Makalah Profesi Pendidikan Dalam Layanan Administrasi Dan Bimbingan 1
Makalah Profesi Pendidikan Dalam Layanan Administrasi Dan Bimbingan 1
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 :
ARFINA JULIRA (06101281924024)
Kelas: Indralaya
DOSEN PENGAMPUH :
Prof.Dr. Fuad A. Rachman, M.Pd
Dr. Hartono, M.A
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, ridho dan
pertolongan-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
“PROFESI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN”disusun sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya terutama
bagi mahasiswa dan calon pendidik khususnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan......................................................2
B. Fungsi Administrasi Pendidikan.................................................................................5
C. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan...........................................................8
D. Pengertian Pendidikan di Layanan Bimbingan Pendidikan........................................9
E. Tujuan Pendidikan di Layanan Bimbingan Pendidikan.............................................9
F. Landasan Pendidikan di Layanan Bimbingan Pendidikan.......................................10
G. Prinsip Pendidikan di Layanan Bimbingan Pendidikan...........................................12
H. Peran Pendidikan di Layanan Bimbingan Pendidikan..............................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan adminsitrasi pendidikan?
2) Apa fungsi administrasi pendidikan?
3) Bagaimana peranan guru dalam administrasi pendidikan?
4) Apa pengertian profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan pendidikan ?
5) Apa tujuan profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan ?
6) Apa landasan profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan ?
7) Bagaimana prinsip profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan?
8) Bagaimana peran profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan administrasi pendidikan.
2. Untuk memahami fungsi administrasi pendidikan.
3. Untuk memahami peranan guru dalam administrasi pendidikan.
4. Memahami pengertian profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan pendidikan.
5. Memahami prinsip profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan.
6. Memahami tujuan profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan.
7. Memahami landasan profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan.
8. Memahami peran profesi pendidikan di bidang layanan bimbingan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Sistem Pendidikan Nasional
Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan
nasional adalah dengan membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dari
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Supaya otentik dan tidak keliru, ada baiknya dikutip
langsung Bab I Pasal 1 Ayat 3 Undang-undang tersebut, sebagai berikut:
“Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari
semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya
untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan.”
Dalam penjelasan undang-undang tersebut, dikemukakan bahwa sebutan
sistem pendidikan nasional merupakan perluasan dari pengertian sistem pengajaran
nasional seperti yang tertulis dalam Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII, Pasal 31
Ayat 2. Perluasan ini memungkinkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak
membatasi pada pengajaran saja, melainkan meluas kepada masalah yang
berhubungan dengan pembentukan manusia Indonesia. Beberapa hal lain yang kita
temukan mengenai sistem pendidikan nasional dalam undang-undang itu adalah: a)
Sistem pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat
penting dalam mencapai cita-cita nasional; b) sistem pendidikan nasional
dilaksanakan secara semesta, menyeluruh, dan terpadu. Semesta diartikan sebagai
terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah negara; menyeluruh
diartikan sebagai mencakup semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; dan
terpadu diartikan sebagai kesalingterkaitan sistem pendidikan nasional itu dengan
seluruh usaha pembangunan nasional; c) pengelolaan sistem pendidikan nasional
adalah tanggung jawab menteri P dan K (UUSPN No. 2/89 Pasal 49). Dari
pengertian itu dapat dikemukakan unsur-unsur penting dalam sistem pendidikan
yang akan kita pekai sebagai titik tolak pembahasan.
Pertama, sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan.
Saruan pendidikan adalah lembaga kegiatan belajar-mengajar yang dapat
mempunyai wujud sekolah, kursus, kelompok belajar ataupun bentuk lain yang
berlangsung dalam bangunan tertentu atau tidak. Yang terakhir ini misalnya satuan
pendidikan yang penyelenggaraannya menggunakan sistem jarak jauh. Dengan
kegiatan pendidikan yang dimaksudkan untuk semua usaha yang ditujukan dalam
mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan itu dapat berlangsung dalam satuan
pendidikan atau dalam unit lain yang terkait, seperti yayasan, Kantor Departemen P
dan K di semua tingkat serta dalam berbagai lembaga di luar Departemen P dan K,
dan yang terkait atau yang menyelenggarakan usaha pendidikan. Dengan perkataan
lain, kegiatan yang dimaksud merupakan kegiatan yang dilakukan oleh unsur atau
komponen sistem dalam mencapai tujuan pendidikan baik sendiri-sendiri atau
melalui interaksi dengan sesamanya.
Kedua, sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan dalam mencapai
cita-cita pendidikan nasional. Sebagai alat berarti sistem itu merupakan wadah
yang dialaminya terdapat kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sebagai tujuan, sistem pendidikan nasional memberikan rambu-rambu ke mana
arah dan bagaimana seharusnya pendidikan nasional itu dikelola.
3
Ketiga, sebagai suatu sistem, pendidikan nasional harus dilihat sebagai
keseluruhan unsur atau komponen dan kegiatan pendidikan yang ada di nusantara
ini. Unsur-unsur yang membentuk sistem ini saling berkaitan satu sama lain dan
saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Jika kita
mengacu kepada penjelasan Undang-Undang Nomor 2/1989, maka dapat kita
temukan bahwa ciri sistem pendidikan nasional itu adalah: a) berakar kepada
kebudayaan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, b) merupakan suatu
kebulatan yang dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan nasional, c)
mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, d) mengatur jenjang,
kurikulum, penetapan kebijaksanaan (terpusat dan tak terpusat), tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan, kriteria dan kedudukan penyelenggaraan pendidikan
oleh pemerintah dan mesyarakat, kebebasan penyelenggaraan pendidikan, serta
kemudahan untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan peserta didik dan
lingkungan.
Bila kita gambarkan dalam bentuk diagram, maka gambaran sistem
pendidikan nasional tersebut adalah seperti pada gambar 1.1 tentang skema sistem
pendidikan nasional.
Proses
Masukan Keluaran
P
r dan libur sekolah, bahasa pengantar, penilaian, peran serta masyarakat, pengelolaan, pengawasan, ketentuan pidana, ket
E L
S U
E L
onal R U
g, pengelolaan) T S
A A
N
D
I
D
I
K
4
pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri dari
program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga
tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (PP Nomor 28 Tahun 1990). Bentuk
satuan pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar dan sekolah dasar luar biasa. Jika
kita berbicara tentang sekolah menengah, maka kita berbicara tentang dua jenjang
sekolah karena sekolah menengah pertama berada di jenjang pendidikan dasar,
sedangkan sekolah di atas sekolah menengah pertama berada pada jenjang
pendidikan menengah. Program pendidikan S1 dan LPTK (Lembaga Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan), dirancang untuk mengajar pada jenjang pendidikan
menengah, meskipun dengan kurikulum yang fleksibel (luwes) lulusan S1 itu juga
mampu mengajar pada jenjang pendidikan dasar.
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
1990 tentang Pendidikan Menengah, pendidikan menengah didefinisikan sebagai
pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah mempunyai bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas: a) sekolah
menengah umum, b) sekolah menengah kejuruan, c) sekolah menengah
keagamaan, d) sekolah menengah kedinasan, dan e) sekolah menengah luar biasa.
Sebagai suatu unsur atau komponen sistem pendidikan nasional, sekolah menengah
harus ikut menyumbang terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan bagan (Gambar 1.1) yang melihat sistem pendidikan dari
unsur-unsur yang ada di dalamnya. Sebagai suatu sistem, pendidikan mempunyai
masukan yang diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan keluaran. Peserta
didik sebagai masukan, diolah dalam proses pendidikan dan keluaran sebagai
lulusan. Untuk memudahkan unsur-unsur sistem pendidikan itu diidentifikasikan
sebagai unsur yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989.
5
kurikuler
instruksional umum
instruksional khusus
Penjelasan macam-macam tujuan :
a. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu institusi, misalnya
tujuan pengajaran sejarah di sekolah menengah umum.
b. Tujuan instruksional, yaitu tujuan suatu pokokbahasan tertentu suatu mata pelajaran
dalam suatu tingkat dan dalam suatu jenjang istitusi
c. Tujan intruksional khusus, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu periode atau
unit waktu tertentu dalam suatu tingkat pada jenjang institusi.
6
Menurut timbulnya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan yang
berasal dari bawah, misalnya mulai dari guru, kepala sekolah, kantor Departemen P
dan K tingkat II, Kantor Wilayah Departemen P dan K sampai dengan Departemen P
dan K; dan yang berasal dari atas, misalnya mulai dari pusat (Departemen P dan K)
sampai kepada guru.
Dari sudut besarannya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan makro,
yaitu perencanaan pada tingkat nasional atau tingkat departemen; perencanaan meso,
yaitu pada tingkat direktorat jendral, direktorat atau provinsi sampai tingkat kantor
departemen kecamatan; dan perencanaan mikro, yaitu yang dilaksanakan pada tingkat
sekolah atau kelas.
Menurut pendekatannya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan
terpadu, yaitu itu hanya melihat sumber secara terpisah-pisah perencanaan yang
menyatukan semua sumber dalam rangka mencapai tujuan serta melihat penggunaan
sumber itu dalam kaitannya dengan pengelolaan sekolah secara menyeluruh; dan
perencanaan tercerai, yaitu hanya melihat sumber secara terpisah-pisah untuk tujuan
yang tertentu. Di samping itu, juga dapat dibedakan perencanaan berdasarkan
program, yaitu yang didasarkan atas program yang dibuat secara menyeluruh dan
perencanaan tambal sulam, yaitu perencanaan yang dibuat berdasarkan
kecenderungan berdasarkan pengalaman sebelumnya saja, tanpa dilihat adanya
kemungkinan perubahan.
Menurut pelakunya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan individual,
yang dilakukan oleh guru secara sendiri-sendiri, perencanaan kelompok, dan
perencanaan lembaga.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
untuk memilih dan memilah orang-orang yaitu guru dan personel sekolah lainnya,
serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menjunjung tugas orang-orang itu
dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian
adalah penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta
mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya tujuan sekolah itu.
c. Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah
direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988)
memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan
bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun
fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan individu atau
kelompok dan memberikan petunjuk umum dan petunjuk khusus, baik secara lisan
maupun tertulis, secara langsung maupun tidak langsung.
d. Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan
kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan
7
selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.
Pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara:
o Melaksanakanpenjelasan singkat (briefing)
o Mengadakan rapat kerja
o Memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,
o Memberi umpan balik tentang hasil suatu kegiatan
d. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola
anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari
perencanaan biaya, usaha untuk mendapakan dana yang mendukung rencana itu,
penggunaan, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
e. Penilaian
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah, pada umumnya atau anggota organisasi
seperti guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian
tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui
kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud
penilaian adalah untuk:
1. Memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja
pekerjaan tersebut berhasil,
2. Menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien,
3. Memperoleh fakta-fakta tentang kesurakan-kesukaran dan untuk
menghidarkan situasi yang dapat merusak,
4. Memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam
mengembangkan organisasi sekolah.
8
4) Melaksanakan tatausaha kelas, antara lain pencatatan data murid
Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 38 tahun 1992, pasal 20 yang mana
dimaksudkan bahwa selain peranya untuk menyukseskan kegiatan administrasi di
sekolah, guru perlu secara sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam
administrasi sekolah, jika karier yang di tempuh nanti adalah menjadi pengawas ,
kepala sekolah atau pengelola suatu pendidikan yang lain.
9
E. Tujuan Pendidikan di Layanan Bimbingan Pendidikan
Tujuan bimbingan terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan Bimbingan adalah sesuai dengan tujuan pendidikan
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
1989 (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas,
yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(Depdikbud, 1994 : 5).
Tujuan Khusus
Secara khusus layanan Bimbingan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat
mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karier.
Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan
pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung-jawab.
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan
pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang
produktif.
10
perkembangan individu
belajar
kepribadian
3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada
dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya,
ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan
dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Apabila perbedaan dalam sosial-
budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal
maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses
perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan
pribadi maupun sosialnya.
4. Landasan Pendagogis
Pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan
salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan
konseling dan pendidikan lebih lanjut sebagai tujuan pelayanan bimbingan dan
konseling.
5. Landasan Religius
Landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga
hal pokok :
Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk T
Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan
kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkan secara optimal
suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta
kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk
membantu perkembangan dan masalah individu.
6. Landasan Historis
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia
melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari
masyarakat yunani kuno. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan
dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan konselor
Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah
pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan,
hubungan dalam masyarakat dan teologis.
7. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang
memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya.
Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis
dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis
dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam
11
bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya Landasan utama
bimbingan, menurut Soejipto (2011) adalah sebagai berikut :
Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang
mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.
Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu.
Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara bimbingan
dengan yang dibimbing.
Bimbingan berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang
dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights).
Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan
bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis.
Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja.
Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
1. Prinsip-prinsip umum
Dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang
diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah.
Perlu dikenal karakteristik individual dari individu yang dibimbing.
Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu dapat
menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.
Program bimbingan harus sesuai dengan program sekolah yang bersangkutan.
Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang ahli
dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantu-
pembantunya serta dapat menggunakan sumber-sumber yang berguna di luar
sekolah.
Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara teratur.
2. Prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing.
Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa.
Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa
Program bimbingan harus berpusat pada siswa.
Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan individu yang
bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.
Keputusan terakhir dalam proses bimbingan di tentukan oleh individu yang di
bimbing.
Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing
dirinya sendiri.
3. Prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan.
Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan,
pengalaman dan kemampuannya.
12
Konselor harus mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta
keahliannya melalui berbagai pelatihan.
Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia mengenai
individu yang dibimbing.
Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu
yang dibimbingnya.
Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam
bidang : minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan
perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang
tepat dalam melakukan tugasnya.
4. Prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan
Bimbingan harus dilakukan secara berkesinambungan.
Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative record)
bagi setiap individu (siswa).
Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan.
Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi indidual dan dalam situasi
kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam
memecahkan masalah itu.
Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang
menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan penyuluhan
pada umumnya.
Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
bimbingan.
13
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing atau konseer yaitu siswa yang
menuntut guru pembimbing atau konseler memerlukan pelayanan pengajar atau
latihan khusus (seperti pengajaran atau latihan perbaikan, program pengayaan)
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan
siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti atau menjalani layanan atau
kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti konferensi
kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai tenaga kependidikan, khususnya guru, wawasan tentang administrasi
pendidikan amat penting karena subjek ini berbicara tentang latar kerja guru.
Wawasan itu dapat membantunya mengambil keputusan yang tepat dalam
melaksanakan tugasnya. Menjadi guru tidak hanya sekedar memberikan pelajaran,
tetapi juga harus memberikan pelajaran bimbingan untuk membentuk kepribadian
siswa yang baik dan berakhlak mulia.
15
DAFTAR PUSTAKA
16