Makalah Walimah - Hadis Ahkam Safik
Makalah Walimah - Hadis Ahkam Safik
Disusun oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yangtelah dilimpahkan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah inidengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna ,sehingga kritik dan saran akan senantiasa penulis terima demi hasil yang
lebih baik untuk karya yang selanjutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan adalah suatu peristiwa yang fitrah, tarbiyah, dan sarana paling agung
dalam memelihara keturunan dan memperkuat hubungan antar sesama manusia
yangmenjadi sebab terjaminnya ketenangan, cinta dan kasih sayang. Dalam masalah
perkawinan, Islam telah berbicara banyak, dimulai bagaimana cara mencari kriteria
bakal calon pendamping hidup hingga bagaimana memperlakukannya dikala resmi
menjadi sang penyejuk hati. Islam memiliki tuntunannya, begitu pula Islam
mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun
tetap mendapat berkah dan tidak melanggar tuntunan Rasulullah SAW, demikian
halnya dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh pesona.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah tercapainya arah serta sasaran yang diharapkan, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan yang hendak dicapai, diantaranya:
PEMBAHASAN
A. Pengertian Walimah
Walimah berasal dari bahasa arab ( )ِا ْج َت َم َعyang artinya adalah Al-Jam‟u yaitu
berkumpul, sebab antara suami dan istri berkumpul, bahkan sanak saudara, kerabat,
dan para tetangga. Walimah juga berasal dari bahasa arab Al-walimah yang artinya
adalah makanan pengantin, maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus
dalam acara pesta perkawinan, atau juga bisa diartikan sebagai makanan untuk para
tamu undangan atau yang lainnya.
Dalam kamus hukum, walimatul ursy adalah makanan pesta pengantin atau
setiap makananuntuk undangan dan lain sebagainya.
Walimah nikah atau walimatul urs adalah perayaaan pengantin sebagai ungkapan
rasa syukur atas pernikahannya, dengan mengajak sanak saudara beserta masyarakat
untuk ikut berbahagia dan menyaksikan peresmian pernikahan tersebut, sehingga
mereka dapat ikut serta menjaga kelestarian keluarga yang dibinanya. Jadi, pada
dasarnya walimah nikah merupakan suatu pengumuman pernikahan pada masyarakat.
Walimah diadakan ketika acara akad nikah berlangsung, atau sesudahnya, atau
ketika hari perkawinan (mencampuri istrinya) atau sesudahnya. Bisa juga diadakan
tergantung adat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Sehubungan dengan
walimah, adat kebiasaan masing-masing daerah dapat dipertahankan bahkan
dilestarikan sepanjang tidak menyalahi prinsip ajaran Islam. Dan apabila adat
kebiasaan yang berhubungan dengan walimah tersebut bertentangan dengan syariat
Islam, setuju atau tidak, harus ditinggalkan.
Apabila kita melihat hadis Rasulullah saw., maka walimah pernikahan yang utama
dilakukan adalah setelah suami isteri menikmati malam pertamanya, sudah
berhubungan badan. Pratek Rasulullah tersebut mengisyaratkan bahwa sebaiknya
resepsi pernikahan itu dilakukan secepat mungkin, bahkan kalau bisa hari itu juga
atau besoknya. Hal ini mengingat bahwa resepsi adalah salah satu cara
mengumumkan pernikahan, dan mengumumkan pernikahan lebih cepat tentu lebih
baik, demi menghindari fitnah. Untuk konteks Indonesia, resepsi seringkali
dibayangkan dengan sesuatu acara yang sangat meriah sehingga membutuhkan
banyak dana. Hal ini kemudian mengakibatkan sejumlah pasangan menunda acara
resepsi pernikahannya sampai bebarapa bulan ke depan.
Walimah yang dianjurkan Islam adalah bentuk upacara yang tidak berlebih-
lebihan dalam segala halnya. Dalam walimah dianjurkan pada pihak yang berhajat
untuk mengadakan makan guna disajikan pada tamu yang menghadiri walimah.
Namun demikan, semua itu harus disesuaikan dengan kemampuan kedua belah pihak.
Islam melarang upacara tersebut dilakukan, bila ternyata mendatangkan kerugian bagi
kedua mempelai maupun kerugian dalam kehidupan masyarakat.
Setelah akad acara nikah maupun walimah selesai, dianjurkan bagi mempelai laki-
laki untuk tinggal di rumah mempelai wanita selama beberapa hari. Untuk mempelai
wanita yang masih perawan, pihak keluarga si wanita dapat menahan menantunya
selam tujuh hariberturut-turut. Adapun bagi mempelai wanita yang janda, pihak
keluarga dapat menahan menantu laki- laki selama tiga hari berturut-turut.
Dari beberapa versi mengenai pengertian walimatul ursy diatas maka jumhur
ulamasepakat bahwa mengadakan walimatul ursy itu hukumnya sunnah mu’akkad,
bukankategori perintah wajib, karena kandungan makna yang terpenting dari
walimatul ursy adalah memberikan hidangan makanan kepada masyarakat sebagai
wujud kebahagiaanyang diraihnya berupa terlaksananya sebuah pernikahan, dan
walimatul ursy ini tidak berbeda jauh dengan pesta-pesta lainnya.
) ما اولم على زينب اولم بشاة(رواه البخري و مسلم، مااولم رسول هللا (ص) على شيءمن نساءه: عن انس قال
“Dari Anas, ia berkata “Rasulullah Saw. belum pernah mengadakan walimah untuk
istri-istrinya, seperti beliau mengadakan walimah untuk Zainab, beliau mengadakan
walimah untuknya dengan seekor kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Islam pelaksanaan walimah ada beberapa cara yang dianjurkan oleh
Islam.Tata cara pelaksannaannya dapat diuraikan sebagai berikut :
Adapun pandangan Manhaj Salaf tentang proses dan tata cara pelaksanaan
walimatul’ursy yang menyimpang dari ajaran agama Islam di zaman modern
adalah sebagai berikut:
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَأْلْنَص اُب َو اَأْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِم ْن َع َمِل الَّشْيَطاِن َفاْج َتِنُبوُه
Nabi Muhammad SAW bersabda ketika Ali melamar fathimah, “harus ada
walimah”. (sanad hadits tidak cacat). Ini menunujukkan keharusan walimah yang
semakna dengan wajib. Disebutkan pula dalam hadits yang diriwayatkan Abu Asy-
Syaikh dan thabrani dalam kitab Al-Ausath dari Abu Hurairah RA secara marfu “
walimah adalah hak dan sunah. Siapa yang diundang lalu ia tidak menghadiri
undangan itu,maka ia telah berbuat maksiat.” Secara tekstual, hak menunjukkan
kewajiban.
Jika undangan itu bersifat umum, tidak tertuju kepada orang-orang tertentu,
maka tidak wajib mendatangi, tidak juga sunnah. Misalnya, orang yang
mengundang berkata “Wahaiorang banyak! Datangilah setiap orang yang kau
temui.”
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walimatul usry berasal dari bahasa arab ( (الولمyang berarti makanan pengantin.
Jadi, inti maksud dari walimah ini adalah makanan yang disediakan sebagai rasa
syukurn atas terselenggarakannya pernikahan (akad nikah). Ini juga sebagai ungkapan
rasa syukur pengantin maupun keluarga atas kebahagiaan mereka. Hukum walimah
itu sendiri adalah sunnah muakad. Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa
walimatul ursy sunnahnya dilaksanakan selama tiga hari. Sebagian ada lagi yang
berpendapat bahwa walimatul ursy dilaksanakan selama tujuh hari. Namun yang
terjadi pada masyarakat umumnya, walimatul ursy dilaksanakan satu sampai dua hari
saja.
Dalam mengadakan walimatul ursy ada beberapa adab yang perlu diperhatikan.
Seperti, mengadakan walimatul ursy sesederhana mungkin. Mengundang sanak
saudara, tetangga dan teman-teman dekat (diutamakan orang-orang shaleh).
Memisahkan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan. Berias sederhana (tidak
berlebihan), baik untuk pengantin maupun untuk tamu undangan. Tidak memilih-
milih dalam mengundang orang kaya atau miskin dan tidak mengadakan hiburan
yang memberikan mudharat daripada manfaat. Bagi setiap orang yang mendapatkan
undangan untuk menghadiri walimah, maka hukumnya wajib mendatanginya kecuali
apabila ada udzur syar‟i. Misalnya, sakit, jarak yang jauh sehingga memerlukan
banyak biaya dan waktu untuk sampai pada acara. Dalam hal ini doalah yang
diutamakan bagi mereka yang udzur untuk datang. Undangan walimatul ursy ini
dibagi menjadi undangan khusus, yang hukumnya wajib dihadiri dan undangan
umum, yang hukumnya boleh menghadiri atau tidak, karena undangan umum ini
bersifat menyeluruh kepada banyak orang.
B. Saran
Hatta, Ahmad dkk. 2013. Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim. Jakarta:Maghfirah
Pustaka
Mubarok, Mufti. 2008. Ensiklopedi Walimah. Surabaya: PT. Java Pustaka Media
Utama