Anda di halaman 1dari 4

SURAT REKOMENDASI

Nomor : 1056/Sekr-SR/PERDOKI/V/2022

REKOMENDASI PEMERIKSAAN KESEHATAN (MCU) PEKERJA


DI MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU PANDEMI COVID-19

SPIROMETRI & AUDIOMETRI


Pandemi Covid-19 sudah berjalan lebih dari 2 tahun, dan adaptasi terhadap kondisi pandemik terus
berjalan seiring dengan bertambahnya pengetahuan terhadap virus Corona. Hingga saat ini masih terus
terjadi mutasi pada virus Corona yang menimbulkan varian-varian baru yang harus selalu diwaspadai
terhadap dampak pada kesehatan dan penyebarannya.

Pemeriksaan kesehatan (medical check up) di masa pandemi Covid-19 mengalami beberapa kendala
terutama pada pemeriksaan yang melibatkan pemeriksaan pada pekerja dalam jumlah banyak yang
berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19. Dalam SE Menaker No. M/7/AS.02.02/V/2020
tentang Rencana Keberlangsungan Usaha Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 dan Protokol
Pencegahan Penularan Covid-19 di Perusahaan, maka salah satu upaya penerapan protokol pencegahan
penularan Covid-19 di tempat kerja adalah melakukan penundaan sementara pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja hingga aspek keselamatan dan kesehatan kerja terpenuhi atau hingga pandemi Covid-19
berakhir. Dalam KepDirJen Binwasnaker dan K3 No. 5/228/AS.03.00/IV/2020 tentang Pedoman K3
Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja pada Masa Pandemi Covid-19, disebutkan bahwa
pemeriksaan kesehatan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan analisis risiko tenaga kerja,
kesehatan dan kondisi Covid-19 di daerah tersebut agar tidak menyebabkan penularan Covid-19 pada
tenaga kerja maupun SDM pelaksana pemeriksaan.

Dengan memperhatikan peraturan-peraturan terkait termasuk juga SE PERDOKI No.


0322/SK/PERDOKI/VII/2020, dan situasi perkembangan penyebaran Covid-19 yang dinamis maka
Pengurus Pusat PERDOKI berupaya memberikan rekomendasi terkait pemeriksaan kesehatan pekerja
khususnya pemeriksaan Spirometri dan Audiometri, sbb:

I. Pemeriksaan Spirometri
1. Penilaian terhadap kebutuhan dan urgensi pemeriksaan perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan risiko dan manfaat dari pemeriksaan tersebut karena pemeriksaan spirometri
berpotensi menyebabkan kontaminasi silang melalui kontak kulit, partikel aerosol dan cairan
saliva/droplet. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sbb:
a. Prevalensi Covid-19 di komunitas:
Pemeriksaan spirometri tidak dilakukan apabila prevalensi Covid-19 di masyarakat
meningkat atau masih tinggi.
Bila diperlukan pemeriksaan maka dilakukan apabila prevalensi Covid-19 sudah rendah
(Level 3 di komunitas), yaitu daerah dengan transmisi lokal sudah PPKM level 1 sesuai yang
ditentukan pemerintah minimal 14 hari sebelum pemeriksaan, dan selalu memperhatikan
perubahan prevalensi yang bersifat dinamis di masyarakat.
Prevalensi Covid-19 di komunitas dibedakan menjadi 3 level, sbb:
- Level 1:
Fase pandemi, hanya pemeriksaan yang memang benar-benar dibutuhkan yang boleh
dilakukan, dengan memperhatikan standar pengendalian infeksi dan testing.
- Level 2:
Fase pasca puncak: rekomendasi sama seperti fase pandemi walaupun sirkulasi virus
sudah lebih rendah dibandingkan pada fase pandemi
- Level 3:
Fase pasca pandemi: sirkulasi virus sudah terkontrol, kemungkinan dapat kembali ke
standar pemeriksaan sebelum terjadinya pandemi Covid-19
b. Pertimbangan Risiko dan Manfaat :
Pemeriksaan spirometri merupakan suatu aerosol-generating procedure (AGP) yaitu
prosedur medis yang berpotensi menimbulkan aerosol yang dapat menyebarkan droplets dari
orang yang terinfeksi Covid-19, walaupun kondisinya asimptomatik. Dan akan menyebabkan
kontaminasi silang pada peralatan, ruangan pemeriksaan, dan transmisi virus pada petugas
pemeriksa dan pasien lainnya.

Pemeriksaan spirometri hanya dilakukan apabila memang sangat dibutuhkan dalam membuat
suatu keputusan dalam deteksi dini gangguan fungsi paru dan penentuan kelaikan kerja.

Pemeriksaan spirometri pada medical check up pra kerja dan berkala:


- Ditunda hingga prevalensi Covid-19 di masyarakat sangat rendah (Prevelensi Covid-19
Level 3 di komunitas atau daerah dengan transmisi lokal sudah PPKM level 1 sesuai yang
ditentukan pemerintah) dan fasilitas tempat pemeriksaan sudah dipersiapkan sesuai
standar.
- Pemeriksaan hanya dilakukan pada pekerja yang memerlukan pemakaian respirator
misalnya pekerjaan di confined space yang memerlukan pemakaian respirator PAPR.

2. Skrining pasien yang akan diperiksa:


a. Pasien yang diperiksa hanya yang sudah divaksinasi secara penuh sesuai rekomendasi yang
ditetapkan pemerintah.
b. Skrining pasien yang akan diperiksa dengan kuesioner untuk mengetahui riwayat kontak erat
dengan orang yang terkonfirmasi Covid-19 dalam 2 minggu terakhir, dan gejala yang ada,
serta pemeriksaan suhu pada saat akan diperiksa.
c. Pemeriksaan Antigen / NAATs juga dilakukan untuk menyingkirkan pasien yang terinfeksi
tapi asimptomatik atau pre-simptomatik.
d. Bila hasil skrining suspek Covid-19, atau terkonfirmasi Covid-19, maka pemeriksaan
ditunda
e. Pemeriksaan spirometri pada pasien pasca terinfeksi Covid-19 direkomendasikan dilakukan
minimal 90 hari (12 minggu) sesudah sembuh dan tidak ada long covid.
f. Pasien tetap harus menggunakan masker bedah selama berada di tempat pemeriksaan.

3. Persyaratan ruang tempat pemeriksaan:


a. Ventilasi ruangan pemeriksaan harus memadai dan memenuhi standar ruangan isolasi dengan
tekanan udara negatif sebesar – 15 Pa dengan pergantian udara 12 ACH. Sistem HVAC
dilengkapi HEPA Filter MERP 13 dan lampu UV C sesuai luas ruangan. Jadi tidak
direkomendasikan penggunaan HEPA filter saja di ruangan. Dalam penggunaan HEPA filter
perlu diperhatikan kemampuan filter untuk menyaring bakteri dan virus serta masa pakai
filter tersebut. Udara dalam ruangan harus dibuang langsung ke udara luar melalui exhaust.
Penggunaan lampu UV C juga harus memperhatikan lokasi pemasangan, cara pemasangan
dan luas area dibandingkan dengan daya lampu UV C yang digunakan.
b. Ruangan pemeriksaan spirometri tidak digunakan bersamaan dengan ruangan lain.
c. Ruangan pemeriksaan harus didesinfeksi setelah digunakan, dan diberikan jeda penggunaan
minimal 30 menit antar pemeriksaan. Desinfeksi seluruh ruangan dilakukan setiap hari
setelah selesai kegiatan medical check up.
d. Apabila persyaratan ruang pemeriksaan seperti di atas (poin a) tidak dapat terpenuhi,
pemeriksaan spirometri dapat dilakukan di area terbuka, di lokasi yang bukan merupakan
area publik, tidak ada orang lalu lalang, dan memperhatikan jauhnya jarak jangkauan droplet,
serta perlu memperhatikan arah angin untuk menghindari transmisi droplet ke petugas
pemeriksa

4. Alat pemeriksaan:
a. Direkomendasikan penggunaan filter spirometri sekali pakai dengan persyaratan efikasi
filtrasi 99,99% efisien untuk filter bakteri dan virus
b. Pastikan filter yang digunakan sudah divalidasi dan sesuai dengan alat spirometer yang
digunakan
c. Filter bekas pakai dibuang sebagai limbah infeksius
d. Gunakan juga Mouthpiece sekali pakai, dan dibuang sebagai limbah infeksius
e. Peralatan didesinfeksi setelah tiap pemeriksaan.
f. Kalibrasi ulang alat setelah dilakukan tindakan dekontaminasi

5. Petugas pemeriksa:
a. Petugas pemeriksa spirometri sudah dinyatakan laik kerja pada masa pandemi Covid-19
b. APD:
- Sudah diberikan training mengenai pemakaian dan pelepasan APD dengan benar,
termasuk melakukan fit testing pada masker respirator yang digunakan
- Menggunakan APD: coverall, masker respirator, faceshield atau pelindung mata, dan
sarung tangan disposable
c. Melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah tiap pemeriksaan

6. Penyesuaian prosedur pemeriksaan:


a. Pasien yang akan diperiksa sudah divaksinasi penuh, sudah dilakukan skrining dan
pemeriksaan Antigen / NAATs saat akan dilakukan pemeriksaan
b. Jaga jarak minimal 1,5 meter antara petugas pemeriksa dengan pasien yang akan diperiksa.
Hindari hembusan nafas langsung dari pasien.
c. Pemberian instruksi dapat dilakukan dengan rekaman video atau petugas pemeriksa berada di
ruangan terpisah
d. Petugas pemeriksa dan pasien harus melakukan hand hygiene sebelum masuk ke ruang
pemeriksaan dan setelah keluar dari ruang pemeriksaan
e. Ruang pemeriksaan:
Hanya petugas pemeriksa dan pasien yang boleh berada di ruangan tersebut. Berikan jeda 30
menit setelah tiap pemeriksaan, dan lakukan desinfeksi ruangan setelah digunakan.
f. Ruangan hanya berisi peralatan yang diperlukan, singkirkan semua peralatan yang tidak
terkait langsung dengan pemeriksaan, seperti komputer, furniture, dan lain-lain
g. Pintu ruangan harus selalu tertutup
h. Prosedur testing:
untuk melindungi dari kemungkinan terhirup partikel virus di ruangan, maka pasien harus
menggunakan penjepit hidung sekali pakai (disposable nose clip), menarik nafas melalui
filter dan mengeluarkan nafas melalui filter sehingga partikel virus tidak mencemari area
pemeriksaan.
i. Pasien tetap harus menggunakan masker diantara manuver-manuver yang dilakukan, dan
diajarkan tentang etika batuk
j. Limbah pemeriksaan harus ditangani dengan hati-hati sebagai limbah infeksius
k. Sanitasi peralatan, kabel dan semua permukaan setiap selesai dilakukan pemeriksaan

II. Pemeriksaan Audiometri


1. Skrining pasien yang akan diperiksa:
a. Skrining dengan kuesioner untuk mengetahui riwayat kontak erat dengan Covid-19 dalam 2
minggu terakhir, dan gejala yang ada, serta pemeriksaan suhu pada saat akan diperiksa.
b. Pada pemeriksaan Audiometri dengan menggunakan booth atau dalam kamar audiometrik
- Dilakukan pemeriksaan Antigen/NAATs untuk menyingkirkan pasien yang terinfeksi
tapi asimptomatik atau pre-simptomatik
- Pemeriksaan ditunda pada keadaan:
• Hasil skrining suspek Covid-19, atau terkonfirmasi Covid-19
• Riwayat kontak erat dalam 2 minggu terakhir
c. Pemeriksaan Audiometri tanpa booth/kamar audiometrik yang tertutup:
- Skrining pasien mengikuti prosedur skrining pasien medical check up secara umum

2. Petugas pemeriksa:
a. APD:
- Sudah diberikan training mengenai pemakaian dan pelepasan APD dengan benar,
termasuk melakukan fit testing pada masker respirator yang digunakan
- Menggunakan APD: gown pelindung, masker respirator, faceshield atau pelindung mata,
sarung tangan disposable
b. Melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah tiap pemeriksaan

3. Penyesuaian prosedur pemeriksaan:


a. Komponen alat pemeriksaan audiometer, booth/kamar audiometrik, dibersihkan dan
didesinfeksi sesuai dengan standar sebelum dan sesudah tindakan, area pemeriksaan
termasuk juga area-area yang sering disentuh seperti pegangan pintu, kursi juga dibersihkan
dan didesinfeksi secara berkala
b. Booth/kamar audiometrik, tempat duduk, jendela kaca, alat periksa, headphone, tombol
pemeriksaan, harus didesinfeksi atau sterilisasi setiap habis digunakan. Perhatikan juga
ventilasi agar desinfektan yang digunakan tidak menimbulkan iritasi pada pernapasan, kulit
dan mata. Pasca desinfeksi, berikan jeda antara satu pasien dengan pasien berikut selama
minimal 30 menit.
c. Pasien dan pemeriksa harus melakukan hand hygiene dengan mencuci tangan menggunakan
air dan sabun atau hand sanitizer sebelum masuk dan keluar dari area pemeriksaan
d. Lakukan pengaturan di ruang tunggu agar tidak berdekatan dengan jarak minimal 1 meter
e. Setiap pasien yang diperiksa harus menggunakan masker dengan benar
f. Apabila ada yang bersin atau batuk, maka semua yang berada di ruangan harus keluar
dahulu, dan tempat pemeriksaan didesinfeksi
g. Pemeriksa yang memasang dan melepaskan headphone dari pasien setelah pemeriksaan, agar
headphone tidak tersentuh wajah pasien
h. Komponen alat pemeriksaan audiometer seperti headphone harus didesinfeksi setiap selesai
digunakan
i. Apabila diperlukan pemeriksaan menggunakan otoskop:
- Pemeriksa harus melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah tiap pemeriksaan
- Sarung tangan digunakan selama pemeriksaan
- Otoskop dibersihkan dan didesinfeksi tiap selesai digunakan

Demikian Rekomendasi dari Pengurus Pusat PERDOKI agar dapat diterapkan sepenuhnya oleh seluruh
anggota PERDOKI sebagai wujud kredibilitas Spesialis Kedokteran Okupasi yang harus selalu
mengutamakan kesehatan dan keselamatan pekerja.

Instruksi ini berlaku sejak diterbitkannya surat edaran ini, hingga pengumuman selanjutnya sesuai
perkembangan situasi. Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih.

Dikeluarkan di : Jakarta
Pada tanggal : 17 Mei 2022
Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia,
Ketua Umum Sekretaris Umum

DR.Dr.Astrid B Sulistomo, MPH, Sp.Ok, Subsp.BioKO (K) Dr.Maya Setyawati, MKK, SpOk
NPA PERDOKI: 00003092003 NPA PERDOKI: 00107042013

Anda mungkin juga menyukai