6516 - 1209 2503 1 PB
6516 - 1209 2503 1 PB
Hanna Adelia1), Yohanes Angging Karunia2), Ester Mariyani3), Dominikus Arif Budi
Prasetyo4)
1,2,3,4)
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Email: hannaadelia04@gmail.com
ABSTRAK
Budaya mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan manusia. Akan tetapi seiring dengan
perkembangan jaman, budaya mulai ditinggalkan dan cenderung tidak dikenal oleh generasi
sekarang. Etnomatematika merupakan unsur budaya yang menggunakan pendekatan matematika
dan dapat dijadikan sebagai jembatan antara budaya dengan pendidikan. Fokus penelitian ini
adalah eksplorasi etnomatematika pada bangunan makam Ki Ageng Giring III dan makanan
tradisional pada kebudayaan apem contong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
matematis designing pada bangunan makam Ki Ageng Giring III dan pada makanan apem contong.
Makam Ki Ageng Giring III merupakan makam dari seorang tokoh yang cukup terkenal di
Yogyakarta dan mempunyai keunikan pada bangunan makam, yaitu menggabungkan bangunan khas
kerajaan Majapahit dengan bangunan khas keraton Yogyakarta. Sedangkan makanan tradisional
pada kebudayaan apem contong merupakan budaya untuk ucapan rasa syukur atas hasil panen
jagung serta memiliki keunikan pada bentuk apem contong tersebut. Pada penelitian ini metode
yang digunakan adalah metode eksploratif. Penelitian ini dilakukan dengan menggali sejarah Ki
Ageng Giring III dan kebudayaan apem contong. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, dokumentasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat
unsur matematis yaitu geometris pada kompleks bangunan Ki Ageng Giring III seperti gapura yang
berbentuk persegi panjang, trapesium siku-siku, trapesium sama kaki, mlati seperti heptagon, saka
seperti persegi, cungkup seperti segitiga sama kaki, serta kerucut pada makanan khas kebudayaan
apem contong jagung.
Kata kunci: etnomatematika, giring, dan apem contong
Kidul. Salah satu kebudayaan di desa dapat memperjelas bahwa matematika dan
Sodo yang masih melekat di masyarakat budaya saling berkaitan, matematika dapat
yaitu kebudayaan apem contong jagung. lahir dari budaya, matematika dapat digali
Selain itu juga terdapat sebuah makam di dalam budaya sehingga dapat
desa Sodo, dimana makam tersebut dimanfaatkan sebagai salah satu sumber
merupakan makam Ki Ageng Giring III belajar matematika yang konkret dan ada
yang diyakini sebagai penerima wahyu di kehidupan sehari-hari. Salah satu topik
dari Keraton Mataram. matematika yang dapat digunakan yaitu
Kebudayaan apem contong pemodelan geometri.
merupakan budaya yang masih Penelitian ini memaparkan
dilaksanakan masyarakat desa Sodo perkembangan sejarah kebudayaan apem
sebagai wujud syukur atas panen jagung. contong jagung dan Ki Ageng Giring III
Makanan khas dari kebudayaan ini yaitu serta menggali lebih dalam terkait
apem contong jagung. Pada masa Ki eksplorasi matematika pada makanan khas
Ageng Giring III, apem contong jagung apem contong dan kompleks bangunan
merupakan makanan pembuka Ki Ageng makam Ki Ageng Giring III khususnya
Giring III ketika menjalankan puasa. dalam topik geometri.
Alasan dipilih makanan apem contong
jagung sebagai makanan pembuka, karena 2. METODE PENELITIAN
apem contong memiliki makna Penulisan artikel ini menggunakan
permohonan ampun atas dosa dan metode berupa penelitian eksploratif yaitu
kesalahan, supaya dosa dan kesalahan dengan melakukan penelitian terhadap
diampuni oleh Tuhan Yang Maha Esa. bangunan makam Ki Ageng Giring III
Disisi lain, makam Ki Ageng Giring III dan makanan tradisional pada kebudayaan
merupakan sebuah situs wisata religi yang apem contong di Desa Sodo, Kecamatan
sering dikunjungi masyarakat desa Sodo Paliyan untuk menemukan keterkaitan
dan masyarakat di luar desa Sodo. Makam dengan aktivitas maupun ide matematis.
Ki Ageng Giring III memiliki bangunan Teknik analisis data dilakukan dalam
menarik, salah satu bangunan yang beberapa langkah. Langkah pertama yaitu
menarik terdapat pada gapura makam Ki observasi dan dokumentasi dilakukan
Ageng Giring III yang menggabungkan untuk mengamati struktur bangunan
khas dari Keraton Yogyakarta dengan makam Ki Ageng Giring III dan
kerajaan Majapahit. Tidak hanya pada kebudayan di desa Sodo. Langkah kedua
gapura saja, setiap unsur bangunan yaitu wawancara dilakukan untuk
makam Ki Ageng Giring III memiliki menggali informasi terhadap struktur
makna tersendiri. bangunan dan kebudayaan yang sudah
Dari hal tersebut, budaya dan diobservasi. Langkah ketiga yaitu reduksi
matematika erat kaitannya dengan data, dilakukan untuk memilih gagasan
kehidupan sehari-hari. Menurut Sadjiyo atau ide-ide konsep matematika yang
dan Pannen (Supriadi, 2007), terdapat pada struktur bangunan dan
pembelajaran matematika pertama kali makanan tradisional. Langkah keempat
digagas oleh D’Ambrosio pada tahun yaitu mengolah data dan memberikan
1985 dan Nunes pada tahun 1992. kesimpulan dari data yang telah diperoleh.
Etnomatematika mengacu pada konteks
kebudayaan yang didalamnya terdapat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penerapan-penerapan matematika. a. Hasil
Berbagai konsep matematika dapat digali Terdapat tokoh yang cukup terkenal
dan ditemukan dalam budaya sehingga di desa Sodo, kecamatan Paliyan,
kabupaten Gunung Kidul yaitu Ki Ageng Ki Ageng Giring III. Setalah Ki Ageng
Giring III. Nama kecil dari Ki Ageng Pemanahan selesai bertapa beliau melihat
Giring III adalah Raden Mas Kertonadi. sebuah cahaya kecil menjulang kelangit
Beliau merupakan salah satu keturunan (cahaya dari wahyu kelapa muda
dari Brawijaya IV. Ki Ageng Giring III tersebut). Kemudian Ki Ageng
dikenal sebagai orang yang mendapatkan Pemanahan meniti (mencari) sumber
wahyu keraton Kerajaan Mataram. cahaya tersebut. Ternyata setelah dicari
Diceritakan sejarah mengenai Ki Ageng sumber cahaya tersebut berasal dari dapur
Giring III bahwa pada suatu ketika Ki Ageng Giring III. Lalu Ki Ageng
Kanjeng Sunan Kalijaga mengutus kedua Pemanahan langsung menuju dapur untuk
muridnya yaitu Ki Ageng Giring III dan mengambil dan meminum kelapa muda
adiknya yang bernama Ki Ageng tersebut. Sedangkan disana ada Nyi
Pemanahan untuk mencari keberadaan Ageng Giring atau istri dari Ki Ageng
wahyu Kerajaan Pajang. Ki Ageng Giring Giring III yang melarang agar air kelapa
diutus untuk bertapa ngeramai (berbaur muda tersebut tidak diminum karena itu
dengan masyarakat) sembari milik dari Ki Ageng Giring III akan tetapi
menyebarkan ajaran agama Islam, Ki Ageng Pemanahan tidak menghiraukan
membantu masyarakat untuk bercocok larangan tersebut dan langsung
tanam, membuat gula kelapa dan meminumnya. Setelah Ki Ageng Giring
sebagainya. Suatu ketika Ki Ageng Giring III selesai mandi besar, beliau kembali
III mendapatkan firasat untuk menanam pulang ke rumah dan mendapati firasat
serabut kelapa kering dan atas kehendak yang dirasakan itu benar terjadi, bahwa
Tuhan Yang Maha Kuasa tumbuhlah air kelapa yang menjadi wahyu telah
pohon kelapa dari serabut kelapa kering diminum oleh Ki Ageng Pemanahan.
tersebut dengan sangat cepat. Pohon Setelah itu ki Ageng Giring mengejar Ki
kelapa tersebut dirawat oleh salah satu Ageng Pemanahan untuk menanyakan
abdi beliau yaitu Eyang Bintolo Aji. Pada kapan Ki Ageng Pemanahan
suatu hari Ki Ageng Giring III mendapat mengembalikan wahyu milik Ki Ageng
firasat kembali, yaitu barang siapa yang Giring III. Hingga sampailah Ki Ageng
dapat meminum air kelapa muda yang Giring III di gunung pasar (Bantul)
tumbuh dari tunas kelapa muda tersebut dimana terdapat tujuh nisan (pertanda
kelak akan menemukan Raja-Raja perjanjian antara Ki Ageng Giring III dan
Kerajaan Jawa. Karena air kelapa muda Ki Ageng Pemanahan) yang menunjukkan
itu satu kali minum harus habis maka Ki bahwa turun tujuh sampai sembilan
Ageng Giring III membawa pulang kelapa keturunan dari Ki Ageng Giring III akan
muda tersebut untuk diletekan di dapur menjadi raja di tanah Jawa.
(diatas pogo). Kemudian Ki Ageng Giring Ki Ageng Giring III sangat berjasa
III pergi ke sungai untuk mandi besar dan bagi masyarakat desa Sodo, hingga kini
melakukan aktivitas agar mendapatkan terdapat kebudayaan yang masih
rasa haus karena dalam meminum air dilakukan oleh masyarakat desa Sodo
kelapa muda harus sekali minum. Sembari untuk memperingati rasa prihatin yang
mengeringkan keringat dan menunggu dialami oleh Ki Ageng Giring III.
untuk mandi besar, Ki Ageng Giring III Kebudayaan ini dikenal dengan
kembali mendapatkan firasat yang kebudayaan Apem Contong Jagung.
membuat hatinya gelo (terluka). Disisi Apem contong jagung merupakan
lain Ki Ageng Pemanahan dihampiri oleh makanan yang terbuat dari bahan dasar
Sunan Kailjaga untuk menyudahi jagung. Kebudayaan Apem Contong
pertapanya karena wahyu sudah ditangan Jagung dilaksanakan oleh masyarakat
desa Sodo setelah panen jagung lebih dari narasumber diutus untuk membuat
tepatnya pada Jumat Kliwon. Kegiatan kandang kuda, akan tetapi dalam
kebudayaan apem contong jagung membuat kandang tersebut tidak
memiliki makna untuk mengucap syukur menggunkan alat bantu apapun. Dengan
atas panen jagung dan rasa prihatin kata lain beliau membuat kendang kuda
terhadap Ki Ageng Giring III karena hanya dengan menyusun kayu-kayu lalu
sudah berpuasa dan berbuka hanya ditepuk, sehingga membentuk kandang
dengan satu buah apem contong. Ki kuda dengan sendirinya. Dari kejadian
Ageng Giring III memakan apem contong tersebut terdengar hingga Ngarso Dalem
jagung yang dibuat oleh istrinya yaitu Nyi (Keraton Hamengku Buwono) sehingga
Ageng Giring. dari keraton mengutus leluhur dari
Kini makam Ki Ageng Giring III narasumber untuk menjadi juru kunci di
kerap dikunjungi oleh masyarakat tidak leluhur Ngarso Dalem yang paling tua
hanya dari desa Sodo bahkan dari luar yaitu Ki Ageng Giring III, dimana yang
desa atau kota. Makam Ki Ageng Giring menjadi juru kunci di makam Ki Ageng
III dijaga oleh juru kunci yang berjumlah Giring III adalah turun temurun
lima. Dimana lima orang tersebut masih (keturunan) dari leluhur narasumber.
menjadi satu keturunan dari leluhur yang b. Pembahasan
pertama kali diutus untuk menjadi juru Berikut merupakan struktur
kunci di makam Ki Ageng Giring III. bangunan serta aspek matematis yang
Konon menurut cerita, asal mula terdapat terdapat pada makam Ki Ageng Giring
juru kunci yaitu pada zaman dulu leluhur III.
1) Gapura 2) Anak Tangga
Sumber: https://mapio.net/pic/p-121459667/
Persegi Panjang
Persegi
3) Melati 4) Saka
Gambar 7. Melati
Melati ini merupakan ciri khas dari bangunan
keraton. Unsur matematis yang terdapat pada
gapura adalah heptagon dan trapesium sama kaki.
Heptagon
9) Apem Contong