Anda di halaman 1dari 2

TUGAS RESUME FIQH MUNAKAHAT

MUHAMMAD DIVA SATRIA


224102020004
HES 3

PERKAWINAN CAMPURAN
Perkawinan campuran mengacu pada situasi di mana dua individu dari latar belakang budaya,
agama, atau etnis yang berbeda memutuskan untuk menikah dan membentuk keluarga.
Fenomena ini umum terjadi di masyarakat multikultural di seluruh dunia. Latar belakang
mengenai materi perkawinan campuran mencakup beberapa aspek:
1. Aspek Budaya
2. Aspek Agama
3. Aspek Sosial
4. Aspek Hukum
5. Aspek Komunikasi dan Kompromi
6. Aspek Pendidikan Anak
Perkawinan campuran mencerminkan kompleksitas hubungan antara individu-individu yang
memutuskan untuk membentuk ikatan pernikahan lintas budaya dan agama. Dengan
pemahaman, komunikasi yang baik, dan komitmen untuk saling menghormati, perkawinan
campuran dapat menjadi sumber keberagaman dan kekayaan budaya yang luar biasa.
Perkawinan Campuran adalah Pengertian Perkawinan Campuran ialah perkawinan antara dua
orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. (pasal 57 ).
Perkawinan antar pemeluk agama, dimaksudkan seorang laki-laki beragama Islam akan nikah
dengan seorang perempuan pemeluk agama non muslim atau sebaliknya. Adapun tujuan dan
hikmah disahkannya pernikahan dalam Islam bertujuan antara lain untuk memiliki anak-anak
yang sah secara syariat dalam rangka menjaga kelangsungan hidup generasi yang akan datang
(An-Nisa ayat 1), memiliki keluarga yang penuh ketentraman serta cinta dan kasih sayang
didalam keluarga (Ar Rum ayat 21), kebijaksanaan pernikahan adalah untuk
menghindarimelihat apa yang tidak diizinkan oleh syariat, dan untuk melindungi harga diri
dari kebejatan seksual dilingkungan sekitar. Hukum Islam tidak melarang pernikahan antara
orang-orang dari kebangsaan yang berbeda. Fikih pernikahan hanya menetapkan
hukum/batasan pernikahan berlainan agama saja antara seorang muslim dengan non muslim,
karena prinsip yang digunakan dalam pernikahan adalah seagamaya itu sesama muslim,
bukan suku, warna kulit dan asal daerah. Menurut Pasal 44 Hukum Islam (KHI), “Seorang
perempuan muslim diharamkan dinikahi oleh pria nonMuslim. Ketentuan ini menunjukkan
bahwa faktor agama merupakan faktor terpenting dalam perkawinan dalam Islam. Para imam
mazhab sependapat sesungguhnya kesetaraan (kafa’ah) itu terkait dengan agama (sesama
muslim),kemandirian, kompetensi dan keturunan. Dalam KHI tidak mengatur secara
langsung hukum perkawinan campuran tetapi pasal-pasal yang ada didalamnya mengikat bagi
semua muslim pria dan wanita Indonesia untuk dilaksanakan baik mereka melakukan
perkawinan dengan warga negara asing di Indonesia maupun bila mereka melangsungkan
pernikahan di luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai