Tata Laksana Return To Work Pasca Kecelakaan Kerja (IOMU 2024)
Tata Laksana Return To Work Pasca Kecelakaan Kerja (IOMU 2024)
• Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi dari Universitas Indonesia lulus tahun 2014.
• Profesi Dokter Umum dari Universitas Tarumanagara lulus tahun 2002.
Pengalaman Organisasi
• Ketua PERDOKI Cabang Banten Masa Bakti 2021-2024
• Anggota Bidang Pengembangan Pedoman dan Standar Pelayanan PERDOKI Masa Bakti 2022-
2025
• Anggota IDI sejak tahun 2008
Publikasi (PERDOKI)
• Panduan Praktik Klinis Penyakit Akibat Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama edisi 1 (PERDOKI, 2023)
dr. David Rudy Wibowo, SpOk • Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum (2022)
• Pedoman Klasifikasi Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (2021)
• Standar Pelayanan Kedokteran Okupasi di Rumah Sakit (2020)
Telpon/WA : 081383301830 • Pedoman Klinis Diagnosis dan Tata Laksana Kasus Penyakit Akibat Kerja (2017)
E-mail: davidrudywibowo@gmail.com
Tempat Praktek
• Ciputra Hospital CitraRaya Tangerang
• Mitra Keluarga Kalideres
• RS Sari Asih Serang
1
TATA LAKSANA RETURN
TO WORK PASCA
KECELAKAAN KERJA
dr. David R. Wibowo, Sp.Ok
Bidang Pengembangan Pedoman dan
Standar Layanan Profesi
Masa Bakti 2022-2025
PENDAHULUAN
• Evaluasi kembali bekerja dan membuat programnya → salah satu
kompetensi Sp.Ok → tertuang dalam Perkonsil 90/2020 ttg Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi.
• PP 88/2019 tentang Kesehatan Kerja → dalam upaya pemulihan
kesehatan, selain dilakukan pemulihan medis, juga dilakukan
pemulihan kerja, yang dilaksanakan melalui program kembali kerja.
• Pekerja yang mengalami sakit atau kecelakaan termasuk akibat kerja
memerlukan program kembali kerja → terutama pada pekerja dengan
tuntutan pekerjaan khusus atau mengalami penyakit/kecelakaan
yang termasuk risiko tinggi dari segi medis.
• Selain kasus-kasus PAK, Sp.Ok diharapkan juga menjadi rujukan bagi
program kembali kerja dan penilaian kecacatan → melalui
mekanisme JKK oleh bapel JKK (BP Jamsostek, PT. TASPEN, dan PT.
ASABRI)
LATAR BELAKANG
• Angka KK-PAK semakin meningkat → Program Kembali Kerja semakin dibutuhkan
• Angka Kecelakaan Kerja menurut data BP Jamsostek:
• 2019: 210.789 orang (4.007 orang fatal)
• 2020: 221.740 orang (3.410 orang fatal)
• 2021: 234.370 orang (6.552 orang fatal).
• Jumlah kasus penyakit akibat kerja:
• 2019: 44 kasus
• 2020: 71 kasus
• 2021: 1.123 kasus (mayoritas COVID-19 Akibat Kerja)
• Program kembali kerja:
• Bertujuan agar pekerja sakit/cedera dapat segera kembali kerja dengan waktu sesegera dan
seefisien mungkin
• Termasuk bagian dari Tata Laksana Okupasi
• Tata Laksana Okupasi adalah pelayanan khusus di bidang Kedokteran Okupasi
yang ditujukan pada individu pekerja dan/atau komunitas pekerja, meliputi:
1. Penilaian Laik Kerja (Awal)
2. Program Kembali Kerja
a) Penilaian Laik Kerja (Lanjutan)
b) Penilaian Kembali Kerja
3. Penilaian Kecacatan
PENJELASAN TENTANG TATA LAKSANA OKUPASI PADA
PEKERJA UNTUK MEMPERKUAT PELAYANAN YANG
DILAKUKAN OLEH SP.OK DI FASYANKES
ALUR PELAYANAN KEMBALI BEKERJA KASUS
KECELAKAAN DAN PENYAKIT PADA PEKERJA
Laik Kerja (selesai) Laik Kerja (selesai) Laik Kerja (selesai)
Laik Kerja Dengan Catatan Laik Kerja Dengan Catatan Laik Kerja Dengan Catatan
Tindakan medis
Tahap pra-RS Tahap pasca
/ tempat
(IGD, operasi, Tata laksana medis lanjutan sesuai indikasi RS / Tempat
rawat ICU, atau
kerja rawat inap) kerja
PENILAIAN KECACATAN
Sudah dapat
Tidak masuk kerja?
Ya
Tutup kasus
kecelakaan kerja
Bagaimana menentukan
lamanya “Temporary Unfit”?
BERAPA LAMAKAH DAPAT KEMBALI
BEKERJA PASCA FRAKTUR?
• Tergantung pada tiga hal:
• Jenis trauma
• Jenis operasi
• Jenis pekerjaan
• Masa pemulihan lebih lama pada:
• Fraktur pada tulang panjang dan tebal
• Fraktur/amputasi pada anggota gerak bawah →
menyangga tubuh untuk berjalan/mobilitas
• Faktor individu: usia, riwayat DM, kebiasaan
merokok, dll
Contoh Masa Return To Work Dari Jenis Fraktur
Dan Pekerjaan Pasien
Fraktur jari 0-6 minggu 0-6 minggu 0-6 minggu 12 minggu 12 minggu
Sumber: Fitness for Work, (tergantung (tergantung (tergantung
The Medical Aspect, 6th ed, lokasi) lokasi) lokasi)
Oxford University Press
Catatan: masa Return to Work dapat berubah tergantung kondisi pasien (ada tidaknya komplikasi)
Acuan Untuk Menilai Masa
Pemulihan
Catatan: diagnosis perlu ditulis secara spesifik agar healing time-nya dapat ditentukan oleh search engine Google
Rekomendasi Yang Dapat
Diberikan Oleh Sp.Ok
Perlu kesepakatan antara pihak pemberi kerja dan pekerja ybs (minimal
disampaikan lewat telpon), misalnya:
• Rekomendasi pengurangan/penyesuaian/restriksi jam kerja saat
memulai/melanjutkan tata laksana medis yang dapat mengganggu
produktivitas kerja (mis: pemeriksaan lanjutan, fisioterapi, dll.).
• Restriksi pekerjaan/tugas-tugas tertentu, mis: bekerja di ketinggian,
angkat angkut berat, berdiri lama, bekerja menggunakan alat yang
bergetar, dll. selama fraktur masih belum union sempurna.
• Temporary/permanent job replacement ke pekerjaan yang lebih
bersifat ringan.
• Penyesuaian lainnya pada tempat kerja, proses kerja, dan peralatan
kerja sesuai toleransi pemberi kerja.
PENUTUP
• Penilaian Kelaikan Kerja dapat dilakukan beberapa kali tergantung kondisi medis
atau tingkat risiko pekerjaan → tidak dapat dibatasi hanya 1-3 kali
kunjungan/tatap muka saja.
• Perlu dukungan manajemen RS untuk melakukan pengawasan terhadap alur
pasien, dalam hal penyusunan sistem rujukan ke Sp.Ok.
• Perlu adanya SDM (case manager rawat inap) yang membantu melakukan
asesmen untuk:
• Menilai kondisi berat ringannya pasien
• Menilai berat ringannya pekerjaan pasien, yang mana termasuk berisiko tinggi atau safety
critical jobs
• Merekomendasikan rujukan ke Sp.Ok
• Pemberian surat keterangan sakit pada pekerja kasus KK-PAK yang sudah dirujuk
ke Sp.Ok, sebaiknya dikoordinasikan dengan Sp.Ok yang bersangkutan.
• Pengisian form 3bKK3 dilakukan oleh masing-masing dokter pemeriksa, dengan
catatan harus sesuai kompetensi dan kewenangan klinisnya.
Form 3b KK3 Diisi Oleh Setiap Dokter Pemeriksa Sesuai
Dengan Kompetensi dan Kewenangan Klinisnya