Anda di halaman 1dari 11

MATERI

MODEL – MODEL PTK


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penelitian
Tindakan Kelas Yang Diampu Oleh : Tri Ratna Dewi, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Muhammad Arifin (2186232031)
2. Muhamad Reza Pahlevi (2186232080)
3. Mutiara Santi (2186232054)
4. Ratna Julita (2186232018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA
OKU TIMUR
2023
Model - Model Penelitian Tindakan Kelas

A. Model - Model Penelitian Tindakan Kelas


Metode PTK adalah metode yang digunakan dalam proses penelitian
tindakan kelas. Metode PTK dijalankan berdasarkan model PTK yang telah ada.
Model PTK yang bisa dijadikan pilihan adalah Model Kurt Lewin, Model
Kemmis & McTaggart, Model John Elliot, dan Model Hopkins. Untuk penjelasan
masing-masing model bisa Bapak/Ibu lihat di bawah ini . Penelitian tindakan
kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yakni
perencanaan, pelaksanaan tindakan/aksi, observasi, dan refleksi. Menurut Sulipan
(2007) menggambarkan daur PTK sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

Gambar 1: Desain menurut Sulipan

Adapun beberapa model penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin


Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model
penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian, karena dialah
yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan.
Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran
yang terus-menerus. Ia menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian
langkah yang membentuk spiral.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen,
yaitu; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)pengamatan (observing), dan
d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai
siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2: Desain Model Kurt Lewin

a. Menyusun perencanaan (planning)


Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat RPP,
mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan
dikelas,mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
b. Melaksanakan tindakan (acting).
Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan tindakan yang telah
dirumuskan dalam RPP, dalam situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal,
inti dan penutup.
c. Melaksanakan pengamatan (observing)
Pada tahap ini yang harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa
siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi
atau kerja sama antar kelompok mengamati pemahaman tiap tiap siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan PTK.
d. Melakukan refleksi (reflecting)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi,
mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat
kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus
berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
Contoh:

1. Perencanaan Meningkatkan pemahaman siswa terhadap


konsep matetika dasar
Langkah-langkah:
a. Identifikasi konsep matematika yang sulit
bagi siswa.
b. Rancang kegiatan pembelajaran yang
melibatkan penggunaan materi ajar yang
menarik.
c. Tentukan indikator keberhasilan,
misalnya, persentase peningkatan
pemahaman.
2. Tindakan a. Lakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rencana.
b. Gunakan metode pengajaran yang
berfokus pada partisipasi aktif siswa.
c. Catat tanggapan siswa dan respon mereka
selama proses pembelajaran.

3. Pengamatan Bersamaan dengan itu, guru mengamati apakah


dengan metode dan langkah langkah tersebut
para siswa dapat memahami konsep dasar
matematika
4. Refleksi a. Lakukan evaluasi hasil belajar siswa
melalui tes atau pertanyaan diskusi.
b. Analisis data hasil evaluasi untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa.
c. Identifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan tindakan..

Tahap-tahap di atas, yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke siklus


berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan hasil
yang dicapai pada siklus sebelumnya. (McNiff, 1992: 23). Jumlah siklus dalam suatu
penelitian tindakan tergantung pada apakah masalah utama yang dihadapi telah
terpecahkan.
Apabila masih ditemukan adanya masalah yang belum terpecahkan maka peneliti
dapat melangkah ke siklus kedua, dengan membuat rencana tindakan ulang berdasarkan
hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Dengan demikian, pada siklus kedua ini terjadi
revisi atau modifikasi rencana tindakan pertama, sesuai dengan keadaan di lapangan.
Langkah-langkah selanjutnya relatif sama dengan langkah-langkah yang telah dipaparkan
pada siklus pertama. Demikian seterusnya hingga masalah yang dihadapi dapat
terpecahkan. Untuk itu barangkali diperlukan lebih dari tiga siklus; dan hal itu tidak
menjadi masalah, karena jumlah siklus tidak ditentukan oleh hal lain kecuali
terpecahkannya masalah.

2. Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh John Elliot


Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model
Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam
setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan).
Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang
terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara
terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi
antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau
tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di
lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu
langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa hal tersebut itulah yang
menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis
dengan kedua model sebelumnya.
Penjelasan tahapan PTK John Elliot yaitu:
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat
dan menemukan masalah-masalah apa aja yang terjadi disekolah. Lebih
khususnya lagi dalam proses pembelajaran di kelas. Identifikasi masalah ini
sangat penting posisinya karena tahapan ini merupakan pondasi awal atau acuan
awal kegiatan penelitian kedepannya. Seorang peneliti yang baik tentunya akan
bisa melihat masalah-masalah apa aja yang patut untuk dipecahkan dengan segera
dan urgent bagi sekolah tersebut.
b. Penyelidikan
Penyelidikan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang masalah yang ditemukan oleh seorang peneliti disekolah. Berdasarkan
hasil penyelidikan dapat dilakukan pemfokusan masalah yang kemudian
dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut
maka dapat ditetapkan tujuan penelitian.

c. Rencana Umum
Rencana umum merupakan seperangkat rencana awal tentang kegiatan
yang akan dilakukan oleh seorang peneliti untuk menjawab masalah penelitian
yang ditemukan dikelas atau disekolah. Pada tahapan ini, seorang peneliti akan
memberikan perlakuan kepada sampel agar bisa terlihat perubahan prilaku sesuai
yang diharapkan oleh peneliti. Dalam model PTK dari John Elliot, terdapat
beberapa langkah tindakan yang direncanakan oleh peneliti. Bagian inilah yang
membedakan model PTK John Elliot dengan model-model PTK yang lainnya.
d. Implementasi Langkah Tindakan 1
Pada tahap ini, seorang peneliti akan menerapkan atau melakukan
perlakuan pada kelas sampel dengan tujuan meningkatkan, merubah atau
memperbaiki masalah-masalah penelitian yang ditemukan oleh peneliti dikelas.
Tentunya dalam tahap ini, seorang peneliti akan melakukan perlakuannya
didasarkan pada langkah-langkah tindakan yang direncanakan pada tahap
rencana umum.
e. Memonitor Implementasi
Tahap ini bagi seorang peneliti akan melihat dan memantau hasil
pemberian perilaku pada kelas sampel. Peneliti akan mendata dan mencatat hasil-
hasil dari implementasi pada tahap selanjutnya. Apakah menunjukkan hasil
peningkatan (positif) ataupun malah menunjukkan peningkatan yang sebaliknya
(negatif). Sudah benarkah atau belum implementasi yang diterapkan oleh peneliti.
f. Penyelidikan
Pada tahapan ini, peneliti akan berusaha untuk mengungkap dan
menjelaskan tentang kegagalan-kegagalan pengaruh. Faktor-faktor apa aja yang
bisa menyebabkan hal tersebut gagal. Tentunya seorang peneliti akan belajar dari
kegagalan dan ketidakberhasilan implementasi pada tahapan sebelumnya.

g. Merevisi Ide Umum


Pada tahap ini, peneliti berbekal dari data-data yang sudah didapat pada
tahap-tahap sebelumnya akan kembali membuat rencana penelitian. Tentunya
tahapan ini hanya akan dilakukan jika implementasi telah mengalami kegagalan
dan tidak memenuhi harapan serta tujuan penelitian dari peneliti. Makanya
dianggap perlu untuk melakukan siklus kedua yang diawali dengan merevisi
rencana awal.

3. Model PenelitianTindakan Kelas yang dikembangkan oleh Hopkins

Berpatokan pada desain-desain model PTK para ahli pendahulunya, selanjutnya


Hopkins (1993) menyusun desain yang dikenal Model Ebbutt (Hopkins, 1993).
Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian dimulai dari pemikiran awal
penelitian yang selanjutnya dikenal dengan reconnaissance. Bagian ini, Ebbutt
berpendapat yang berbeda dengan penafsiran Elliott mengenai reconnaissancenya
Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan fakta saja. Padahal
menurutnya reconnaisance mencakup kegiatan-kegiatan diskusi, negoisasi,
menyelidiki kesempatan, mengakses kemungkinan dan kendala atau dengan singkat
mencakup keseluruhan analisis.
Pengembangan Model PTK Hopkins tidak bisa dilepaskan dari model PTK
pendahulunya. Namun demikian, Hopkin berhasil menyusun model PTKnya sendiri,
yaitu sebagai berikut.
Start – audit – perencanaan konstruk – perencanaan tindakan – implementasi dan
evaluasi

Cara yang tepat untuk memahami proses penelitian tindakan adalah dengan
memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap
siklus mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan diantara siklus.
Ebbutt mengakui bahwa deskripsi penelitian tindakan ini tidak begitu rapih
dibandingkan dengan para pendahulunya dimana proses penelitian tindakan
pendidikan yang ideal seperti digambarkan oleh Hopkins (l993) sebagai berikut:
4.
5. Gambar 4: Desain Model Hopkins
6. Setelah membaca desain model PTK yang dikembangkan oleh beberapa
ahli, silahkan kalian memilih desain model siapa yang akan dijadikan
desain penelitian pada proses pembelajaran. Semua desain model
penelitian diatas dapat dikembangkan kembali sesuai situasi dan kondisi
sekolah yang akan dijadikan objek penelitian.

Gambar 3 Desain Model Hopkins

4. Model PenelitianTindakan Kelas yang dikembangkan oleh Kemmis & McTaggart

Kemmis dan McTaggart mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu


siklus spiral yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
(observasi), dan refleksi, yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral
berikutnya.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah mungkin peneliti telah


mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman)
sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah
memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan
kegiatan refleksi. Kebanyakan penelitian tindakan kelas mulai dari fase refleksi awal
untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah
penelitian. Langkah selanjutnya adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Berikut akan coba diuraikan satu persatu:
LANGKAH PERTAMA: REFLEKSI AWAL
Refleksi awal merupakan kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk
mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian.
Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan
mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan
pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian.
Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu
melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori
yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah
rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka
konseptual dari penelitian.
LANGKAH KEDUA: PENYUSUNAN PERENCANAAN
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara
rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel
dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
LANGKAH KETIGA: PELAKSANAAN TINDAKAN
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana
tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan
pada pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan
kinerja dan hasil program yang optimal.
LANGKAH KEEMPAT: OBSERVASI (PENGAMATAN)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan
data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau
dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah
observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
LANGKAH KELIMA: REFLEKSI
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi
terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini
peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari
tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan
lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan.
Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami
terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari
tindakan yang dilakukan.

Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan Taggart berupa siklus
dengan setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan
(tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi yang dipandang sebagai satu siklus.
Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu
dipecahkan. Pada umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan
dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini pada umumnya berdasarkan
model PTK Kemmis dan McTaggart ini.
.

Anda mungkin juga menyukai