Kelompok 5 - Konsep Penawaran Pariwisata
Kelompok 5 - Konsep Penawaran Pariwisata
Oleh: Kelompok 5
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan paper yang berjudul “Konsep
Penawaran Pariwisata” ini dengan tepat waktu. Penulisan paper ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Ekonomi Pariwisata
Berkelanjutan di Program Studi Sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana
Paper ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep dan Teori
Penawaran Pariwisata, Bentuk Produk Pariwisata, Unsur-Unsur Penawaran
Pariwisata, Sarana dan Prasarana Pariwisata, Jenis-Jenis Pariwisata dan Siklus
Hidup Destinasi Pariwisata.
Kami berharap paper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari,
paper yang kami buat ini masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
teori, dan dinamika siklus hidup destinasi pariwisata, diharapkan makalah ini dapat
memberikan pandangan yang holistik tentang bagaimana penawaran pariwisata
berperan dalam pembangunan ekonomi dan keberlanjutan industri pariwisata.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep dan teori penawaran pariwisata.
2) Untuk mengetahui terkait dengan apa saja bentuk-bentuk produk pariwisata.
3) Untuk menambah pengetahuan terkait dengan apa saja unsur-unsur
penawaran pariwisata.
4) Untuk mengetahui peran sarana dan prasana dalam penawaran pariwisata.
5) Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pariwisata.
6) Untuk mengetahui bagaimana siklus hidup suatu destinasi pariwisata.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3) Penawaran pariwisata sangat tergantung pada persaingan dari barang-
barang dan jasa-jasa lainnya, sehingga hukum substitusi sangat kuat
berlaku.
Adapun beberapa aspek penawaran dalam pariwisata sebagai berikut Menurut
Medlik (1980) ada empat unsur yang harus ada pada penawaran pariwisata yaitu
sebagai berikut.
1) Daya tarik (Attraction)
Daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang digunakan untuk
menarik minat wisatawan. Daerah pariwisata harus dapat dikembangkan
menjadi atraksi pariwisata. sesuatu yang dikembangkan tersebut disebut
menjadi modal kepariwisataan. Dalam mengembangkan potensi
kepariwisataan di suatu daerah harus berpedoman pada minat apakah yang
diinginkan wisatawan. Atraksi yang dapat menarik minat wisatawan ada
tiga yaitu alami, atraksi wisata budaya dan atraksi buatan manusia. Modal
kepariwisataan dapat dilakukan pengembangan menjadi atraksi pariwisata
dimana modal tersebut berasal. Modal kepariwisataan yang berkembang
tersebut dapat membuat wisatawan betah berkunjung di destinasi wisata
tersebut bahkan di lain kesempatan dapat berkunjung ke lokasi pariwisata
yang sama. Adanya atraksi wisata ini menjadi alasan untuk wisatawan untuk
berkunjung ke suatu daerah yang memiliki daya tarik wisata tersebut.
2) Fasilitas (Amenity)
Amenity disebut juga dengan amenitas yaitu semua sarana dan
prasarana yang digunakan oleh wisatawan di tempat tujuan pariwisata.
sarana dan prasarana tersebut seperti rumah makan, penginapan,
transportasi. Apabila prasarana sudah tersedia maka dapat dibangun sarana
pariwisata yaitu atraksi pariwisata, gedung pertunjukan, marina, dan lain
lain. Prasarana yang harus tersedia di destinasi pariwisata adalah air, listrik,
jalan raya, pelabuhan, telepon, dan sebagainya. Pembangunan prasarana
harus didahulukan daripada sarana pariwisata. Namun ada kalanya
prasarana dan sarana pariwisata harus dibangun secara bersama-sama untuk
pembangunan daerah pariwisata. Daerah pariwisata akan sering diminati
oleh wisatawan jika memiliki aksesibilitas yang baik. Terdapat hubungan
4
antara sarana dan prasarana. Prasarana merupakan syarat untuk sarana dan
begitupun sebaliknya sarana dapat menyebabkan perbaikan prasarana.
3) Aksesibilitas (Accessibility)
Aksesibilitas merupakan salah satu unsur terpenting dalam
berpariwisata. Akses terpenting dalam pariwisata adalah transportasi atau
jasa transportasi. Unsur ini identik dengan transferbilitas yaitu kemudahan
dalam melakukan perpindahan dari satu daerah ke daerah lainnya. Jika
daerah pariwisata tidak memiliki akses yang baik (misal bandara,
pelabuhan) maka tidak ada wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah
pariwisata tersebut. apabila daerah tertentu memiliki potensi wisata maka
harus ada yang memadai sehingga dapat meningkatkan minat wisatawan
untuk berkunjung.
4) Pelayanan tambahan (Ancillary)
Pelayanan tambahan sering disebut kelembagaan. Pemerintah daerah
harus menyediakan pelayanan tambahan di daerah tujuan pariwisata baik
untuk wisatawan maupun pelaku pariwisata. pelayanan ini termasuk
pemasaran, pembangunan sarana prasarana serta merencanakan kegiatan
dan peraturan yang baik di daerah pariwisata. Dalam melakukan penawaran
harus menjelaskan beberapa aspek tersebut kepada wisatawan. Apabila
penawaran yang dilakukan oleh pengelola pariwisata berhasil maka
permintaan wisatawan terhadap daerah pariwisata tersebut juga akan
meningkat begitu juga sebaliknya.
5
kamar hotel (rooms) tempat menginap, makan dan minum di restoran, obyek dan
atraksi wisata (tourist attractions), yang akan disaksikaıı di DTW yang akan
dikunjungi.
Produk industri pariwisata nıerupakan product line, yaitu merupakan produk
yang penggunaannya dilakukan secara bersamaan. Setiap hotel memiliki ‘main
product line seperti: kamar (rooms), makanan (foods) dan minuman (beverage).
Produk lain, handuk (towels), sabun (soaps), shampo (shampoo) yang semuanya
digunakan secara bersamaan di kamar mandi. Dalam perjalanan, wisatawan selalu
nıenggunakan secara bersamaan: tempat duduk di pesawat (seats), hotel (rooms),
makanan dan minuman (foods & beverages) di restoran, hiburan (entertainments),
city sightseeing & tours, cendramata (souvenir shops). Paket wisata yang terbentuk
dari produk industri pariwisata disusun oleh BPW (Biro Perjalanan Wisata) atau
tour operator, sehingga paket wisata juga disebut produk tour operator. Karena
tour operator yang merencanakan, rnenyusun, nıempromosikan, menjual, dan
menyelenggarakan paket wisata, maka tour operator disebut sebagai Architect of
Tourism.
Karakter Produk Industri Pariwisata Produk industri pariwisata jauh lebih
komplek dari produk perusahaaıı manufaktur yang nıernproduksi produk berwujud
(tangible product), apabila dilihat dari aspek pemasaran. Untuk nıelihat perbedaaıı
tersebut, disini akan dijelaskan karakter produk industri pariwisata, yaitu:
1) Tidak Terjadi Transfer of Ownership
Bisnis pariwisata menjual jasa pelayanan (services). Kalau konsumen
membeli jasa pelayanan yang diinginkan itu, konsumen hanya berhak
menikmati pelayanan itu selama diperjanjikan dan tidak terjadi perpindahan
hak nıilik walau wisatawan nıembayar sejumlah uang. Bukan suatu
transaksi jual beli seperti biasa kita kenal.
2) Tidak Bisa di Tab
Paket wisata tidak bisa ditabung atau disimpan seperti produk barang
manufaktur, sebagai contohnya: sinar matahari dan hari raya galungan tidak
bisa ditabung untuk dijual setiap hari.
3) Produk Pariwisata Tidak Dapat Dipindahkan
6
Dalanı industri pariwisata, produk tidak dapat dipindahkan ke tempat
konsumen berada atau tinggal. Tetapi konsumen (wisatawan) harus datang
ke tempat produk yang diproduksi berada. Bila wisatawan memesan kamar
pada Sheraton Nusa Dua Bali, wisatawan pemesan harus datang ke Bali dan
kamar tidak mungkin didatangkan ke tempat wisatawan.
4) Proses Produksi dan Konsumsi Terjadi Bersamaan
Proses produksi dan konsumsi produk industri pariwisata dilakukan pada
saat yang sama. Seperti contoh dalam atraksi wisata, di mama produksi
atraksi terjadi secara bersamaan dengan konsumsi wisatawan.
5) Fragmented Supply
Maksudnya, untuk menyusun paket wisata diperlukan beberapa pemasok
yang menghasilkan produk yang cocok dan sesuai dengan paket wisata yang
akan dijual. Jadi paket wisata bukan dibentuk oleh a single produk, tetapi
terdiri dari beberapa produk (multiple product) yang dihasilkan oleh
beberapa Perusahaan yang berbeda dalam kepemilikan, manajemen, lokasi,
produk dan pemasarannya.
6) Motivasi Perjalanan Beragam Motivasi wisatawan dalam melakukan
perjalanan bermacam- macam, sehingga memerlukan banyak jenis
pelayanan dan produksi berbagai jenis produk.
7) The Dominant Role of Travel Intermediaries
Dalam kepariwisataan perantara dalam penjualan (Sales Intermediries)
seperti Travel Agent, Tour Operator, Reservation Service, Hotel and Charter
Brokers merupakan “Channel Captain” dalam pemasaran produk industri
pariwisata dan peranannya sangat nıenentukan, karena:
a) Kebanyakan perusahaan-perusahaan dalam industri pariwisata
terletak pada lokasi yang jauh yang sukar dijangkau oleh calon
wisatawan potensial. Walaupun bisa dihubungi melalui telepon atau
fax, hal ini akan memakan waktu yang lama dan memerlukan biaya
yang relatif besar.
b) Umumnya perusahaan perusahaan tersebut kebanyakan berskala
kecil yang kemampuan manajemen dan pemasarannya terbatas.
8) Complementarity of Tourist Services
7
Produk dari masing-nıasing perusahaan dalam industri pariwisata tersebut
akan mempunyai nilai yang tinggi, apabila produk yang satu dengan produk
yang lain dari masing masing perusahaan saling melengkapi yang dikemas
dalam bentuk paket wisata (Package Tours).
9) Pemasaran Memerlukan Dukungan Organisasi Resmi
Untuk menyukseskan kegiatan pemasaran pariwisata sangat diperlukan
turun tangan atau peranan organisasi pariwisata, baik organisasi pemerintah
maupun swasta yang ada di daerah maupun dipusat.
10) Memerlukan After Sales Services
Wisatawan tidak bisa langsung menikmati perjalanan wisata sendiri yang
telah dibelinya, tanpa bantuan dari BPW. Wisatawan tidak bisa melakukan
kontak- 7 kontak dengan para pemasok yang terkait dengan paket wisata
yang dibelinya. Itulah sebabnya, setiap penyelenggaraan tour ada tour leader
atau tour conductor yang bertindak atas nama BPW yang menjual paket
wisata tersebut kepada wisatawan.
11) Perishable Product
Perishable artinya cepat rusak, yang mana hal ini dapat terjadi pada
komponen produk pariwisata (product mix), seperti pada airline. Contohnya
sebuah pesawat Boeing 747 nıemiliki kapasitas 450 seat, dan hanya terisi
300 seat, maka lagi 150 seat dianggap sebagai perishable yang
menyebabkan airline tersebut kehilangan kesempatan menerinıa pendapatan
sebanyak 150 seat kali harga tiket. Demikian juga terjadi pada hotel,
restoran, dan komponen produk pariwisata lainnya.
8
Agen Perjalanan (Travel Agents) sebagai perantara. Dimana komponen penawaran
dalam industri pariwisata meliputi:
1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam (natural amenities).
Yang termasuk dalam kelompok ini meliputi:
a) Iklim (climate), seperti cuaca cerah (clean air), banyak cahaya
matahari (sunny day), sejuk (mild), kering (dry), panas (hot), dan
hujan (wet).
b) Bentuk tanah. Seperti tanah yang mempunyai pemandangan (land
configuration and landscape), tanah datar (plains), lembah
pegunungan (mountain scenic), danau (lake), sungai (river), pantai
(beaches), air terjun (waterfall), gunung berapi (volcanic zone), dan
pemandangan yang menarik (panoramic view).
c) Hutan belukar (the sylvan elements), yang meliputi hutan yang luas
(large forest) dan banyak pohon.
d) Flora dan Fauna, yang berupa tanaman-tanaman yang unik
(uncommon vegetation), burung-burung (birds), ikan (fish’s),
binatang buas (wild life), cagar alam (national park), daerah
perburuan (hunting and photographic safari).
e) Health center, yang meliputi sumber air mineral (natural spring of
mineral), mandi lumpur (mud-bath), sumber air panas (hot spring)
yang dapat menyembuhkan bermacam macam penyakit dan
menambah awet muda.
2) Hasil Ciptaan Manusia (Human made supply).
Yang termasuk sebagai hasil ciptaan manusia adalah benda-benda
bersejarah, kebudayaan, dan keagamaan (historical, cultural, dan religious)
yang terdiri dari:
a) Monumen-monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau
(historical remmants of past civilization), contohnya seperti
Pyramid Mesir, Candi Borobudur Indonesia, The Geat Wall China,
dan lainnya.
b) Benda-benda hasil karya seni dan benda serta kegiatan budaya
(cultural places and activities), contohnya seperti museum, art
9
gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handicraft, pameran, dan
festival.
c) Upacara tradisional (traditional events), contohnya seperti naik haji
(pilgrimages), ngaben, perkawinan, khitanan, pesta panen, dan
lainnya.
d) Rumah-rumah beribadah (religions edifices), seperti Gereja, Mesjid,
Kuil, Pura, Klenteng, Wihara dan lainnya.
3) Tata cara hidup masyarakat (The People’s Way of Life).
Tata cara hidup masyarakat merupakan kebiasaan hidup dan adat istiadat
yang ada di masyarakat sebagai contohnya:
a) Pembakaran mayat (ngaben) di Bali.
b) Upacara pemakaman mayat di Tanah Toraja.
c) Upacara bertagak penghulu di Minangkabau.
d) Upacara Khinatan di daerah Parahyangan.
e) Upacara Sekaten di Yogyakarta.
f) Tea Ceremony di Jepang.
g) Upacara Waysyak di Candi Mendut dan Borobudur.
4) Aksesibilitas (accessibility).
Aksesibilitas merupakan salah satu aspek krusial dalam industri
pariwisata. Di antara elemen-elemen yang penting, transportasi menjadi
yang terutama. Konsep ini berhubungan erat dengan kemudahan mobilitas,
di mana seseorang dapat dengan mudah berpindah dari satu lokasi ke lokasi
lainnya. Kehadiran infrastruktur transportasi yang baik, seperti bandara dan
pelabuhan, menjadi kunci dalam menarik minat para wisatawan untuk
mengunjungi suatu destinasi pariwisata. Jika infrastruktur transportasi tidak
memadai, kemungkinan besar potensi pariwisata suatu daerah tidak akan
tereksplor secara maksimal. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur
yang memadai sangatlah penting dalam meningkatkan daya tarik suatu
destinasi pariwisata bagi para pengunjung.
10
2.4 Sarana dan Prasarana Pariwisata
Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator
perkembangan pariwisata. Sarana/prasarana diartikan sebagai proses tanpa
hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dan
sebagainya serta prasarana jalan dan tranportasi yang lancar dan terjangkau oleh
wisatawan.Tim Peneliti PMB-LIPI (2006:339).
1) Prasarana Kepariwisataan Prasarana (infrastuctures) adalah semua fasilitas
yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar,
sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhannya. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di
daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,
jembatan, dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21). Lothar A. Kreck
dalam bukunya Internasional tourism dalam Yoeti (1996:186) membagi
prasarana atas dua bagian yang penting, yaitu:
a) Prasarana perekonomian (economy infrastructures) yang dapat dibagi
atas: Transportasi (Transportation) Transportasi di sini adalah
pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara dimana
ia biasanya tinggal ketempat atau negara yang merupakan daerah tujuan
wisata. Komunikasi (Communication Infrastructures) Tersedianya
prasarana komunikasi akan dapat mendorong para wisatawan untuk
mengadakan perjalanan jarak jauh. Dengan demikian wisatawan tidak
ragu-ragu meninggalkan rumah dan anak-anaknya. Termasuk dalam
kelompok ini diantaranya telepon, telegraph, radio, TV, surat kabar,
internet, kantor pos.Utilities Sarana Utilities adalah penerangan listrik,
persediaan air minum, sistem irigasi dan sumber energi.Sistem
Perbankan adanya pelayanan bank bagi para wisatawan berarti bahwa
wisatawan mendapat jaminan mutu dengan mudah menerima atau
mengirim uangnya dari dan negara asalnya tanpa mengalami birokrasi
pelayanan. Sedangkan untuk pembayaran lokal, wisatawan dapat
menukarkan uangnya pada money changer setempat.
b) Prasarana sosial (Social Infrastructure)
11
Prasarana sosial adalah semua faktor yang menunjang kemajuan
atau menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada.
Termasuk dalam kelompok ini adalah:
1) Sistem Pendidikan (School System)
Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri
dalam, pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk
meningkatkan tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi
juga untuk memelihara dan mengawasi suatu badan usaha yang
bergerak dalam kepariwisataan.
2) Pelayanan Kesehatan (Health Service Facilities)
Harus ada jaminan bahwa di daerah tujuan wisata tersedia
pelayanan bagi suatu penyakit yang mungkin akan diderita dalam
perjalanan.
3) Faktor Keamanan (Safety Factor)
Perasaan tidak aman (unsafe) dapat terjadi di suatu tempat yang
baru saja dikunjungi. Adanya perlakuan yang tidak wajar dari
penduduk setempat seakan-akan wisatwan yang datang
mengganggu ketentraman.
4) Petugas yang Langsung Melayani Wisatawan (Government
Apparatus)
Termasuk dalam kelompok ini antara lain petugas imigrasi,
petugas bea cukai, petugas kesehatan, polisi, dan pejabat- pejabat
lainnya yang berkaitan dengan pelayanan para wisatawan.
2) Sarana Kepariwisataan
Sarana kepariwisataan (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang
memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang
serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang beraneka ragam. Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah
tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam
menikmati perjalanan wisatanya. Suwantoro (2004:22). Pembangunan sarana
wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan
dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sarana
12
wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus
disediakan, dan secara kuantitaif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang
diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh
pelayanan.
Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di
daerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baku, baik secara
nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal
memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakannya. Menurut
Lothar A.Kreck dalam (Yoeti, 1996:197) Sarana kepariwisataan terbagi atas :
a) Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure), yang
dimaksud dengan sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang
hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang
yang melakukan perjalanan wisata, termasuk ke dalam kelompok ini adalah:
travel agent dan tour operator, perusahaan- perusahaan angkutan wisata,
hotel dan jenis akomodasi lainnya, bar dan restoran, serta rumah makan
lainnya, objek wisata, dan atraksi wisata lainnya.
b) Sarana pelengkap kepariwisataan (supplementing tourism superstructure),
yaitu perusahaan- perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan
fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana
pokok kepariwisataan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan
wisata. Termasuk kedalam kelompok ini adalah sarana olah raga seperti
lapangan tenis, lapangan golf, kolam renang, permainan bowling, daerah
perburuan, berlayar, berselancar, serta sarana ketangkasan seperti
permainan bola sodok, Jackpot, Pachino, dan amusement lainnya.
Singkatnya harus ada sesuatu yang dapat dilakukan (something to do) di
tempat yang dikunjunginya, sehingga ada perintang yang tidak membuat
wisatawan cepat bosan di tempat tersebut
c) Sarana penunjang kepariwisataan (supporting tourism superstructure),
yaitu perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok dan
berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu
daerah tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan
lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang
13
dikunjungi. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah nigth club, steambath,
casino.
14
Termasuk wisata pendidikan jika yang Anda kunjungi bermanfaat
untuk menambah ilmu dan pengetahuan.Misalnya wisata ke
penangkaran penyu.
b) Wisata Sejarah
Jika wisata pendidikan akan mendapatkan ilmu pengetahuan secara
umum, maka berbeda dengan wisata sejarah. Selain berlibur, Anda akan
mendapatkan pelajaran sejarah atau peristiwa masa lampau. Misalnya
wisata ke lubang buaya, yang akan mengingatkan Anda pada peristiwa
G 30 S/PKI.
c) Wisata Budaya Dalam wisata budaya berarti menikmati budaya yang
disajikan oleh sebuah destinasi (tempat tujuan).Misalnya Anda wisata
budaya dengan menonton pagelaran tari Kecak di Bali.
d) Wisata Religi
Merupakan kunjungan wisata ke sebuah tempat yang biasanya
sakral dan disucikan.Wisata religi juga biasanya berkaitan dengan
ketenangan hati dan jiwa.Misalnya wisata religi dengan Umroh ke
Mekkah Madinah, masjid agung dan sebagainya.
e) Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen
atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan
mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan
daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh
undang–undang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para
penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran
memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang
beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah
dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan
keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup
binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh–tumbuhan yang
jarang terdapat di tempat–tempat lain. Di Bali wisata Cagar Alam yang
telah berkembang seperti Taman Nasional Bali Barat dan Kebun Raya
Eka Karya.
15
f) Wisata Bahari
Pengertian wisata air atau bahari adalah kunjungan yang tujuannya
untuk menikmati keindahan laut, yaitu di permukaan maupun dalam
laut. Berbeda dengan pengertian wisata pantai yang biasanya hanya
sebatas menikmati permukaannya saja.Ketika wisata bahari, Anda akan
menikmati keindahan laut lebih luas lagi, dengan fasilitas tempat
tersebut. Contohnya surfing, snorkeling dan lainnya.
g) Wisata Kuliner
Berbeda dari jenis wisata sebelum-sebelumnya, untuk wisata
kuliner, Anda hanya akan menikmati sajian makanan dan minuman khas
daerah yang dikunjungi.Tujuannya hanya mencicipi yang nantinya bisa
Anda ceritakan, di 14 mana makanan khas itu dijual, berapa harganya,
bagaimana rasanya, pedagang sebelah mana yang paling enak, warung
mana yang paling murah dan sebagainya.
h) Wisata Pertanian (Agrowisata)
Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah
pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek
pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana
wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan
untuk tujuan studi maupun melihat–lihat keliling sambil menikmati
segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai
jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.
i) Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan
wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata
konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–
ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi,
musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat
nasional maupun internasional. Jerman Barat misalnya memiliki Pusat
Kongres Internasiona (International Convention Center) di Berlin,
Philipina mempunyai PICC (Philippine International Convention
Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di
16
Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan besar
dengan perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin,
Manila, atau Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi
atau badan–badan nasional maupun internasional untuk mengadakan
persidangan mereka di pusat konvensi ini dengan menyediakan fasilitas
akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga reduksi yang
menarik serta menyajikan program–program atraksi yang menggiurkan.
j) Wisata Buru
Jenis ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang memang memiliki
daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan
digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur
dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika
untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan sebagainya. Di India, ada daerah–
daerah yang memang disediakan untuk berburu macan, badak dan
sebagainya, sedangkan di Indonesia, pemerintah membuka wisata buru
untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana wisatawan boleh
menembak banteng atau babi hutan.
3) Berdasarkan letak geografisnya Menurut letak geografisnya, wisata dibagi
menjadi 3 jenis, yakni:
a) Lokal
Disebut wisata lokal ketika perjalanan dilakukan ke tempat yang ada
di kota sendiri atau dekat dengan tempat tinggal. Misalnya, Anda yang
berdomisili di Denpasar, lalu bepergian ke Pantai Kuta. Berarti
dikategorikan Anda sedang berwisata lokal.
b) Regional atau Domestik
Wisata regional berarti secara geografis lebih luas lagi. Yaitu ketika
destinasi wisata yang dikunjungi berada di provinsi lain. Misalnya,
Anda berdomisili di Provinsi DKI Jakarta dan sedang mengunjungi
Pantai Parangtritis dan HEHA, di Yogyakarta.Itu sudah disebut sebagai
wisata regional.
c) Internasional
17
Nah, kalau wisata tingkat internasional pastinya Anda sudah paham.
Disebut demikian jika yang dikunjungi adalah lokawisata di negara lain.
Seperti Anda yang WNI tinggal di Bandung, sedang berwisata ke
Cappadocia, Turki.
18
masih sangat asli. Pada sisi lainnnya telah ada kunjungan wisatawan dalam
jumlah kecil, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi,
lokasinya sulit dicapai namun diminati oleh sejumlah kecil wisatawan yang
justru menjadi minat karena belum ramai dikunjungi. Karakteristik ini
cukup untuk dijadikan alasan pengembangan sebuah kawasan menjadi
sebuah destinasi atau daya tarik wisata.
2) Involvement Phase (Pelibatan) Pada fase ini, peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan mengakibatkan sebagian masyarakat lokal mulai mengambil
inisiatif untuk menyediakan berbagai fasilitas yang memang khusus
diperuntukkan bagi wisatawan. Kontak antara wisatawan dengan
masyarakat lokal masih tinggi dan masyarakat mulai mengubah pola-pola
sosial yang ada untuk merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Di sinilah
mulai suatu daerah menjadi suatu destinasi wisata yang ditandai oleh mulai
adanya promosi. Pada musim atau bulan atau hari-hari tertentu misalnya
pada liburan sekolah terjadi kunjungan wisatawan dalam jumlah besar,
dalam kondisi ini pemerintah local mengambil inisiatif untuk membangun
infrastruktur pariwisata namun masih dalam skala dan jumlah yang terbatas.
3) Development Phase (Pengembangan) Pada fase ini, investasi dari luar mulai
masuk serta mulai munculnya pasar wisata secara sistematis. Daerah
semakin terbuka secara fisik, advertensi (promosi) semakin intensif,
fasilitas lokal sudah tersisih atau digantikan oleh 17 fasilitas yang benar-
benar touristic, dan atraksi buatan sudah mulai dikembangkan untuk
menambahkan atraksi yang asli alami. Berbagai barang dan jasa impor
menjadi keharusan termasuk tenaga kerja asing untuk mendukung
perkembangan pariwisata yang pesat. Organisasi pariwisata mulai terbentuk
dan menjalankan fungsinya khususnya fungsi promotif yang dilakukan
bersama-sama dengan pemerintah sehingga investor asing mulai tertarik
dan memilih destinasi yang ada sebagai tujuan investasinya.
4) Consolidation Phase (Konsolidasi) pada fase ini, sektor pariwisata
menunjukkan dominasi dalam struktur ekonomi pada suatu kawasan dan
ada kecenderungan dominasi jaringan international semakin kuat
memegang peranannya pada kawasan wisatawan atau destinasi tersebut.
19
Jumlah kunjungan wisatawan masih menunjukkan peningkatan yang cukup
positif. Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk mengisi berbagai
fasilitas yang sudah dibangun. Fasilitas lama sudah mulai ditinggalkan.
5) Stagnation Phase (Stagnasi) Pada fase ini, kapasitas berbagai faktor sudah
terlampaui di atas daya dukung sehingga menimbulkan masalah ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Kalangan industri sudah mulai bekerja berat untuk
memenuhi kapasitas dari fasilitas yang dimiliki khususnya dengan
mengharapkan repeater guests atau wisata konvensi/bisnis. Program-
program promosi dilakukan dengan sangat intensif namun usaha untuk
mendatangkan wisatawan atau pelanggan baru sangat sulit terjadi. Selain
itu, atraksi buatan sudah mendominasi atraksi asli alami (baik budaya
maupun alam), citra awal sudah mulai meluntur, dan destinasi sudah tidak
lagi popular.
6) Decline Phase (Penurunan) Pada fase ini, wisatawan sudah beralih ke
destinasi wisata baru atau pesang dan yang tinggal hanya ‘sia-sia’,
khususnya wisatawan yang hanya berakhir pekan. Banyak fasilitas
pariwisata sudah berlatih atau dialihkan fungsinya untuk kegiatan non-
pariwisata, sehingga destinasi semakin tidak menarik bagi wisatawan.
Partisipasi lokal mungkin meningkat lagi terkait dengan harga yang merosot
turun dengan melemahnya pasar. Destinasi bisa berkembang menjadi
destinasi kelas rendah (a tourism slum) atau sama sekali secara total
kehilangan diri sebagai destinasi wisata.
7) Rejuvenation Phase (Peremajaan) Pada fase ini, perubahan secara dramatis
bisa terjadi (sebagai hasil dari berbagai usaha dari berbagai pihak) menuju
perbaikan atau peremajaan. Peremajaan ini bisa terjadi karena adanya
inovasi dalam pengembangan produk baru dan menggali atau
memanfaatkan sumber daya alam dan budaya yang sebelumnya belum
dimanfaatkan. Jika Ingin melanjutkan pariwisata, perlu dilakukan
pertimbangan dengan mengubah pemanfaatan destinasi, mencoba mencari
pasar baru, mereposisi atraksi wisata ke bentuk lainnya yang lebih menarik.
20
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1) Dalam konsep dan teori penawaran pariwisata, terdapat hubungan positif
antara harga dan jumlah penawaran pariwisata. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penawaran pariwisata meliputi harga, potensi daerah tujuan
wisata, persaingan, investasi, dan teknologi. Dengan memahami faktor-
faktor ini, dapat dilakukan upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata
dan mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2) Dalam industri pariwisata, produknya berbentuk paket wisata yang terdiri
dari berbagai komponen seperti tempat duduk di pesawat, kamar hotel,
makanan dan minuman di restoran, serta obyek dan atraksi wisata. Produk
industri pariwisata memiliki karakteristik yang membedakannya dari
produk perusahaan manufaktur, seperti tidak terjadi transfer kepemilikan,
tidak bisa ditabung, dan proses produksi dan konsumsi yang terjadi
bersamaan. Selain itu, produk industri pariwisata memerlukan dukungan
dari perantara perjalanan, memiliki pasokan yang terfragmentasi, dan
memerlukan layanan purna jual.
3) Unsur - unsur penawaran pariwisata (tourism supply) adalah meliputi semua
barang dan jasa pariwisata (tourism product) yang dihasilkan oleh
kelompok perusahaan industri pariwisata sebagai pemasok, yang
ditawarkan kepada wisatawan yang datang secara langsung maupun yang
membeli melalui Agen Perjalanan (Travel Agents) sebagai perantara.
4) Prasarana (infrastuctures) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan
proses perekonomian berjalan dengan lancar, sehingga dapat memudahkan
manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana wisata adalah
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh
wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan,
listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Sarana
wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk
melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
21
5) Jenis-jenis pariwisata dapat dibedakan menjadi 3 sudut pandang yaitu
pariwisata berdasarkan tujuan wisatanya diantaranya pariwisata unruk
liburan, pendidikan, dan 20 bisnis. Kemudian wisata berdasarkan tempat
yang dikunjungi seperti wisata pendidikan, wisata sejarah, wisata budaya,
wisata religi, wisata taman konservasi, wisata bahari, wisata kuliner, dan
lain sebagainya.
6) Dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata khususnya
pengembangan kawasan wisata atau obyek wisata, pada umumnya
mengikuti alur atau siklus kehidupan pariwisata yang lebih dikenal dengan
Tourist Area Life Cycle (TALC). Studi tentang TALC juga membantu
negara-negara berkembang yang sedang giat menata kehidupan
ekonominya, seperti Indonesia. Perkembangan wisata di Negara-negara
berkembang yang memiliki potensi wisata adalah sebuah keharusan
karenapariwisata menjadi salah satu fakor penentu kemajuan ekonomi suatu
Negara berkembang. Siklus hidup area wisata mengacu pada pendapat
Buttler dalam Pitana (2005) terbagi atas tujuh fase yaitu, Tahapan
Exploration (Penemuan), Involvement Phase (Pelibatan), Development
Phase (Pengembangan), Consolidation Phase (Konsolidasi), Stagnation
Phase (Stagnasi), Decline Phase (Penurunan), Rejuvenation Phase
(Peremajaan).
22
DAFTAR PUSTAKA
23