Anda di halaman 1dari 8

M.

Wildan Azzamuddin (J0316211031), Ayu Bella Maulidya (J0316211040),


Zain Zamadli Zahro (J0316211075), Zufar Musyafa (J0316211084), Wahyu
Hidayat (X1014232033)

Tugas Mandiri Kelompok

Anggaran Pembiayaan Komoditas Nilam

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor penting dalam


pertanian, dimana memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian di
Indonesia. Subsektor perkebunan memiliki perkembangan yang cukup konsisten
dan peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi nasional maupun dalam
menjawab isu-isu global. Salah satu hasil perkebunan yang juga berperan dalam
perekonomian indonesia dikancah pasar internasional adalah tanaman nilam
(Wayan 2004 ; Fariadi 2013)

Nilam merupakan (Pogostemon cablin) secara internasional dikenal


dengan nama Patchouli oil yang bernilai ekonomis tinggi. Minyak nilam menjadi
salah satu komoditas atsiri yang mempunyai sifat fixatif (mengikat minyak atsiri
lainnya) sehingga banyak dimanfaatkan dalam pembuatan parfum, detergen, dan
kondisioner rambut (Swamy dan Sinniah 2016 ; Dzulkarnain et al 2020). Hingga
saat ini minyak nilam Indonesia mash termasuk dalam salah satu minyak atsiri
yang memiliki pangsa pasar ekspor besar dalam perdagangan minyak atsiri dunia.
Minyak nilam merupakan minyak atsiri terbesar ke tiga yang di ekspor Indonesia
dibawah minyak sereh wangi dan minyak daun cengkeh (Fariadi 2013).

Prospek yang cerah dari komoditas nilam menjadi peluang bagi Indonesia
untuk melakukan usaha budidaya nilam guna meningkatkan kesejahteraan
perekonomian Indonesia. Pelaksanaan aktivitas sebuah usaha agroindustri,
khususnya tanaman nilam tentunya membutuhkan persiapan yang matang dan
terencana dengan baik. Salah satu perencanaan dalam usaha budidaya nilam yang
sangat penting adalah anggaran. Oleh karena itu laporan ini bertujuan untuk
melakukan perencanaan yang baik dengan menyusun anggaran pada usaha
budidaya nilam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anggaran

Menurut Garrison, Norren and Brewer (2007:4), “Anggaran adalah


rencana terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan
sumber daya lainnya selama suatu periode waktu tertentu.”

Sedangkan menurut Rudianto (2009:2) dalam bukunya yang berjudul


Penganggaran, “Anggaran adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang
yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis.”

2.2 Anggaran Perkebunan

Anggaran perkebunan adalah rencana keuangan yang disusun untuk


mengatur pengeluaran dan penerimaan yang terkait dengan operasi perkebunan.
Anggaran ini mencakup berbagai aspek, termasuk biaya untuk pembelian bibit
atau benih, pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja, perawatan tanaman, pengelolaan
lahan, pengairan, pemeliharaan infrastruktur, dan biaya lainnya yang terkait
dengan kegiatan perkebunan.

Tujuan dari anggaran perkebunan adalah untuk membantu pemilik atau


pengelola perkebunan dalam merencanakan pengeluaran mereka secara efisien,
mengendalikan biaya, mengalokasikan sumber daya dengan bijaksana, dan
menetapkan target keuangan yang realistis untuk mencapai profitabilitas yang
diinginkan (Munandar 2001)

2.3 Jenis Anggaran Perkebunan

Menurut Rudianto 2009, Anggaran dapat dikelompokkan menurut


fleksibilitasnya di dalam menghadapi perubahan, yaitu anggaran fleksibel dan
anggaran tetap. Anggaran fleksibel merupakan jenis anggaran yang dirancang
untuk beradaptasi dengan perubahan volume atau aktivitas bisnis. Anggaran ini
memungkinkan untuk menyesuaikan perkiraan biaya dan pendapatan sesuai
dengan level kegiatan aktual yang terjadi selama periode tertentu. Sedangkan
anggaran tetap merupakan anggaran yang dibuat untuk satu tingkat satu kegiatan
selama jangka waktu tertentu, dimana pada tingkat kegiatan tersebut direncanakan
pendapatan dan biaya.
Selain itu, juga terdapat beberapa jenis anggaran perkebunan, diantaranya :

1. Anggaran Penjualan

Memuat tentang rencana penjualan selama satu periode anggaran yang


dinyatakan dalam satuan uang dan kuantitas penjualan.

2. Anggaran Produksi

Anggaran produksi dalam perkebunan nilam adalah perkiraan atau


estimasi mengenai jumlah produksi nilam yang dapat dihasilkan dalam
suatu periode tertentu di sebuah perkebunan. Anggaran ini melibatkan
berbagai faktor seperti kondisi tanah, kondisi cuaca, praktik budidaya, dan
manajemen perkebunan yang diterapkan.

3. Anggaran pembibitan

Memuat tentang rencana pembibitan selama periode anggaran, mulai dari


biaya memperoleh bibit hingga bibit siap ditanam di lapangan

4. Anggaran pembukaan lahan dan penanaman

Memuat rencana pembukaan lahan sampai dengan bibit Nilam di lapangan


selama periode anggaran

5. Anggaran Pemeliharaan TBM

Tanaman nilam yang belum menghasilkan perlu dirawat secara berkala


agar saat memasuki usia produksi, tanaman benar-benar siap produksi
Pemeliharaan masa tanaman belum menghasilkan merupakan lanjutan dan
penyempurnaan dari pekerjaan pembukaan dan persiapan untuk
mendapatkan tanaman yang berkualitas prima

6. Anggaran Pemeliharaan TM

Pengelompokan umur TM dalam pembuatan anggaran dengan


mempertimbangkan kesamaan fisik dan kebutuhan hara yang serupa

7. Anggaran Panen

Anggaran panen merupakan rencana yang disusun untuk memperkirakan


hasil produksi nilam yang akan didapatkan dalam suatu periode tertentu.
Anggaran ini biasanya mencakup estimasi jumlah tanaman nilam yang
akan dipanen, perkiraan rendemen (hasil produksi) per tanaman, serta
proyeksi volume total produksi yang diharapkan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Rincian Biaya Produksi

Uraian Jumlah Harga Biaya Biaya


Satuan satuan penyusutan

Sewa lahan dan biaya alat

Sewa lahan 1 Hektar 1.000.000 1.000.000 1.000.000

Cangkul**** 2 Unit 40.000 80.000 10.000

Sabit***** 1 Unit 30.000 30.000 3.000

Parang***** 1 Unit 30.000 30.000 3.000

Karung * 9 Unit 5.000 45.000 22.500

Hand 1 Unit 35.000 35.000 8.750


Sprayer**

TOTAL Rp. 1.047.250

Bibit Nilam

Bibit 10.000 Batang 200 2.000.000

Biaya Produksi

Pengolahan 26,67 HKO 75.000 2.000.000


Tanah

Penanaman 10.000 Batang 100 1.000.000

Pemupukan

-Pupuk 100 Karung 10.000 1.000.000


Organik
-Pupuk 250 Kg 3.000 750.000
Urea

-Pupuk 125 Kg 6.000 750.000


SP-36

Tenaga 2 HKO 75.000 150.000


Kerja

Penyiangan 5,33 HKO 75.000 400.000

Panen 9 Karung 25.000 225.000

Pasca Panen

-Pengangku 9 Karung 2.000 18.000


tan

Penyulingan 1 pp 150.000 150.000

TOTAL Rp.8.443.000

TOTAL BIAYA Rp.9.490.250

Keterangan :

(*) Usia ekonomis 1 tahun

(**) Usia ekonomis 2 tahun

(****) Usia ekonomis 4 tahun

(*****) Usia ekonomis 5 tahun

Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan
pada usahatani nilam dan penyulingan minyak nilam. Biaya tetap meliputi sewa
lahan dan penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya bibit dan
upah tenaga kerja. Pengeluaran biaya tetap yang paling tinggi adalah sewa lahan
sebesar Rp. 1.000.000 per proses produksi. Lahan yang digunakan adalah lahan
tegalan yang berjarak sekitar 2 m – 4 m dari perumahan penduduk. Jumlah biaya
tetap yang dikeluarkan pada usahatani nilam sebesar Rp. 1.047.250 per proses
produksi.
Penggunaan biaya variabel hanya untuk pengadaan bibit nilam dan
membayar upah tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
penyiangan, panen, dan penyulingan. Kegiatan pengolahan lahan dilakukan secara
borongan dengan taksiran upah Rp. 2.000.000 per hektar lahan. Umumnya petani
tidak melakukan pemupukan. Penyiangan ditujukan untuk membersihkan tanaman
nilam dari gulma, dan dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan atau saat tinggi
tanaman mencapai 20-30 cm.

Upah pemanenan dihitung berdasarkan jumlah produksi daun nilam basah,


dengan upah sebesar Rp. 25.000 per karung. 1 karung berisi 25 kg daun nilam
basah. Dalam 1 hektar lahan, rata-rata daun nilam basah yang dihasilkan sebanyak
224 kg atau 9 karung, maka upah tenaga kerja pemanenan sebesar Rp. 225.000
per proses produksi. Upah penyulingan ditetapkan sebesar Rp. 100.000 per 50 kg
minyak nilam sehingga upah penyulingan minyak nilam sebesar Rp 150.000.

Tabel 2 Analisis Pendapatan pada Usahatani Nilam per Hektar per Tahun

Uraian Satuan Harga Satuan

Produksi daun nilam basah Kg 297

Produksi daun nilam kering Kg 74,25

Produksi minyak nilam Kg 140

Harga Jual Rp 430.000

Penerimaan Rp 60.200.000

Biaya Produksi Rp 9.490.250

Pendapatan Rp 50.709.750

Pendapatan = Penerimaan – Biaya Produksi

= Rp60.200.000 – Rp9.490.250

= Rp50.709.750

R/C ratio = 50.709.750 : 9.490.250

R/C ratio = 5,3 (efisien)


Hasil panen berkisar 297 kg daun basah atau 74,25 kg daun kering per
hektar (25% dari daun basah) dalam satu kali panen. Penggunaan alat penyuliang
dalam pengolahan akan menentukan kualitas minyak nilam dan akan
mempengaruhi harga minyak nilam. Harga minyak nilam dari hasil pengolahan
dengan alat penyulingan stainless steel berkisar Rp. 450.000/kg, sedangkan
minyak nilam yang dihasilkan dari alat penyuling sederhana dapat di jual dengan
harga Rp. 430.000/kg

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Biaya produksi budidaya nilam terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap meliputi sewa lahan dan penyusutan peralatan, biaya variabel
mencakup biaya bibit nilam dan upah tenaga kerja. Pengeluaran biaya tetap
terbesar adalah sewa lahan sebesar Rp1.000.000 per proses produksi. Penggunaan
biaya variabel terutama untuk bibit nilam dan upah tenaga kerja, upah pemanenan
ditentukan berdasarkan jumlah produksi daun nilam basah. Biaya produksi per
hektar lahan nilam adalah Rp8.433.000 terdiri dari biaya tetap Rp1.047.000 dan
biaya variabel Rp9.490.250

Pendapatan yang diperoleh dari usahatani nilam per hektar per tahun
adalah Rp50.709.750. Rasio pendapatan terhadap biaya produksi (R/C ratio)
adalah 5,3. Dengan R/C ratio sebesar 5,3, dapat disimpulkan bahwa usahatani
nilam ini menghasilkan pendapatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan
biaya produksinya, menunjukkan bahwa usaha ini efisien dan memberikan
keuntungan yang baik.

V. DAFTAR PUSTAKA

Dzulkarnain, Santoso I, Mustaniroh SA. 2020. Strategi pengembangan kemitraan


agroindustri di Kabupaten Konawe Selatan menggunakan analisis SWOT
dan AHP. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 30(1) : 53-62

Fariadi S. 2013. Analisis usaha tani dan pembibitan nilam (Pogostemon sp).
Universitas Brawijaya. Malang [SKRIPSI]

Safrida, Ellyta Effendy, Muhammad Yususf N dan Romano, 2019. Analisis


stuktur biaya dan kesenjangan terhadap petani akibat fruktuasi harga
minyak nilam. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA). Vol 3
(2) : 360-374.
Garrison, Noreen, dan Brewer. 2007. Akuntansi Manajerial. Edisi ke-11. Jakarta :
Salemba Empat

Rudianto (2009). Pengantar akuntansi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

M. Munandar, Budgeting. Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja


Pengawasan Kerja. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2001.

Anda mungkin juga menyukai