Anda di halaman 1dari 31

PENYAKIT YANG DIDERITA IBU SELAMA

KEHAMILAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

1. EKA PUJI LESTARI B.13.12.009


2. ELLIN B.11.12.016
3. SETIAYU ZANIA NUCI VERA B.13.12.033

TINGKAT 2A AKBID

DOSEN PEMBIMBING : YOAN MARINI, SST

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
PALEMBANG 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nyalah sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat

waktu. Sebagai bahan untuk melengkapi tugas kelompokr, dengan tema ”Penyakit

yang Diderita Ibu selama Kehamilan” .

Tidak lupa ucapan terima kasih kami hanturkan kepada dosen Ibu Yoan

Marini,SST selaku pembimbing kami yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini,serta teman-teman yang terus memberikan motivasi dalam

menyelesaikan makalah kami ini.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kami menyambut baik kritik dan saran dari pembaca yang

bersifat membangun untuk perbaikan dan masukan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami selaku tim penulis berharap agar anda selaku pembaca dapat

puas dan mendapatkan informasi yang kami sampaikan. Dan atas perhatiannya kami

ucapkan terima kasih.

Palembang,3 July 2015

Penulis
Kelompok 10
DAFTAR ISI
Halaman :
KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

1. Anemia........................................................................................................ 3
2. Apendisitis.................................................................................................. 5
3. Asma........................................................................................................... 7
4. Penyakit Jantung......................................................................................... 8
5. Penyakit serebrovaskuler............................................................................ 11
6. Konstipasi Berat.......................................................................................... 12
7. Diabetes....................................................................................................... 12
8. Hipertensi ................................................................................................... 14
9. Preeklampsia............................................................................................... 17
10. TORCH....................................................................................................... 22
11. Rubela......................................................................................................... 23
12. Cytomegalovirus (CMV)............................................................................ 24
13. Herpes Simpleks tipe II............................................................................... 24

BAB III Penutup................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama ibu hamil dapat mengalami penyakit yang dapat
memepengaruhi janin yang dikandungnya sehingga beberapa
upayapencegahan agar ibu janin yang dikandung tidak mengalami kecacatan
sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat sesuai harapan keluarga,
beberapa penyakit yang mungkin dialami ibu tersebut antara lain
(Rukiyah,dkk 2013 : 301)
Saat hamil, kondisi kesehatan ibu akan menentukan sehat-tidaknya
pertumbuhan janin. Namun sebetulnya, kehamilan itu sendiri bisa menjadi
penyebab menurunnya daya tahan ibu yang kemudian memicu munculnya
beberapa penyakit. Apa saja aneka penyakit yang kerap muncul dan
bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Pendarahan Tidak sedikit wanita hamil
mengalami perdarahan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan (trimester
pertama), tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada masa
kehamilan tua (trimester ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan
keadaan yang tidak normal sehingga harus diwaspadai. Ada beberapa
penyebab perdarahan yang dialami oleh wanita hamil. Setiap kasus muncul
dalam fase tertentu. Ibu hamil yang mengalami perdarahan perlu segera
diperiksa untuk mengetahui penyebabnya agar bisa dilakukan solusi medis
yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan. Adakalanya kehamilan bisa
diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan beberapa
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi (USG) dan
pemeriksaan laboratorium.
B. Rumusan masalah
Apa sajakah penyakit yang dialami oleh ibu selama kehamilan ?

C. Tujuan
1. Umum : Untuk mengetahui apa saja penyakit – penyakit yang di
derita ibu selama hamil
2. Khusus : Untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan neonatus tentang
penyakit – penyakit yang di derita ibu selama hamil.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Selama ibu hamil dapat mengalami penyakit yang dapat memepengaruhi janin
yang dikandungnya sehingga beberapa upayapencegahan agar ibu janin yang
dikandung tidak mengalami kecacatan sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat
sesuai harapan keluarga, beberapa penyakit yang mungkin dialami ibu tersebut antara
lain (Rukiyah,dkk 2013 : 301)

A. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit yang
beredar/konsentrasi hemoglobin menurun. Hal ini disebabkan selama
kehamilan, terjadi peningkatan volume darah total, sehingga seakan-akan
darah calon ibu tampak kekurangan. Meskipun anemia sendiri jarang
menciptakan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada
hakekatnya setiap masalah kedaruratan dapat diperberat oleh anemia yang
ada. Pada kehamilan 36 minggu, volume darah ibu meningkat rata-rata 40-
50% diatas keadaan normal. Walaupun eritropoesi diperkuat dan volume
eritrosit meningkat, namun lebih banyak plasma ditambahkan kedalam
sirkulasi ibu. Akibatnya, konsentrasi hemoglobin maupun hemtokrit menurun
selama kehamilan,
Pada ibu hamil, anemia sering disebabkan oleh kekurangan zat besi,
anemia yang berat bisa mengganggu jantung juga, keluhan sering berdebar
pada pasien anemia kemungkinan karena sudah sampai stadium membebani
jantung. Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan pemberian
tambahan pil zat besi. Anemia pada kehamilan, berefek buruk pada janin yang
dikandung, pasokan zat asam janin kurang dari normal. Gangguan plasenta
dan perdarahan pasca persainan sering terjadi pada ibu hamil selama anemia.
(Rukiyah,dkk 2013 : 301-302)
Gejala anemia :
1. Pucat
2. Lesu
3. Lidah, bibir, kuku pucat
4. Gampang mengantuk
5. Cepat letih
6. Mata berkunang-kunang
Pada ibu hamil anemia dapat menyebabkan :
1. Dapat menyebabkan perdarahan waktu persalinan sehingga
membahayakan jiwa ibu
2. Mengganggu pertumbuhan bayi dalam kandungan
3. Berat badan bayi dibawah berat normal

Cara Menannggulangi :

1. Makan yang banyak mengandung zat besi misalnya daging, sayuran hijau
seperti bayam, daun singkong, kangkung, kacang-kacangan dan lain-lain.
2. Makan tablet tambah darah sehari 1 tablet / minimal 90 tablet selama
hamil.
Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil agar tidak terkena anemia
yaitu :
1. Kehamilan triwulan I
- Beri makanan porsi kecil tapi sering
- Makanan yang segar-segar contohnya susu, sop, buah-buahan,
biskuit dan lain-lain.
2. Kehamilan triwulan II
- Meningkatkan makanan zat tenaga seperti nasi, roti, mie dan
meningkatkan makanan zat pembangun berupa lauk pauk dan zat
pengatur yaitu sayur dan buah.
- Perlu tambahan konsumsi makan sehari-hari seperti :
Nasi / pengganti :0,5 piring
Sayuran :1,5 mangkok
Ikan / pengganti :0,5 potong
Susu :1 gelas
Tempe / pengganti : 1 potong
Air : 2 gelas
3. Kehamilan triwulan III
- Jumlah makanan yang dibutuhkan sama dengan kehamilan
triwulan II
- Minum tablet tambah darah 1 butir / hari (minimal 90 butir selama
hamil)
(Ratna,2011 :199-201)

B. Apendisitis
Apendisitis merupakan salah satu gangguan bedah abdomen paling
serius yang mengkomplikasi kehamilan, namun insiden apendisitis tidak
dipengaruhi oleh kehamilan, berkisar dari 1 dalam 1000 sampai 1 dalam 3000
pasien ibu hamil. Tetapi risiko ibu meningkat karena gejala dan
tandaapendisitis cenderung ditutupi oleh kehamilan lanjut. Jika apendisitis
akan perforasi selama kehamilan lanjut, maka uterus yang membesar akan
menyulitkan omentum untuk membatasi infeksi intra persalinan (Rukiyah,dkk
2013 : 302).
Diagnosis :

1. Nyeri tekan dan nyeri lepas di perut bawah


2. Demam
3. Perut kaku
4. Nafsu makan berkurang
5. Mual Muntah
6. Ileus paralitik
7. Leukositosis

Tatalaksana :

a. Tatalaksana umum
 Pasang jalur intravena dan berikan cairan Ringer Laktat atau NaCL 0,9
%
 Segera rujuk ibu kerumah sakit
b. Tatalaksana Khusus
 Lakukan laparotomi eksploratif (tidak pandang usia gestasi) dan
apendektomi.
 Berikan tokolisis dengan hati-hati
 Berikan antibiotika kombinasi sebelum pembedahan samapai 48 jam
bebas demem :
 Ampisilin 2g IV tiap 6 jam
 Ditambah gentamisin 5 mg/kg BBI . V. Tiap 24 jam
 Ditambah metronidazol 500 mgl. V. Tiap 8 jam
 Apendektomi bukan merupakan indikasi untuk sekaligus melakukan
seksio sesaria. (Buku Saku 2013 : 201).
C. Asma
Asma didefinisikan sebagai dispne paroksimal yang disertai oleh
bunyi tambahan yang disebabkan oleh spasme pipa bronkus/pembengkakan
mukosa bronkus. Ditandai oleh bronkokonstriksi reversible, serangan asma
dapat dicetuskan oleh allergen, infeksi saluran napas, polutan lingkungan.
Obstruksi jalan pernapasan akibat sepasang bronkus, edema mukosa dan
peningkatan reaktif dalam sekresi bronkus, edema mukosa dan peningkatan
reaktif dalam sekresi bronkus (Rukiyah,dkk 2013 : 302).
Penyakit asma dan kehamilan kadang-kadang bertambah berat atau
malah berkurang. Dalam batas yang wajar, penyakit asma tidak banyak
memengaruhi kehamilan. Penyakit asma yang berat dapat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan
pertukaran O2 dan CO2. Pengawasan hamil dan pertolongan persalinan dapat
berlangsung biasa, kecuali terdapat indikasi pertolongan persalinan dengan
tindakan operasi. Bila bidan berhadapan dengan kehamilan disertai asma
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat melakukan
pengawasan bersama. (Manuaba,2010 :336)

Tatalaksana Asma pada Kehamilan

1. Beri oksigen dan pasang kanul intravena


2. Hindari penggunaan obat penekan batuk, sedatif dan antihistamin.
3. Berikan cairan ringer laktat atau NaCL 0,9%
4. Berikan terbutalin secara subkutan dengan dosis 0,25 mg per 15 menit
dalam 3 dosis atau oral 2,5 mg tiap 4-6 jam.
5. Berikan 40-60 mg metilprednisolon intravena setiap 6 jam, atau
hidrokortison secara intravena 2 mg/kg BB tiap 4 jam atau setelah loading
dose 2 mg/kg BB dilanjutkan dengan infus 0,5 mg/kgBB/jam
6. Jika ada tanda infeksi, beri ampisilin 2 g IV tiap 6 jam
7. Rujuk ke fasilitas yang memadai. Dirumah sakit rujukan, pertimbangkan
foto thoraks, laboratorium, alat monitor fungsi vital, dan rawat intensif
bilamana perlu.
8. Tatalaksana selanjutnya dapat ditentukan dengan berkonsultasi dengan
dokter spesialis paru atau penyakit dalam dan dokter spesialis obstetri dan
ginekologi (buku saku 2013 :194)

D. Penyakit jantung
Perubahan kardiovaskular selama kehamilan juga peningkatan curah
jantung, volume darah dan konsumsi oksigen juga dapat menyokong gagal
jantung, bila seorang pasien menderita penyakit jantung. Dahulu, penyakit
jantung reumatik, terutama stenosis mitralis, bertanggung jawab bagi sebagian
besar kasus penyakit jantung selama kehamilan. Pada tahun-tahun belakangan
ini, komplikasi jantung demem reumatik sangat jarang terjadi. Sementara
lebih banyak wanita penyakit jantung kongenita mungkin menjadi hamil.
Curah jantung meningkat dini dalam kehamilan, dan peningkatan bermakna
telah dibuktikan pada umur kehamilan 12 minggu. Curah jantung terus
meingkat sampai 28-32 minggu. Dengan aktifitas fisik, curah jantung
cendrung meningkat lebih besar pada pasien hamil dari pada pasien tidak
hamil. Selama persalinan kala 1, curah jantung ibu meningkat moderat,
selama persalinan kala II, usaha ekspulsif yang hebat akan disertai dengan
curah jantung yang lebih besar. . (Rukiyah,dkk 2013 : 302-303)
Volume darah meningkat pada trimester pertama namun volume darah
ibu berkembang paling cepat selalu trimester kedua, kemudian meningkat
jauh lebih lambat selama trimester keiga. Karena air tubuh total meningkat
sepanjang kehamilan, maka edema lazim menyertai kehamilan normal. Edema
kehamilan normal tidak boleh dikacaukan dengan penimbunan cairan
sekunder terhadap penyakit ginjal/jantung. Konsumsi oksigen mulai
meningkat selama bulan kedua kehamilan. Peningkatan terutama disebabkan
oleh kebutuhan metabolik janin yang diperberat oleh kebutuhan peningkatan
jaringan ibu, terutama uterus dan payudara. (Rukiyah,dkk 2013 : 302-303)
Gangguan jantung (gagal jantung) adalah sindrom klinis akibat
kelainan struktural maupun fungsional jantung yang menyebabkan
terganggunya fungsi pengisian dan pengosongan ventrikel. (Buku Saku,2013 :
197)
Diagnosis
Diagnosis gangguan jantung kadang sulit dilakukan karena perubahan
fisiologis pada kehamilan sering menyerupai tanda dan gejala gangguan
jantung. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat mendukung
kecurigaan adanya penyakit jantung pada kehamilan.
- Dispneu atau ortopneu yang memberat
- Batuk di malam hari
- Hemoptisis
- Pingsan
- Nyeri dada
- Sianosis
- Jari tabuh
- Distensi vena leher yang menetap
- Murmur sistolik grade 3/6 atau lebih
- Murmur diastolik
- Kardiomegali
- Aritmia yang menetap
- Split bunyi jantung kedua yang menetap

Diagnosis lebih lanjut ditegakan berdasarkan pemeriksaan penunjang seperti


EKG, ekokardiografi, dan foto rontgen dada (harus dilakukan dengan pelindung
radiasi untuk melindungi janin). (Buku Saku,2013 : 197)
Pada kehamilan dengan penyakit jantung, secara klinis dibagi menjadi empat
stadium, klas I,II,III,IV.

Stadium Penyakit Jantung Pada Kehamilan


Klas I : Tanpa Gejala pada kegiatan biasa
Tanpa batas gerak biasa
Klas II : Waktu istirahat tidak terdapat gejala
Gerak fisik terbatas
Gejala payah jantung dalam bentuk cepat lelah, palpitasi, sesak napas,
dapat nyeri
dada, edema tungkai dan tangan
Klas III : Gerakan sangat terbatas karena gerak yang minimal saja telah
menimbulkan
Gejala payah jantung
Klas IV : Dalam keadaan istirahat sudah terjadi gejala payah jantung
(Manuaba,2010 : 333)

Faktor Predisposisi

Faktor Predisposisi terjadinya gagal jantung bergantung pada kelainan


struktural maupun fungsional yang mendasari. Gagl jantung juga dapat terjadi secara
idiopatik. (Buku Saku,2013 : 197)

Tatalaksana

Penanganan klas I dan II selama kehamilan

 Morbiditas rendah, tetapi diperlukan kewaspadaan pada kehamilan dan


nifas untuk mencegah dan deteksi dini kemungkinan terjadinya gagal
jantung.
 Sebaiknya ibu dirujuk ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis
jantung dan unit perawatan intensif yang memadai.
 Cegah infeksi dengan cara :
 Hindari kontak dengan penderita infeksi saluran napas termasuk
influenza.
 Dilarang merokok dan menggunakan obat-obatan narkotik
 Gejala dan tanda kearah kegagalan jantung umumnya bertahap, mulai dari
ronkhi basah serta batuk-batuk, sesak napas dalam aktivitas sehari-hari dan
kemudian dapat terjadi hemoptisis, edema dan takikardia.

Penanganan Klas III dan IV

Kehamilan dengan gangguan jantung klas III dan IV beresiko sangat tinggi

Jika seorang ibu hamil adalah penderita kelainan jantung klas III dan IV, ada 2
kemungkinan penanganan, yaitu :

 Terminasi kehamilan
 Meneruskan kehamilan dengan tirah baring total dan pengawasan ketat.
Ibu dalam posisi setengah duduk.
 Persalinan dilakukan dengan seksio sesarea
 Berikan furosemid agar volume darah berkurang dan beban jantung menurun.
Di samping itu, berikan juga oksigen. Jika terdapat gagal napas, lakukan
intubasi dan ventilasi mekanik.
(Buku Saku,2013 : 197-199)

E. Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler juga perdarahan subraknoid, perdarahan
intraserebral/sumbatan pembuluh darah serebral juga tidak biasa terjadi tetapi
merupakan komplikasi kehamilan yang berat. Mortalitas ibu berkisar dari 30-
45%. Sumber perdarahan subraknoid biasanya suatu anomaly arterivenosa /
suatu aneurisma, yang pertama dapat berdarah selama pertengahan kedua
kehamilan. Secara umum, hubungan antara kehamilan dan perdarahan
intracranial mungkin kebetulan saja, meskipun hipertensi dapat mencetuskan
rupture anomlai vaskuler yang ada sebelumnya (Rukiyah,dkk 2013 : 303).

F. Konstipasi Berat
Konstipasi juga keluhan umum selama kehamilan juga dapat
disebabkan oleh kebiasan buang air besar yang tidak teratur, hipotoni otput
polos generalisata, kompresi usus bagian bawah oleh uterus yang membesar
(Rukiyah,dkk 2013 : 304)

G. Diabetes
Diabetes melitus adalah salah satu komplikasi medis terlazim dari
kehamilan. Heiperglikemia dengan / tanpa ketoasidosis / hipoglikemi dapat
menciptakan masalah kedaruratan akut yang membutuhkan perhatian segera.
Jika memang diduga ada diabetes, dokter menyarankan ibu untuk diet.
Diabetes pada ibu hamil antara lain bisa menyebabkan preeklampsia dan
keguguran / persalinan prematur. Dampaknya pada janin bisa berupa kelainan
congenital (cacat bawaan) dan glant baby / lahir dengan berat lebih dari 4000
gram (Rukiyah, dkk 2013 : 304).

Diagnosis

- Semua ibu hamil dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan untuk melihat


adanya diabetes melitus, namun waktu dan janis pemeriksaannya
bergantung pada faktor risiko yang dimiliki ibu.
- Faktor resiko diabetes melitus meliputi obesitas, adanya riwayat diabetes
melitus seblumnya, glukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes,
abortus jantung, adanya riwayat melahirkan dengan cacat bawaan atau
bayi >4000 gram, dan adanya riwayat preeklampsia.
Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan apabila ditemukan
- Kada gula darah puasa >92mg/dl, atau
- Kadar gula darah setelah 1 jam >180 mg/dl, atau
- Kadar gula darah setelah 2 jam >153 mg/dl

Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum
 Penatalaksanaan diabetes melitus dilakukan secara terpadu oleh dokter
spesialis penyakit dalam, dokter obstetri dan ginekologi, ahli gizi, dan
dokter spesialis anak.
 Sedapat mungkin rujuk ibu kerumah sakit untuk mendapatkan
penatalaksanaan yang adekuat.
 Jelaskan kepada pasien bahwa peatalaksanaan diabetes melittus dapat
mengurangi resiko memiliki bayi besar, menurangi kemungkinan
terjadinya hipoglikemi neonatal dan mengurangi kemungkinan bayi
mengidap diabetes di usia dibawah ketiak.
b. Tatalaksana Khusus
 Tujuan peatalaksanaan adalah mencapai dan mempertahankan kadar
glukosa darah puasa <95 mg/dl dan kadar glukosa 2 jam sesudah makan
<120 mg/dl
 Pengaturan diet perlu dilakukan untuk semua pasien:
 Tentukan berat badan ideal :BB Ideal = 90% x (TB-100)
 Kebutuhan kalori = (BB Ideal x 25) + 10 – 30% tergantung aktivitas
fisik +300 kal untuk kehamilan.
 Bila kegemukan, kalori dikurangi 20-30% tergantung tingkat
kegemukan. Bila kurus, ditambah sekitar 20-30% sesuai kebutuhan
untuk peningkatan BB.
 Pemberian insulin dilakukan dirumah sakit dan dipertimbangkan bila
pengaturan diet selama 2 minggu tidak mencapai target kadar glukosa
darah.
 Pemberian insulis dimulai dengan dosis kecil yaitu 0,5-1,5
unit/kgBB/hari.
 Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan pemeriksaan tinggi fundus
uteri, USG dan kardiotokografi.
 Penilaian fungsi dinamik janin plasenta (FDJP) dilakukan tiap minggu
sejak usia kehamilan 36 minggu.
 Bila usia kehamilan telah mencapai 38 minggu dan janin tumbuh normal,
tawarkan persalinan efektif dengan induksi maupun seksio sesaria untuk
mencegah distosia bahu.
 Lakukan skrining diabetes kembali 6-12 minggu setelah ersalin. Ibu
dengan riwayat diabetes melitus perlu diskrining diabetes setiap 3 ahun
seumur hidup.
(Buku Saku,2013 : 202-205)

H. Hipertensi
Hipertensi pada saat kehamilan merupakan komplikasi serius yang
membutuhkan evaluasi seksama. Selama kehamilan normal, resistensi
vaskuler perifer menurun sebagai akibat vaskulator yang mengalami dilatasi.
Tekanan sistolik dan diatolik keduanya cendrung untuk turun pada trimester
kedua dan kemudian kembali normal saat mendekati aterm. Jika resistensi
perifer meningkat, terjadilah hipertensi (Rukiyah dkk, 2013 : 304)
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam
pada wanita yang sebelumnya normotensi. Bila ditemukan tekanan darah
tinggi (≥ 140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein
urine dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis.
(Buku Saku,2013 : 109)
Faktor Predisposisi
 Kehamilan kembar
 Penyakit trofoblas
 Hidramnion
 Diabetes melitus
 Gangguan vaskuler plasenta
 Faktor herediter
 Riwayat preeklampsia sebelumnya
 Obesitas sebelum hamil
1. Hipertensi Kronik
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan
menetap setelah persalinan.
Diagnosis
 Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
 Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil atau diketahui adanya
hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
 Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan
ginjal.
Tatalaksana
a. Tatalaksana umum
 Anjurkan istirahat lebih banyak
 Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu kan
menggaggu perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan
darah yang normal akan memperbaiki keadaan janin dan ibu.
 Berikan suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari
mulai dari usia kehamilan 20 minggu
 Pantau pertumbuhan dan kondisi janin
 Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm
 Jika denyut jantung janin <100 kali/ menit atau >180 kali/menit,
tangani seperti gawat janin
 Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan.
2. Hipertensi gestasional
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang tumbuh setelah kehamilan 20
minggu dan menghilang setelah persalinan.

Diagnosis
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Tidak ada riwayar hipertensi sebelum hamil, tekanan darah
normal diusia kehamilan <12 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
 Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati
dan trombositopenia
 Diagnosis pasti ditegakan pasca persalinan.
Tatalaksana

a. Tatalaksana umum
 Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria) dan kondisi janin
setiap minggu
 Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia
ringan.
 Jika kondisi janin memburu katauter jadi pertumbuhan janin
terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin.
 Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala
preeklampsia dan eklampsia
 Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
(Buku Saku,2013 :109)
I. Preeklampsia
Preeklampsia adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat
selama masa kehamilan. Bila tekanan darah meningkat, tubuh anda menahan
air dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal ini juga disebut sebagai
toxemia / pregnancy induced hypertension (PIH). Penyebab pasti terjadinya
kasus preeklampsia belum diketahui. (Rukiyah dkk, 2013 :304)
Preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat. Pembagian preeklampsia menjadi berat dan ringan
tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali
ditemukan penderita dengan preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami
kejang dan jatuh dalam koma. (Prawirohardjo,2014 :542)
1) Pre Eklampsia Ringan
a) Pengertian
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan / atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
b) Patofisiologi
Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas.
Penyakit ini dianggap sebagai “maladaption syndrome” akibat
vasospasme general dengan segala akibatnya.
c) Gejala Klinis
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi
1. Kenaikan tekanan sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg
atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20
minggu atau lebih sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg,
diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positif 2 (+2)
3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumboskral, wajah atau
tangan.
4. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2
kali berturut-turut minggu.
5. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia
berat.
d) Pemeriksaan dan Diagnosis
1. Kehamilan lebih 20 minggu.
2. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan
pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat.
3. Edema tekan pada pretibial, dinding perut, lumbosakral, wajah
atau tungkai.
4. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++)
e) Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan :
- Banyak istirahat (berbaring, tidur/miring).
- Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
- Sedativa ringan : tablet Phenobarbital 3 x 30 mg atau
diazepam 3 x 2 mg peroral selama 7 hari.
- Roborantia
- Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
- Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit.
Trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi
ginjal.
2. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan
berdasarkan kriteria.
Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukan
adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia seperti :
- Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2
kali berturut-turut ( 2 minggu )
- Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre
eklampsia berat.

Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka pre
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat. Bila dalam perawatan di
rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm
maka pederita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perwatan lalu
disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.

Perawatan obstetrik pasien pre eklampsia ringan :


1. Kehamilan preterm ( kurang 37 minggu)
a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm.
b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai
normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat
diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)


Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau
dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran
tanggal persalinan.
3. Cara persalinan
Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu
memperpendek kala II.
2) Pre Eklampsia Berat
a) Pengertian
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan,
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya pertensi 150/110
mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.
b) Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan
gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka
perawatan dibagi menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi ditambah pengobatan medicinal.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medicinal.
3. Pemberian Magnesium Sulfat:
Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20% dalam 20
cc) selama 1 gr / menit kemasan 20 % dalam 25 cc larutan
MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram bokong
kiri dan 4 gram di bokong kanan (40% dalam 10 cc) dengan
jarum no 21 panjang 3,7 cm, untuk mengurangi rasa nyeri
dapat diberikan 1 cc xylocain 2 % yang tidak mengandung
adrenalin pada suntikan ini.
4. Pengobatan obsterik
a) Cara terminasi kehamilan yang belum inpartum
1) Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat
nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
monitoring.
2) Seksio sesaria bila :
- Fetal assessment jelek
- Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop
kurang dari 5) atau adanya kontraindiksasi tetesan
oksitosin.
- 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum
masuk fase aktif. Pada primigravida lebih disarankan
untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
b) Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I
1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka
dilakukan seksio sesaria.
2. Fase Aktif :
- Amniotomi saja
- Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap maka dilakukan seksio
sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).
(Ratna,2011 : 163-169)
J. TORCH
Kehamilan merupakan bagian yang membahagiakan dalam kehidupan
suami istri. Seorang anak sehat tentu menjadi dambaan. Namun, pada kasus
tertentu, karena kurangnya pengetahuan ada wanita hamil yang terinfeksi
TORCH. Akibatnya, dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan cacat, tidak
sempurna atau kematian bayi.
TORCH merupakan akronim dari beberapa infeksi jenis penyakit
bawaan yang akan berbahaya untuk janin, bila diderita oleh ibu hamil.
Penyakit-penyakit ini dengan mudah akan menginfeksi janin dalam
kandungan seorang ibu yang sedang hamil. Penyakit yang merupakan bagian
dari TORCH terdiri atas virus dan juga beberapa bakteri. TORCH sendiri
merupakan akronim yang jika dijabarkan merupakan beberapa penyakit
sebagia berikut ini .
1) T : Toxoplasmosis atau Toxoplasma gondil. Dalam bahasa indonesia
dikenal dengan istilah toksoplasmosis.
2) O : Other Infections atau infeksi lainya seperti Hepatitis B, Sifilis,
Varicella Zoster Virus, HIV, dan Panvovirus B19.
3) R : Rubella atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai Rubela atau
Campak Jerma.
4) C : Cytomegalovirus atau dikenal dengan sitomegakovirux atau virus
hepatitis manusia 5.
5) H :Herpes simplex virus atau virus herpes simplekas.
Penyebab :
Penyakit ini sering dihubungkan dengan kucing atau anjing sebagai
penyebabnya. Penyebab penyakit ni adalah parasit dengan nama
Toxoplasma gondli yang umumnya hidup pada binatang mamlia seperti
anjing dan kucing.
Penularan :
Parasit ini akan keluar bersama kotoran anjing atau kucing. Melalui
kotoran inilah akhirnya dapat menghinggapi manusia. Penyebaran lainnya
adalah melalui lalat, kecoa atau serangga lain yang menghinggapi kotoran
tersebut lalu menempel pada makanan yang telah matang atau pada
sayuran yang bila tidak dimasak dengan tepat dapat menular pada
manusia. Bisa pula menyebar melalui daging yang kurang matang saat
diolah.
Akibat :
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau
bayi lahir mati.bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa.
(Rukiyah,dkk 2013 : 305-306)
K. Rubela
1) Penyebab
Dikenal juga dengan penyakit campak Jerman. Seseorang yang terinfeksi
penyakit ini dapat dikenali dengan adanya ruam pada bagian tubuh, nyeri
otot, demem (walau tidak selalu menyertai infeksi penyakit ini) dan
adanya pembesaran getah bening.
2) Penularan
Media penularannya melalui pernapassan, air liur, keringat, darah atau
hubungan seksual dari penderita rubela lainnya. Maka untuk ibu hamil,
sebaiknya menjaga jarak bila ada teman atau kerabat yang sedang
menderita rubela atau Campka Jerman agar tidak tertular.
3) Akibat
Penyakit ini semakin berbahaya apabila diderita oleh wanita yang usia
kehamilannya masih muda, khususnya pada trimester pertama kehamilan.
Hal yang dapat dialami oleh bayi apabila ibu terinfeksi penyakit ini adalah
bayi terlahir cacat atau menderita kelainan seperti kerusakan pada otak,
kebutaan, tuna rungu atau bisu (Rukiyah,dkk 2013 : 306)
L. Cytomegalovirus (CMV)
1) Penyebab
Disebabkan oleh virus cytoegalo.
2) Akibat
Bila infeksi dialami oleh ibu hamil, maka bayi yang dikandung beresiko
menderita pembesaran kepala, pengapuran otak, pembesaran hati, tuli atau
bentuk kaki dan tangan yang tidak normal (Rukiyah,dkk 2013 : 307).

M. Herpes Simpleks tipe II


1) Penyebab
Herpes terbagi atas 2 jenis, sedangkan yang berbahaya bagi ibu hamil
adalah jenis Herpes Simpleks tpe II (HSV II). Infeksi in menyerang alat
kelamin. Tanda dan seseorang terinfeksi penyakit ini adalah keputihan
atau muncul bintik pada alat kelamin
2) Penularan
Penularannya adalah melalui kontak langsung atau tidak langsung
dengan penderita lain. Bisa juga ditularkan melalui hubungan seksual.
Akibat bayi dilahirkan dari ibu yang terinfeksi penyakit ini dapat
menderita kelainan pada kulit, yaitu kulit melepuh,
Mengngat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi anda yang
sedang merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat
mempetimbangkan saran-saran berikut.
3) Pencegahan agar bayi dapat terakhir dengan baim dan sempurna

Makanan makanan bergizi : saat hamil, sebaiknya anda


mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan
janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat.bila
tubuh sehat maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk
TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.
Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan : Ada baiknya memriksakan
tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memriksa apakah
dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang daat menyebabkan infeksi
TORCH. Jika anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk
mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh.

Melakukan vaksinasi : vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya


parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum
kehamilan. Hanya saja anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan
kemudian.

Makan-makanan yang matang : Hindari memakan makanan yang


tidak matang atau setengah matang.virus atau parasit penyebab TORCH
bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak
dimasak smapai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu
konsumsi makanan matang dalam keseharian anda.

Pemeriksaan kandungan secara teratur : selama masa kehamilan,


pastikan juga agar anda dapat memriksakan kandungan secara rutin dan
teratur. Maksudanya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya
apabila di dalam tubuh anda ternyata ternfeksi TORCH. Penanganan yang
cepat tepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak memburuk.

Menjaga kebersihan tubuh : Jaga higiene tubuh anda Prosedur higiene


dasar seperti mencuci tangan, sangatlah penting.

Hindari kontak dengan penderita penyakt : seorang wanita hamil harus


menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi virus,
seperti rubela, yang juga disebut Campka Jerman

Dengan mecari lebih banyak informasi tentang kehamilan merawat


dirinya sebelum dan selamamasa kehamilan maupun dengan memikirkan
masak-masak jauh di muka tentang berbagai aspek melahirkan, seorang
wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk memastikan kehamilan yang
lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hanil, cobalah untuk selalu
waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi anda lebih
sehat (Rukiyah,dkk 2013 : 307-309)..
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selama ibu hamil dapat mengalami penyakit yang dapat memepengaruhi janin

yang dikandungnya sehingga beberapa upayapencegahan agar ibu janin yang

dikandung tidak mengalami kecacatan sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat

sesuai harapan keluarga, beberapa penyakit yang mungkin dialami ibu tersebut antara

lain.

Penyakit yang diderita ibu selama kehamilan antara lain

1. Anemia

2. Apendisitis

3. Asma

4. Penyakit Jantung

5. Penyakit serebrovaskuler

6. Konstipasi Berat

7. Diabetes

8. Hipertensi

9. Preeklampsia

10. TORCH
11. Rubela

12. Cytomegalovirus (CMV)

13. Herpes Simpleks tipe II

B. Saran

Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:

a. Dalam mempelajari asuhan neonatus, seorang calon bidan diharapkan


mengetahui penyakit yang diderita ibu selama kehamilan sehingga
mampu memberikan asuhan neonatus dengan baik dan sesuai dengan
kewenangan profesi.
b. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam
pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah
ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui
dengan lebih baik

Anda mungkin juga menyukai