Anda di halaman 1dari 4

Filosofi Pendidikan Indonesia

KONEKSI ANTAR MATERI

RELEVANSI PERJALANAN PENDIDIKAN


NASIONAL

ANDI NURUL RAMDANI


IPS
KONEKSI ANTAR MATERI

Koneksi Antar Materi Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia Setelah saya mempelajari
dan merefleksikan secara Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Ada beberapa pokok
penting sebagai bekal saya sebagai calon guru yang memerdekakan anak dalam proses
belajar:

1. Refleksi Konsep Sebelum Saya Mempelajari Pemikiran Ki Hajar Dewantara


Saya berpikir bahwa anak atau peserta didik adalah kertas kosong yang harus ditransfer
dengan ilmu pengetahuan. Tugas saya seorang guru adalah untuk mentransfer pengetahuan
dan keterampilan. Apa yang saya diberikan kepada peserta didik sebagai suatu paket
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pembelajaran adalah proses
membuat peserta didik aktif. Pembelajaran terpusat pada peran guru sebagai pendidik
sangat dominan. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar di dalam ruang kelas,
karena biasanya pembelajaran di luar kelas dilakukan oleh guru olahraga dan Guru
Prakarya. Saya lebih terfokus ke tuntutan kompetensi sesuai kurikulum dan cenderung
melaksanakan pembelajaran sesuai apa yang tertulis dalam kurikulum dan harus
menyelesaikan dalam satu semester sesuai dengan target kurikulum. Dalam pembelajaran
di kelas saya terfokus untuk target kurikulum dengan mengajar, memberikan tugas. Saya
berpikir sangat mudah dalam mengajar karena memberikan materi, Tugas dan anak
bias mengumpulkan tepat waktu tanpa merefleksikan tentang pembelajaran yang
memerdekakan anak. Dan saya juga sering mengeluh karena ada sebagian anak yang tidak
mengumpulkan tugas, sulit di atur dan lambat berpikir walaupun soal soal atau tugas itu
sangat mudah dan materi itu saya sudah jelaskan.
2. Apa yang Berubah dari Pemikiran atau Perilaku Saya setelah Mempelajari Pemikiran Ki
Hadjar Dewantara?
Konsep pengajaran saya berubah setelah mempelajari filosofi pendidikan dari Ki Hajar
Dewantara. Saya menyadari kekeliruan bahwa selama ini saya memnadang anak sebagai
objek dalam pembelajaran di kelas, seharusnya merekalah subjek pembelajaran,
merekalah pemegang kendali pembelajaran. Pendidik wajib menghamba pada anak
dengan segala ketulusan hati. Perubahan yang saya rasakan dari mempelajari filosofis
pendidikan Ki Hajar Dewantara yakni Sistem Among dalam Pembelajaran Proses
pembelajaran di kelas saya berlandaskan sistem “Among” Pembelajaran yang dilakukan
di kelas bertujuan untuk mendidik
anak sebagai Subjek bukan Objek (Karena anak adalah pusat pendidikan). Dalam pembelajaran
tidak menghendaki “Paksaan – paksaan ” melainkan memberi “tuntunan”bagi hidup anak agar
dapat berkembang dengan selamat, baik lahir maupun batinnya. Menyadari bahwa setiap anak
itu istimewa, unik, dan memiliki potensi dalam dirinya. Dalam sistem Among anak dididik di
sekolah sesuai dengan bakat dan minat. Pendidik sebagai Tut Wuri Handayani berperan
menuntun, mengasuh, membimbing anak sesuai kodratnya agar jiwanya merdeka lahir
dan bathin. Guru memberikan kebebasan pada anak dalam memilih gaya belajar yang
mereka sukai. Dari yang tadinya hanya menuruti instruksi akan berubah menjadi “Merdeka
Belajar “. Kita sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi
teladan, memberi semangat, memberi dorongan dan serta mengayomi peserta didik, Guru
menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sebagai mitra belajar bagi peserta
didik.Karena tujuan dari pendidikan kita harus berfokus pada murid, murid dan murid.
Pendidik adalah penuntun sehingga dalam pembelajaran di sekolah tugas guru menuntun,
membimbing peserta didik dalam mencari dan menemukan konsep-konsep teori dan membantu
mereka menerapkan konsep dan teori yang sudah mereka pelajari dalam kehidupannya
sehingga anak-anak atau peserta didik tidak kehilangan arah dan membahayakan hidupnya.

3. Apa yang Bisa segera Saya Terapkan agar Kelas Saya Mencerminkan Pemikiran KHD?
Saya sebagai pendidik harus disiplin dalam waktu ke sekolah. Guru menjadi teladan,
pemberi semangat serta memberi dorongan dalam menanamkan nilai karakter kedisiplinan
dan kerjasama, tolong menolong dalam setiap kegiatan yang ada disekolah.
Mendorong dan memotivasi peserta didik untuk saling berbagi solidaritas jika ada salah
satu warga sekolah yang mengalami kekurangan misalnya alami musibah, orang tua
meninggal, membiasakan anak mencintai lingkungan kelas/ sekolah. Meningkatkan
karakter anak dengan pembiasaan yang secara kontinyu seperti mengawali aktifitas
pembelajaran dengan berdoa, saling memuji diantara teman, selalu memberikan kata-
kata positif untuk teman sebangku/sekelas, kata terima kasih untuk bantuan/pujian
dari teman, kata maaf jika melakukan kesalah baik sengaja maupun tidak
Membudayakan budaya lokal untuk mentransformasikan pendidikan karakter anak.

Untuk mengimplementasikan merdeka belajar yang menghasilkan profil “Pelajar


Pancasila” sudah seharusnya kita melakukan perubahan-perubahan hebat di kelas kita untuk
memberikan tuntunan terbaik kepada peserta didik. Peserta didik diberi kebebasan untuk
bereksplorasi, berinovasi dan mengembangkan potensi sesuai dengan kodratnya masing-
masing. Tugas kita memberikan tuntunan, arahan,bimbingan agar kemerdekaan mereka tidak
terpengaruh oleh hal-hal negatif yang datang. Belajar bisa dilakukan dimanapun sesuai
konteksnya. Semua tempat adalah sekolah, semua rumah adalah sekolah. Untuk itu, guru harus
terus mengembangkan kompetensinya agar bisa beradaptasi dengan perubahan. Guru
harus terus belajar, untuk membelajarkan siswa. Kita harus memahami peserta didik sebagai
individu yang unik, khas sesuai kodratnya.

Anda mungkin juga menyukai