Anda di halaman 1dari 6

Nama : Misbahud Daroyni Semester : IV (Empat)

NIM : 19.11.0101.0022 Mata kuliah : AIK IV


Prodi : PAI A Dosen Pembimbing : Fatahuddin, T, S.Ag, M.Pd.I

Hakikat Ipteks Dalam Pandangan Islam

A. Konsep IPTEKS dan Peradaban Islam


Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni adalah suatu sumber informasi yang dapat
meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang yang berhubungan dengan bidang
teknologi dan seni, baik itu penemuan yang terbaru ataupun perkembangan dibidang
teknologi itu sendiri. Kemajuan IPTEKS yang begitu pesat di berbagai bidang seperti
transportasi, telekomunikasi, informasi dan lain-lain, terbukti telah banyak memberikan
kemudahan (manfaat) positif bagi manusia. Disisi lain, dengan kemajuan IPTEKS juga
memberikan kemudahan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif. Alloh SWT
berfirman:
َ ُ َ َ َ ُ َ َ ََ
‫ص َابك ْم ِم ْن ُم ِص َيب ٍة ف ِب َما ك َس َب ْت أ ْي ِديك ْم َو َي ْع ُفو َع ْن ك ِث ٍير‬ ‫وما أ‬
Artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu (QS 42:30)

1. Islam menyikapi IPTEKS


Islam adalah agama yang sangat menghormati IPTEKS, terbukti banyak ayat-ayat
al-Qur`an dan hadits Nabi SAW yang menunjukkan bahwa islam adalah agama yang
menghormati IPTEKS. Al-Qur’an memerintahkan agar, manusia banyak melakukan
kajian ilmiyah, seperti afala ta’qiluun “Apakah kamu tidak berakal?”; nazhara
(menganalisa), tatafakkaruun (memikirkan), faqiha (memahami), ‘alima (mengerti,
menyadari), burhan (bukti, argumentasi) dan lain-lain, apabila ini dilakukan oleh umat
islam niscaya akan menemukan banyak sekali nilai-nilai ilmiyah yang terdapat dalam
al-Qur`an. Maka dapat dikatakan bahwa ilmu itu membutuhkan pembuktian (dalil,
hujjah atau argumen) sebagai hasil dari sebuah pencarian, dan al-Qur`an
mengisyaratkan mengenai hal ini, tergantung bagaimana kita memikirkannya.
2. Konsep IPTEKS dalam Islam Alloh SWT berfirman:

‫ض‬ ْ ‫ات َواأل‬ َّ ‫اس َت َط ْع ُت ْم َأ ْن َت ْن ُف ُذوا م ْن َأ ْق َطار‬


َ ‫الس َم‬
‫او‬ ْ ‫اإلنس إن‬ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ
ِ ‫ر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫يا معشر ال ِج ِن و‬
َ ْ َ ُ َ ُ ْ َ
‫فان ُفذوا ال ت ْن ُفذون ِإال ِب ُسلط ٍان‬
Artinya: Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan.(QS 55:33)
seruan Alloh SWT dalam ayat diatas, adalah merupakan tantangan bahwa manusia
harus secara terus menerus megembangkan IPTEKS di segala bidang kehidupan
manusia, agar dapat memahami rahasia- rahasia Alloh SWT baik yang di langit maupun
di bumi. Dan melalui penemuan-penemuan diharapkan manusia semakin yakin akan
keberadaan dan kebesaran Alloh SWT.
Toronto (2007), Hakekat IPTEKS sebenarnya adalah alat yang diberikan kepada
manusia untuk mengetahui dan mengenal rahasia-rahasia alam ciptaan Alloh sebagai
khalifatullah fil ard, dan tujuan akhir dari IPTEKS adalah pengabdian manusia secara
total kepada Alloh SWT. Alloh SWT berfirman:

Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Alloh, Tuhan semesta alam (QS 6:162).

3. IPTEKS tidak bertentangan dengan Islam


Banyak orientalis barat yang mengatakan bahwa yang menghambat kemajuan
IPTEKS adalah agama, sehingga mereka harus memisahkan antara ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan agama. Memang banyak bukti yang mengarah pada pernyataan
itu, sehingga mereka yang umumnya beragama nasrani semakin mempelajari IPTEKS
mereka akan semakin jauh dari agamanya sendiri. Berbeda dengan Islam, semakin
maju IPTEKS akan semakin membuktikan akan kebenaran Islam, sehingga Islam
adalah satu-satunya agama yang bisa berjalan selaras dengan kemajuan teknologi.
4. Peradaban Islam mendukung IPTEKS
Banyak bukti bahwa peradaban Islam yang bersumber dari al- Qur’an dan As
Sunnah adalah pendukung utama IPTEKS. Al-Qur’an mendorong perkembangan
IPTEKS, hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan, pujian dan kedudukan yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu
serta pahala bagi yang menuntut ilmu. Alloh berfirman:
ُ ْ َ َ َ ْ َُ ُ
‫يل انش ُزوا‬
ْ َ
‫س فاف َس ُحوا َي ْف َس ِح الله لكم و ِإذا ِق‬ َ َْ ُ َّ َ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ِ ‫يا أيها ال ِذين آمنوا ِإذا ِقيل لكم تفسحوا ِفي اْلج ِال‬
َ َ ُ َ
‫ات َوالل ُه ِب َما ت ْع َملون خ ِبير‬ َ ْ ْ ُ ُ َ َّ ُ ْ ُ َ َّ ُ َ ُ ُ ْ َ
ٍ ‫فانشزوا َي ْرف ِع الله ال ِذين َآمنوا ِمنك ْم َوال ِذين أوتوا ال ِعل َم د َر َج‬
Artinya: Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS Al Mujadilah: 11)
Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan
orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun.

B. Hubungan Ilmu, Agama dan Budaya


Furchan (2002), menjelaskan bahwa ada 4 (empat) hubungan sebab akibat
(kausalitas/sunnatulloh) antara agama dan ilmu pengetahuan.
1. Pertama, adalah pola hubungan negative dan saling menolak. Apa yang dianggap benar
oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan. Demikian pula sebaliknya
apa yang dianggap benar oleh ilmu pengetahuan dianggap salah oleh agama. Dalam
pola hubungan seperti ini, pengembangan ilmu pengetahuan akan menjauhkan orang
dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang
dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan.
2. Kedua, perkembangan dari pola hubungan pertama, yaitu kebenaran ilmu pengetahuan
yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara
keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai
wilayah kebenaran yang berbeda.
3. Ketiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama
tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan,
ajaran agama tidak dikaitkan dengan ilmu pengetahuan sama sekali, mendukung ajaran
agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, dan
ajaran agama mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan demikian pula
sebaliknya.
4. Keempat adalah pola hubungan positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini
mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan
serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat
terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
tapi pengembangan ilmu pengetahuan tidak mendukung ajaran agama.

C. Hukum Sunnatulloh (kausalitas)


Hidayat (1996), mengatakan bahwa sunnatulloh dapat diartikan sebagai cara Alloh
dalam memperlakukan manusia, yang bermakna ketetapan-ketetapan atau hukum-hukum
Alloh, sehingga sunnatulloh dapat diartikan sebagai ketentuan Alloh. Dengan demikian,
sunnatulloh adalah hukum yang ditetapkan Alloh yang bersifat fitrah untuk mengatur
mekanisme alam semesta, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman bagi manusia dalam
beribadah kepada Alloh sebagai hambaNya guna mewujudkan kemaslahatan dan
menghindari mafsadat. Adapun sunnatulloh mempunyai beberapa spesifikasi sebagai
berikut :
1. Alloh SWT yang menciptakan dan mengatur alam semesta, sebagaimana Alloh SWT
berfirman :
ُ ْ َ ْ َّ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ‫الل ُه َّالذي َر َف َع‬
‫س َوال َق َم َرك ٌّل َي ْج ِري‬ ‫ات ِبغي ِر عم ٍد ترونها ثم استوى على العر ِش وسخر الشم‬ ِ ‫الس َماو‬ ِ
ُ ُ َ َ ُ َ ُ َ ْ ُ َ ُ ًّ َ ُ َ
‫ات ل َع َّلك ْم ِب ِل َق ِاء َ ِربك ْم ُتو ِق ُنو َن‬
ِ ‫ألج ٍل مسمى يد ِبر األمر يف ِصل اآلي‬
Artinya: Alloh-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Alloh mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan( mu) dengan Tuhanmu (QS 13:2)
Alloh SWT menciptakan dan mengatur alam semesta, langit dan bumi beserta
isinya. Langit yang tanpa tiang dilengkapi dengan bintang- bintang, rembulan matahari,
planet-planet dan mahkluk angkasa lainnya. Di bumi Alloh SWT menciptakan daratan,
lautan, gunung, binatang, manusia, dan lain sebagainya. Semua ciptaan Alloh tersebut
hidup dalam keteraturan, keharmonisan dan keserasian. Seandainya semua itu tidak ada
yang mengaturnya tentu akan terjadi saling bertabrakan antara satu dengan yang
lainnya, sehinga pasti akan terjadi kehancuran.
2. Alloh menunjukkan kekuasaanNya melalui tanda tanda alam, sebagaimana Alloh SWT
berfirman :
ْ ُ
‫ين ال َق ِي ُم‬
َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ ْ ً َ َ ْ َ ْ ََ
‫الد‬
ِ ‫الله ذ ِلك‬
ِ ‫يل ِلخل ِق‬ ِ ‫فأ ِقم وج َهك ِلل ِد ِين ح ِنيفا ِفط َرة‬
‫الله ال ِتي فطر الناس عليها ال تب ِد‬
َ
‫اس ال َي ْعل ُمو َن‬ َّ ‫َو َلك َّن َأ ْك َث َر‬
‫الن‬
ِ ِ
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Alloh; (tetaplah
atas) fitrah Alloh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Alloh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui(QS 30:30)
Setelah memaparkan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Alloh serta meminta Rasul
dan umatnya bersabar dalam berdakwah, melalui ayat ini Alloh meminta mereka agar
selalu mengikuti agama islam, agama yang sesuai fitrah. Maka hadapkanlah wajahmu,
yakni jiwa dan ragamu, dengan lurus kepada agama islam. Itulah fitrah Alloh yang Dia
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Manusia diciptakan oleh Alloh dengan
bekal fitrah berupa kecenderungan mengikuti agama yang lurus, agama tauhid. Inilah
asal penciptaan manusia dan tidak boleh ada seorang pun yang melakukan perubahan
pada ciptaan Alloh tersebut. Itulah agama yang lurus, agama tauhid, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui dan menyadari bahwa mengikuti agama islam merupakan
fitrahnya.
3. Alloh menciptakan segala sesuatu berdasarkan kehendakNya, sebagaimana Alloh
berfirman :
ْ ُ
‫ين ال َق ِي ُم‬‫الد‬ َ ‫يل ل َخ ْلق الله َذل‬
‫ك‬ َ ‫د‬‫ب‬ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ
‫ت‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬‫ل‬‫ع‬ ‫اس‬ ‫الن‬ ‫ر‬‫ط‬ ‫ف‬ ‫ي‬‫ت‬ ‫ال‬ ‫ه‬ ‫الل‬
ََْ ً َ
‫ة‬‫ر‬‫ط‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫يف‬ ‫ن‬ ‫ح‬ ‫ين‬ ‫لد‬‫ل‬ ‫ك‬َ ‫َف َأق ْم َو ْج َه‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ
‫اس ال َي ْعل ُمو َن‬ َّ ‫َو َلك َّن َأ ْك َث َر‬
‫الن‬
ِ ِ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan
kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan
hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mempergunakan akalnya (QS 30:24)
Dan di antara tanda-tanda kebesaran dan rahmat-Nya adalah bahwa dia
memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan khususnya di saat
kamu dalam perjalanan dan di sisi lain ia menjadi harapan akan turunnya hujan bagi
kamu yang dilanda kekeringan. Dan dia menurunkan air hujan dari langit, yakni arah
atas, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati dan kering. Hujan itu juga
menjadi bukti karunia-Nya kepada manusia dan binatang.

Sumber Refrensi : MODUL KULIAH AIK 4 (Keilmuan Hukum) PPAIK (Pusat Pengkajian Al-
Islam KeMuhammadiyahan) Universitas Muhammadiyah Surabaya Cetakan ke-1, September
2020, hlm 22-30

Anda mungkin juga menyukai