraisy yang dapat dilakukannya.
Waqid ibn Abdullah al-Tamimi berhasil memanah Amr ibn Al-Khadlrami
dan mati. Sementara Utsman Ibn Abdullah dan Al- Hakam ibn Kisan
ditawan sedang Naufal berhasil lari.
Kemudian Sariyah membawa tawanan ke Madinah. Dan
disebutkan juga bahwa Abdulullah Ibn Jahsy membagi hasil rampasan ini
seperlimanya kepada Rasulullah padahal hal itu sebelum turun ayat
rampasan, hanya saja Nabi mengingkari perang sariyah ini pada bulan
haram dan tidak mau mengambil sesuatupun darinya, seraya berkata “aku
tidak memerintahkan kamu sekalian untuk perang pada bulan haram.
Setelah terjadi persoalan ini maka turunlah ayat tentang perang pada bulan
15
Ahmad Basatari. Strategi Perang Badar Menurut Ibnu Hisyam At-Thabar. Jurnal Tapis Vol.7
No.13 (Juli-Desember 2011) h. 85-88
jatuh sakit dan tidak lama menemui kematian. Begitu pula dengan para
kaum kafir quraisy yang kehilangan anggota keluarga ataupun yang
ditawan. Misalnya Abu Sofyan yang kehilangan kedua putranya. Karna
kesedihan kaum kafir Quraisy mereka berekad membalas dendam
untuk saudara mereka. Sebagaian dari mereka mengharamkan dirinya
untuk mandi sebelum bisa membalaskan dendam terhadap orang-orang
yang membunuh dan menghinakan tokoh terkemuka dan para
pemimpin mereka. Oleh karena itu, mereka menunggu dan mencari
kesempatan untuk membalaskan dendam mereka kepada kaum muslim
dan itu terjadi pada Perang Uhud.
c. Kaum yahudi, setelah kekalahan mereka pada Perang Badar yahudi
menjadi takut karna kemenangangan umat islam. Mereka bertekad
melanggar perjanjianyang mereka sepakati dengan Rasulullah di
Madinah. Kaum yahudi memperlihatkan perlawanan dan permusuhan
secara terbuka yang selama ini terpendam dalam diri dan jiwa mereka.
Kemudian mereka melakukan konspirasi dan tipu daya terhadap islam
dan rasulullah. Tidak hanya itu mereka juga berusaha keras untuk
melenyapkan islam dengan berbagai piranti dan sarana yang
memungkinkan yang mereka miliki.16
Diantara hikmah dapat kita petik setelah terjadinya Perang Badar
adalah
1. Allah menguji kesetiaan para sahabat Rasulullah dengan kondisi
sulit dan pasukan sedikit, apakah mereka tetap setia bersama
Rasulullah dalam membela kalimat Hak
2. Setelah perang badar selesai pada tahun hijriyah (ditahun itu juga
turun) kewajiban puasa Ramadhan membayar zakat fitrah dan
zakat-zakat lain serta menjelaskan tentang batasan-batasan zakat
16
Ali Muhammad Ash-Sallabi, Ketika Rasulullah Harus Berperang (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2017), 124–26.
yang dimaksudkan untuk meringankan beban hidup kaum
Muhajirin dan Ansor yang miskin. 17
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Perang Badar merupakan perang pertaama yang dilakukan kaum
muslim. Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan
tahun kedua Hijriah. Perang Badar melibatkan 314 pasukan umat Islam
yang melawan lebih dari 1.000 orang dari kaum Quraisy. Perang badar
merupakan perang pertama yang dijalani umat Islam sejak peristiwa
hijrahnya Nabi Muhammad SAW pada 622 Masehi. Perang Badar
Dimenangkan oleh Umat Islam Pada akhirnya, perang badar dimenangkan
oleh pasukan dari umat Islam. Kemenangan pada perang badar tersebut
membuat posisi Islam di kawasan Madinah kian kuat. Sementara, kaum
Quraisy yang kalah di perang badar harus menelan kekecewaan
mendalam. Mereka pun semakin berhasrat untuk membalas dendam
dengan persiapan yang jauh lebih matang.
Atas kemenangan tersebut tentunya berdampak positif terhadap
kaum muslim sedangkan bagi kaum Quraisy dan kaum Yahudi terjadinya
perang badar berdampak buruk bagi mereka Allah menguji kesetiaan para
sahabat Rasulullah dengan kondisi sulit dan pasukan sedikit, apakah
mereka tetap setia bersama Rasulullah dalam membela kalimat Hak
Setelah perang badar selesai pada tahun hijriyah (ditahun itu juga turun)
kewajiban puasa Ramadhan membayar zakat fitrah dan zakat-zakat lain
serta menjelaskan tentang batasan-batasan zakat yang dimaksudkan untuk
meringankan beban hidup kaum Muhajirin dan Ansor yang miskin..
17
Abdullah Farid Dkk, Ramadhan Berpendar Magfiroh 1442H, 1st ed. (Jakarta: Pustaka Firdausi,
n.d.), 114.
DAFTAR PUSTAKA
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum, Bah}s|un fi al-
Sirah al- Nabawiyah, terj. Kathur Suhardi, Sirah Nabawiyah.
Shihab M. Quraish (2014) Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw dalam
Sorotan Al- Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih. Cet. IV; Jakarta: Lentera
Hati.
Ali Muhammad, al-Sirah al-Nabawiyah, terj. Pipih Imran Nurtsani dan
Nila Nur Fajariyah: Sirah Nabawiyah: Ulasan Kejadian dan Analisa
Peristiwa dalam Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW.
Martin Lings, Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources,terj.
Qamaruddin SF, Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber
Klasik.
Muhammad Nasib Ar-Riva’i. (1999), Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir.
Jakarta, Gema Insani, cetakan pertama. jilid 2
Al-Gazali Muhammad , Fiqhus-Sirah, Bandung, PT. Alma’arif, tt),
Suryohadiprojo Sayidiman. (2008) Pengantar Ilmu Perang Cet. 1; Jakarta:
Pustaka Intermesa, Ali Muhammad Ash-Sallabi, Ketika Rasulullah
Harus Berperang (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017), 124–26.
Abdullah Farid Dkk, Ramadhan Berpendar Magfiroh 1442H, 1st ed.
(Jakarta: Pustaka Firdausi, n.d.), 114.
Ahmad Basatari. Strategi Perang Badar Menurut Ibnu Hisyam At-Thabar.
Jurnal Tapis Vol.7 No.13 Juli-Desember 2011