01.01.2-T2-7. Koneksi Antar Materi - Pendidikan Dan Nilai Sosial Budaya
01.01.2-T2-7. Koneksi Antar Materi - Pendidikan Dan Nilai Sosial Budaya
hello@reallygreatsite.com
Selain ketiga hal di atas, Ki Hajar Dewantara juga mempunyai semboyan pendidikan sebagai berikut: Ing
Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberikan contoh), pendidik harus mampu mengarahkan dan
membimbing peserta didik sehingga tujuan pembelajaran adalah: Setelah tercapai, belajarlah untuk
menjadi benar dan pantas.
Ing Madyo Mangun Karso (Saat di tengah memberi penguatan dan Pembelajaran Berkelanjutan)
Kehadiran pendidik memfasilitasi berbagai metode dan strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Selain itu, potensi anak dapat dikembangkan secara maksimal.
Tut Uri Handayani (Di belakang memberi dorongan) : Pendidik harus mampu memberikan dorongan dan
bimbingan kepada peserta didik agar selalu dapat belajar tuntas dan mencapai kemajuan hidup yang
bermakna dan berkesinambungan, tidak harus demikian.
Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan para pendidik untuk mengikuti perkembangan saat ini dengan
pikiran terbuka.
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa asas mengasuh anak berkaitan dengan fitrah dan hakikat waktu.
Alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan anak, sedangkan kualitas waktu berkaitan dengan isi
dan ritme.
kesimpulan dari pembahasan hubungan antar materi di atas dan menerapkannya di kelas Pertama, kami
melakukan diagnosis awal untuk memahami kemampuan, bakat, dan motivasi siswa seiring kemajuan
studinya.
Anak-anak tidak boleh dipaksa untuk belajar matematika atau sains, karena setiap anak memiliki bakatnya
masing-masing, dan guru tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada siswa.
Mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam pembelajaran.
tidak bermaksud untuk fokus hanya pada nilai-nilai kognitif.
Nilai-nilai lain bahkan keterampilan sangat dibutuhkan.
Dengan menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa, kita mengubah pola pikir guru sebagai
fasilitator yang membantu siswa mengembangkan bakatnya, bukan guru sebagai satu-satunya sumber
belajar.
Mendidik siswa menuju pendidikan abad 21 dalam kesadaran budaya, inovasi, pemecahan masalah,
komunikasi dan tanggung jawab melalui penciptaan kelas yang dinamis sesuai dengan perkembangan
dunia saat ini (sesuai dengan sifat dan sifat zaman anak) Mempersiapkan.
Selain menerapkan pendidikan yang berpusat pada siswa yang dapat menimbulkan reaksi positif,
guru juga harus diposisikan sebagai pelindung dan harus membimbing siswa agar tidak kehilangan
arah dan membahayakan diri mereka sendiri.
Ciptakan suasana kelas yang lebih nyaman dengan metode pembelajaran yang lebih menarik dan
inovatif.
Sebagai guru bisa belajar menyenangkan dengan berbagai media pembelajaran seperti gambar,
video, dan audio, serta belajar sambil bermain.
Guru memberikan pendidikan karakter pemberdayaan kepada anak didik kami sesuai dengan
enam profil siswa Pancasila (Iman, Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berbudi Luhur,
Keberagaman Global, Gotong Royong, Kemandirian, Berpikir Kritis dan Kreatifitas.
Guru berusaha memberikan teladan dan teladan yang baik dengan cara menyediakan: Pemikiran Ki
Hajar Dewantara mengingatkan para pendidik bahwa untuk mendidik anak sebenarnya perlu
dikembangkan daya bawaannya selaras dengan alam dan waktu.
Mari besarkan anak kita untuk memenuhi tuntutan alam dan zaman.
Dalam proses kepemimpinan, anak diberikan kebebasan.
Pendidik adalah pemimpin yang memberikan bimbingan dan arahan untuk membantu anak
menjadi disorientasi dan mandiri dalam belajarnya.
Melalui pendidikan karakter yang mengungkapkan keselarasan hidup antara ciptaan, rasa, karsa,
dan karya, anak dilatih untuk meningkatkan rasa menjadi diri sendiri.