Anda di halaman 1dari 54

BUPATI MALANG

PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG


NOMOR / renUN ZOtS
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG,

Menimbang a. bahwa potensi kepariwisataan di Kabupaten Malang perlu


dikembangkan guna menunjang Pembangunan Daerah dan
Pembangunan Kepariwisataan;
b. bahwa untuk melaksanakan pembangunan bidang Pariwisata
di Kabupaten Malang maka perlu menetapkan Rencana
Induk Pembangunan Pariwisata Daerah, sebagai landasan
bagi semua kegiatan pemanfaatan potensi pariwisata secara
optimal, serasi, selaras, seimbang, terpadu, tertib, lestari dan
berkelanjutan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, maka perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun l95O tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan
Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II
Surabaya dengan mengubah Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota
Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yoryakarta (kmbaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
273O1;

Dr\D B.rnE\1lI I IENDRA\PER9 J DEol51tuirisd.lhlsil ro! FovRrPDA.4Ptov.d@


2

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2OO9 tentang
Kepariwisataan (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO9 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (kmbaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 33, Tambahan
kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4988);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 130, Tambahan Irmbaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5168);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 20ll tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (kmbaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2O11 Nomor 82,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
s2341;
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang
Pemerintahan Daerah (tembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Irmbaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2O14 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (kmbaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lrmbaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang
Pengusahaan Pariqrisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
(kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 20lO Nomor
35, Tambahan lrmbaran Negara Republik Indonesia Nomor
3650);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 5O Tahun 20ll tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepa.riwisataan Nasional
Tahun 2O1O - 2015 (lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5262);
Or\D H6rd \1111 HENORA\PEROA JADlPol5lF.tlwhatarh*ilr€ / p. \RlPDr.dProv d@
J

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009


tentang Pedoman Pembangunan Ekowisata di Daerah;
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Tahun 2OLL-2O31 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012 Nomor 3 Seri D);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2OO8
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2005 - 2025 (lembaran Daerah
Kabupaten Maleng Tahun 2OO8 Nomor 3/E);
15. Petaturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2O1O
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
(kmbaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010
Nomor 5/E);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 7 Tahun 2O1O
tentang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Hidup (kmbaran Daerah Kabupaten Malang
Tahun 2010 Nomor 3/E);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2013
tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata (lembaran Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2013 Nomor 3/);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Malang nomor 10 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2Ol3 Nomor 2 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG
dan
BUPATI MALANG

MEMUTUSI(AN:

Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA INDUK


PEMBANGUNAN PARMISATA DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Malang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang.
3. Bupati adalah Bupati Malang.
o:iD 8dnr.\r 11 1 HENOfi \PERO JADl\2ol5\P..lryi!:rr\h6ll rry PlwErPO .dF oy.d6
4

4. Wisata adalah kegiatan pedalanan yang dilakukan oleh


seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, Pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan DTW yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara.
5. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
6. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata. dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat pengusaha, Pemerintah, Pemerintah
Provinsi dal Pemerintah Daerah.
7. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesarna wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan pengusaha.
8. Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang
selanjutnya disingkat RIPPDA adalah rumusan pokok-pokok
kebijaksanaan perencanaan dan pemanfaatan pembangunan
pariwisata di Daerah yang didalamnya mencakup aspek
ketataruangan, usaha pariwisata, faktor penunjang dan
Pembangunan kepariwisataan secara berlanjut dan
berwawasal lingkungan.
9. Daya Tarik Wisata yang selanjutnya disebut DTW adalah
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai
yang berupa keanekaraga.man kekayaan alam, budaya dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
10. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yaflg berada dalam satu
atau lebih wilayah administratif yang di dala:rmya terdapat
DTW, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang sating terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.
11. Kawasan Pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata
yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah
administrasi desa/ kelurahan yang di dalamnya terdapat
potensi DTW, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas
umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya
masyarakat yang saling mendukung dalam perlrujudan
kepariwisataan.

Oi\D H€ndra\l111 HENDRA\PERM JADl\2olslPadwisak\hasilrev p.ov\RIPOA€<lFr@.doc


5

12. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki


fungsi utama pariwisata atau rremiliki potensi untuk
Pembangunan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi,
sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, s-erta pertahanan dan keamanan.
13. Aksesibilitas pariwisata adalah semua jenis sarana dan
prasarana transportasi yang mendukung pergerakan
wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi
pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi
pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.
14. Prasarana umum adalah kelengkapan dasar Iisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu
lingkungan dapat beroperasi darr berfungsi sebagaim:ura
mestinya.
15. Fasilitas umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu
lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum
dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian.
16. Fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara
khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan
kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam
melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata.
17. Pemasaran pariwisata adalah serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk
wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk
mengeanbangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingan.
18. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
peryelengara pariwisata.
19. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang
yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.
20. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang danl atau
jasa bagr pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
Pembangunan Pariwisata.
21. Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta
jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi,
meliputi pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme
operasional, yang secara berkesinambungan guna
menghasilkan perubahan kearah pencapaian tujuan di
bidang kepariwisataan.

D:\D rhnclra\1111 IIENORA1PERDA JADl!2015P.riwbata$asil rw provnPD .dProv.doe


6

22. Organisasi kepariwisataan adalah institusi baik di


pemerintah provinsi maupun swasta yang berhubungan
dengan penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan.
23. Sumber daya manusia pariwisata yang selanjutnya disebut
SDM pariwisata adalah tenaga kerja yang pekedaannya
terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan
kepariwisataan.
24. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh
pekerja pariwisata untuk mengembangkan profesionalitas
kerja.
25. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses dan peran
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam
memajukan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan
melalui kegiatan kepariwisataan.
26.Standarisasi kepariwisataan adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang
dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua
pihak guna menjamin kualitas dan kredibilitas usaha di
bidang kepariwisataan.
27. lnsentif investasi adalah kemudahan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah kepada investor berupa keringanan baik
itu pajak, fasilitas pendukung, maupun pengurusan
investasi.
28. Sertilikasi adalah proses pemberian sertiEkat kepada usaha
dan pekeq'a pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu
produk pariwisata, pelayanan dan pengelolaan
kepariwisataan.

BAB II
ASAS, PRINSIP, VISI DAN MISI, TUJUAN, SASARAN DAN FUNGSI

Bagran Pertama
Asas

Pasal 2

Pembangunan Kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan:


a. asas manfaat;
b. asas kekeluargaan;

D:\D H.ndr\t 11 1 HENDRA\PERET J^Dn2U5\Patu6.ta\harl r6v D.ov\RlPOA.dP.o! do.


7

c. asas adil dan merata;


d. asas keseimbangan;
e. asas kemandirian;
f. asas kelestarian;
g. asas partisipatif;
h. asas berkelanjutan;
i. asas demokratis;
j. asas kesetaraan; dan
k. asas kesatuan.

Bagran Kedua
Prinsip

Pasal 3

Pembangunan Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan


prinsip:
a. menjunjung tinggi norna agama dan nilai budaya sebagai
pergqiawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan
hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,
hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan
hubungan antara manpsia dan ling[ungan;
b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya,
dan kearifan lokal;
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan,
kesetaraan, dan proporsionalitas;
d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. memberdayakan masyarakat setempat;
f. menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antar
desa antara pusat dan daerah yang merupakan satu
kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta
keterpaduan antar pemangku kepentingan;
g. mematuhi kode etjk kepariwisataan dunia dan kesepakatan
internasional dalam bidang pariwisata; dan
h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pasal 4

Pembangunan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 yang diwrrjudkan melalui pelaksanaan rencana
pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan
keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam,
serta kebutuhan manusia untuk berwisata.

D:\D Hdd6\1 111 TENORAIPERI A J^Drp0l5Plriwir.r.h.sir rev Prd\RlPoA.(nftd doc


8

Pasal 5

Pembangunan Kepariwisataan meliputi:


a. pembangunan destinasi pariwisata;
b. pembangunan industri pariwisata;
c. pembangunan pemasaran; dan
d. pembangunan kelemba gaan kepariwisataan.

Pasal 6

(1) Pembangunan Kepariwisataan dilakukan berdasarkan


RIPPDA.
(2) Pembangunan Kepariwisataan sebaqaimaaa dimaksud pada
ayat (1) merupakan bagran integral dari Rencana
Pembangunan Jalgka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

Bagian Ketiga
Visi dan Misi

Pasal 7

(1) Visi Pariwisata Daerah adalah 'Terwrrjudnya Kepariwisataan


Daerah yang Berbasis Masyarakat".
(2) Dalarn mewujudkan visi Pariwisata Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan misi:
a. membangun jati diri dan citra kepariwisataan Daerah
yang berbasis masyarakat; dan
b. mendorong perkembangan kepariwisataan Daerah yang
berkualitas melalui:
1) pengembangan DTW yang berdasarkan kearifan lokal;
2) membangun sarana dan prasarana dalam
keselarasan dan keharmonisan lingkungan;
3) mewujudkan kualitas pelayanan yang baik pada
masyarakat; dan
4) mempromosikan sarana informasi dan
menyelenggarakan promosi yang lebih berkualitas.

D\D liedEx 111 HENORA\PEROA JADn2ol5\Pariwildla\h.sil rcv p.drRlPoA.ddJrdnm


9

Bagian Keempat
Tujuan

Pasal 8

Penetapan RIPPDA bertujuan untuk:


a. memberikan gambaran secara komprehensif mengenai
Pembangunan potensi pariwisata Daerah yang meliputi DTW,
Usaha Sarana Wisata dan Usaha Jasa Pariwisata;
b. memberikan Pedoman tentang perencanaan yang
dibutuhkan dalam pembangunan kepariwisataan di Daerah
yang mengakomodasikan isu-isu strategis dan
perkembangan aktual secara terintegrasi dan sinergis
sehinxga pariwisata diiadikan alat dalam mencapai
kesejahteraan secara berkelanjutan;
c. menyikapi peluang pembangunan kepariwisataan di Daerah
sejalan dengan Perkembangan Pemerintah Daerah; dan
d. memberikan arah kebiiat<an dalam membangun
kepariwisataan yang didasari oleh kebljaksanaan
perencanaan pembangunan Daerah.

Bagian Kelima
Sasaran

Pasa-l 9

Sasaran RIPPDA adalah:


a. tersusunnya suatu konsep pembangunan kepariwisataan
daerah, yang dilandasi pendekatan perencanaan dan isu-isu
strategis yang terkait dengan Pembangunan pariwisata
daerah;
b. teridentifikasinya Kawasan Daya Tarik Wisata Unggulan
Daerah, Daya Tarik Wisata Unggulan Daerah dan Desa
Wisata sesuai kriteria yang ditetapkan; dan
c. tersusunnya arah kebijakan darr strategi pembangunan
kepariwisataan daerah serta indikasi program Pembangunan
kepariwisataan di setiap Kawasan Wisata Unggulan Daerah.

Bagran Keenam
Fungsi

Pasal 1O

RIPPDA berfungsi sebagai:


a. pedoman pembinaan dan pembangunan kawasan pariwisata,
DTW, sanana dan prasarana wisata, pemasaran wisata,
promosi, kelembegae n kepariwisataan, sumhr daya
manusia kepariwisataan, serta investasi pembangunan di
bidang kepariwisataan;

D:\D tL.dn\l11 1 HENDR \PERDA J Dr\2ot5\Pri*bd.\hail rsv r@\Rlmrod|Prd.de


10

b. pedoman bagi pengawasan dan pengendalian pembangunan


pariwisata dan DTW;
c. pedoman penyusunan rencana pembangunan daerah sub
selrtor pariwisata; dan
d. penjabaran pemanfaatan ruang sub sektor kepariwisataan
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah.

BAB III
RUANG LINGKUP DAN JANGKA WAKTU PERENCANAAN

Bagran Pertama
Ruang Lingkup

Pasal 11

Ruang Lingkup RIPPDA terdiri atas:


a. Ruang Lingkup Wilayah;
b. RuangLingkup Pekerjaan; dan
c. Ruang Lingkup Substansi.
Pasal 12

(1) Ruang Lingkup Wilayah RIPPDA sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 11 huruf a adalah daerah dengan batas-batas
yang ditentukan berdasarkan aspek administratif Daerah.
(2) Batas-batas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan
dan l(abupaten Mojokerto;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lumajang
dan lGbupaten Probolinggo;
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kediri,
Kabupaten Jombang dan Kabupaten Blitar;
d. Tengah berbatasan dengan Kota Malang dan Kota Batu;
dan
e. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.

Pasal 13

Ruang Lingkup Pekerjaan RIPPDA sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 huruf b memfokuskan pada perencanaan satu atau
beberapa Daya Tarik Wisata wisata yang menjadi dan/atau akan
menjadi unggulan Daerah.

O:lD H.taE\11,1 HEIIORA\PERD JADIEOl5lP-iri!&1h-rl ra/ FoVIRIPD .frq doc


ll

Pasal 14

Ruang Lingkup Substansi RIPPDA sebagaimana dimaksud


dalam Pasal l1 huruf c, meliputi:
a. kebijakan makro dan mikro pariwisata Daerah;
b. DTW;
c. sarana dan Prasarana pendukung wisata;
d. karakteristik Pasar Wisata;
e. kawasan wisata unggulan dan prioritas pembangunaa
wisata; dan
f. kebijakan, strategi dan program pembangunan
kepariwisataan.

Bagian Kedua
Jangka Waktu Perencanaan

Pasal 15

Jangka waktu RIPPDA adalah 15 (lima belas) tahun.

BAB IV
ARAHAN KEBIJAXAN PEMBANGUNAN DAYA TARIK PARIWISATA

Pasa1 16

Arah kebijakan Pembangunan DTW, meliputi:


a. perintisan pengembangan DTW dalam rangka mendorong
pertumbuhan destinasi pariwisata dan pengembangan
daerah;
b. pembangunan DTW untuk meningkatkan kualitas dan daya
saing produk dalam menarik minat dan loyalitas segmen
pasar yang ada;
c. pemantapan DTW untuk meningkatkan daya saing produk
dalam menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen
pasar yang lebih luas; dan
d. revitalisasi DTW dalam upaya peningkatan kualitas,
keberlanjutan dan daya saing produk dan destinasi
pariwisata.
O:lD HddBU I 1 I HENOR]r{rERO( J Dr.20l5'PrrE&'.latl rcv pror/\RlPO^.dtPrrr.doc
12

Pasal 17

Sasaran pembangunan pariwisata daerah, adalah:


a. terkelolanya seluruh potensi pariwisata secara lebih
profesional dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan
pe.ngusaha yang sejalan dengan kepentingan penataan
ruang, peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Pembangunan
seni dan budaya daerah serta pelestarian lingkungan;
b. menjadikan daerah sebagai daerah tujuan wisata regional
dan nasional;
c. memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
mendorong penggunaan produk lokal;
d. menjadikan kegiatan pariwisata menjadi kegiatan
masyarakat dan Pemerintah Daerah; dan
e. meqjaga kelestarian serta memupuk rasa cinta alam dan
budaya serta memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal.

Pasal 18

(1) Strategi kebijakan dalam pembangunan DTW meliputi :

a. perintisan pengembangan;
b. pembangunan;
c. pemantapan;
d. revitalisasi.
(2) Strategi perintisan pengembangan DTW sebagaimana
rlimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. merrgernbangkan DTW baru di Destinasi hriwisata yang
belum berkembang Kepariwisaraannya; dan
b. memperkuat upaya pengelolaan potensi Kepariwisataan
dan lingkungan dalam mendukung upaya perintisan.
(3) Strategi Pembangunan tfIW sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hurt.f b, meliputi:
a. mengembangkan inovasi manajemen produk dan
kapasitas DTW untuk mendorong akselerasi
perkembangan Destinasi Pariwisata; dan
b. memperkuat upaya konservasi potensi Kepariwisataan
dan lingkungan dalam mendukung intensifikasi DTW.
(4) Strategi pemantapan DTW sebagaimana dimaksud pada ayat
(l) huruf c, meliputi:
a. mengembangkan diversifikasi atau keragaman nilai DTW
dalam berbagei tema terkait; dan
b. memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan
konservasi frotensi Kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung diversifikasi DTW.

O:\O tlsd6\1111 HENORA\PERO JAOr2O15\P..ieis.t l6ir r€v prw\RrPO .<,lPrd.d@


13

(5) Stmtegi revitalisasi DTW sebagaimana dimalsud pada ayat


(1) huruf d, meliputi:
a. revitalisasi strulctur, elemen dan aktivitas yang menjadi
penggerak kegiatan Kepariwisataan pada DTW; dan
b. memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan
konservasi potensi Kepa.riwisataan dan lingkungan dalam
mendukung revitalisasi daya tarik dan kawasan di
sekitamya.

BAB V
DAYA TARIK WISATA DI DAERAH

Pasal 19

DTW di Daerah meliputi:


a. DTW alam;
b. DTW budaya; dan
c. DTW hasil buatan manusia.

Pasal 20

DTW di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


sebaga.:imana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagran tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 21

Selain DTW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Bupati


dapat menetapkan suatu kawasan dan /atau kegiatan sebagai
DTW berdasarkan perkembangan potensi pariwisata daerah.

BAI} VI
STRATEGI PEMBANGUNAN PARIWISATA

Pasal 22

Strategi Pembangunan Pariwisata, meliputi:


a. strategi pembangunan produk pariwisata;
b. strategi pemasaran dan promosi;
c. strategi pembangunan aksesibilitas;
d. strategi pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan
fasilitas pariwisata; dan
e. strategi pembangunan usaha;

OrOH..dra\1111 HENORA\PERO J^Dn2olsPld*i*htt sil r*pov\RlP&t6.XProv.doc


l4

Pasal 23

Strategi Pembangunan Produk Pariwisata sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, meliputi:
a. menata dan mengembangkan produk pariwisata wisata
secara teratur sesuai dengan pasar wisatawan terutama
wisatawan domestik;
b. mengoptimalkan produk pariwisata wisata yang mempunyai
nilai jual secara khusus, untuk pasar wisatawan
mancanegara;
c. menata event-event pariwisata secara teratur untuk
ditinglratkan menjadi event regional dan nasional;
d. usaha penganekaragaman produk/DTW;
e. menata dan mengembangkan produk pariwisata yang
berwawasan lingkungan ;
f. menjaga kelokalan dan keaslian, mengatur dan menetapkan
agar setiap DTW wisata mempunyai kekhasan sendiri; dan
g. menggabungkan DTW wisata menjadi satu kesatuan
kawasan dan menyatukan kawasan menjadi satu kesatuan
daerah tujuan;
h. Optimalisasi Produk pariwisata untuk insentif investasi,

Pasal 24

Strategi pemasaran dan promosi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 22 huruf b, meliputi:
a. meningkatkan dan mengembangkan sistem informasi serta
kualitas promosi yang efektif dan kemudahan wisatawan
untuk memperoleh semua hal tentang produk wisata yang
ada dan siap jual;
b. meningkatkan citra produk wisata Daerah agar mampu
bersaing dengan daerah-daerah wisata lainnya yang sudah
berkembang di daerah;
c. meningkatkan peran serta biro pedalanan wisata dan agen
peg'alanan wisata untuk menjual produk pariwisata Daerah;
dan
d. meningkatkan u sadar uisatd dan " sapta pesond di
kalangan para pejabat, pengusaha dan masyarakat, agar
tumbuh kegiatan wisata yang berwawasan lingkungan.

Pasal 25

Strategi pembangunan aksesibilitas sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 22 hurof c, meliputi:
a. meningkatkan akses antara daerah-daerah yang memiliki
potensi wisatawan;
b. menata sistem penunjuk jalan/rambu-rambu lalulintas
yang mempermudah para wisatawan untuk mencapai DTW
wisata; dan
c. berintegrasi dengan sektor yang lain.
D:\D H.rxt6\111 1 HENDRATPERDA JADMolSPriwilrr.llx t rd p.d\RtPoA.fr@.d@
15

Pasal 26

Strategi pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan


fasilitas pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ll,ur:uf
d, meliputi:
a. pengembangan Prasarana Umum, Fasi'litas Umum, dan
Fasilitas Pariwisata dalam mendukung perintisan
pengembangan Destinasi Pariwisata;
b. peningkatan Prasarana Umum, kualitas Fasilitas Umum, dan
Fasilitas Pariwisata yang mendukung pertumbuhan,
men in gkatkan kualitas dan daya sajng Destin asi Pariwisata;
dan
c. pengendalian Prasarana Umum, Pembangunan Fasilitas
Umum, dal Fasiiitas Pariwisata fagr destinasi pariwisata
yang sudah melampaui ambang batas daya dukung.

Pasal 27

Strategi pembangunan usaha sebagaimana dimaksud dalam


Pasl 22 huruf e, meliputi:
a. mewujudkan iklim yang menguntung!<an bagi dunia usaha
kepariwisataan dan memberikan kemudahan-kemudahan
bagi pengusaha yang akan menanamkan modalnya dalam
bidang pariwisata;
b. membina pengusaha pariwisata menengah dan kecil da-lam
upaya peningkatan kualitas jasa usaha pariwisata;
c. menumbuhkan dan mengembangkan profesionalisme;
d. bertahap dan konsisten (tahap eksplorasi, Pembangunan,
konsolidasi dan berkelanjutan); dan
e. pola pariwisata inti ralcyat dan kemitraan.

BAB VII
PEI"AKSANAAN DAN PENGENDAIIAN

Bagran Kesatu
Pelaksanaan

Pasal 28

Pelaksanaan RIPPDA sebagaimana dimaksud dalam pasal 5


berbentuk Program Pembangunan Kepariwisataan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, perseorangan,
kelompok masyarakat, atau badan usaha swasta yang harus
memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Pasal 29

D:\D tt odr.\1111 HENORATPERD{ JADI\2015\Pr*Brr.\h!nlr.v p.ov\RlPDA.dPro{.r1..


l6

Pelaksanaan program Pembangunan Kepariurisataan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, Satuan Kerja Perangkat
Daerah bidang kepariwisataan sebagai penanggunglawab
didukung oleh instansi terkait.

Pasal 30

Program Pembangunan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 28 sebagaimana tercantum dalarn lsmpil t II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Pengendalian

Pasal 31

Pengendalian RIPPDA dilaksanakan dalam bentuk pengawasan


dan penertiban demi terwujudnya pembangunan pariwisata
Daerah.

Pasal 32

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3l


dilaksanakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan dan
evaluasi prograrn pembangunan pariwisata Daerah.
(2) Penertiban sebagaimens dimaksud dalam Pasal 31
ddaksanakan dalam bentuk pembinaan dan penerapan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 33

(l) Tanggung jawab utama dalam pelaksanaan dan


pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dan
Pasal 32 dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang melaksanakan tugas di bidang kepariwisataan.
(2) Untuk melaksanakan tanggung jawabnya Satuan Kerja
Perangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkoordinasi dengan instansi, lembaga dan/atau
pihak-pihak lain yang terkait.
Pasal 34
O:\O lt€ndE\1111 TENDRA\PERDA J^Dl\zolSPdiwidt \hail rd p.@\RlmA..tP.N de
17

(1) RIPPDA dapa.t ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun guna


mendapat bahan-bahan masukan sebagai bahan
penyempurnaan RIPPDA selanjutnya yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi maupun perkembangan yang
akare terjadi dan/atau yang a1<an datang.
(2) Hasil peninjauan kembali RIPPDA sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAEI VIU
HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN

Bagtan Kesatu
Hak

Pasal 35

Pemerintah Daerah mengatur dan mengelola urLlsan


kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 36

(1) Setiap orang berhak:


a. memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata;
b. melakukan usaha pariwisata;
c. menjadi pekerja/ buruh pariwisata; dan/atau
d. berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan.
{2) Setiap orang dan/atau masyarakat di dalam dan di sekitar
destinasi pariwisata mempunyai hak prioritas untuk:
a. menjadi pekerja/buruh;
b. konsinyasi; dan/atau
c. pengelolaan.

Pasal 37

Setiap wisatawan berhak memperoleh:


a. informasi yang akurat mengenai DTW;
b. pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar;
c. pe'rlindungan hukum dan keamanan;
d. pelayanan kesehatan;
e. perlindungan hak pribadi; dan
f. perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang
berisiko tinggi-
Pasal 38

D:D liondra\'1111 HENOR PEhOA JADI\2Ol5iP6rlvhet hasll ra/ provRlPoA€drPror.do.


l8

Setiap pengusaha pariwisata bertrak:


a. mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha di
bidang kepariwisataan ;
b. membentuk dan menjadi anggota asosiasi kepariwisataan;
c. mendapatkan perlindungan hukum dalam berusaha; dan
d. mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kedua
Kewajiban

Pasal 39

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban:


a. menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan
hukum, serta keamanan dan keselamatan kepada
wisatawan;
b. menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan
usaha pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan
yang s€una dalam berusaha, memfasilitasi, dan
memberikan kepastian hukum;
c. memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset
nasional yang menjadi DTW dan aset poGnsial yang
belum tergali; dan
d. menga.wasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan
dalam rangka mencegah dan menanggulangi berbagai
dampak negatif bagi masyarakat luas.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan dan
pengendnlian kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) huruf d diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 40

Setiap orang berkewajiban:


a. menjaga dan melestarikan DTW; dan
b. membantu terciptanya suasana aman, terlib, bersih,
berperilaku santun, dan menjaga kelestarian lingkungan
destinasi pariwisata.
Pasal 41

O:\D ft .dE\1111 HEiIORA\P€f,DA JADA2015\Pri*i.Ca\hail r€v p.o\,\RtPoA..lProv.d@


19

Setiap wisatawan berkewajiban :

a. menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat,


budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
setempat;
b. memelihara dan melestarikan lingkunga.n;
c. turut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan;
dan
d. turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang
melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melangar hukum.

Pasal 42

Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban:


a. menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat,
budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
setempat;
b. memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab;
c. membrikan pelayanan yang tidak diskriminatif;
d. memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan
keamanan, dan keselamatan wisatawan;
e. memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata
dengan kegiatan yang berisiko tinggi;
f. mengembangkan kemitraan dengan usaha milao, kecil, dan
koperasi setempat yang saling memerlukan, memperkuat,
dan menguntungkan;
g. mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat,
produk dalam negeri, dan memberikan kesempatan kepada
tenaga keg'a lokal;
h. meningkatkan kompetensi tenaga kerl'a melalui pelatihan
dan pendidikan;
i. berperan aktif dalam upaya Pembangunan prasarana dan
program pemberdayaan masyarakat;
j. turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang
melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum
di lingkungan tempat usahanya;
k. memelihara lingkungan yang sehat, bersih, dan asri;
l. memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya;
m. menjaga citra Daerah melalui kegiatan usaha kepriwisataan
secara beftanggung jawab; dan
n. menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga

Dr\D ib..l,E\l,I I HENOR IPERO JAOn?015iP!d*Bat vE l r€\, Fw\RlPor.derw.doc


20

Larangan

Pasal 43

(1) Setiap orang dilarang merusak sebagian atau seluruh fisik


DTW.
(2) Merusak fisik DTW sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
adalah melakukan perbuatan mengubah warna, mengubah
bentuk, menghilangkan spesies tertentu, mencemarkan
lingkungan, memindahkan, mengambil, menghancurkan,
atau memusna.hkan 51167 sghingga berakibat berkurang atau
hilangnya keunikan, keindahan dan nilai autentik suatu
DTW yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.

BAB IX
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 44

Pemerintah Daerah berwenang:


a. menyusun dan menetapkan peraturan bupati tentang
Pengembangan Pariwisata daerah;
b. menetapkan destinasi pariwisata Daerah
;
c. menetapkan DTW Daerah;
d. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan
pendaftaran usaha pariwisata;
e. mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan;
f. memfasilitasi dan mel,akukan promosi destinasi pariwisata
dan produk pariwisata;
g. memfasilitasi Pengembangan DTW baru;
h. menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan
dalam lingkup daerah;
i. memelihara dan melestarikan DTW;
j. menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata; dan
k. mengalokasikan anggaran kepariwisataan.

Pasal 45

( 1) Setiap perseor€rngan, organisasi pariwisata, lembaga


Pemerintah Daerah, serta badan usaha yang berprestasi luar
biasa dan/atau berjasa besar dalam partisipasinya
meningkatJ<an Pengembangan, kepeloporan, dan pengabdian
di bidang kepariwisataan yang dapat dibuktikan dengan
fal<ta yang konkret diberi penghargaan.

O:\D H€ndE\i 111 HENDRATP€RD J^Dl\2olsP.iriEt v6d R Fo'.\RlPD .frovdoc


2t

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan,


bentuk penghargaan dan pelaksanaan pernberian
penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bupati.

Pasal 46

(1) Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan dan


penyebarluasan informasi kepada masyarakat untuk
kepentingan Pengembangan kepariwisataan.
(2) Dalam menyediakan dan menyebarluaskan informasi,
Pemerintah Daerah mengembangkan Sistem Informasi
Kepariwisataan Daerah.
(3) Pemerintah Daerah dapat mengembangkan dan mengelola
sistem informasi kepariwisataan sesuai dengan kemampuan
dan kondisi daerah.

Bagian Kedua
Badan Promosi Pariwisata Daerah

Pasal 47

(l) Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi pembentukan Badan


Promosi Pariwisata Daerah yang berkedudukan di Daerah.
(2) Badan Promosi Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan lembaga swasta dan bersifat
mandiri.
(3) Badan Promosi Pariwisata Daerah dalam melaksanalan
kegiatannya wajib berkoordinasi dengan Badan Promosi
Pariwisata Indonesia.
(4) Pembentukan Badan Promosi Pariwisata Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.

Pasal 48

Struktur organisasi Badan Promosi Pariwisata Daerah terdiri


atas 2 (dua) unsur, yaitu:
a. unsur penentu kebiiakan; dan
b. unsur pelaksana.

Dr\D ri6rdr.\1l l1 HEiIDRA\PERM J OIUOIS\P.riNixt \hdil @ D.olr8tm^.frov.do.


22

Pasal 49

(1) Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a berjumlah 9
(sembilan) orang anggota terdiri atas:
a. wakil asosiasi kepariwisataan 4 (empat) orang;
b. wakil asosiasi profesi 2 (dua) orang;
c. wakil asosiasi penerbangan 1 (satu) orang; dan
d. pakar /akademisi 2 (dua) orang.
(2) Keanggotaan unsur penentu kebijakan Badan Promosi
Pariwisata Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati
untuk masa tugas paling lanna 4 (empat) tahun.
(3) Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Daerah
dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua yang
dibantu oleh seorang sekretaris yang dipilih dari dan oleh
anggota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata ke{a, persyaratan,
serta tata cara pengangkatan dan pemberhentian unsur
penentu kebijakan selagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 50

Unsur penentu kebijakan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 49 membentuk unsur pelaksana untuk menjalankan tugas
operasional Badan Promosi Pariwisata Daerah.

Pasal 51

(1) Unsur pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48


huruf b dipimpin oleh seorang direktur eksekutif dengan
dibantu oleh beberapa direktur sesuai dengan kebutuhan.
(2) Unsur pelaksana Badan Promosi Pariwisata Daerah wajib
menyusun tata ke{a dan rencana kerja.
(3) Masa kerja unsur pelaksana Badan homosi Pariwisata
Daerah paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa kerja berikutnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata keqja, persyaratan,
serta tata cara pengangkatan dan pemberhentian unsur
pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Badan Promosi
Pariwisata Daerah.

O:\D l-bndnu111 HENORA\PERDAJ^ol\2olSP.iwisd\tE{ BFovlRlPoLdFrd.de


l.)

Pasal 52

(1) Badan Promosi Pariwisata Daerah mempunyai tugas:


a. meningkatkan citra kepariwisataan daerah;
b. meningkatkan ku4jungan wisatawan mancanegara dan
penerimaan devisa;
c. meningkatkan kunjungan wisatawan dan pembelanjaan;
d. menggalang pendanaan dari sumber selain Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
e. melakukan riset dalam rangka Pengembangan usaha dan
bisnis pariwisata.
(2) Badan Promosi Pariwisata Daerah mempunyai fungsi
sebagai:
a. koordinator promosi pariwisata yang dilakukan dunia
usaha di pusat dan daerah; dan
b. mitra kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pasal 53

(1) Sumber pembiayaan Badan Promosi Pariwisata Daerah dapat


berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Prorrinsi dal,i atau
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; dan
b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bantuan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapataa
dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Betanja
Daerah bersifat hibah sesuai dengan ketentuan peraturarl
perundang-undangan.
dana yang bersumber dari
(3) Pengelolaan non-Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan non-Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah wajib diaudit oleh akuntan
publik dan diumumkan kepada masyarakat.

BAB X
PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA, STANDARDISASI,
SERTIFIKASI, DAN TENAGA KERJA

Bagan Kesatu
Pelatihan Sumber Daya Manusia

Pasal 54

Pemerintah Daerah merryelenggarakan pelatihan sumber daya


manusia bidang kepariwisataan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

D:\D Hendra\l 1 1 1 HENDRA\PERDA JADi\2015\Padwisatarhrsil rcv p{ovlRlP0A.dd.rov-doc


24

Bagian Kedua
Standardisasi dan Sertifi kasi

Pasal 55

(1) Tenaga kerja di bidang kepariwisataan memiliki standar


kompetensi.
(2) Standar kompetensi 56lagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui sertifikasi kompetensi.
(3) Sertilikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifrkasi
profesi yang telah mendapat lisensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 56

(1) Produk, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata


memiliki standar usaha.
(2) Standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilalukan melalui sertifikasi usaha.
(3) Sertifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (21
dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 57

Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi kompetensi


sebaga.imana dimaksud dalam Pasal 55 dan sertifikasi usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Tenaga Kerja Ahli Warga Negara Asing

Pasal 58

(1) Pengusaha pariwisata dapat mempekerjakan tenaga ke4'a


ahli warga negara asing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Tenaga ke{a ahli warga negara asing sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari
organisasi asosiasi pekeqia profesional kepariwisataan.

D]o|i-&rlili }€iORAIFERO J O|\2or3Pat*arlh-a.f, prqlRlPo .fredoc


25

BAB XI
PENDANAAN

Pasal 59

Pendanaan pariwisata dapat dilakukan oleh Pemerintah,


Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, Pengusaha dan
Masyarakat.

Pasal 60

Pengelolaan dana kepariwisataan dilakukan berdasarkan prinsip


keadilan, efi siensi, transparansi dan akuntabilitas publik.

Pasal 6 I

Pemerintah Daerah mengalokasikan sebagian dari pendapatan


yang diperoleh dari Pengembangan Pariwisata untuk
kepentingan pelestarian alam dan budaya.

Pasal 62

Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah


memberikan peluang pendanaan bagi usaha mikro dan kecil
di bidang kepariwisataan.

BAE} XII
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 63

(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipit di lingkungan


Pemerintah Daerah berwenang untuk melakukan penyidikan
terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimalsud pada
ayat (1) berwenang untuk:
a. merrerima laporan pemeriksaan atau pengaduan
berkenaan tindak pidana dibidang Kepariwisataan;
b. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau
pengaduan berkenaan tindak pidana dibidang
kepariwisataan;
c. melakukan pemanggilan terhadap perseorangan atau
badan usaha untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau sebagai saksi dalam tindak pidana
dibidang kepariwisataan ;
Dr\OHsnl.\lll, HENDRA\PEROA JrDn2015Fr isrtivl*it..vr{6.\RtPO .dPrd.doc
26

d. melakukan pemeriksaan terhadap perseorangan atau


badan usaha yang dirluga melakukan tindak pilana di
bidang Keperiwisataan ;

e. meminta keterangan atau barang bukti dari


perseorangan atau badan usaha sehubungan dengan
tindak pidana dibidang Kepariwisataan;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan;
g. membuat dan menandatangani berita acara; dan
h. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup
bukti tentang adanya tindak pidana dibidang
Kepariwisataan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat tl), memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum
melalui Penldik Kepolisian Republik Indonesia.

BAB XIII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 64

(l) Setiap wisatawan yang tidak mematuhi ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dikenai sanksi
berupa teguran lisan disertai dengan pemberitahuan
mergenai hal yang harus dipenuhi.
(2) Apabila wisatawan telah diberi teguran sebagaimana
dima*sud pada ayat (1) dan tidak diindahkannya, wisatawan
yang bersangkutan dapat diusir dari lokasi perbuatan
dilakukan.

Pasal 65

(1) Setiap pengusaha pariwisata yang tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dikenai
sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimalsud pada ayat (1)
berupa:
a. teguran tetulis;
b. pembatasan kegiatan usaha; dan
c. pembekuan sementa.ra kegiatan usaha.
(3) Teguran tertulis sebaga.imana rlimaksud pada ayat (2)
huruf a dikenakan kepada pengusaha paling banyak 3 (tiga)
kati.
O\DFroidE\l111HENOR FERDA J^Dn20l5\P$iii.€tlvt dr r6v F.ov\RlPoradlProv do.
27

(4) Sanksi pembatasan kegiatan usaha dikenakan kepada


pengusaha yang tidak mematuhi teguran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
(5) Sanksi pembekuan sementara kegiatan usaha dikenakan
kepada pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).

BAB XIV
KETENTUAN PIDANA

Pasal 66

Setiap orang yang dengan sengaja dan/atau karena kelalaiannya


melawan hukum, merusak fisik atau mengurangi nilai DTW
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 diancam pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling
banyak Rp. 5O.OOOO00,0O (lima puluh juta rupiah).

BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 67

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka:


a. semua ketentuan yang mengatur bidang kepariwisataan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Daerah ini;
b. Pe{anjian bidang Kepariwisataan di Daerah masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini; dan
c. Badan Promosi Pariwisata Daerah tetap berlaku sampai
berakhirnya masa jabatan.

BAB XVI
PENUTUP

Pasal 68

Peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan paling


lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

D:\D tleidt 11111hENDRA\PEROAJ DI2O15\F] ir.tatlail re p.ovlRlPDA.@rov.do.


28

Pasal 69

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Malang.

Ditetapkan di Malang
pada lb iztAtler 2015

KRESNA

Diundangkan di Malang ^
pada /b l,/lhKer 2015
DAERAH

OAMH

9.
Kabupaten Malang
Tahun 2 Nomor I Seri p

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR O29-tl20t5

O:\D liendEH 1 11 iIEIDRA\PERDA .AO026i s\Pdiwisala\RlPDA fr doc


29

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NoMoR,l reHux zors
IENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARTWISATA DAERAH

I. UMUM
Sesuai dengan Rencana Strategis Pembangunan Daerah, pembangunan
pariwisata merupakan sektor andalan yang harus dikembangkan karena
mernpu mempengaruhi sektor-sektor pembangunan lainnya-
Pembangunan pariwisata mencakup 2 (dua) dimensi yaitu dimensi
ekonomi dan sosial budaya. Dimensi ekonomi merupakan bagian dari upaya
untuk meningkatkan daya saing dan sekaligus meningkatkan pendapatan
daerah. Sejalan dengan perkembangan kondisi negara secara nasiond yang
disebabkan oleh situasi politik dan keamanan dalam negeri, maka
pembangunan pariwisata harrrs mampu memulihkan citra pariwisata bagi
daerah sebagai daerah tujuan wisata yang arnan dan nyaman untuk
dikunjungi. Dari aspek sosial budaya RIPPDA ini merupakan upaya
pendekatan yang utuh dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat di
daerah, melestarikan alam, melestarikan ling!<ungan serta menumbuhkan
rasa kebanggaan dan cinta tanah air.
Sejalan dengan perkembangan Industri Pariwisata yang semakin
kompetitif dan kecenderungan pasar dunia yang semakin dinamis, maka
pembangunan kepariwisataan daerah harus didorong pengembangannya
secara lebih kuat dan diarahkan secara tepat untuk meningkatkan
keunggulan banding dan keunggulan saing Kepariwisataan daerah dalam
peta Kepariwisataan regional, nasional maupun intemasional.
RIPPDA diperlukan sebagai acuan operasional pembangunan pariwisata
bagi pelaku pariwisata dan pelaku ekonomi, sosial d€n budaya, baik yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pembangunan
kepariwisataan nasional. RIPPDA menjadi sangat penting, karena:
a. memberikan arah pengembangan yang tepat terhadap potensi
Kepariwisataan dari sisi produk, pasar, spasial, sumber daya manusia,
manqjemen, dan sebagainya sehingga dapat tumbuh dan berkembang
secara positif dan berkelanjutan bag pengembangan wilayah dan
kesejahteraan masyarakat.
b. mengatur peran setiap stakeholders terkait baik lintas sektor, lintas pelaku,
maupun lintas daerah / wilayah agar dapat mendorong pengembangan
pariwisata secara sinergis dan terpadu.
Berdasarkan hal-hal sebagaimana diuraikan di atas, maka perlu
ditetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah sebagai pedoman bagl pelaksanaan pembangunan
pariwisata di Daerah yang dapat digunakan oleh semua komponen pariwisata
daerah delam menentukan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
kepariwisataan di daerah. RIPPDA ini disusun dalam rangka memberikan
landasan hukum yang kuat bagi pengembangan pariwisata daerah melalui
pengembangan ODTW.

O:D H.rdr.\1111 HENORA\PERCU JADluol5\Pariiisdrharl ..v p.ovlRlPot df.ov d6.


30

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal I
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Pembangunan Destinasi Pariwisata" adalah
upaya terpadu dan sistematik seluruh komponen Destinasi
Pariwisata dalam rangka menciptakan, meningkatkan kualitas
produk dan pelayanan Kepariwisataan serta kemudahan pergerakan
wisatawan di Destinasi Pariwisata
Huruf b
Yang dimaksud dengan "Pembangunan Industri Pariwisata" adalah
upaya terpadu dan sistematik dalam rangka mendorong penguatan
struktur Industri Pariwisata, peningkatan daya saing produk
pariwisata, penguatan kemitraan usaha pariwisata, penciptaan
kredibilitas bisnis, dan pengembangan tanggung jawab terhadap
lingkungan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan oPembangunan Pemasaran Pariwisata'
adalah upaya terpadu dan sistematrt dalam rangka menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola
relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan
seluruh pemangku kepentingannya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "Pembangunan Kelembagaan
Kepariwisataan" adalah upaya terpadu dan sistematik dalam rangka
pengembangan Organisasi Kepariwisataan, pengembangan SDM
Pariwisata untuk mendukung dan meningkatkan kuatitas
pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan Kepariwisataan di
Destinasi Pariwisata.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas

o:\DH.rEr.Yrll IIENORA\PERO JADM)15rP.d!.i3!t \ll..d r.vpro\,\RlPO .dProvn..


31

Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 1O
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) adalah
dokumen perencanaan jangka menengah yang berlaku lima belas tahun
dan tiap lima tahun dapat tinjau kembali
Pasal 16
Huruf a
Yang dimaksud dengan 'perintisan pengembangan DTW" adalah
upaya pengembangan yang dilakukan dengan membuka dan
membangun DTW baru di Destinasi Pariwisata yang belum
berkembang Kepariwisataannya, dalam rangka mengpmbangkan
peluang pasar yang ada.
Huruf b
Yang dimaksud dengan uPembangunan DTW" adalah upaya
pengembangan yang dilakukan dengan mening)<atkan kualitas DI'W
yang sudah ada dalam upaya meningkatkan minat, dan loyalitas
segmen pasar yang sudah ada serta memperluas cakupan wilayah
DTW yang sudah ada atau pengembangan ke lokasi baru berdasar
pada inti (mtcleus)yang sama
Huruf c
Yang dimaksud dengan "pemantapan DTW" adalah upaya
pengembangan yang dilakukan dengan menciptakan DTW baru yang
memiliki jenis berbeda dalam upaya menangkap peluang pasar baru.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "revitalisasi DTW" adalah upaya
pengembangan yang dilakukan dengan perbaikan kondisi dan
kualitas DTW yang ada yang mengalami degradasi dalam upaya
menjaga keberlanjutan dan meningkatkan kualitas serta daya saing
produk untuk menarik pangsa pasar yang sudah ada maupun
peluang pasar wisata baru.

O:\D H..drr\1 1 ,1 I"IENDRA\PERO J Beo15\Pxiri!d!\h.!il rs I,@\RIPO ..lPrd..loc


32

Pasal 17
Cukup jeLas
Pasal 18
Yang dimalsud aksesibilitas adalah fasilitas jalan dan alat transportasi
untuk memudahkaa wisatawan dalam mencapai obyek atau tujuan
wisata.
Pasal 19
Huruf a
Yang dimaksud dengan UDTW a-lam' adalah DTW yang berupa
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam.
DTW alam, meliputi:
1. DTW alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah perairan laut, yang berupa trentang
pesisir pantai Malang Selatan.
2. DTW alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah daratan:
a. pegunungan dan hutan alam/taman nasional/taman wisata
alam/taman hutan raya
b. perairan sungai, waduk dan danau
c. wisata air terjun
d.perkebunan
Hurufb
Yang dimaksud dengan "DTW budaya'adalah DTW berupa hasil olah
cipta, rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya.
DTW budaya, meliputi:
1. DTW budaya yang bersifat berwujud ltangiblel, yang hrupa
antara lain:
a. cagar budaya, yang meliputi:
l. benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau benda
buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak,
berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagrannya,
atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan
kebudayaa-n dan sejarah perkembangan mamusia,
2. bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang
terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia
untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau
tidal< berdinding, dan beratap seperti petilasan, mal<am.
3. struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang
terbuat dari benda alam dan /atau benda buatan manusia
untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang
menyatu dengan alern, sarana, dan prasarana untuk
menampung kebutuhan manusia scperti pa.dokan dan
sanggar seni.

D:\DH.rtr.\1111 HENORA\PERqA JADIUOl5\Prir* LYGil rl!B\RIPOA.diP.@3e


33

4. situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat


dan/atau di air yang mengandung benda cagar budaya,
bangunan cagar budaya, danrl atau struktur cagar budaya
sebagai hasil kegiatan manusia atau bul(i kejadian pada
masa lalu seperti candi
5. kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang
memiliki 2 (dua) situs cagar budaya atau lebih yang
letalmya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata
ruang yang khas.
b. perkampungan/desa wisata yang khas,
c. Museum,
2. DTW bersifat tidak berurrjud (intangible), yang berupa antara
lain:
a. Kehidupan adat dan tradisi masyarakat dan aktifitas budaya
masyarakat yang khas di suatu area/tempat, contoh: petik
laut di Sendangbiru, Kasodo dan sebagainya.
b. Kesenian, seperti: Topeng Malang, Ludruk, Wayang kulit.
Hurufc
Yang dimaksud dengan 'DTW hasil buatan manusia" adalah DTW
khusus yang merupakan kreasi artifisial @mficiallg createQ dan
kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata alam dan
wisata budaya.
DTW hasil buatan manusia/khusus, meliputi antara lain:
l. fasilitas rekreasi dan hiburan /taman bertema, yaitu fasilitas
yang berhubungan dengan motivasi untuk rekreasi, hiburan
{enteftainment) maupun penyaluran hobi.
2. fasilitas peristirahatan terpadu ftntegrated resorT), yaitu kawasan
peristirahatan dengan komponen pendukungnya yang
membentuk kawasan terpadu.
3. fasilitas relceasi dan olahraga.
Ketiga jenis DTW tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut dalam
berbagai sub jenis atau kategori kegiatan wisata, antara lain:
l. wisata petualangan (aduenture touri.sm);
2. wisata bahari {maine tourism);
3. wisata agro (farm tourism);
4. wisata kreatif (creatiue tourisml,
5. wisata kapal pesiar (cruise tourisml,
6. wisata kuliner (anJirary touri.sm);
7. wisata budaya (culhral taurismf,
8. wisata sejarah (hentage tourism);
9. wisata memoial ldark tourisml;
10. wisata ekologi (eatouri.sm/ wiW tourism);

o:\DH..rd..\1111HEiIOM\PERO JADr2Ol5rP..i*is.t tEsil ..v p.ov\RlPDA.dfrov.do.


34

11 .
wisata pendidikan {educational tourisml;
12. wisata ekstrim-merrantang bahaya {extreme torrisrl;
13. wisata massal (mass touri^sml;
14. wisata pertemuan, pedalanan insentif, konferensi dan pameran
(meeting, incentiue, conuention, and. exhibition tourisml;
15. wisata kesehatan (medical touri-sm/ ueljncss tourism);
16. wisata alam (nature-based. touri,sml;
17. wisata religS feligins tanri,sm/pilgnmage totri.sml;
18. wisata budaya kekinian gnp aiatte tanri.sml;
19. wisata desa (rural tourisml;
20. wisata olahraga lsport touri,sml;
2 1 . wisata kota (urban tourism); dan
22. wisata relawan (wlunteer tourism).
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 2l
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal24
Huruf d
Yang dimaksud dengan "sapta pesona' adalah 7 (tujuhf unsur
pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang
kondusif dan ideal bagt berkembangrya kegiatan Kepariwisataan di
suatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk
berkunjung.
Ketujuh unsur sapta pesona yang dimaksud di atas adalah:
a. aman;
b. tertib;
c. bersih;
d. sejuk;
e. indah;
f. ramah tamah; dan
g. kenangan.
Pasal 25
Cukup jelas

Dr\O u.tnE\1r 1, HENDMTPERO J Dl9o1s\Pdiwbstr\tE r r.v prov\RtPoi.dtProv.do.


35

Pasal 26
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Prasarana Umum" meliputi:
l. jaringan listrik dan lampu penerangan;
2. jaringan air bersih;
3. jaringan telekomunikasi; dan
4. sistem pengelolaan limbah.
Yang dimaksud dengan oFasilitas Umum' meliputi:
l. fasilitas keamanan, seperti: pemadam kebakaran, fasilitas tanggap
bencana learlg uarning system) di destinasi yang rawan bencana;
2. fasilitas keuangan dan perbankan, seperti: Anjungan Tunai
Mandiri dan tempat penukaran uar.g (money clwnget);
3. fasilitas bisnis, seperti: kios kelontong dan obat 24 (dua puluh
empat) jam (dn$ store), warung internet, telepon umum, sarana
penitipan/ penyimpanan barang Qrubtic locker);
4. fasilitas kesehatan berupa poliklinik 24 (dua puluh empat) jam
dan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan;
5. fasilitas sanitasi dan kebersihan, seperti: toilet umum, jasa binatu
(lanndry) dan tempat sampah;
6. fasilitas khusus bagr penderita cacat fisik, anak-anak dan lanjut
usia;
7. fasilitas rekreasi, seperti fasilitas peristirahatan (rest areal,
fasilitas bermain anak-anak, fasilitas olahraga, dan fasilitas
pejalan kaki (pedestri.an) ;
8. fasilitas lahan parkir; dan
9. fasilitas ibadah.
Yang dimaksud dengan "Fasilitas Pariwisata" meliputi:
l. fasilitas akomodasi;
2. fasilitas rumah makan;
3. fasilitas informasi dan pelayanan pariwisata, fasilitas pelayanan
keimigrasian, pusat informasi pariwisata (tourism information
cefier), dan e-taurism kios;
4. polisi pariwisata dan satuan tugas wisata;
5. toko cinderamata (souuenir slwp);
6. penunjuk arah/papan informasi wisata/rambu lalu lintas wisata
(tourism sign and posting); darr
7. bentuk bentang lahan (landscaping).
PasgJ27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas

o:lD lLfilrlv 111 H€NIIRA\PEROA JADn2Ol5rP.r ts.Ertmtt rn p.dl'itPo .dtftd.d6


36

Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas

D:\D tLr'dnY 111 BENDRA\PERD J^D[2015\p.,ii,ir.b]harit r.v provrRtpD .dFrovn@


3l

Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasa-l 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2015


NOMOR SERI

D:lD H€ndE\r l'l l HEiiORAIPERD JADI\20151,%fwb.t \hasilr6v prw\Rlmr'GdFrw.doc


I.AMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KAEIUPATEN MAI.ANG
NOMOR I TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA INDUK PEMB,Iq.NGUNAN
PARMISATADAERAH

DATTAR DAYATARII( WI8ATA (DNTI


REIICAITA IIVDIM PEUBAJTGIIIIA.II PARIWISATA DAIRAII

o I(TCATATA.tr DESA IYAMA DAYA ?ARIX UIISATA XETERA]YCAN


I 2 3 4 5
I Ampelgading Lebakharjo Pantai Licin Alam
Mulyoari Candi Jawar Budaya
Tirtomoyo Ranu Sosro Alam
2 Bantur Srigonco Pantai Balekambang Alam
Sumberbening Pantai Kondarg Merak AIam
Sumberbening Pantai Ndaliputih Alam
Bandungrejo Pantai Taman Ayu Alam
Bandungrejo Wisata Religi Sumur Pitu Budaya
Sumberbening Pemandian Telaga Telar Alam
Srigonco Religi Pesarean Kyai Abd. Jnlili Budaya
Bululawang Wandanpuro Agro Wisata Buah Naga Alam
Lumbangsari Wisata Religl Mbah Bergas Budaya
Bulu,lawa:eg Kolatr| RenAttg "Sumber Buatan
Maron"
Dampit Pamotan Kolarn Renang "Sumber Buatan
4
Palung"
Baturetno Gua Payung Alam
Baturetno Gua Rante Alam
Jambangan Pemandian Alam "Sumber Alam
Bantaf
5 Dau Mulyoagung Taman Rekreasi Sengkaling Buatan
Kalisongo Taman Wisata Irmbah Dieng Buatan
Karangwidoro Museum Zoologi Frater Buatan
Vianney
Petungsewu furo Jeruk Alam
Karangwidoro Candi Badut Budaya
Petungsewu P-WEC (Petung sewu Wildlife Alam
Education Center)
Selorejo Wisata Petik Jeruk Bedengan furo / Afam
6 Donomulvo Banjarejo Pantai Baltul Alam
Mentaraman Pantai Jonggring Saloko Alam
Mentaraman Gua Seneik Alam
2

1 2 3 4 5
Mentaraman Pasir Besi Afam
MentArarnan Pantai Nglurung Alam
KedungsaLam Pantai Ngliyep Alam
Kedungsalam Pantai Pasir Panjang Alem
Kedungsalam Wisata Ritual Sendang Budaya
Kamulvan
Purwodadi Pantai Kondang Bandung Alam
Sumberoto Pantai Modangan Alam
TUlungrejo Pantai Kondalg Iwak Alam
7 Gedangan Gajahrejo Pantai Bajulmati AIam
Sindurejo Pantai Ngudel AIam
Tumpakrejo Pantai Wonogoro Alam
Gajabrejo Pantai Ungapan Alam
Tumpakrejo wisata Relig,i Gunung Bathok Budaya
8 Gondanglegi Srrmberjaya Danau Mbureng Alam
Sumberjaya Waduk/Sumber Alam
9 Jabung Kemiri Coban Udan Panas/Banyu Alam
Ilang
Pandalsari lor Coban Jahe AIam
Taji Coban Siuk Alam
Taji Coban Tumpuk Alam
Taji Coban Nawi Alam
Su-kopuro Coban Barnawi Alam
10 Kalipare Sukowilangun Pemaacingaa Waduk Alam
Kalipare Padang Golf Alam
11 Karang Ploso Donowarih Gunung Mujur AIam
12 Kasembon Bayem Kasembon Rafting Alam
Bayem Candi Sapto Budaya
13 Kepanjen Talalgagung Pemandian Metro Buatan
Sengguruh Taman Wisata Keluarga Alam
Sengguruh
l4 Kromengal Peniwen Perriwen Affair (Monunen PMI) Budaya
Peniwen Cagar Budaya Gedung GKJW Budaya
Jemaat Peniwen
15 Iawang Ketindan Kebun Teh Wonosari A-lam
Kel. Kalirejo Pemandian Sumber Wa.ras Buatan
Sumberngepoh Sumber Air IGabyakan Alam
Bedali Agro Tawon/ CV. Graha Wiyata Buatan
Ketindan Villa Buah Naga Agro/Alam
Sumberporong Museum Kesehatan -iiwa Buatan

D:ffia Lmp 1 N15


-)

1 2 3 4 5
16 Ngajum Balesari Wisata Reti# Keraton Budaya
Balesari Mata Air "Sumber Jodo" AIam
Ba-lesari Mata Air 'Sumber Urip" Alam
Ba lesari Mata Air "Sumber Manggis" Alam
Maguan Mata Air "Umbulan" Alam
Palaan Agro Wisata Buah Naga furo/Alam
Organik
Pal,aan Wisata Ritual Mbah Blelu Budaya
Palaon Wisata Ritual Mbah Rono Budaya
Suwito
1.7 Ngantang Sumberagung Bendungan Selorejo Alam
Sumberagung Karaeng Galesong Budaya
18 Pagak Gampingan Lembah Kera Panjat Tebing Alam
Gampingart Mahoni Budidaya Ikan Buatan
19 Pagelaran Suwaru Agro Salak AIam
Pagelaran Agto Safak Alarn
Karang suko Pernandian S umber Taman Alar[
Karang suko Pemandian Sumber Maron Alam
20 Pakis Mangliawan Tamal Wisata Air Wendit Buatan
Pakisaji fiarangpandan Parlepokan $sni Budaya
27
Asmorobangun
KBrangduren T.R. Bonderland Buatan
22 Poncokusumo Gubugklakan Air Terjun Coban Pelangi Alam
GubugltlekPh Desa Wisata Budaya
Gubugkla-kah furo Apel Alam
Ngadas Gunung Bmmo Alam
Ngadas Desa Wisata Budaya
Ngadas Coban Trisula AIam
Gubugklakah Agro Wisata Agro/Alam
23 Pujon Pandesari Air terjun coban rondo Alam
Bendosari Air terjun Grojogan sewu Alam
Bendosari Kampung Ekowisata Budaya
Madiredo Arboretum Buatan
Madiredo Agro apel Alam
Ngabab Watu Gilnng Budaya
Ngabab Makam Kuno Budaya
Pujon lor Situs Watugong Budaya
Ngroto Kampung Rafting Buatan
Ngroto Pemaldian Dewi Sri Etuatan
Bendosari Desa Wisata Budava
4

1 2 3 4 5
24 Gedangan Gajahrejo Pantai Gua Cina Alam
Sumbemanjing Tambakrejo Pantai Sendang Biru Alam
25
wetan
Tambakrejo Rrlau Sempu Alam
Tambakrejo Pulau Sendiki Alam
Tambal<rej o Pantai Tambakasri Alam
Tambakrejo Pantai Tamban Alam
Tambakrejo Pantai Perawan Alam
26 Singosari Kel. Candirenggo Pemandian Kendedes Buatan
Kel. Candirenggo Candi Singosari Budaya
Kel. Candirenglo Arca Dwarapala Budaya
Sumber awan Stupa Sumber Awan Budaya
Watugede Petirtaan Kendedes Buatan
Gunung rejo Candi Gunung Telih Budaya
Watugede Petirtaan Watugede Budaya
27 Sumberpucung A{osari Bendungan Lahor Alam
Senggreng Kolam Pemancingan Kromo Buatan
ko
Karangkates Bendungan Alam
Karangkate s / Sutami
Karangkates Arca Ganesha Budaya
2A Tajinan Gunungronggo Pemandian Jenon Buatan
29 Tirtoyudo Purwodadi Pantai lenggoksono Alam
Purwodadi Pantai Wediawu Alam
Pujiha{o Pantai Sipelot Alam
Pujiharjo Pantai Bolu-Bolu Alam
Pujiha{o Ecowisata Bowelle Alam

KRESNA

I,
L{MPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR I TAHUN 20ls
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARTWISATA
DAERAH

PROGRAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN MALANG

1. Ara}l Kebijakan Pembangunan Destinasi PariwisataKawasan Pariwisata dan KDTWK


Stmtegi: Pen),usunan Rencana Induk Pembangunan Kawasan Pariwisata dan KDTWK

Jangka
Pcletraoa/
No Prograa Keglatarl Peaaagguag
Walrtu
Jsab
I Penyusunan Melakukan kajian Jangka SKPD Bidarg
rencana induk akademis bahan Pendek Kepariwisataan
pembangunan workshop pen5nrsunan
Kawasan rencana induk
Pariwisata pembangunan kawasarr
pa.riwisata dengan
melibatkan para ahli.
Workshop pen),usunan Jangka SKPD Bidang
rencana induk Pendek Kepariwisataan
pembangunan kawasan
pari\risata dengan
melibatkan stakholders.
Sosia.lisasi dralt rencana Jangka SKPD Bidang
induk pembangunan Pendek Kepariwisataan
kawasal pariwisata
keSKPD terkait.
2 Penyu sunan Melakukan kajian Jangka SKPD Bidang
rencana induk akademis baharr Pendek Kepariwisataan
pembangunan workshop pen]'usunan
KDTWK rencana induk
pembangunan KDTWK
dengan melibatkan para
ahli.
Workshop pen)msunan Jangka SKPD Bidang
rencana induk Pendek Kepariwisataan
pembangunan KDTWK
melibatkan stakeholders
Sosia-lisasi draft rencana Jangka SKPD Bidang
induk pembangunan Pendek Kepariwisataarr
KDTWK ke masing2 SKPD
terkait.

1.1Stm Pen sunar Rencana Detail Pem nan Kawasan Pariwisata dan KDTWK
Jang&a Peletnne/
No PtogreE I(egletar Wal(tu
Penraggua,g
Jarab
i Penyusuna! Melakukan kajian Jangka SKPD Bidang
rencana detail akademis bahan Pendek Kepariwisataan
pembangunan workshop rencana detail
Kawasan pembangunan kawasan
Pariwisata paiiwisata dengan
melibatkan para ahli
Workshop penyusunan Jangka SKPD Bidang
rencana detail Pendek Kepariwisataarr
pembangunan kawasan
pariwisata dengar
melibatkan staleholders
Sosialisasi draft rencana Jangka SKPD Bidang
detail pembargunan Pendek Kepariwisataan

DFEFOA L.nD 2 tGniDR m15


2

Jaagta Pefetrelra/
No Progtrt! Keglata,r Pcn ndlUtg
Walrtu
Jareb
kawasal pariwisata ke
masing2 SKPD terkait
2 PenJrusunan Melalukal kajian Jangka SKPD Bidang
rencana detail akademis bahan Pendek Kepariwisataan
pembangunan workshop rencana detail
KDTWK pembangunan KDTWK
dengan melibatkan para
ahfi
Workshop penJmsunan Jangka SKPD Bidang
rencana detail Pendek Kepariwisataan
p€mbangunan KDTWK
dengal melibatkan
stakeholders
Sosialisasi draft rencana Jangka SKPD Bidang
detail pembangunan Pendek Kepariwisataan
KDTWK ke masing SKPD
terkait

1.2 Strategi: Pengendaiian Implementasi Pembangunan dan Rencana Detail Pembangunan


Kawasan Pariwisata dan KDTWK.
J,ngrr Pefglreac/
l{o Prograu Kegiatan
W8kE Peaaaggung
&rrb
1 Pengendalian Penyusunan dasar Jangka SKPD Bidang
implementasi hukum BP2D Pendek Kepariwisataan
pembangunan dan Pembentukan BP2D Jangka SKPD Bidang
rencana detail Pendek Kepariwisataan
pembangunarr Operasional BP2D Jangka SKPD Bidang
Kawasan Pendek Kepa,riwisataan
Pariwisata dan
KDTWK

1.3 Daya Tarik Wisata


Sra Perintisan dan Pe D Ta.rik Wisata
J.ngr.- Pefelrear/
IIo Program R,egtatatr Pearnggung
W8IrtE
Jareb
I Mengembangkan Mengidentilikasi daya Jangka SKPD Bidang
daya tatik wisata tarik wisata baru yang Pendek KepariwisataaIl,
baru yang potensid Industri
potensial di pariwisata
destinasi Mengembangkan daya Jangka SKPD Bidang
pariwisata yang tadk wisata baru yang Pendek Kepariwisataan,
belum berkembang potensial Industri
pariwisata
2 Memperkuat Menyusun upaya Jangka SKPD Bidang
upaya pengelolaan pengelolan potensi Pendek Kepariwisataan,
potensi kepariwisataan stakeholder
keparilrisataan Memperkuat upaya Janeka SKPD Bidang
dan lingkungan pengelolaal potensi Pendek Kepariwisataan,
dalam mendukung kepariwisataan dan Masyarakat
upaya lingkungan dalam Industri
perintisannya mendukung upaya pariwisata
perintisannya.

1.4 s S tkan Pem Tarik Wisata


Jelgtr Pelalrar/
No PrograE' Keglatan PGnatrggulg
Weku Jrsab
1 Mengembangkan Men]'usun malajemen JanEta S1o'keholders
lnovasl produk dan kapasitas Menengah
manqiemen daya tarik wisata

D:PEROA LMp 2 HENDR 2015


3

Jaagla Pclat:aaa/
No Proglam Keglatr! 9lalrtu Pcaeagguag
Jarab
produk dan M engembangkal inovasi Jangka Stakeholders
kapasitas daya m€rnajemen produk dan Menengah
tarik wisata untuk kapasitas daya tarik
mendorong wisata untuk mendorong
akselerasi akselerasi perkembangan
perkembangan destinasi pariwisata
destinasi daerah
pariwisata daerah.
2 Memperkuat Mengidentilikasi upaya Jangka Stakeholders
upaya konsewasi konservasi potensi Menengal
potensi kepariwisata€n dan
kepariwisataan lingkungan
dan lingkungan Memperkuat upaya Jangka Stakeholders
dalam mendukung konservasi potensi Menengah
intensifikasi daya kepariwi sataan dan
tarik wisata. lingkungan dalam
mendukung intensifikasi
daya tarik wisata.

1.5 S Stra Pemanta Tarik Wisata


J"lcta Pctetlaa/
No Program Kegiataa Penanggung
Walftu
.hveb
1 Mengembangkan Kajian pengembangan Jangka SKPD Bidang
diversilikasi nilai diversifikasi nilai daya Pendek Kepariwisataan
daya tarik wisata tarik wisata dalam
da.lam berbagai berbagai tema terkait
tema terkait Pelatihan pengembangarr Jangka SKPD Bidang
diversifikasi nilai daya Pendek Kepariwisataan
tarik wisata dalam
berba.eai tema terkait
2 Memperkuat Menyusun upaya Jangka SKPD Bidang
upaya penataan pe[atran ruang wilayah Pendek Kepariwisataan
ruang wilayah dan dan konservasi potensi
konservasi potensi kepariwisataan dan
kepariwisataan lingkungan dalam
dan lingkungan mendukung diversifikasi
dalam mendukung daya tarik wisata.
diversifikasi daya Memperkuat upaya Jangka SKPD Bidang
tarik wisata. penataan ruang wilayah Pendek Kepariwisataan
dan konsewasi potensi
kepariwisataaa dan
lingkungan dalam
mendukung diversiflkasi
daya tarik wisata.

1.6 S S revitalisasi tarik wisata


Jarrgle Pefabalra/
No Ptograro Keglatea Penrnggurqi
Walrhr
Jereb
I Revitalisasi Kajial revitalisasi Jangka SKPD Bidang
stluktur, elemen struktur, elemen dan Menengah Kepa,riwisataan
dan penggerak aktivitas penggerak
kegiatan kegiatan kepariwisataan
kepa,riwisataan di di daya tarik wisata;
daya tarik wisata; Pelatihan revitalisasi Jangka SKPD Bidang
struldur, elemen dan Menengah Kepariwisataan
aldMtas yang menjadi
penggerak kegiatan
kepariwisataan pada daya
tarik wisata;

OPERDA L-rp 2 |€NORA 20 15


4

Jaagta Polalrerre/
![o Program Kegletan Per.-!ggung
Wahu
Jareb
2 Memperkuat Penyusunan Masterplan Jangka Bupati
upaya penataan ODTW Pendek
ruang wilayah dan Penyusunan peraturan Jangka Bupati
konservasi potensi terkait dengan Pendek
kepariwisataan Masterplan ODTW
dan lingkungan Penegakan hukum Jangka Bupati
dalam mendukung peraturan terkait Pendek,
revitalisasi daya Ripparda Menengai
tarik dal kawasal dan Paljang
di sekitamya.

1.7 Stra : Stra iaal dan sarana darr tran


Jaaqta Pelabeae/
No Prograa Koglatan Penaaggung
Waltu Jswab
1 Meningkatkarr Studi keters€diaan, Jargka SKPD Bidang
ketersediaan , kapasitas dan keragaman Pendek Perhubungal,
kapasitas dan sarana tran sportasi yang Informasi dan
keragaman sarana aman dan nyaman Komunikasi
transportasi yang sebagai sarana Kabupaten
aman dan nyaman pergerakan wisatawan Malang
sebagai sa-rana menuju destinasi dan
pergerakan pergerakan wisatawan di
wisatawan menuju Kawasan Pariwisata dan
destinasi dan KDTWK sesuai
pergerakan kebutuhan dan
wisatawan di perkembaagan pasar
Kawasan
Pariwisata dan Meningkatkan Jangka SKPD Bidang
KDTWK sesuai ketersediaan, kapasitas Pendek, Perhubungan,
kebutuhan dan dan keragaman sarala Menengah Informasi dan
perkembangan transportasi yang aman dan Panjang Komunikasi
pasaf; dan nyaman sebagai
sarana pergerakan
wisatawan menuju
destinasi dan pergerakan
vr'isatawan di I(awasan
Pariwisata dan KDTWK
sesuai kebutuhan dan
perkembangan pasar;
2 Meningkatkan Studi kete{angkauan, Jangka SKPD Bidang
keterjangkauan, ketersediaan, kapasitas Pendek Perhubungan,
ketersediaan, dan kualitas prasarana Informasi dan
kapasitas dan tran sportasi pada lokasi- Komunikasi
kualitas prasar€rna lokasi strategis di
transportasi pada Kawas€n Pariwisata dan
lokasi-tokasi KmWK sesuai
strategis di k€butuhan dan
Kawasan perkembangan pasar.
Pariwisata dan Meningkatkan Jangka SKPD Bidang
KDTWK sesuai keterjangkauan, Pendek, Perhubungan,
kebutuhan dan ketersediaan, kapasitas Menengah Informasi dan
perkembangan dan kualitas prasarana dan Panjang Xomunikasi
pasar. tran sportasi pada lokasi-
lokasi strategis di
Kawasan Pariwisata dan
KDTWK s€suai
kebutuhan dan
perkembangan pasar.

D:PERDA L.mp 2 HENDRA 2015


5

1.8 Strategi: Strategi peningkatan kemudahan mendapatkan informasi al<sesibilitas


wisataan
Jangfa Pelelgena/
No Program Kegiate.n Petlalggung
Waku Jareb
1 Mengembangkan Melakukan kajian Jangka SKPD Bidang
dan/atau Identifi kasi ketersediaan pendek Perhubungan,
meningkatkan informasi pelayanan Informasi dan
ketersediaan transportasi berbagai Komunikasi/SK
informasi jenis moda dari pintu PD Bidang
pelayanan gerbang wisata ke Peke4'aan
transportasi Kawasan Pariwisata dan Umum
berbagai jenis KDTWK;
moda dari pintu Mengembangkan Jangka SKPD Bidang
gerbang wisata ke dan/atau meningkatkan Pendek, Perhubungan,
Kawasan ketersediaan informasi Jangka Informasi dan
Pariwisata dan pelayalan transportasi Menengah, Komunikasi,
KDTWK; berbagei jenis moda dari dan Jangka Industri
pintu gerbang wisata ke Panjang Pariwisata,
Kawasan Paiiwisata dan Organda, Pawiba
KDTWK;
2 Mengembangkan Melakukan kajian Jangka SKPD Bidang
dan/atau reservasi berbagai jenis Pendek Perhubungan,
meningkatkan moda transportasi; Informasi dan
kemudahan Komunikasi
reservasi berbagai Mengembangkan Jangka SKPD Bidang
jenis moda dan/atau meningkatkan Pendek, Perhubungan,
transportasi; kemudahan reservasi Menengah, Informasi dan
berbagai jenis moda dan Panjang Komunikasi,
transportasi; Organda, Pawiba
3 Meningkatken Penyusunan rencana Jangka SKPD Bidang
kemudahan akses perialanan wisata. Pendek Kepariwisataan
terhadap informasi Meningkatkan Jangka SKPD Bidang
berb^gri jenis kemudahan akses Pendek, Perhubungan ,
moda transportasi terhadap informasi Menengah Informasi dan
dalam rangka berbagai jenis moda dan Panjang Komunikasi,
perencanaan tran sportasi dalam Organda, Pawiba
perjalanan wisata. rangka perencanaan
perjalanan wisata.

1.9 Skategi: Strategi pemanfaatan media cetak dan elektronik dalam pengembangan informasi
aksesibilitas wisataan
Jr-!h Pefalraaa/
No Progreo Keglatra Pelragguag
Walrtu
Jerab
1 Mengembangkan Kajian ketersediaan Jangka SKPD Bidang
ketersediaan informasi aksesibilitas pendek Kepariwisataan,
informasi yang kepariwisataan SKPD Bidang
aktual melalui Perhubungal,
media cetak dan Informasi dan
elektronik; Komunikasi
Mengembangkan Jangka SKPD Bidang
ketersediaan informasi Pendek, Kepariwisataan,
yang aktual melalui Menengah SKPD Bidang
media cetak dan dan Paajang Perhubungan,
elektronik. Informasi dan
Komunikasi dan
media masa
2 Meningkatkan Identifikasi kualtitas darl Jangka SKPD Bidang
kuantitas da! kualitas ketersediaan Pendek Keparlpisataan,
kualitas sarana dan prasarana SKPD Bidang
ketersediaan sarala media informasi Perhubungan,
dan prasarana kepariwisataan. lnformasi dan
media informasi Komunikasi,
kepar-iwisataan . Industri Pariwisata,

O:PEROA LrDp 2 H€,{DRA 2015


6

Pc.tetraaa/
No Prograr' Kegtat tr Jaagta Pc[r!,ggurg
Wahu
Javrb
Media Masa
Meningkatkan kuaatitas Jalgka Pariwisata/Travel
dan kualitas ketersedia- Pendek, Agent, Media Masa
an sarana dan prasarana Menengah,
media informasi dan Panjang
kepariwisataan.

1.10 Strategi: Strategi peningkatan regulasi sistem pelayanan hansportasi kepariwisataaa


daerah
Jaagta Pdafceaa/
No Progran Keglatir Weltn Pcaenggung
Jarab
1 Penataan alur dan SWOT penataal alur darr Jangka SKPD Bidang
trayek tran sportasi trayek transportasi yang Pendek Kepariwisataan ,
yalg mendukung mendukung SKPD Bidang
kepariwisataan kepariwisataan Perhubungan,
melaluipeny'usuna Informasi dan
n dan Komunikasi
penyempurnaan Penataan alur dan trayek Jangka SKPD Bidang
regulasi sistem transportasi yang Pendek Perhubungan,
tlansportasi mendukung Informasi dan
kepariwisataan kepariwisataan melalui Komunikasi,
daerah; penyusunan dan Organda,
penyempurnaan regulasi Pawiba, dll
sistem tran sportasi
kepariwisataan daerah;
2 Penerapan dan Penerapan dan Jangka SKPD Bidang
penegalan penegal<an regulasi Pendek, Kepariwisataan,
regulasi sistem sistem transportasi Menengah SKPD Bidang
transportasi kepariwisataan daerah. dan Panjang Perhubungan,
kepariwisataan Informasi dan
daerah. Komunikasi,
Kesatuan Polisi
Pamong Praja.

1.11 Strategi: Strategi untuk peningkatan kemampuan sumber daya manusia pengelola
tran SI mendu an wisataan
Jalgla Pefabela /
No Prograr KeglataE
Walrtu
Penangguag
Jcrrb
I Peningkatan Peningkatan kemampuan Jangka SKPD Bidang
kemampuan ketrampilan pengelola Menengai Kepariwisataan
ketrampilan kepariwisataan melalui dan Panjang
pengelola kursus dan magang.
kepariwisataan
melalui kursus
dan magang.

2. Arah Kebijakan Pembangunan Pemasaran


Stra : Stra destinasi
No Progrsm Kegfeti! .1'-gla Pefabelr /
lDalftu Pelaaggnll Jarab
I Pencitraan Perbaikan kualitas Jangka SKPD Bidang
destinasi destinasi melalui Pendek dan Kepariwisataan
Pa.riwisata monev DMO Menengal

2 Pemasaran yang Pemasaran yang Janqka SKPD Bidang


bertanggung jawab bertanggung jawab Pendek, Kepariwisataan,
melalui infromasi yang Menengah industri Pa.riwisata
juiur dan Panjang
Pengembangan Pelatihan dan Jangka SKPD Bidang

D:PERDA L np 2 HEi{DRA 2015


7

!Io Program Kegiataa


.1"-&t + Pchtreaa /
XIattu Pcnatrrrlltlr! Jarrb
produk pembinaan menengal Kepariwisataan,SKPD
cinderamata keterampilan Bidang Perindustrian
cinderamata dan Perdagangan
4 Pemberdayaan Pelatihan capacity Jangka SKPD Bidang
masyarakat di building menengah Kepaiiwisataan
lokasi wisata
5 Pengembangan Pelatihan wirausaha Jangka SKPD Bidang
usaia pariwisata pariwisata Pendek, Perind u strian dan
Menengah Perdagangan
dan Panjang
6 Pengembangarr Pengemtrangan d6ya Jangka SKPD Bidang
daya tarik wisata tarik wisata termasuk Menengah Kepariwisataan,
termasuk kegiatan kegiatan penunjangnya dan Panjang Industri pariwisata
penunjangnya seperti kegiatan
seperti kegiatan hibural dan wisata
hiburan dan kuliner
wisata kuliner
7 Meningkatkan Pelatihan emergen y Jangka SKPD Bidang
keamanan prepararlness and. Pendek, Kepariwisataan,SKPD
destinasi wisata response Menengah Bidang Tenaga Kerja
dan Panjang dan tran smigrasi
Kabupaten Malang
8 Pembentukan Pembentukan Jangka SKPD Bidang
kelembagaan kelembagaan pendek Kepariwisataal,
kepariwisataan kepariwisataan GIPPI
9 Standarisasi Penetapan starda.r & Jangka SKPD Bidang
fasilitas alomodasi standarisasi fasilitas Pendek, Kepariwisataan,
dan pendukung akomodasi dan Menengah lembaga
pariwisata pendukung pariwisata dan Panjang standardisasi dan
sertifikasi

10 Meningkatkan Kegiatan promosi Jangka BPPI dan Industri


kegiatan promosi melalui berbagaj media Pendek, Pariwisata
melalui berbagai cetak, elektronikdan Menengah
media cetak, ekshibisi dan Panjang
elekuonikdan
ekshibisi
11 Pendataan dan Pendataan dan Jangka SKPD Bidang
pemetaan seluruh pemetaan seluruh pendek Kepariwisataan
potensi pariwisata potensi pariwisata serta
serta menentukan menentukan prioritas
prioritas pengembangannya
pengembangannya
t2 Pengembangan Pelatihan & sertifrkasi Jengka SKPD Bidang
SDM pariwisata SDM pariwisata Pendek, Kepariwisataan, HPI,
dari sisi jumlah Menengah , Lembaga sertifikasi
dan kualitas da.lam dan Panjang
upaya
meningBatkan
pelayanan
terhadap
wisatawan
13 Pembuatan paket Pembuatan paket Jangka Industri Pariwisata
wisata' Matang wisata'Malang Pesonn pendek dan
ksonn Jantm Ttmur Jaua Timtr ganrg Menengah
gang *sunggulnya' dengart
Seannggulnga" berbagai alternatif
dengan berbagai paket wisata di wilayah
alternatif pa-ket nu santara
wisata di wilayah
Jawa Timur, dan
Kabupaten Ma.lang
566rgai pusat

D:PEROA Eie 2 I€NDR 2!15


8

![o kograu Kegtataa


J.-gh Pclelreaa /
WaLtu Pelraggurg Jenb
distribusi
wisatawan ke
$g1}agni wilsyah
nusarltara
14 Mening[atkan Pembukaan jalur Jangka SKPD Bidang
jalur penerbangan penerbangan baru ke Menengah Kepariwisataan
ke dan dari Malang dan dari Malang ke dan Panjang SKPD Bidang
ke destinasi wisata destinasi wisata Perhubungan
seluruh Indonesia seluruh Indonesia. Informasi dan
Komunikasi

2.1S
Jnngka Pelallene /
No Prograra Kegirt r! Walrtu Porrrgtulg
Jerab
1 Pemeliharaan darr Pemeliharaan dan Jangka SKPD Bidang
pemantapan pemantapan pasar-pasar Menengah Kepariwisataan,
pasar-pasar utama; dan Panjang Industri
utama; Fariwisata

2 Pemantapan Promosi pariwisata; Jangka SKPD Bidang


s€gmen pasar pendek, Kepariwisataan,
wisatawan Menengal Industri
berkualitas (quality dal Panjaag Parirrisata
tou,'ismli
3 Pencarian segmen- Promosi segrnen - s€gmen Jargka SKPD Bidang
segmen pasar pasar wisatawan minat Menengah Kepariwisataan,
wisatawan minat khusu s (speoal interest dan Panjang Industri
khusus (speaal touisml; Pariwisata,
irterest tourisml;
4 Pembentukan Pembentukan Jangka SKPD Bidang
kelembagaaa; kelemtlagaan; Pendek dan Kepariwisataan,I
Menengai ndustri
Pariwisata
5 Pengembangan Pengembangan informasi Jangka SKPD Bidang
informasi pasar pasar dsn investasi Menengah Kepariwisataan
dan investasi pariwisata; dal Panjang
padwisata;
6 Meningkatkan Promosi pola-pola Jangka SKPD Bidaag
pola-pola perjalanan wisatawan Menengah Kepariwisataan,l
pe{'elanan malcaaegara dan dan Panjang ndustri
wisatawan nu santara; Pariwisata
mancanegara dan
nusantara;
7 Sosialisasi Sosialisasi pencitraan Jangka SKPD Bidang
pencitraan (Bmrdingl pariwisata Pendek, Kepariurisataan ,
{Brandinsl Kabupaten Malang dan Menengah stal(eholders
pariwisata Jawa Timur; dan Panjang
Kabupaten
Maiang;
8 Revitalisasi dan Revitalisasi dan Jangka SKPD Bidang
diversifikasi diversifikasi produk- Menengah Kepariwisataan,
produk-produk produk wisata bagr dan Paajang Industri
wisata bagi wisman dan wisnus; Pariwisata
wisman dan
wisnus;
9 Pemberial insentif Pemberian insentif Jangka Pemerintai
khusus wisata bagi khusus wisata bagi Pendek
wisman dan wisman dan wisnus;
wisnus;
11 Akseierasi Bantuan akselerasi Jangka SKPD Bidang
program-program proSram-program Menengah Kepariwisataan
promosi wisman promosi wisman secara dan Panjang

OTPERqA [rnp 2 r€llDRA 2015


9

Pclelsaaa /
Ito Ptograrn Keditan Jaagta Peaelggung
Saltu Jrvab
secara lebih lebih terfokus;
terfokus;
l2 Akselerasi Promosi pariwisata; Jangka SKPD Bidang
pergeralan Pendek, Kepariwisataan,
vr'isatawan Menengah lndustri
mancanegara dal dan Panjang Pa,riwisata dan
nusantara;
13 Pengembangan Pengembangan program Jangka SKPD Bidang
program pemas€rran dan promosi Menengah Kepariwisataan,
pemasaran dan untuk meningkatkan dan Panjang Indu stri
promosi untuk relung pa.sar (ruche Pariurisata
meningkatkan market ) w isatawan minat
relung pasar (ruche khusus,'dan
market)wis€.tawan
minat khusus; dan
14 Meningkatkan Meningkatkan target dan Jangka SKPD Bidang
target dan mempeduas segmen Panjang Kepariwisataan,
memperluas wisatawan mancanegara Industri
segmen wisatawan dan nusantara yang Pariwisata
mancanegara dan potensial.
nusantara yang
poteosid.

2.2 Stra kemitraan ta


Progra-m Jennkq.
Pofalraar /
lYo Kegtataa Pcraaggurrg
Walrtu
Jaseb
1 Melakuka, Melakukan promosi Jangka SKPD Bidang
promosi dengan dengan tema tertentu, Pendek, Kepariwisataan,
lema Elack to misalnya Back to Nature Menengah Industri
Nature le@tourisml leatauisml dan Family dan Panjarg Pariwisata dan
dan Familg Holidag H oliday (w isata belal]^j a GIPI
(wisata b€lanja dan dan kuliner), Go Green
kullner), Go Qreen and Go Organic untuk
and Go Organic menyerap relung pasar
ecotourism dan wisata
keluarga.
2 Menjalin Menjalin keq'asama Jangka SKPD Bidang
kerjasama dengan dengan tour owrator Pendek, Keparivdsataan,
tour operator ya,,g yang ada di beberapa Menengah Industri
ada di beberapa negara yang saat ini dan Panjalg Pariurisata
negara yang saat yang belum menjadi
ini yang belum pasar utama pariwisata
menjadi pasar Kabupaten
utaroa pa,riwisata Malangdengan
Kabupaten Ma-lang mempertimbangkan
kondisi perekonomian
negara teBebut.
3 Memperbanyak Memperbalyak kegiatan Jangka Bupati,
kegiatan (ercnt) di (euert) di Kabupaten Pendek, Desa/Luralr
Kabupaten Malang. Menengah
Malang. dan Panians
4 Mengembangkan Mengembangkan wisata Jangka I SKPD Bidang
wisata Wtualangan (aduenture Pendek, Kepariwisataan,
petua.langan tounsm) dengan Menengah lndu stri
ladl,enture tourisfii) memanfaatkan kondisi dan Panjalg Pariwisata
dengarr alam yang
memanfaatkan berpegunungal, dan
kondisi alam yang rnemiliki danau, sungar
berpegunungan, dan laut.
dan memiliki
danau, sungai dar

D:PERoA l. i|p 2 HEiIORA 2015


10

Ptogram Jaagte Pelabatra /


No Kegtat.n WqkE Peaengguag
Javeb
laut.
5 Mengembangkarr Mengembangkan wisata Jangka SKPD Bidang
$tisata MICE MrcEden$an Pendek, Kepariwisataan,l
dengan memaafaatkan posisi Menengah ndustri
memanfaatkan Kabupaten Ma]ang dan Panjang Pariwisata dan
posisi Kabupaten s6$agai 5212h s4fu Pemerintah
Malang sebagai destinasi wisata dunia.
salah satu
destinasi wisata
dunia.

2.3 tan romosl


Jalgta Pelalrur /
No Prograo Keglatan Pcnaaggnag
Waldu
Jarab
1 Paket produk Penjualan paket produk Jangka Industri
pariwisata dengarr pariwisata dengan harga Pendek, Pariwisata
harga yang yang bersaing; Menengah
bersaing; dan Pant'ang
2 Promosi dan Menggelar Kabupaten Jangka SKPD Bidang
pengembangan Malang Travel Mart; Pendek, Kepa.riwisataan ,
melalui tema Menengah Industri
tertentu; dan Paajang Pa-riwisata,
3 Promosi bersama Promosi bersama antar Jang!<a SKPD Bidang
antar pemangku pemangku kepentingan Pendek, Kepariwisataan,l
kepentingan pariwisata; Menengah ndustri
pariwisata; dan Paniang Pariwisata,
4 Peningkatan Mengikuti Travel Jalgka SKPD Bidang
partisipasi dalam Mart/ Pameran Pariwisata Pendek, Kepariwisataan,I
event pa.riwisata di di negara lainnya; Menengah ndustri
wilayah lain; dan Pan'ialg Pariwisata
5 Melakukan Melakukan keqiasama Jangka SKPD Bidarg
kerjasama dengan dengal perumhaan Pendek, Kepariwisataan,I
perusahaan penerbangan untuk Menengah ndustri
penerbangan menjual paket wisata dan Panjang Pariwisata dan
untuk menjual dengan potongan harga Pemerintah
paket wisata tiket penerb€ngan bagi
dengan 6potongan wisman dan wisnus pada
ha-rga. tiket musim-musim sepi
Penerbangan bagi wisatawan (low season);
wismal dan
wisnus pada
musim-musim sepi
wisatawan (Jou
season);
6 Optimaliasasi OPtimaliao"i Jangka SKPD Bidang
pemanfaatan pemanfaatan media kndek, Keparirrisataan,
mediakomunikasi komunikasi Menengah lndustri
(cetak/elektronik); (cetak/ elektronik) ; dan Panjang Pariwisata
dan
7 Penyediaan Penyediaan informasi Jangka SKPD Bidang
informasi pariwisata di berbagai Pendek, Kepariwisataan,S
pariwisata di temp'at strategis. Menengah takeholder
berbagaj tempat dan Panjang
strategis.

O:PERDA Larnp 2 HENOR^ 2015


11

3. AIah kebliakan Pembangunan Industri Pariwisata


Strategi: Sfategi peningkatan kualitas dan pengembangan keragam€rn usaha daya tarik
wisata

J'rlgL. Pclalraae I
No Progrem Keglata-l Peaeagguag
Walrtu
Jereb
1 Meningkatkan dan Pelatihal peningkatan Jangka SKPD Bidang
mengembangkan dan pengembangan Menengah Kepa.riwisataan ,
manajemen atraksi; manajemen atraksi; dal Panjang Industri Pariwisata

2 Meningkatkan Pelatihan Jangka SKPD Bidang


perbaikan dan peningkatkan kualitas Menengatl Kepariwisataan,H PI
kualitas interpretasi; interpretasi atas dan Panjang
atraksi wisata;
3 Meningkatkan dan Pelatihan peningkatan Jalgka SKPD Bidang
menguatkan kualitas, keragaman Menenga}l Kepariwisataan,
kualitas, keragaman dan pengemasan dan Panjang SKPD Bidang
dan pengemasan produk wisata. Perindu strian dan
produk wisata. Perdagangan

3.1Strate : Stra tan ka tas dan kualitas la sistem trans


Pefrtlaa /
No Program Keglstar .Iaaglla Wattu Pe!'argglr!,g
Jerrb
1 Peningkatan Perbaikan jalan Jangka SKPD Bidang
infrastruktur akses dan toilet Menengah dan Kepariwisataan,
pariwisata; umum; Panjang SKPD Bidang
Peke{aan Umum.

2 Penyediaan informasi Penyediaan informasi Jangka SKPD Bidang


p€tunjuk arah ke petunjuk arah ke Menengah dan Kepa.riwisataan,
destinasi pariwisata; destinasi pariwisata; Panjang SKPD Bidang
d6n dan Perhubungan
Indormasi dan
Komunikasi
Kabupaten
Malang,Stakehold
ers pariwisata

3 Peningkatan etika Peningkatan etika Jargka SKPD Bidang


bisnis dalam bisnis dalam Menengah darr Kepariwisataan,
pelayalan usaha pelayaaan usala Panjang Pawiba, Organda,
transportasi transportasi
parirrisata. pa.riwisata.

3.2 Stra mana emen usaha isata


Pelalr.as /
No Progrem Keglat.! Jaagke Walrtu P6!apggu!,g
Jareb
1 Mendorong Mendorong Jangka SKPD Bidang
tumbuhnya ekonomi sertifikasi green Pendek, Kepariwisataal,
hijau di sepanjang tourism Menengah dan
mata rantai usaha Panjang
pa-riwisata
2 Mengembangkan Mengembangkan Jangka SKPD Bidang
skema-skema skema-skema Pendek, Kepariwisataan,
mal4jemen usaha manajemen usaha Menenga} dan Industri
pariwisata yang pariwisata yang Panjang Pariwisata,
peduli terhadap peduli terhadap
pelestarian pelestarian
lingkungan dan lingkungan dan
budaya. budava.

D PEROA Lr,np 2 |€NDRA 2015


72

4. AraI kebijakan Pembangunan Kelembagaan Pariwisata


Strategi pengembangan dan p€nguatan organisasi kepari\f,isataan yang menangani bidang

Pelalsaaa /
No Program Keglatetl Jangka Walrtu PeIaaggurlg
.Iasab
I Meningkatkan dan Melaksanalan Jangka SKPD Bidang
menguatkan struktur pelatihan bidang Pendek, Kepariwisataan ,
dan fungsi organisasi pemasaran di tingkat Menengal dan
bidang pemasaran di pemerintah; Panjang
tingkat pemerintah;
darr
2 Meningkatkan dan Meningkatkan dan Jalgka SKPD Bidang
mengembangkan mengembangkan Pendek, Kepariwisataan,
fasilitas fasilitas Menengah dan BPPD
operasionalisasi BPPD operasionalisasiBPP Panjang Kabupaten
Kabupaten Malang D Kabupaten Malang Malang
secara sinergis dan secara sinergis dan
berkela.njutan. berkelanjutan

4. I Strategi pengembangan dan penguatan organisasi kepadwisataan yang menangani bidang


industri wisata
Pehfsaae /
No Progrsr! Kegfster J"-sta Waltu Peaal.ggung
Jarab
1 Mengembangkan darr Mengembangkan dan Jangka SKPD Bidang
menguatkan menguatkan Pendek, Kepariwisataan,
organisasi Gabungan organisasi Gabungan Menengah dan GIPI Kabupaten
Industri Pariwisata Industri Pariwisata Panjang Malang
Indonesia Kabupaten Indonesia Kabupaten
Malang (GIPI Malang (GIPI
Kabupaten Malang) Kabupaten Malang);
2 Mengembangkan Mengembangkan Jangka SKPD Bidang
koordinasi, integrasi koordinasi, integrasi Menengah dan Kepariwisataan,
dan sinergi dalam dan sinergi dalam Panjang GIPI Kabupaten
pembangunan pembalgunan Malang
kepariwisataan kepariwisataan
daerah. daerah.

4.2 Strategi pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataal yang menangani bidang
destinasi wisata
JaagLa
Pelatrana /
No Program Negiataa Pelaagguag
Waktr Jeseb
I Mendukung Mendukung Jangka SKPD Bidang
operasional organisasi operasional Pendek, Kepa-riurisataan ,
dalam pengembangan organisasi dalam Menengah Stakeholders
destinasi untuk pengembangan dan Panjang
mencapai destinasi untuk
kepariwisataan mencapai
berkelanjutan; kepariwisataan
berkela.niutan;
2 Mengembangkan Mengembangkan Jangka SKPD Bidaag
koordinasi,integrasi koordinasi, integrasi Pendek, Kepariwisataan,
dan sinergi dalam dan sinergi dalam Menengah Stakeholders
pembangunan pembangunan dan Panjalg
kepadwisataan kepariwisataan
daerah untuk
meminimalkan
dampak negatif
pembangunan
kepariwisataan.

OTPERD Lamp 2 HENDRA m15


13

4.3 Sfategi untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Pariwisata di lingkungan
Pemerintahan Daerah.
.,AI{GI(A
PELAIGAITA /
NO PROGRAU KEGIATAN PEI{ANGGUNG
WAKTU
.IAWAB
1 Mengembangkan dan Mengikutsertakan Jangka SKPD Bidang
meningkatkan PNS, khususnya di Pendek, Kepariwisataan,
profesionalisme bidang Menengah dan
Pegawai Negeri Sipil, kepariwisataan Panjang
khususnya di bidang dalam seminar
kepariwisataan; dan pelatihan dan
lokakarva
2 Mengembangkan darr Menyertakan Jangka SKPD Bidang
meningkatkan pimpinan/ Menengah dan Kepariwisataan,
kualitas sumber daya pengelola lembaga Panjang industri pariwisata
manusia pengelola kepariwisataan
pendidikan dan dalam seminar,
pelatihan di bidang pelatihan, studi
kepariwisataan. lanjut, atau
magang.

4.4 S kualitas SDM ta di swasta dan


PEL/TXSAXA/
JAITGI(A
NO PROGRAU KEGIA?AIY PEITAIT(XiIIf,G
WAI(TU
JAWAB
1 Meningkatkan Meningkatkan Jangka SKPD Bidang
profesionalisme profesionalisme Pendek, Kepariwisataan,
sumber daya sumber daya Menengah dan lembaga berkaitan
manusia di bidang manusia di bidang Panjang dengan
kepariwisataan kepariwisataan kepariwisataan
melalui standarisasi melalui standarisasi
dan sertilikasi; dan sertifikasi;
2 Meningkatkan Melaksanalan Jangka SKPD Bidang
kemampuan pelatihan Pendek, Kepariwisataan
kewirausahaan di kewirau sahaan di Menengah dan SKPD Bidang
bidang bidang Panjang Perindu strian dan
kepadwisataan kepariwisataan Perdagangan,
Perguruan tinggi

G,

O:PEROA Lrmp 2 HENOR mI5

Anda mungkin juga menyukai