Anda di halaman 1dari 8

ALUR PELAYANAN KEMBALI BEKERJA

KASUS KECELAKAAN DAN PENYAKIT


PADA PEKERJA
Laik Kerja (selesai) Laik Kerja (selesai) Laik Kerja (selesai)

Laik Kerja Dengan Catatan Laik Kerja Dengan Catatan Laik Kerja Dengan Catatan

Tidak Laik Kerja Untuk


Tidak Laik Kerja Sementara s/d …. Tidak Laik Kerja Sementara s/d …. Pekerjaan Semula

Tidak Laik Kerja Untuk


Tidak Laik Kerja
Semua Pekerjaan

IMPLEMENTASI PROGRAM KEMBALI KERJA


Penilaian Kelaikan Kerja Awal
Penilaian Kelaikan Kerja Lanjutan Penilaian Kelaikan Kerja Akhir
(frekuensi penilaian dilakukan berulang sesuai kondisi medis dan risiko pekerjaan)

Tindakan medis
Tahap pra- Tahap pasca
RS / tempat
(IGD, operasi, Tata laksana medis lanjutan sesuai indikasi RS / Tempat
rawat ICU, atau
kerja rawat inap) kerja

Pasien Pasien Evaluasi akhir


masuk RS pulang, (sekaligus
lanjut tutup kasus,
Rawat jalan setelah MMI)

PENILAIAN KECACATAN

Sumber: SKB KKOI-PERDOKI No. 130/SK/KKOI/VIII/2023 dan 0411/Sekr-SK/PERDOKI/VIII/2023 ttg Tata


Laksana Okupasi Pada Pekerja Yang Mengalami Kecelakaan Atau Penyakit
CONTOH KASUS-KASUS BERAT
YANG PERLU PELAYANAN RTW

1. Kasus multiple trauma, sehingga memerlukan penanganan lebih dari satu


DPJP klinis;
2. Kasus-kasus lain yang diperkirakan masa rawat inapnya mencapai 2 minggu
atau lebih (dapat mengacu pada Clinical Pathway masing-masing kasus),
misalnya kasus-kasus pasca perawatan di HCU/ICU/ICCU (termasuk kasus luka
bakar luas, kasus cedera kepala sedang/berat, dll.), pasca tindakan
kraniotomi, dll.;
3. Kasus trauma yang kompleks atau yang cenderung menyebabkan disabilitas,
dalam hal ini disabilitas permanen ataupun disabilitas sementara yang cukup
lama, misalnya fraktur terbuka, fraktur kominutif, fraktur multipel, kasus
amputasi mayor, meniscus tear, ruptur tendon, atau kasus-kasus trauma
lainnya yang diperkirakan dapat menyebabkan pasien sementara tidak
mampu bekerja dalam kurun waktu yang tidak dapat ditentukan.
CONTOH PEKERJA SAFETY-CRITICAL YANG
PERLU DILAKUKAN PELAYANAN RTW

a. Operator mesin produksi,


b. Pengemudi kendaraan berat (termasuk awak mobil tangki atau
kendaraan pengangkut bahan berbahaya),
c. Pengemudi kendaraan umum atau transportasi massal (bus, truk,
masinis, pilot),
d. Pekerja lapangan di daerah terpencil (remote area, on/off shore)
e. Security,
f. Pemadam kebakaran (fireman),
g. Petugas Emergency Response Team (termasuk driver ambulans),
h. Pekerja di ketinggian,
i. Pekerja di confined space,
j. Penyelam/teknik bawah air,
k. Teknisi mekanik/elektrikal,
l. dll.
CONTOH KASUS KATEGORI
“SEDANG” YANG PERLU
PELAYANAN RTW
a. Kasus fraktur tertutup tanpa komplikasi (tidak terdapat delayed healing,
infeksi sekunder, dll.), namun membutuhkan penyesuaian kerja;
b. Kasus-kasus lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai kasus berat
maupun kasus ringan, contoh sebagai berikut:
i. Post ORIF dengan plate and screw,
ii. Kasus amputasi digiti, atau fingertip injury di mana terdapat
komplikasi berupa joint stiffness dan/atau neuropati,
iii. Fraktur Le Fort,
iv. Combustio derajat 2-3 yang bersifat lokal tetapi mengenai daerah
persendian,
v. Terjadi gangguan fungsi panca indera (akibat komplikasi trauma
secara langsung maupun tak langsung),
vi. Dll. (termasuk semua kasus yang membutuhkan penyesuaian kerja
secara temporer ataupun permanen)
CONTOH KASUS KATEGORI
“RINGAN” YANG PERLU
PELAYANAN RTW
• Pada kasus Kecelakaan Kerja yang dianggap termasuk kategori ringan
cukup dilakukan Penilaian Kembali Kerja (dan Penilaian Kecacatan jika
terdapat kecacatan), seperti contoh sebagai berikut:
a. Kasus fingertip injury, khususnya yang terindikasi terdapat kecacatan;
b. Kasus-kasus cedera ringan lainnya, namun Pasien membutuhkan
rekomendasi penyesuaian kerja secara permanen (misalnya: terjadi
trauma psikis pasca kecelakaan, terjadi kontraktur ringan, atau
terdapat gangguan fungsi ringan lainnya, dll)
• Penilaian kelaikan kerja akhir (Penilaian Kembali Kerja) dan/atau Penilaian
Kecacatan dilakukan setelah pasien sembuh total atau minimal telah
mencapai maximum medical improvement (MMI), dan dilakukan atas
rujukan dari DPJP utama atau Sp.KFR, atau atas permintaan pemberi kerja.
FLOWCHART ALUR RUJUKAN TATA LAKSANA OKUPASI
PADA PASIEN KASUS KECELAKAAN KERJA
Pasien kasus KK

Kategori berat atau Kategori sedang ATAU Kategori ringan


pekerjaan pasien kategori berat yang belum
termasuk risiko tinggi sempat divisite oleh Sp.Ok

Dirujuk ke Sp.Ok saat kondisi


emergensi tertangani dan
INSTALASI
hemodinamik stabil RAWAT INAP
Penilaian Laik
Kerja (awal)

Dirujuk ke Sp.Ok post ranap, atau selambat2nya


Kontrol ulang ke poli okupasi sebelum genap 12 minggu tidak masuk kerja INSTALASI
RAWAT JALAN
Penilaian Laik Penilaian Laik
Kerja (lanjutan) Kerja (awal)

Sudah dapat
Tidak masuk kerja?
Ya

Dirujuk ke Sp.Ok apabila sudah selesai pengobatan

Penilaian Kembali Kerja


dan/atau Penilaian
Kecacatan apabila
diperlukan

Tutup kasus
kecelakaan kerja
CATATAN PENTING
• Output Penilaian Laik Kerja  Status Medis Penilaian Laik Kerja (7
Langkah)
• Output Penilaian Kembali Kerja  Status Medis Penilaian Kembali Kerja
(7 Langkah)
• Output Penilaian Kecacatan  Resume Penilaian Kecacatan
• Output Sertifikat Kelaikan Kerja  Sertifikat Medis Kelaikan/Kembali
Kerja
• Bila hanya dibilling konsultasi  isi blangko surat keterangan dokter
tentang penilaian laik/kembali kerja
PENUTUP
• Penilaian Kelaikan Kerja dapat dilakukan beberapa kali tergantung kondisi medis atau
tingkat risiko pekerjaan  tidak dapat dibatasi hanya 1-3 kali kunjungan/tatap muka
saja.
• Perlu dukungan manajemen RS untuk melakukan pengawasan terhadap alur pasien,
dalam hal penyusunan sistem rujukan ke Sp.Ok.
• Perlu adanya SDM (case manager rawat inap) yang membantu melakukan asesmen
untuk:
• Menilai kondisi berat ringannya pasien
• Menilai berat ringannya pekerjaan pasien, yang mana termasuk berisiko tinggi atau safety critical jobs
• Merekomendasikan rujukan ke Sp.Ok
• Pemberian surat keterangan sakit pada pekerja kasus KK-PAK yang sudah dirujuk ke
Sp.Ok, sebaiknya dikoordinasikan dengan Sp.Ok yang bersangkutan.
Rekomendasi : sebaiknya DPJP tidak mengeluarkan surat keterangan sakit sama sekali pada kasus-
kasus kecelakaan kerja yang diperkirakan tidak dapat sembuh sempurna dalam waktu ≥ 3 bulan 
DPJP merujuk ke Sp.Ok sedini mungkin  perlu ditambahkan dalam SPO surat keterangan sakit
• Pengisian form 3bKK3 dilakukan oleh masing-masing dokter pemeriksa, dengan catatan
harus sesuai kompetensi dan kewenangan klinisnya.

Anda mungkin juga menyukai