Anda di halaman 1dari 4

01.01.2-T2-7.

Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

KESIMPULAN DAN REFLEKSI


TERHADAP PEMIKIRAN-
PEMIKIRAN KI HADJAR
DEWANTARA
Ishlah Alwaritsa A.P. 250211105689
Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah: Mengajar adalah suatu proses
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan manfaat bagi kecakapan
hidup jasmani dan rohani anak.
Pendidikan, sebaliknya, mengajarkan kepada anak-anak segala kekuatan
yang melekat pada diri mereka sehingga mereka dapat mencapai tingkat
keamanan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia dan
anggota masyarakat.
Saya menganggap siswa di kelas sebagai objek yang harus mengikuti
petunjuk guru dan aturan kurikulum, tanpa saya sadari bahwa pembelajaran
yang saya praktikkan sepanjang hidup saya berpusat pada guru (berpusat
pada pembelajaran).
Siswa juga diharapkan memahami seluruh isi kurikulum sehingga dapat
memperoleh nilai yang baik dalam kegiatan penilaian dan menyelesaikan
seluruh pembelajaran sesuai tujuan kurikulum.
Minat dan perilaku siswa pada saat pembelajaran sangat kami perhatikan,
karena kami hanya fokus mengajarkan materi dengan harapan siswa dapat
memahami materi yang disampaikan dan mencapai hasil belajar yang baik.
Mereka juga lupa bahwa siswa mempunyai kemampuan, bakat, dan motivasi
belajar yang berbeda-beda, padahal sama.
Dalam kegiatan pembelajaran, saya berusaha memberikan contoh perilaku
yang baik, seperti bagaimana berperilaku di kelas ketika guru sedang
menjelaskan, namun saya tidak suka dengan siswa yang dipaksa untuk
berpartisipasi di dalam kelas, sehingga dapat membuat suasana kelas
menjadi tegang.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa sebagai guru kita perlu terus belajar dan
meningkatkan kemampuan kita agar kita bisa berpikiran terbuka dan tidak terkendali
serta merasa bahwa apa yang kita lakukan sudah benar dan memuaskan. Pada akhir
semester, tujuan kurikulum sudah jelas tercapai. Permasalahan dalam dunia
pendidikan saat ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: Guru kurang menguasai
materi pelajaran. Guru tidak dapat mengendalikan kelas. Guru enggan mengajar
dengan alat bantu. Guru rendah dalam memotivasi anak untuk belajar. Guru
menggeneralisasikan kemampuan anak dalam menyerap pelajaran. Guru ragu
mempersiapkan pelajaran. Guru belum mengalami kemajuan dalam memperluas
pengetahuan dan kemampuannya sebagai guru. Guru selalu mengutamakan
pencapaian tujuan kurikulum. Selain itu, banyak kegiatan pembelajaran yang hanya
berfokus pada perkembangan kognitif dan mencakup aspek-aspek seperti nilai-nilai
agama, moral, fisik motorik kasar, motorik halus, emosi sosial, seni, keterampilan
komunikasi, dan keterampilan berbahasa tidak dilakukan.
Setelah mempelajari modul "Pertimbangan Filosofis Pendidikan Nasional" Ki Hajar
Dewantara, saya mempelajari banyak hal baru seperti pemahaman lebih dalam
terhadap gagasan Ki Hajar Dewantara bahwa "Pendidikan itu berpusat pada
siswa/pendidikan". Saya memahami hal itu.
Ki Hajar Dewantara mengingatkan, untuk benar-benar mendidik anak perlu
dikembangkan kemampuan kodratinya selaras dengan alam dan waktu. Ki Hajar
Dewantara memperkenalkan sistem sekolah berdasarkan tiga gagasan utama:
Taman Siswa, Pamong dan Among.
Student Park adalah sistem sekolah yang berfungsi sebagai tempat bermain siswa.
Siswa diberikan kebebasan untuk tumbuh dan berkembang, belajar sesuai dengan
cita-cita dan kemampuannya, serta guru mendukung proses belajarnya sesuai
dengan kebutuhan individu masing-masing siswa. Tahap bawah menekankan bahwa
siswa adalah fokus utama dan prioritas utama yang harus dilayani dan guru
berperan sebagai fasilitator, memberikan bimbingan, perhatian, dan kasih sayang.
Selain itu, prinsip semu didasarkan pada dua hal. Salah satunya adalah kebebasan
belajar bagi siswa. Kedua, siswa belajar sesuai dengan keinginan dan kemampuan
alamiahnya. Anak mempunyai hak yang sama untuk tumbuh sesuai kemampuannya
dan tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Pamong diartikan sebagai Guru. Ibarat petani yang menanam padi, kita tidak bisa
menentukan ke arah mana padi akan tumbuh. Hal ini juga mengarah anak-anak
yang sudah mempunyai minat dan bakat tersendiri dan tidak bisa dipaksa untuk
menjadi apa yang diharapkan oleh guru atau orang tuanya. Guru berperan sebagai
pelatih dan mendukung pembelajaran siswa. Dukungan dapat bersifat psikologis,
seperti memotivasi, memberi inspirasi, dan menciptakan kondisi yang diperlukan agar
siswa dapat berpikir mandiri dan kritis. Namun jika ada siswa yang mengalami
kesulitan belajar, guru harus mengambil tindakan.

hello@reallygreatsite.com
Selain ketiga hal di atas, Ki Hajar Dewantara juga mempunyai semboyan pendidikan sebagai berikut: Ing
Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberikan contoh), pendidik harus mampu mengarahkan dan
membimbing peserta didik sehingga tujuan pembelajaran adalah: Setelah tercapai, belajarlah untuk
menjadi benar dan pantas.
Ing Madyo Mangun Karso (Saat di tengah memberi penguatan dan Pembelajaran Berkelanjutan)
Kehadiran pendidik memfasilitasi berbagai metode dan strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Selain itu, potensi anak dapat dikembangkan secara maksimal.
Tut Uri Handayani (Di belakang memberi dorongan) : Pendidik harus mampu memberikan dorongan dan
bimbingan kepada peserta didik agar selalu dapat belajar tuntas dan mencapai kemajuan hidup yang
bermakna dan berkesinambungan, tidak harus demikian.
Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan para pendidik untuk mengikuti perkembangan saat ini dengan
pikiran terbuka.
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa asas mengasuh anak berkaitan dengan fitrah dan hakikat waktu.
Alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan anak, sedangkan kualitas waktu berkaitan dengan isi
dan ritme.
kesimpulan dari pembahasan hubungan antar materi di atas dan menerapkannya di kelas Pertama, kami
melakukan diagnosis awal untuk memahami kemampuan, bakat, dan motivasi siswa seiring kemajuan
studinya.
Anak-anak tidak boleh dipaksa untuk belajar matematika atau sains, karena setiap anak memiliki bakatnya
masing-masing, dan guru tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada siswa.
Mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam pembelajaran.
tidak bermaksud untuk fokus hanya pada nilai-nilai kognitif.
Nilai-nilai lain bahkan keterampilan sangat dibutuhkan.
Dengan menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa, kita mengubah pola pikir guru sebagai
fasilitator yang membantu siswa mengembangkan bakatnya, bukan guru sebagai satu-satunya sumber
belajar.
Mendidik siswa menuju pendidikan abad 21 dalam kesadaran budaya, inovasi, pemecahan masalah,
komunikasi dan tanggung jawab melalui penciptaan kelas yang dinamis sesuai dengan perkembangan
dunia saat ini (sesuai dengan sifat dan sifat zaman anak) Mempersiapkan.
Selain menerapkan pendidikan yang berpusat pada siswa yang dapat menimbulkan reaksi positif,
guru juga harus diposisikan sebagai pelindung dan harus membimbing siswa agar tidak kehilangan
arah dan membahayakan diri mereka sendiri.
Ciptakan suasana kelas yang lebih nyaman dengan metode pembelajaran yang lebih menarik dan
inovatif.
Sebagai guru bisa belajar menyenangkan dengan berbagai media pembelajaran seperti gambar,
video, dan audio, serta belajar sambil bermain.
Guru memberikan pendidikan karakter pemberdayaan kepada anak didik kami sesuai dengan
enam profil siswa Pancasila (Iman, Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berbudi Luhur,
Keberagaman Global, Gotong Royong, Kemandirian, Berpikir Kritis dan Kreatifitas.
Guru berusaha memberikan teladan dan teladan yang baik dengan cara menyediakan: Pemikiran Ki
Hajar Dewantara mengingatkan para pendidik bahwa untuk mendidik anak sebenarnya perlu
dikembangkan daya bawaannya selaras dengan alam dan waktu.
Mari besarkan anak kita untuk memenuhi tuntutan alam dan zaman.
Dalam proses kepemimpinan, anak diberikan kebebasan.
Pendidik adalah pemimpin yang memberikan bimbingan dan arahan untuk membantu anak
menjadi disorientasi dan mandiri dalam belajarnya.
Melalui pendidikan karakter yang mengungkapkan keselarasan hidup antara ciptaan, rasa, karsa,
dan karya, anak dilatih untuk meningkatkan rasa menjadi diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai