K6P1 - TM 6 - Paper
K6P1 - TM 6 - Paper
I. PENDAHULUAN
Prospek yang cerah dari komoditas nilam menjadi peluang bagi Indonesia
untuk melakukan usaha budidaya nilam guna meningkatkan kesejahteraan
perekonomian Indonesia. Pelaksanaan aktivitas sebuah usaha agroindustri,
khususnya tanaman nilam tentunya membutuhkan persiapan yang matang dan
terencana dengan baik. Salah satu perencanaan dalam usaha budidaya nilam yang
sangat penting adalah anggaran. Oleh karena itu laporan ini bertujuan untuk
melakukan perencanaan yang baik dengan menyusun anggaran pada usaha
budidaya nilam.
1. Anggaran Penjualan
2. Anggaran Produksi
3. Anggaran pembibitan
6. Anggaran Pemeliharaan TM
7. Anggaran Panen
Bibit Nilam
Biaya Produksi
Pemupukan
Pasca Panen
TOTAL Rp.8.443.000
Keterangan :
Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan
pada usahatani nilam dan penyulingan minyak nilam. Biaya tetap meliputi sewa
lahan dan penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya bibit dan
upah tenaga kerja. Pengeluaran biaya tetap yang paling tinggi adalah sewa lahan
sebesar Rp. 1.000.000 per proses produksi. Lahan yang digunakan adalah lahan
tegalan yang berjarak sekitar 2 m – 4 m dari perumahan penduduk. Jumlah biaya
tetap yang dikeluarkan pada usahatani nilam sebesar Rp. 1.047.250 per proses
produksi.
Penggunaan biaya variabel hanya untuk pengadaan bibit nilam dan
membayar upah tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
penyiangan, panen, dan penyulingan. Kegiatan pengolahan lahan dilakukan secara
borongan dengan taksiran upah Rp. 2.000.000 per hektar lahan. Umumnya petani
tidak melakukan pemupukan. Penyiangan ditujukan untuk membersihkan tanaman
nilam dari gulma, dan dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan atau saat tinggi
tanaman mencapai 20-30 cm.
Tabel 2 Analisis Pendapatan pada Usahatani Nilam per Hektar per Tahun
Penerimaan Rp 60.200.000
Pendapatan Rp 50.709.750
= Rp60.200.000 – Rp9.490.250
= Rp50.709.750
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Biaya produksi budidaya nilam terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap meliputi sewa lahan dan penyusutan peralatan, biaya variabel
mencakup biaya bibit nilam dan upah tenaga kerja. Pengeluaran biaya tetap
terbesar adalah sewa lahan sebesar Rp1.000.000 per proses produksi. Penggunaan
biaya variabel terutama untuk bibit nilam dan upah tenaga kerja, upah pemanenan
ditentukan berdasarkan jumlah produksi daun nilam basah. Biaya produksi per
hektar lahan nilam adalah Rp8.433.000 terdiri dari biaya tetap Rp1.047.000 dan
biaya variabel Rp9.490.250
Pendapatan yang diperoleh dari usahatani nilam per hektar per tahun
adalah Rp50.709.750. Rasio pendapatan terhadap biaya produksi (R/C ratio)
adalah 5,3. Dengan R/C ratio sebesar 5,3, dapat disimpulkan bahwa usahatani
nilam ini menghasilkan pendapatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan
biaya produksinya, menunjukkan bahwa usaha ini efisien dan memberikan
keuntungan yang baik.
V. DAFTAR PUSTAKA
Fariadi S. 2013. Analisis usaha tani dan pembibitan nilam (Pogostemon sp).
Universitas Brawijaya. Malang [SKRIPSI]