Anda di halaman 1dari 8

Nomor 1 - 10

Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa

Konsep-konsep dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara.


✅Arti Penting:
Mewujudkan Pancasila sebagai dasar negara berarti seluruh masyarakat Indonesia sepakat
untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar atau pedoman untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, dalam penerapannya tentu saja terjadi
dinamika. Bahkan, sejarah bangsa telah mencatat bahwa pernah ada upaya untuk
menggantikan Pancasila sebagai dasar negara oleh ideologi lain, namun upaya ini dapat
digagalkan. Penerapan Pancasila harus disesuaikan dengan perkembangan zaman agar dapat
diterapkan dari masa ke masa karena Pancasila merupakan ideologi yang bersifat terbuka dan
dinamis. Artinya, nilai-nilai Pancasila tidak berubah, namun pelaksanaannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang dihadapi setiap waktu.

✅Contoh Historisnya:
1. Pada Masa Awal Kemerdekaan, ada berbagai upaya untuk mengganti Pancasila sebagai
Dasar Negara, antara lain Pemberontakan PKI di Madiun, Pemberontakan DI/TII,
Pemberontakan RMS, PRRI/PERMESTA ,Vence Sumual, APRA, dan Perubahan bentuk dari
pemerintahan RIS menjadi NKRI.

2. Pada Masa Orde Lama, terjadi beberapa penyimpangan terhadap UUD 1945, diantaranya:
- Ir.Sokarno ditetapkan sebagai Presiden Seumur Hidup.
- Presiden membubarkan DPR hasil pemilu pertama tahun 1955.
- Presiden membentuk MPR beranggotakan DPR GR ,utusan daerah dan golongan.
- Penggabungan nasionalis, agama dan komunis(NASAKOM).
- Pemberontakan G30S-PKI

3. Pada Masa Orde Baru, terjadi demonstrasi mahasiswa dan rakyat. Presiden Soekarno
digantikan oleh Presiden Soeharto. Pada masa ini diterapkan konsep demokrasi Pancasila.

4. Pada masa Reformasi, tidak ada lagi pemberontakan. Masyarakat diberi kebebasan
berbicara, berorganisasi, berekspresi, dll. Namun, Pancasila sebagai dasar negara belum
sepenuhnya diterapkan oleh masyarakat.

*Soal Nomor 11 - 13
Wawasan Nusantara*

Beberapa pengertian Wawasan Nusantara:


a. Berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN
Wawasan nusantara (wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945)
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional.

b. Menurut Prof. Dr. Wan Usman


Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya
sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
Wawasan nusantara merupakan geopolitik Indonesia.

c. Menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara (kemudian diusulkan menjadi Ketetapan MPR
dan dibuat di Lemhanas Tahun 1999)
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelengarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

👉🏻Secara umum, wawasan nusantara berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa tersebut sesuai dengan
posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.

👉🏻Nusantara dipandang sebagai perwujudan dari geopolitik Indonesia, yaitu cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai dan
menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan

Soal Nomor 14 - 16
Faktor Penyebab Konflik

Menurut Soerjono Soekanto, ada 4 faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam
masyarakat:
1. Perbedaan antarindividu
Setiap individu memiliki pendirian dan perasaan mengenai suatu hal. Perbedaan ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik.
Contoh:
Siswa A berpendirian lebih baik belajar dengan suasana tenang, sedangkan Siswa B
berpendirian belajar sambil mendengarkan musik. Jika Siswa A dan Siswa B berada dalam satu
kelompok belajar, perbedaan ini bisa menjadi konflik.

2. Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang
sedikit banyak dibentuk oleh kelompok orang tersebut. Artinya, kebudayaan masyarakat yang
ada di kelompok tersebut akan mempengaruhi pemikiran dan pendirian seseorang.
Contoh:
Seorang anak dibesarkan dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kesopanan
cenderung akan berbicara dengan sopan kepada orang lain. Namun, anak yang dibesarkan
dalam masyarakat yang tidak memedulikan nilai kesopanan, cenderung berbicara kurang sopan
kepada orang lain. Perbedaan kebudayaan ini dapat menimbulkan konflik jika bertemu.

c. Perbedaan Kepentingan
Antarindividu, antara individu dan kelompok, maupun antarkelompok, dapat memiliki perbedaan
kepentingan, baik kepentingan politik, ekonomi, sosial, maupun budaya.
Contoh:
Bagi kelompok pengusaha, berdasarkan kepentingan bisnis, pohon-pohon dapat dipotong dan
dijual sehingga mendapatkan keuntungan dan membuka lowongan pekerjaan.
Bagi kelompok pencinta lingkungan, berdasarkan kepentingan lingkungan hidup, pohon-pohon
tidak boleh dipotong agar kelestarian hutan terjaga. Perbedaan kepentingan ini dapat
menimbulkan konflik.

d. Perubahan Sosial
Masyarakat mengalami perubahan seiring perkembangan kebutuhan dan pengetahuan.
Berbagai perubahan memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap nilai, norma, dan
perilaku.
Contoh:
Perilaku remaja yang berbeda (mengikuti tren), terkadang mendapat pandangan yang kurang
baik dari orang-orang yang lebih tua. Perbedaan ini dapat menimbulkan konflik.

Soal Nomor 17
Ketidakadilan Gender

Berbagai bentuk ketidakadilan gender:


1. Marginalisasi adalah proses peminggiran perempuan yang dapat bersumber dari tafsir
agama, tradisi, kebiasaan, dan asumsi ilmu pengetahuan.
Contoh: Tidak memberikan hak waris sama sekali kepada perempuan.

2. Pelabelan negatif (stereotipe) adalah citra buruk yang bersifat negatif.


Contoh:
- Perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah dan tidak mampu mengambil keputusan
penting.

3. Kekerasan adalah serangan fisik dan mental seseorang.


Contoh: Beban kerja yang lebih banyak harus ditanggung perempuan lebih banyak karena
perempuan dianggap lebih rajin.

Soal Nomor 21 - 25
Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

a. Pokok Pikiran Pertama


Pokok Pikiran Pertama Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 adalah negara melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembukaan ini,
termuat suatu aliran pengertian negara persatuan, yaitu negara yang melindungi dan meliputi
segenap bangsa. Dengan demikian, negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi
segala paham perseorangan. Pokok Pikiran Pertama ini merupakan penjabaran dari Sila ke-3
Pancasila.

b. Pokok Pikiran Kedua


Pokok pikiran kedua Pembukaan UUD NRI Tahun 194 adalah negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran kedua merupakan penjabaran dari
Sila kke-5 Pancasila.

c. Pokok Pikiran Ketiga


Pokok pikiran ketiga Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 adalah negara yang berkedaulatan
rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Rakyat merupakan pemilik
kedaulatan dan berbagai persoalan diselesaikan dengan cara permusyawaratan/perwakilan.
Pokok pikiran ketiga Pembukaan merupakan penjabaran dari sila keempat Pancasila.

d. Pokok Pikiran Keempat


Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 adalah negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Makna dari
pokok pikiran keempat ini adalah negara, termasuk rakyat Indonesia, mengakui, percaya, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Konsekuensi dari pokok pikiran ini adalah undang-undang dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah sebagai penyelenggara negara memelihara budi pekerti yang luhur dan
berperikemanusiaan. Pokok pikiran keempat merupakan penjabaran dari sila pertama dan
kedua Pancasila.

Soal Nomor 26 - 28
Kedaulatan ke Dalam, Kedaulatan ke Luar, Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Negara
Indonesia*

PPKN BAB 3

KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

✅ Kedaulatan ke Dalam
👉🏻 Negara memiliki kekuasaan tertinggi untuk
memaksa semua penduduknya agar menaati undang-undang serta peraturan-peraturan.
👉🏻 Negara memiliki wewenang tertinggi untuk daerahnya, tidak ada kekuasaan lain yang
menyamai, menanding, dan mengatasinya. Segala bentuk kekuasaan yang ada di dalam suatu
negara harus tunduk kepada kekuasaan negara tersebut.

✅ Kedaulatan ke dalam Indonesia yang temuat dalam UUD NRI Tahun 1945:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

✅ Kedaulatan ke Luar
👉🏻 Artinya negara tersebut bebas, tidak terikat, dan tidak tunduk pada kekuasaan lain, tetapi
negara harus menghormati kedaulatan negara lain.
👉🏻 Negara mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara lain.

✅ Kedaulatan ke luar Indonesia dalam UUD NRI Tahun 1945:


1. Ikut serta dalam perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
2. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain.
3. Presiden mengangkat duta dan konsul.

✅ Tujuan Umum Negara Indonesia :


● Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
● Memajukan kesejahteraan umum.
● Mencerdaskan kehidupan bangsa.
● Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

✅ Tujuan Khusus Bangsa Indonesia :


● Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.
● Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
● Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
● Mewujudkan negara Indonesia yang berkedaulatan.

Soal Nomor 29 - 31
Sifat Pokok Kedaulatan:

1. Asli (kekuasaan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi)

2. Permanen (kekuasaan tetap ada selama negara itu berdiri)

3. Tunggal (kekuasaan merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang


tidak dapat dibagi-bagi kepada badan lain)

4. Absolut (tidak terbatas/mutlak/kekuasaan tidak dibatasi oleh kekuasaan lain)

Soal Nomor 32 - 34
Teori Kedaulatan

1. Teori Kedaulatan Tuhan


Beranggapan bahwa raja atau penguasa memperoleh kekuasaan tertinggi dari Tuhan

Pelopor teori kedaulatan Tuhan:


- Augustinus (354 - 430)
- Thomas Aquinas (1215 - 1274)
- F. Hegel (1770 - 1831)
- F. J. Stahl (1802 - 1861)

2. Teori Kedaulatan Raja


Kedaulatan terletak ditangan raja sebagai penjelmaan kehendak Tuhan.
Menurut Jean Bodin, Raja merupakan bayangan dari Tuhan.

Menurut N. Machiavelli, agar negara kuat, raja harus berkuasa mutlak dan tak terbatas.

Menurut Thomas Hobbes, Raja berada di atas undang-undang.

Negara Prancis, pada masa Louis XIV (1643 - 1715) ia menerapkan teori tersebut.

Peletak teori ini ada:


- Nicolo Machiavelli (1467 - 1527)
- Jean Bodin (1530 - 1596)
- Thomas Hobbes (1588 - 1679)
- Friedrich Hegel (1770 - 1831)

3. Teori Kedaulatan Negara


Kekuasaan pemerintah berasal dari kedaulatan negara. Negaralah yang menciptakan hukum.

Di Rusia pada masa Tsar, Jerman pada masa Hitler, dan Italia pada masa Mussolini.

Peletak teori ini ada:


- G. Jellinek (1851 - 1911)
- Paul Laband (1879 - 1958)

4. Teori Kedaulatan Hukum


Menurut Immanuel Kant, Pemerintah hanya berperan sebagai penjaga malam yang melindungi
hak asasi manusia tanpa campur tangan urusan sosial-ekonomi masyarakat.
Menurut H. Krabbe, setiap tindakan negara harus didasarkan pada hukum.

Menurut Kranenburg, selain sebagai penjaga malam, berkewajiban mewujudkan


kesejahteraan.
Pelopor teori kedaulatan:
- Hugo de Groot (1583 - 1645)
- Immanuel Kant (1724 - 1804)
- Leon Duguit (1859 - 1928)
- Hugo Krabbe (1857 - 1936)

5. Teori Kedaulatan Rakyat


Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memberikan sebagian hak-haknya kepada
penguasa untuk kepentingan bersama.

Kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat dan konstitusi harus menjamin hak asasi
manusia.

Penganut paham ini:


- J. J. Rousseau (1712 - 1778)
- Montesquieu (1689 - 1755)
- John Locke (1632 - 1704)

Soal Nomor 39 - 50

Sikap Penyebab Konflik :


a. Pimordialisme yang Berlebihan
Pimordialisme merupakan pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang teguh
pada hal-hal yang sejak awal melekat pada diri individu, seperti suku bangsa, ras, dan agama.
Sikap primordialisme yang berlebihan akan menganggap suku bangsa, ras, atau agamanya
lebih
unggul dibanding suku bangsa, ras, atau agama lain.

b. Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan pandangan bahwa kebudayaan suku bangsanya lebih baik
dibandingkan kebudayaan suku bangsa lain.

c. Diskriminatif
Diskriminatif merupakan perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan
warna kulit, golongan, suku, ekonomi, dan agama.

d. Stereotipe
Stereotipe merupakan penilaian terhadap seseorang atau satu golongan hanya berdasarkan
persepsi pribadi atau kelompok. Sikap ini umumnya berdasarkan prasangka dan cenderung
tidak tepat.

d. Fanatisme
Fanatisme merupakan keyakinan akan suatu kebenaran tanpa kepastian data dan fakta, tetapi
kebenaran itu dianggap kebenaran mutlak tanpa memedulikan argumen orang lain.
e. Eksklusivisme
Eksklusivisme adalah sikap yang memandang bahwa pandangan atau ajaran yang paling benar
adalah pandangan atau ajaran kelompoknya dan menganggap pandangan atau ajaran lainnya
tidak benar.

Bentuk Konflik

Menurut Soerjono Soekanto, ada 5 bentuk khusus konflik atau pertentangan yang terjadi dalam
masyarakat:
1. Konflik Pribadi
Konflik pribadi dapat terjadi antara dua individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan
sebagainya.
Konflik pribadi biasanya dapat juga timbul akibat tidak senang
dengan orang lain.

2. Konflik Rasial
Konflik rasial umumnya timbul karena perbedaan ras, seperti perbedaan ciri badan,
kepentingan, dan kebudayaan.
Biasanya, konflik ini terjadi dalam masyarakat yang salah satu rasnya menjadi kelompok
mayoritas atau memiliki kekuasaan.
Contoh:
Konflik rasial yang pernah terjadi antara orang kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan.

3. Konflik antara Kelas-kelas Sosial


Konflik antara kelas sosial umumnya disebabkan akibat perbedaan kepentingan.
Contoh:
Konflik karena adanya perbedaan kepentingan antara buruh dan pemilik perusahaan.

4. Konflik Politik
Konflik politik terjadi karena adanya perbedaan kepentingan atau tujuan politis seseorang atau
kelompok.
Contoh:
Konflik antarpartai politik dalam sebuah negara.

5. Konflik Internasional
Konflik internasional umumnya terjadi akibat perbedaan kepentingan yang kemudian
berpengaruh pada kedauatan negara.
Contoh:
Konflik antarnegara mengenai suatu wilayah eksplorasi gas alam di daerah perbatasan.

Anda mungkin juga menyukai