Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

OLEH:

PASHA MAULIDIA

A.2211013

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MITRA ADIGUNA PALEMBANG


A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di
bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi
dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Sundaru, 2013)
Kesimpulan asma merupakan gangguan pada saluran pernafasan yang dapat
menyebabkan seseorang sulit untuk bernafas dan dapat menyebabkan kematian
apabila tidak ditangani secara cepat.

2. Anatomi dan Fisologi


a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan
kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu
dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan
makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu
getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9
sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
Fungsi utama dari trakea adalah untuk menyediakan saluran napas yang jelas untuk
udara masuk dan keluar dari paru-paru.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke
bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Fungsi utama bronkus mirip seperti
“pipa” yang membawa masuk dan keluar udara dari dan ke paru-paru. Bronkus tidak
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri
dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior.

 Fungsi paru-paru yang pertama adalah sebagai organ respirasi Respirasi untuk
pertukaran gas karbon diaksida dan oksigen
 Karena saat bernapas kita mengeluarkan limbah karbon diaksida maka fungsi paru-
paru adalah bagian dari sistem ekskresi.
 Mengendalikan pH darah dengan cara mengubah tekanan karbon dioksida.
 Menyaring gumpalan darah yang terbentuk dalam vena.
 Mempengaruhi konsentrasi beberapa zat biologis dan obat-obatan yang digunakan
dalam pengobatan dalam darah.
 Mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II oleh enzim angiotensin-converting.
 Dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jantung dari guncangan.
3. Etiologi
a. Factor ekstrinsik (asma imunologik/asma alergi)
- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b. Factor instrinsik (asma nonimunoligik/asma non alergi)
- Infeksi (influenza virus)
- Fisik ( cuaca dingin, perubahan temperature)
- Iritan : bahan kimia
- Polusi udara : karbondioksida,asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus ( suriadi, 2011)
4. Patoflow

(Almazini, 2012)
5. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktifitas bronkus, obstruksi jalan nafas dapat refersible secara spontan maupun
dengan pengobatan gejala – gejala asma antara lain :
1. Bising Mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoscop.
2. Batuk produktif, sering pada malam hari
3. Nafas atau dada seperti tertekan (Halim, 2012)

6. Komplikasi
- pneumotorak
- bronchitis
- gagal nafas
- efisiema subkutis
- ateletasis

7. Pemeriksaan Diagnostik
- spirometri
melihat respon pengobatan dengan bronkodilator
- pemeriksaasn sputum
sputum eisinofil sangat karakteristik untuk asma
- uji profokasi bronkus
untuk menunjukkan adanya hiperaktifitas bronkus
- foto torax
melihat komplikasi asama
8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a) Penatalaksanaan Medis
(1) Terapi Obat
Penatalaksanaan medis pada penderita asma bisa dilakukan dengan pengguaan obat-
obatan asma dengan tujuan penyakit asma dapat dikontrol dan dikendalikan.
Menurut AAAI (Amerika Academy of Allergy, Asthma & Immunology)
penggolongan obat asma (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut:
a) Obat-obat anti peradangan (preventer)
(1) Usaha pengendalian asma dalam jangka panjang
(2) Golongan obat ini mencegah dan mengurangi peradangan, pembengkakan saluran
napas, dan produksi lendir
(3) Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensitivitas saluran pernapasan
terhadap pemicu asma yang berupa alergen.
(4) Penggunaannya harus teratur dalam jangka panjang
(5) Daya kerja lambat/gradual, biasanya mengambil waktu sekitar dua minggu baru
terlihat efektivitasnya ayang terukur.
b) Obat-obat pelega gejala berjangka panjang
Obat-obat pelega gejala berjangka panjang dalam nama generik yang ada di pasaran
adalah salmeterol hidroksi naftoat (salmeterol xinafoate) dan teofilin (theophylline).
(1) Salmeterol
Obat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana obat ini bekerja dengan
mengendurkan oto-otot yang mengelilingi saluran pernapasan. Obat ini paling efektif
bila dikombinasikan dengan suatu obat kortikosteroid hirup, dan tidak dapat
berfungsi sebagai pelega seketika dalam hal terjadi serangan asma.
Obat ini umumnya bekerja setelah setengah jam dan daya kerjanya bertahan hingga
12 jam. Obat ini disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukut dan obat hirup
bubuk kering. Obat ini tidak dapat digunakan untuk anak-anak di bawah 12 tahun.
(2) Teofilin
Obat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif yang terdapat dalam
secangkir kopi) dan termasuk bronkodilator yang lama daya kerjanya. Efek samping
obat ini sama seperti kafein sehingga tidak dianturkan untuk pasien hiperaktif.
(3) Albuterol Sulfat atau Salbutamol.
Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam bentuk obat hirup dosis
terukur, obat hirup bubuk kering, larutan untuk alat nebulizer, sirup, tablet biasa,
tablet lepas-tunda (extended-reliase).
c) Obat-obat pelega gejala asma (reliever/bronkodilator)
Misalnya salbutamol [Ventolin®], terbutaline [Bricanyl®], formoterol [Foradil®,
Oxis®], dan salmeterol [Serevent®] secara cepat mengembalikan saluran napas yang
menyempit yang terjadi selama serangan asma ke kondisi semula. Obat pereda/pelega
biasanya tersedia dalam bentuk inhaler berwarna biru atau abu-abu.
d) Obat-obatan kortikosteroid oral
Kortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi pembengkakan dan
peradangan yang mencetuskan serangan asma. Obat ini membutuhkan enam hingga
delapan jam untuk bekerja, sehingga makin cepat digunakan makin cepat pula daya
kerja yang dirasakan.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma adalah
sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan), pemberian
cairan, fisiotherapy, dan beri O2 bila perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Sundaru H. 2013 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2011,Asuhan Keperawatan pada Anak,Jakarta : ISBN
Halim Danukusantoso, 2012. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit
Hipokrates , 2012
B. Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
Peningkatan sekresi pernafasan
Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesoris pernafasan
Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
Papiledema
Urin output meurun

d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada
saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang
disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala
tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk,
yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis
asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak
jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi
infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai
ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga
dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas
(antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal,
supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma
yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan


produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler –
alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN ASMA

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan NIC :
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 jam, Airway Management
berhubungan dengan
pasien mampu : Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
tachipnea, peningkatan
produksi mukus, Respiratory status : Ventilation thrust bila perlu.
kekentalan sekresi dan Respiratory status : Airway patency Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
bronchospasme.
Aspiration Control, Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Dengan kriteria hasil : nafas buatan.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
suara nafas yang bersih, tidak ada Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
sianosis dan dyspneu (mampu tambahan
mengeluarkan sputum, mampu Lakukan suction pada mayo
bernafas dengan mudah, tidak ada Berikan bronkodilator bila perlu
pursed lips) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Menunjukkan jalan nafas yang paten. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan NIC :
gas berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam,
dengan perubahan Airway Management
pasien mampu :
membran kapiler –
alveolar Respiratory Status : Gas exchange
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
Respiratory Status : ventilation
thrust bila perlu
Vital Sign Status
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Dengan kriteria hasil :
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Mendemonstrasikan peningkatan
nafas buatan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Pasang mayo bila perlu
Memelihara kebersihan paru paru dan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bebas dari tanda tanda distress
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pernafasan
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Mendemonstrasikan batuk efektif dan
tambahan
suara nafas yang bersih, tidak ada
Lakukan suction pada mayo
sianosis dan dyspneu (mampu
Berika bronkodilator bial perlu
mengeluarkan sputum, mampu
Barikan pelembab udara
bernafas dengan mudah, tidak ada
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
pursed lips)
keseimbangan.
Tanda tanda vital dalam rentang
Monitor respirasi dan status O2
normal

Respiratory Monitoring

Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha


respirasi
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
3 Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam,
penyempitan bronkus Airway Management
pasien mampu :
Respiratory status : Ventilation
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
Respiratory status : Airway patency
thrust bila perlu
Vital sign Status
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Dengan Kriteria Hasil :
Lakukan suction pada mayo
Mendemonstrasikan batuk efektif dan
Berikan bronkodilator bila perlu
suara nafas yang bersih, tidak ada
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
sianosis dan dyspneu (mampu
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
mengeluarkan sputum, mampu
keseimbangan.
bernafas dengan mudah, tidak ada
Monitor respirasi dan status O2
pursed lips).
Menunjukkan jalan nafas yang paten
Terapi Oksigen
(klien tidak merasa tercekik, irama
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
nafas, frekuensi pernafasan dalam
 Pertahankan jalan nafas yang paten
rentang normal, tidak ada suara nafas
 Atur peralatan oksigenasi
abnormal).
 Monitor aliran oksigen
 Tanda Tanda vital dalam rentang
 Pertahankan posisi pasien
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri

4 Nyeri akut; ulu hati Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan
keperawatan selama 3 x 24 jam,pasien
proses penyakit. mampu :
Pain Level(tingkat nyeri), Pain Management

Pain control(control nyeri),


Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Comfort level(tingkat kenyamanan).
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Dengan Kriteria Hasil :
kualitas dan faktor presipitasi.
Mampu mengontrol nyeri (tahu
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
penyebab nyeri, mampu menggunakan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
tehnik nonfarmakologi untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
mengurangi nyeri, mencari bantuan,
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
Skala nyeri 1-2)
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
dengan menggunakan manajemen
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau.
nyeri
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
Mampu mengenali nyeri (skala,
menemukan dukungan.
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
nyeri berkurang
kebisingan.
Tanda vital dalam rentang normal
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Tingkatkan istirahat.
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil.
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri.

5 Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC :


dengan kesulitan
keperawatan selama 3 x 24 jam, Anxiety Reduction (penurunan kecemasan).
bernafas dan rasa takut
sufokasi. pasien mampu : Gunakan pendekatan yang menenangkan.
Anxiety control Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
Coping pasien.
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
Impulse control selama prosedur.
Dengan Kriteria Hasil : Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres.
Klien mampu mengidentifikasi dan Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengungkapkan gejala cemas mengurangi takut.
Mengidentifikasi, mengungkapkan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
dan menunjukkan tehnik untuk ketakutan, persepsi Instruksikan pasien
mengontol cemas menggunakan teknik relaksasi.
Vital sign dalam batas normal Barikan obat untuk mengurangi kecemasan.
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

Anda mungkin juga menyukai