Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BAB 9

PENGUKURAN KINERJA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik

Disusun oleh:

1) Tri Nur Sriana (2103101011)


2) Ella Seftiani (2103101043)
3) Cornelia Catrin Dea Ranik (2203101021P)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nyalah sehingga
makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik di program jurusan S1 Akuntansi di Universitas PGRI Madiun. Adapun
judul yang diambil dalam makalah ini adalah “Pengukuran Kinerja Sektor Publik”.

Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada semua pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka semua, penyusunan makalah ini belum
tentu bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, sehingga kritik dan
saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat memberi
manfaat bagi semua pihak.

Madiun, 04 Juli 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2


2.1 Pengertian Pengukuran Kinerja ............................................................................... 2
2.2 Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja .......................................... 4
2.3 Peran Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja................................................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program
atau kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo
(2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial
dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian
organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
4. Capital rationing

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
motivasi untuk mencapai good congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana pengukuran kinerja sektor publik?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana pengukuran kinerja sector publik

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu


kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat
ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan kelayakan
biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik
karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas
dari pelayanan yang diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang
dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta,
karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka
ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan ukuran kerja non-finansial.

A. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja


Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
motivasi untuk mencapai good congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional.

B. Manfaat Pengukuran Kinerja


Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:
1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

2
3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan
target kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja.
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment).
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja
organisasi.
6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

C. Prinsip – Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja

Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh manajemen. Apabila skema indikator


Evaluasi kembali ukuran kinerja sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan mengembangkan skema
yang ada baru.
Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil sering diformulasikan dalam rasio
Mengukur kegiatan yang keuangan. Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya permasalahan. Hasil
penting, tidak hanya hasil tersebut tidak akan menunjukkan diagnosis hasil.
Pengukuran harus
mendorong tim kerja yang Pembagian proses pengukuran menciptakan lingkungan tim kerja yang
akan mencapai tujuan aktivitasnya diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

Pengukuran harus Agar efektif, sistem pengukuran harus diciptakan sebagai perangkat terintegrasi
merupakan perangkat yang yang diperoleh dari strategi perusahaan. Sebagian besar perusahaan berusaha
terintegrasi, seimbang dalam meminimalkan biaya, meningkatkan kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan
penerapannya produksi dan menciptakan pengembalian investasi yang wajar.
Ukuran internal yang umum dipakai dalam sebuah organisasi perbandingan
Pengukuran harus memiliki
fokus eksternal jika kinerja dari tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu dapat dilakukan ke
memungkinkan tingkatan mikro: divisi, departemen, kelompok, bahkan individu.

D. Skala Pengukuran
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya karena
denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang
sama, yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak
dibedakan berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih
rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi hanya sekedar
berbeda.
2. Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena selain
memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek
dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala
nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat
dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi
atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.

3
3. Skala Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama, sehingga
jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan golongan
yang lain dapat diketahui.
4. Skala rasio
Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini mempunyai
ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang
sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada
pada titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.

E. Siklus Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:
1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan
strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan,
program operasional san kegiatan/aktivitas.
2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah perumusan
strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung, contohnya
adalah jumlah klaim yang diproses.
3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:
pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja.
Kedua, mengukur kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga,
penggunaan data pengukuran yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang
dapat dimengerti dan bermanfaat.
4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator hasil
(outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting dibandingkan dengan
pemikiran kembali atas indikator masukan (inputs) dan keluaran (outputs).
5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran kinerja
tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data organisasi
dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.

2.2 INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA


A. Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah
dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan)
antara kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada :
1. Varians pendapatan (revenue varians)
Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva atau
penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Varians pengeluaran (expenditure variance)
a. Varians belanja rutin
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan-
kegiatan yang sifatnya lancar dan terus menerus yang dimaksudkan untuk menjaga
kelemahan roda pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.

4
b. Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)
Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan
selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan
pemeliharaan.Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan
identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut
hingga level manajemen paling bawah.

B. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses
pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Metode
Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial
dan juga aspek nonfinasial. Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik
karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi
juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang
menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang
cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode
ini melibatkan empat aspek, antara lain :
1. Perspektif finansial (financial perspective)
Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan
merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh
pengambilan keputusan. Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan,
implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar.
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan
bisnis, yaitu:
a. Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan
memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen
untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah
kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang
akan mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan
dengan pelanggan.
b. Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan
reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap ini,
perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan
mengembangkannya jika memungkinkan.
c. Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil
investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi
pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan
perbaikan.
2. Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)
Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk
peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam
perspektif ini peran riset pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok
pengukuran, yaitu:
a. Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:

5
 Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis yang
dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk
jumlah pelanggan uang yang dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.
 Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana perusahaan
dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan
dengan mengetahui besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang
asa saat ini.
 Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan tingkat
dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru.
Akuisisi ini dapat diukur dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan
baru di segmen yang ada.
 Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi untuk
mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik dalam value
proportion.
b. Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core
value proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:
 Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan kualitas.
Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk
atau jasa yang ditawarkan.
 Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan pendekatan
agar perasaan pelanggan merasa puas atau produk atau jasa yang ditawarkan
perusahaan.
 Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan
dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
a. Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah
satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses
inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai
tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
 Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan.
 Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b. Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih
menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan
jasa yang diberikan kepada pelanggan.
c. Pelayanan Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya
pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi
bagian yang cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual
ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).
Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis
untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan
meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan
karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam

6
pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang
istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.
5. Perspektif / Faktor yang Dinilai Misi atau Visi
Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci. Variabel
kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab
kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :
a. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
b. Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat
c. Perubahannya tidak dapat diprediksi
d. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
e. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara
(surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung
akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan dan
demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-
hal yang perlu diperhatikan:

1. Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera.
2. Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai upaya
pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan langsung
sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja akan dilakukan.
3. Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going process)
4. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini merupakan
suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya memperbaiki kinerja.
5. Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
6. Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya organisasi,
budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.

2.3 PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA


Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi (critical
success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja
unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatika
variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu tertentu.
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai
ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-finansial untuk melaksanakan
operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan
memonitor capaian kinerja.
Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :
1. Biaya pelayanan (cost of service)
Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit pelayanan
(panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya per siswa).

7
Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya karena output yang
dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang
diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja produksi misalnya belanja per
kapita.
2. Penggunaan (utilization)
Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service)
dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi
publik sedangkan pengukurannya berupa volume absolut atau presentase tertentu, misalnya
presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah penumpang per bus yang
dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau
kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut pertimbangan
yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain masyarakat atas
pelayanan tertentu.
4. Cakupan pelayanan (coverage)
Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan perundangan yang
mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah
ditetapkan.
5. Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi pemerintah
daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan
untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan indikator proksi
misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar
unit kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja


Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien yang
masuk
Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien yang masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun
Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk kembali
Proporsi tingkat hunian
Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total penduduk
Klinik Kesehatan untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang jalan
Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)

8
% Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas yang
Kepolisian terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas
% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah total
pengaduan masyarakat yang masuk
% Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
DPR/DPRD tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk
Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem Pengukuran Kinerja sector public adalah suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non
finansial. System pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pengendalian organisasi karena
diperkuat dengan adanya mekanisme reward dan punishment. Pengukuran kinerja sector public
dimkasudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah, memperbaiki pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan, serta untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas
publik

10
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

11

Anda mungkin juga menyukai