Anda di halaman 1dari 34

POTENSI BAHAYA DAN PEMERIKSAAN

KESEHATAN PEKERJA PERKANTORAN

Dr. Ariningsih, MKK, SpOk


30 Januari 2024
Disampaikan pada : Webinar K3 Perkantoran
DALAM RANGKA PERINGATAN BULAN K3 TAHUN 2024
Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
Curriculum Vitae
dr. Ariningsih, MKK, SpOk
Pendidikan
• S1 Kedokteran, FK Universitas Diponegoro
• S2, Magister Kedokteran Kerja FK Universitas Indonesia
• Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi FK Universitas Indonesia

Pekerjaan
• Kepala Puskesmas Kopo, Serang, Banten (2005-2008)
• HP : 081584527747 • Direktorat Yankes Rujukan, Ditjen Yankes Kemenkes RI (2008-2011)
• Email : arishafiya2015@gmail.com • Bidang Pelayanan Medik, RSUP Persahabatan (2011-2014)
• Ketua Sub Komite Keselamatan, Komite Mutu RSUP Persahabatan, 2014-
2016
Sertifikasi • Kepala Instalasi K3 RSUP Persahabatan 2016 – 2018
• Sub Komite Manajemen Risiko, Komite Mutu dan Keselamatan
 Master Of Training Kemenkes. 2013
RSUP Persahabatan 2020 – 2023
 Pelatihan Hiperkes, 2017
• Dr. Spesialis Kedokteran Okupasi RSUP Persahabatan 2020 – sekarang
 Pelatihan K3RS. 2017, 2021
• Kepala Instalasi MCU & Kedokteran Kerja RSUP Persahabatan. 2021 -
 The ILO 2000 International Classification of Radiographs
sekarang
of Pneumoconiosis Air Pneumo (A reader), 2020
 Pelatihan Clinical Teacher, 2022
Karya Tulis
 Pelatihan Fasilitator FKUI. 2023 Organisasi
 Pelatihan Tenaga Pelatih Pelatihan Kesehatan, Kemenkes
• Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Timur
RI 2023
• Ketua Bidang Pengembangan Pedoman dan Standar PP Perhimpunan Dokter
 Pelatihan TOT Teknik Komunikasi, FKUI 2023
Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI)
OUTLINE
 Latar Belakang
 Potensi Bahaya Dan Dampak Gangguan Kesehatan
Pada Perkantoran
 Potensi Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Perkantoran
 Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Perkantoran
 Kesimpulan
LATAR BELAKANG
Semua industri memiliki bagian jenis pekerjaan “perkantoran”

Pekerja berhadapan dengan potensi bahaya (hazard) di tempat


kerja risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Pekerja merupakan asset berharga perusahaan harus mendapatkan


perlindungan tenaga kerja  K3 (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

Upaya Preventif  Pemeriksaan kesehatan pekerja berbasis


risiko
POTENSI BAHAYA DI PERKANTORAN
GANGGUAN KESEHATAN
• Bakter, virus  airborne disease
Biologi • Jamur
GANGGUAN
• Bising, suhu ekstrim KESEHATAN AKIBAT
Fisika • Radiasi, laser FAKTOR PEKERJAAN
• Pembersih lantai, kaca
Kimia • Solvent : cat, lem

• Desain kerja, layout, aktifitas :


Ergonomi duduk lama, postur janggal, manual
handling, gerakan berulang

• Kerja shift, job content tidak sesuai


Psikososial • Beban kerja berlebih
Kecelakaan • Slip, trip, fall, KLL dari dan menuju
Kerja tempat kerja, dll
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja.

Peraturan Presiden
RI No. 7 Tahun 2019
tentang Penyakit
Akibat Kerja Biologi Fisika Ergonomi Kimia Psikososial
POTENSI BAHAYA DAN DAMPAK
KESEHATAN PADA PEKERJA
PERKANTORAN
BAHAYA FISIKA

DAMPAK
Gangguan Pendengaran
Kelelahan Mata
Kerusakan retina mata
Kebisingan, pencahayaan, radiasi laser,
suhu ekstrim, kelembaban tinggi Dehidrasi
Sumber : Permenkes 48 tentang K3 Perkantoran Gangguan Sal Nafas
BAHAYA KIMIA
DAMPAK
Iritasi kulit
Iritasi mata/sal nafas, sakit kepala
Sakit kepala, mual, kelelahan, gejala
saluran nafas, sesak nafas, iritasi
kulit, gangguan konsentrasi
Cairan pembersih, cat furniture,
pewangi ruangan
https://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/iaq/iaq_intro.html#section-2-hdr
BAHAYA KIMIA

DAMPAK
Iritasi kulit
Iritasi mata/sal nafas, sakit
kepala
Vapours Volatile Organic Compounds (VOCs) 
printer, furniture, carpet, pembersih, cat, lem Sakit kepala, mual,
Carbon monoxide  mesin exhaust kelelahan, gejala saluran
nafas atas, sesak nafas,
Asbestos, formalin (material bangunan) iritasi kulit, mengganggu
konsentrasi
INDOOR AIR QUALITY (IAQ) DI TEMPAT KERJA

• Dipengaruhi oleh material, furniture, aktifitas,


iklim dan penghuni gedung
• Masalah umum terkait IAQ :
system HVAC yang tidak memadai
kontaminasi material konstruksi
Peningkatan jumlah penghuni gedung dan
waktu kerjaVentilation and Air Conditioning)  Gangguan Sick Building Syndrome
(HVAC : Heating
 kualitas ruangan buruk
https://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/iaq/iaq_intro.html#section-1-hdr
(ventilasi, kelembaban, suhu,
debu, jamur, bahan kimia
pencemar udara, dll
BAHAYA BIOLOGI
DAMPAK
PAJANAN
Kontaminasi mikroba : Infeksi influenza
Virus Infulenza Aspergilosis
Jamur : Aspergilus, Legionnaires’ disease (sakit
kepala, nyeri otot, lemah,
legionella  kondensasi demam, keluhan
saluran AC, disebarkan gastrointestinal, nyeri dada,
 system ventilasi batuk, sesak nafas, gangguan
konsentrasi dan memori)

https://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/legion.html#section-8-hdr
PAJANAN ERGONOMI
GANGGUAN OTOT RANGKA AKIBAT KERJA
Nyeri punggung bawah
Repetitive strain injuries
Carpal tunnel syndrome (CTS)
Computer Vision Syndrome

Duduk lama, gerakan berulang, posisi


janggal, mengangkat beban, VDT work
Pengendalian Bahaya Ergonomi :
Bekerja dengan komputer yang benar

Posisi duduk  Tempatkan benda yang


yang benar mudah terjangkau

Tempatkan monitor Atur istirahat,


dan keyboard dan peregangan rutin, dan
pencahayaan yang istirahat mata 20-20-
benar 20
FAKTOR BAHAYA KESEHATAN MENTAL
PAJANAN
 BEBAN KERJA (over load atau under load) DAMPAK
 JOB CONTENT : pekerjaan tidak sesuai kemampuan,
ketidakjelasan tugas dan tanggung jawab  Gangguan Stress Akut
 JADWAL KERJA : long shift, lembur Akibat Kerja
 KONTROL : kurang kontrol, partisipasi rendah  Gangguan Sttress Pasca
 LINGKUNGAN : panas, bising Trauma Akibat Kerja
 ORGANISASI : kurang komunikasi, kurang dukungan dan  Gangguan Penyesuaian
penghargaan  Sindrom Burnout
 HUBUNGAN INTERPERSONAL : konflik, bullying
 PENGEMBANGAN KARIR : hambatan karir

Source: Adapted from Leka, Griffiths & Cox (2003) Health Impact of
Psychosocial Hazards at Work : an Overview, WHO 2010
Prepared by dr. Ari 7 Nov 2023 15
Burnout/Kelelahan Kerja
Kondisi mental stress kronis akibat kerja ditandai rasa
lelah, dan ketidakpuasan dengan pekerjaan (WHO)

Stress pada Tim : Stress pada Pekerja :


• Perdebatan • Banyak waktu istirahat, Terlambat
• Turnover tinggi masuk kerja
• Banyak laporan stress • Menyendiri, gelisah dan gugup
• Peningkatan absensi sakit • Perubahan mood, gangguan tidur
• Penurunan kinerja • Kurang motivasi dan komitmen kerja,
dan kepercayaan diri
• Banyak keluhan
• Peningkatan reaksi emosi
https://www.hse.gov.uk/stress/signs.htm Prepared by dr. Ari 7 Nov 2023 16
Mencegah Burnout
dengan Work Life Ballance
Membuat batasan jam dan target kerja

Keseimbangan kehidupan pribadi dan bekerja


termasuk istirahat teratur (breaks), istirahat, ibadah,
peregangan, waktu dengan keluarga

Manajemen Stress

Hindari Beberapa Pekerjaan sekaligus


PEMERIKSAAN KESEHATAN
PEKERJA PERKANTORAN
REGULASI KAK PEMERIKSAAN KESEHATAN
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

PP RI No. 26 Tahun Per.02/MEN/1980


UU No. 17 tahun 2023 PP RI No. 88
1977 tentang Tentang Pemeriksaan
tentang Kesehatan Tahun 2019
Pengujian
tentang
Kesehatan Pegawai Kesehatan Tenaga Kerja
Upaya kesehatan kerja ditujukan Kesehatan dalam Penyelenggaraan
untuk melindungi pekerja … Negeri Sipil &
Kerja
terbebas dari gangguan kesehatan Tenaga Lainnya Keselamatan Kerja
serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan
REGULASI KAK PEMERIKSAAN KESEHATAN
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

Permenkes No.143
Tahun 1977
PP RI No. 66 Tahun 2017
PP No. 11 Tatalaksana Pengujian
Tahun 2017 Kesehatan PNS
Perubahan Atas Peraturan
Manajemen Pemerintah No. 70 Tahun 2015
Perka BKN No 24 Th. 2017
Pegawai Negeri tentang Jaminan Kecelakaan
Sipil (PNS) Kerja dan Jaminan Kematian Tata Cara Pemberian Cuti PNS
bagi pegawai ASN
PERENCANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN

1. Mengetahui karakteristik populasi pekerja


2. Mengetahui alur kerja
3. Identifikasi bahaya potensial pekerjaan (similar exposure group)
4. Identifikasi penyakit yang mungkin timbul
5. Klasifikasi tingkat risiko pada kelompok pekerja yang mengalami
pajanan yang sama
6. Jenis pemeriksaan sesuai standar
7. Penentuan jenis paket pemeriksaan pada berbagai kelompok
pekerja
Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pekerja

Per.02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
Pemeriksaan Pra Kerja

Pemeriksaan kesehatan prakerja dibagi menjadi dua yaitu


 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja pada calon pekerja (pelamar kerja)
adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum pekerja diterima untuk
melakukan pekerjaan.
 Pemeriksaan kesehatan pra-penempatan adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada pekerja yang sudah diterima bekerja tetapi belum terpengaruh
oleh suatu faktor risiko tertentu
Jenis Pemeriksaan Kesehatan Sebelum
Bekerja

• Pemeriksaan fisik lengkap


• Rontgen paru-paru
• Laboratorium rutin (darah
lengkap, urinalisa lengkap) ASN & PPPK
• Pemeriksaan lain yang dianggap  Pemeriksaan fisik lengkap
perlu (Sesuai Risiko)  Rontgen thorax
 Laboratorium rutin (darah lengkap, urinalisa lengkap
• Kondisi mental (pasal 8 UU RI No.
 Pemeriksaan kesehatan jiwa
1 Tahun 1970).  Tes NAPZA

Per.02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
Pemeriksaan Kesehatan Berkala

DEFINISI TUJUAN :
• Pemeriksaan kesehatan yang  Deteksi dini gangguan kesehatan
dilakukan secara berkala, sesuai melalui surveilans kesehatan kerja,
dengan potensi bahaya dan risiko skrining kesehatan
di lingkungan kerja.
 Menilai keberhasilan program
• Dilaksanakan 1 tahun sekali pencegahan yang dilakukan oleh
dapat diseuaikan dengan
evaluasi risiko manajemen perusahaan
JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
• Anamnesis :
 Anamnesis medis : keluhan saat ini, riw penyakit dahulu, riw penyakit
keluarga, riwayat vaksinasi, riwayat kecelakaan trauma, riwayat dirawat di
RS, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan olah raga, riwayat obat
yang diminum.
 Anamnesis pekerjaan (okupasi) : riwayat pekerjaan (masa kerja,
departemen, posisi, pajanan bahaya potensial di tempat kerja)
• Pemeriksaan Fisik Lengkap (head to toe termasuk visus, buta warna,
stereoskopis, neuromuskuloskeletal, dll
• Skrining kesehatan mental (SRQ-29, SDS, dll)
• Pemeriksaan Penunjang Rontgen Thorax, Laboratorium  sesuai risiko
PANEL PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG
DIREKOMENDASIKAN

• Pemeriksaan Penunjang Rontgen Thorax, Laboratorium : Darah lengkap, Kimia


Darah (GD Puasa, Profil Lipid, Fungsi Hati, Fungsi Ginjal), Urinalisa
• Pemeriksaan penunjang lain : sesuai risiko dan kemampuan instansi : USG
abdomen, audiometri, spirometri, uji latih jantung (treadmill), dll
Tindak Lanjut Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Management Instansi /Perusahaan wajib mengadakan tindak lanjut :


 Memperbaiki kelainan
 Memperbaiki penyebabnya
Untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja (pasal
3 Permenakertrans No. PER.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
penyelenggaraan Keselamatan Kerja).
Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Definisi : Indikasi :
Pemeriksaan kesehatan yang • Pasca Kecelakaan kerja Mengalami gangguan
dilakukan oleh dokter secara kesehatan (perawatan, infeksi)
khusus terhadap tenaga kerja • Kembali bekerja setelah mengalami cedera/sakit
tertentu, dimaksud untuk
Pekerja yang telah mengalami kecelakaan atau
menilai adanya pengaruh-
penyakit yang memerlukan perawatan lebih dari 2
pengaruh dari pekerjaan
minggu.
tertentu terhadap tenaga kerja
tertentu • Pekerja berusia lebih dari 40 (empat puluh) tahun,
pekerja wanita, pekerja cacat
• Pekerja yang terdapat dugaan gangguan kesehatan
yang perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
kebutuhan
Pemeriksaan Kesehatan
Akhir Kerja

Definisi : Tujuan :
 pemeriksaan kesehatan yang Mendapatkan data akhir yang
dilakukan pada pekerja pada diperlukan dalam surveilans
akhir dari suatu masa kerja kesehatan pekerja terutama untuk
• pekerja pensiun (pemeriksaan jenis pajanan yang memiliki sifat
kesehatan purna bakti) atau kronik progresif
pasca penempatan.
PERAN Sp.Ok Dalam Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
• Sebagai dokter penanggung jawab pelayanan pemeriksaan kesehatan
pekerja.
• Melakukan interpretasi/review hasil pemeriksaan kesehatan pekerja,
sekaligus menetapkan status kesehatan/fitness.
• Melakukan analisis dan pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan
berkala pada pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan dalam
komunitas pekerja.
• Menangani tindak lanjut hasil pemeriksaan kesehatan yang
bermasalah dalam hal rekrutmen, sekaligus membuat Penilaian Laik
Kerja bagi pekerja yang bersangkutan berdasarkan risiko pekerjaan,
kapasitas kerja, dan toleransi pemberi kerja.
KESIMPULAN
• Bahaya Potensial di Perkantoran meliputi : fisika, kimia, biologi, ergonomi,
psikososial, dan kecelakaan kerja
• Dampak ganguan kesehatan pada pekerja perkantoran antara lain computer
vision syndrome, gangguan otot rangka, gangguan psikososial, dan penularan
penyakit menular.
• Bahaya potensial perlu dilakukan pengendalian untuk mencegah penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja
• Pemeriksaan kesehatan pekera perkantoran meliputi : pra kerja, berkala, khusus
dan akhir kerja
• Perlu keterlibatan Sp.Ok untuk menindaklanjuti pemeriksaan kesehatan pekerja
yang hasilnya meragukan.
REFERENSI :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Presiden RI No 7. Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Perkantoran.
7. Permenkes No. 11 tahun 2022 tentang Pelayanan Kesehatan Penyakit Akibat Kerja
8. Permenaker No. 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja
9. Leka, Grifits & Cox. Health Impact of Psychosocial Hazards of Work : an overview 2010.
10. Office health and safety guidance. Health and Safety Executive. Diakses dari :
https://www.hse.gov.uk/office/index.htm
11. WSH Council. Office Safety and Health. Diakses dari :
https://www.tal.sg/wshc/topics/office-safety-and-health/office-safety-and-health
12. Permenkes No. 25 Tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan
Kementerian Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai