Anda di halaman 1dari 33

Riwayat Pendidikan

• Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi dari Universitas Indonesia lulus tahun 2014.
• Profesi Dokter Umum dari Universitas Tarumanagara lulus tahun 2002.

Pengalaman Organisasi
• Ketua PERDOKI Cabang Banten Masa Bakti 2021-2024
• Anggota Bidang Pengembangan Pedoman dan Standar Pelayanan PERDOKI Masa Bakti 2022-
2025
• Anggota IDI sejak tahun 2008

Publikasi (PERDOKI)
• Panduan Praktik Klinis Penyakit Akibat Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama edisi 1 (PERDOKI, 2023)
• Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum (2022)
• Pedoman Klasifikasi Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (2021)
• Standar Pelayanan Kedokteran Okupasi di Rumah Sakit (2020)
• Pedoman Klinis Diagnosis dan Tata Laksana Kasus Penyakit Akibat Kerja (2017)

Tempat Praktek
• Ciputra Hospital CitraRaya Tangerang
dr. David Rudy Wibowo, SpOk • RS Sari Asih Serang
• Mitra Keluarga Kalideres
Telpon/WA : 081383301830
E-mail: davidrudywibowo@gmail.com Pelatihan/Seminar yang diikuti
• ToT Tata Laksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Angkatan VII
(Kementerian Kesehatan – 4-9 Oktober 2021)
• Webinar Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era COVID-19 (IDI Cabang Banten - 10 Oktober 2020).
• Webinar Peran Pelayanan Kesehatan Kerja di Masa Pandemi (Kementerian Ketenagakerjaan - 25 Juni 2020).
• Workshop Pengendalian Penyakit Akibat Kerja melalui Medical Check-
Up Berbasis K3 (8 Desember 2016).
• Pelatihan Pemeriksaan Kesehatan Pekerja di Industri Hulu Migas (17 Desember 2015).
• HIPERKES (2012).
PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI TEMPAT
KERJA
Dr. David R. Wibowo, Sp.Ok
Ketua PERDOKI Cabang Banten
Untuk non
fasyankes
PERMASALAHAN TB PARU DI TEMPAT KERJA (1)
Tempat kerja → tempat yang potensial menjadi lokasi penyebaran TBC
1.Industri padat karya → terkonsentrasinya populasi pekerja di waktu dan tempat yang sama
2.Tempat kerja tertentu:
• Fasyankes: penularan TBC dari pasien → Tuberkulosis Akibat Kerja
• Tempat kerja yang sempat, pengap, berjejal, kurang ventilasi, atau kurang sinar matahari,
mis: penjara, asrama, panti, tempat penampungan, dll
• Pajanan silika: memudahkan terjadinya Silikotuberkulosis

Lingkungan tempat tanggal pekerja:


• Lingkungan kumuh
• Kawasan padat penduduk
• Kurang ventilasi
• Kurang pencahayaan sinar matahari
PERMASALAHAN TB PARU DI TEMPAT KERJA (2)
Kebijakan perusahaan yang kurang mendukung
1.Cenderung diskriminatif → stigmatisasi pengidap TBC, ancaman PHK atau ditolak melamar pekerjaan
2.Enggan membiayai pekerja yang terkena TBC → biaya pribadi pekerja atau mengandalkan BPJS Kesehatan
3.Tidak ada klinik perusahaan → perlu bimbingan dinkes, disnaker, Puskesmas, RS jejaring, dll.
4.Klinik perusahaan belum menerapkan strategi DOTS
5.Enggan melaporkan kasus Tuberkulosis Akibat Kerja

Produktivitas pekerja menurun


• Restriksi pekerjaan yang biasa dilakukan (2 mgg s/d 1 bln)
• Pekerja dgn TB RO → restriksi lebih lama, waktu tersita untuk berobat, efek samping obat lebih
berat
• Kerja shift ???
Pembiayaan
• Meningkatkan biaya pemeliharaan kesehatan dari pihak perusahaan, atau
• Menambah beban biaya yang ditanggung pekerja untuk berobat
UPAYA PENANGGULANGAN TBC DI TEMPAT
KERJA MENURUT PERMENAKER 13/2022
• Tanggung jawab pengusaha dan pengurus (manajemen) perusahaan.
• Menjadi bagian dari upaya (program) K3 perusahaan yang diselenggarakan oleh unit
pelayanan kesehatan kerja (klinik perusahaan).
• Komponen program Penanggulangan TBC di Tempat Kerja:
1. Penyusunan kebijakan Penanggulangan TBC di Tempat Kerja.
2. Sosialisasi, penyebaran informasi dan edukasi Tuberkulosis di Tempat Kerja.
3. Penemuan kasus TBC.
4. Penanganan kasus TBC.
5. Pemulihan kesehatan.
• Apabila ditemukan TBC akibat kerja → ditindaklanjuti sesuai peraturan perundangan
yang berlaku → dilakukan pelaporan kasus ke:
1. Disnaker dan BP Jamsostek → untuk pegawai swasta
2. Dinkes dan PT. TASPEN → untuk ASN
• Pengawasan pelaksanaan Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat Kerja dilakukan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA
Perlu ada Kebijakan pimpinan perusahaan secara
tertulis, minimal memuat ttg:
• Komitmen dalam melakukan penanggulangan TBC di tempat kerja.
• Program kerja penanggulangan TBC di tempat kerja.
• Penghapusan stigma dan diskriminasi pada pekerja yang menderita
TBC.
2. SOSIALISASI, PENYEBARAN INFORMASI, DAN
EDUKASI TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA
Lakukan sosialisasi kepada seluruh pekerja tentang:
• Kebijakan penanggulangan TBC.
• Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat.
• Membudayakan perilaku etika batuk.
• Peningkatan daya tahan tubuh melalui perbaikan gizi kerja dan
peningkatan kebugaran.
• Edukasi dampak penyakit penyerta terhadap perburukan TBC.
• Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas tempat kerja.
3. PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS
a. Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala bagi pekerja/buruh
b. Pemeriksaan kesehatan khusus, terutama dilakukan pada pekerja/buruh yang
termasuk dalam kelompok berisiko:
• Pekerja dengan penyakit penyerta (DM, HIV/AIDS, gangguan fungsi hati/ginjal, pengobatan
autoimun, penderita kanker, dll.)
• Pekerja yang terpajan faktor bahaya di lingkungan kerja (contoh: pajanan silika)
• Pekerja yang terpajan M. tbc karena pekerjaannya (contoh: dokter atau perawat yang
menangani pasien TB, atau analis lab yang mengumpulkan sampel dahak)
c. Investigasi dan pemeriksaan kasus kontak erat di tempat kerja.

Catatan:
• Penemuan kasus TB dapat dilakukan dgn bekerja sama dgn fasyankes atau dilakukan
sendiri oleh dokter perusahaan
• Pekerja yang:
• terdiagnosis TB, atau
• Mengetahui adanya suspek penderita TB di tempat kerja
→ Wajib melapor kepada manajemen perusahaan!!!
4. PENANGANAN KASUS TBC

a. Pengusaha dan Pengurus wajib memastikan pekerja mendapatkan


pengobatan sesuai dengan pedoman Penanggulangan Tuberkulosis
Nasional.
b. Pengusaha dan Pengurus dapat memberikan istirahat sakit kepada
pekerja paling sedikit 2 (dua) minggu pada tahap awal pengobatan
dan/atau sesuai rekomendasi dokter perusahaan atau dokter yang
merawat.
Catatan: pemberian istirahat sakit tidak perlu menunggu SKD dari dokter!
c. Pengusaha dan Pengurus melakukan pemantauan kepatuhan minum obat,
kemajuan pengobatan, dan hasil pengobatan.
5. PEMULIHAN KESEHATAN
a. Dukungan dari manajemen perusahaan untuk upaya
rehabilitasi yang dibutuhkan pekerja setelah penanganan
penyakit TBC.
b. Pekerja yang menderita TBC diupayakan kembali bekerja sesuai
dengan penilaian kelaikan kerja secara berkala.
Strategi pengendalian kasus TBC di Tempat Kerja
dengan pendekatan TemPO (1)

• Temukan pasien secepatnya, dari:


• Pemeriksaan kesehatan prakerja
• Pemeriksaan kesehatan berkala
• Kunjungan pasien ke klinik perusahaan atau fasyankes
• Contact tracing
Strategi pengendalian kasus TBC di Tempat Kerja
dengan pendekatan TemPO (2)

• Pisahkan secara aman:


• Di Fasyankes:
• Arahkan pasien yang batuk ke tempat khusus dengan area ventilasi yang baik,
yang terpisah dari rekan kerja lainnya serta diberikan masker.
• Bila di dalam fasilitas kesehatan tempat kerja banyak pasien, maka untuk alasan
kesehatan masyarakat, pasien yang batuk harus didahulukan dalam antrian
(prioritas).
• Perlu diberikan penjelasan dan pendidikan pada pasien lainnya mengenai etiket
batuk saat di ruang tunggu
• Tempat kerja dengan pajanan silika → jauhkan pekerja yang
diduga/terdiagnosis TBC dari pajanan silika tsb.
Strategi pengendalian kasus TBC di Tempat Kerja
dengan pendekatan TemPO (3)

• Obati secara tepat:


• Sesuai panduan tata laksana terbaru (Surat Edaran Dirjen P2P No.
936 tahun 2021 tentang Perubahan Alur dan Pengobatan Tuberkulosis
di Indonesia).
• Menentukan Pengawas Menelan Obat (PMO) bagi pekerja yang
terkena TBC untuk meningkatkan kepatuhan dan mengurangi risiko
putus obat
• Tugas PMO :
• Mengawasi pasien TBC menelan obat secara teratur
• Memberi dukungan kepada pasien
• Mengingatkan pasien untuk pontrol teratur
• Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien
Note: Dapat
dirujuk ke
Sp.Ok jika
terdapat
keraguan
Pengendalian Risiko Penularan TBC Akibat Kerja di Fasyankes Sesuai Tingkat
Efektivitas
Pengendalian Risiko Penularan TBC di Tempat Kerja Dengan Pajanan Silika
Sesuai Tingkat Efektivitas
KESIMPULAN
• Mayoritas penderita TBC termasuk dalam usia produktif, di mana sebagian besarnya
adalah kelompok pekerja.
• Penyakit TBC pada pekerja dapat tergolong PAK ataupun Non PAK.
• Penyakit TBC pada pekerja akan mempengaruhi produktivitas kerja, dan
meningkatkan beban pembiayaan kesehatan (secara langsung maupun tidak
langsung).
• Perlu adanya keterlibatan pihak perusahaan untuk mengimplementasikan program
penanggulangan TBC yang terintegrasi dengan program K3 di perusahaan.
• Perlu adanya kerja sama antara Dinas Kesehatan Prov/Kabupaten/Kota dengan Dinas
Ketenagakerjaan dan UPTD Pengawas Ketenagakerjaan baik di tingkat Provinsi
maupun Kabupaten/Kota dalam pengawasan atas pelaksanaan program
penanggulangan TBC di perusahaan.
• Perlu dukungan dari stakeholder lainnya: APINDO, KADIN, dan para konfederasi
serikat pekerja dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC di perusahaan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai