Anda di halaman 1dari 3

Reni Irma Yuniarti, S.

Pd
SMAN 1 SURADE
CGP Angkatan 9 Kab. Sukabumi Jawa Barat

Koneksi Antar Materi Modul 2.3

A. Keterkaitan Coaching Dengan Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan dengan dunia Pendidikan saat ini.
Pemikiran-pemikirannya menjadi acuan dan dasar pemerintah dalam memajukan pendidikan di
indonesia. Menurut beliau bahwa pendidikan adalah proses menuntun tumbuh kembangnya
anak sesuai dengan kodrat dan iradat yang dimilikinya agar anak tersebut memperoleh
kebahagaian dan keselamatan baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Untuk itu,
salah satu proses menuntun tersebut dapat dilakukan dengan cara coaching. Dalam coaching
guru berperan sebagai coach yang dapat menuntun murid sebagai coachee dengan mengajukan
pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi dan kemampuan yang dimiliki
murid dengan tujuan menuntun dan mengarahkan untuk mencari dan menemukan solusi sendiri.

Guru sebagai coach sangat berperan penting dalam menciptakan kenyamanan bagi murid melalui
keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga timbullah rasa empati, saling menghormati
dan saling menghargai antara guru dan murid. Dengan kemampuan dan keterampilan bertanya
dari seorang coach dapat menyadarkan murid akan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya
sehingga murid tersebut mendapatkan solusi atas permaslahannya sendiri. Dalam proses
coaching, sangat jelas terlihat bahwa guru dan murid adalah mitra dalam belajar. Belajar
bersama mengenali kekuatan yang dimiliki untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan
murid. Kini, bukan zamannya guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimana murid pun
menjadi cemerlang dan bersinar. Untuk itu guru dapat membantu murid menemukan kekuatan
untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya.

B. Keterkaitan Coaching Dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan murid. Guru


memfasilitasi murid sesuai kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda sehingga tidak bisa diberikan perlakukan yang sama. Pembelajaran berdiferensiasi
merupakn proses siklus mencari tahu tentang murid dan merespon belajarnya melalui perbedaan.
Memahami murid secara terus menerus serta membangun kesadaran tentang kekuatan dan
kelemahan murid, mengamati dan menilai, kesiapan belajar murid serta minat dan profil murid.
Dalam kaitan mencari tahu tentang kekuatan dan potensi yang dimiliki murid, maka sudah
seharusnya seorang guru memiliki cara dan metode untuk dapat mengeksplor kemampuan diri
murid dalam kaitanya menyelesaiakan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi agar dapat
menggali potensi dan menemukan solusi dari permasalahn yang dihadapi oleh murid. Seorang
guru akan menerapkan Coaching dengan menetapkan tujuan terlebih dahulu, mengidentifikasi
masalah dengan memberikan pertanyaan berbobot yang akan menggali kekuatan murid tersebut
mampu membuat rencana aksi dan dapat memberdayakan kekuatan yang dimiliki sampai
akhirnya mampu membuat komitmen yang bertanggung jawab.
C. Keterkaitan Coaching Dengan Pembelajaran Sosial Emosional

PSE adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan keterampilan yang
dibutuhkan murid untuk bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan untuk
memecahkannya. PSE juga mengajakan mereka menjadi orang yang baik. PSE mencoba untuk
memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang
dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan
itu semua dalam pembelajaran sehingga murid dapat belajar menempatkan dirinya secara efektif
dalam kontek lingkungan dan dunia. Dalam tahap guru sebagai coach pada PSE, peran guru
adalah menjadi relasi atau mitra yang setara bagi murid yang dapat memberdayakan
kemampuan murid melalui pertanyaan-pertanyaan yang terbuka yang diajukan untuk menggali
kekuatan diri yang dimiliki oleh murid untuk bisa menemukan sendiri mengapa masalah itu
terjadi dalam dirinya dan bagaimana tindakan yang harus dilakukan agar masalah yang
dihadapinya dapat terselesaiakn menurut cara yang ditemukannya sendiri.

D. Keterkaitan Keterampilan Coaching Dengan Pengembangan Kompetensi sebagai


Pemimpin Pembelajar

Keterampilan Coaching dengan pengembangan kompetensi diri sebagai seorang pemimpin


pembelajar adalah sangat berkaitan atau berhubungan erat. Dalam keterampilan coaching yang
diawali dengan paradigma berpikir coaching, prinsip dalam coaching yang menngunakan alur
TIRTA semua bertujuan untuk memberdayakan. Sebagai seorang pemimpin pembelajar untuk
mengembangkan kompetensi dirinya maka keterampilan coaching sangat perlu untuk dimiliki
dan diterapkan secara konsisten dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran.

Keterampilan coaching diawali dengan paradigma berpikir coaching yaitu : Fokus pada
Coachee, Bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu
melihat peluang baru dimasa depan. Seorang guru sebagai Coach dalam melakukan coaching
harus berpegang pada prinsip coaching yang dikembangkan dengan tiga kata kunci yaitu :
kemitraan, Proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Dalam berinteraksi dengan teman
sejawat atau siapa saja tentunya kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam
rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteaksi. Dalam melakukan kegiatan
coaching Guru sebagai coach harus menguasai tiga kompetensi coaching yaitu Kehadiran
penuh/ Presence, mendengarkan aktif dengan RASA dan mengajukan pertanyaan yang berbobot.
Selanjutnya dalam kegiatan mendengarkan dengan aktif seorang coach perlu memperhatikan tiga
hal yang dapat menghambat yaitu : Asumsi (memberikan anggapan tertentu), Melabel
(Judgement), dan Asosiasi (mengaitkan dengan pengalaman pribadi).

Dalam percakapan coaching ada sebuah alur percakapan yang dapat membantu peran coach
dalam membuat percakapan coaching menjadi lebih efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA.
Alur percakapan coaching TIRTA yakni menetapkan :
1. Tujuan dari percakapan;
2. Identifikasi dengan memnggali hal yang sedang dibicarakan;
3. Rencana aksi yakni merencanakan yang harus dilakukan
4. TAnggung jawab yaitu komitmen dari hasil percakapan yang dilakukan.
Alur percakapan TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita
memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan
sejawat dan murid agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-
keputusan secara mandiri dan bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai