Anda di halaman 1dari 19

USULAN PROPOSAL / RANCANGAN PENELITIAN

CALON MAHASISWA PROGRAM STUDI MAGISTER


BIDANG PEMINATAN MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

Judul :

Mengenal Nilai Mata Uang Penuh Cinta


(Peningkatan Numerasi Berhitung di Sekolah
Citra Anak Bangsa) dengan Pembelajaran
Berdiferensiasi

Nama Penulis : SARI JUWITANINGS, S.Pd.


PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS TERBUKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum Merdeka lahir didasari sebuah kesadaran bahwa siswa memiliki keunikan,
mereka dikatakan istimewa karena di tangan merekalah masa depan bangsa ini akan
diserahkan.Oleh karena itu didiklah mereka sesuai kodratnya dan mengikuti perkembangan
zaman yang ada. Kurikulum Merdeka telah banyak membuka mata saya sebagai seorang
pendidik. Selama ini saya merasa menjadi seorang guru hanya berpusat pada bagaimana
menyelesaikan materi pelajaran yang ada menggunakan metode yang terkadang tidak
menjawab kebutuhan siswa.

Sejatinya seluruh siswa memiliki karakteristik yang beragam, baik sifat, kegemaran,
dan cara belajarnya pun berbeda. Kurikulum Merdeka terasa sempurna ketika dalam
mengaplikasikannya, pendidik melayani siswa dengan menyiapkan serangkaian pembelajaran
yang berpusat tidak lagi kepada guru, melainkan pesera didik. Dalam pembelajaran pendidik
mulai meninggalkan konsep lama di mana guru selalu berceramah mengenai suatu materi dan
siswa hanya duduk sambil mendengarkan.

Hal inilah yang kemudian menantang saya untuk menciptakan kegiatan di kelas
menggunakan berbagai model atau metode pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran
berdiferensiasi, di mana siswa memiliki kuasa penuh atas berjalannya pembelajaran di kelas.
Dikatakan berdiferensiasi karena memang dalam pelaksanaannya berbagai perbedaan
karakteristik siswa sangat nampak namun tidak menghambat berjalannya pembelajaran yang
berpusat mereka/ siswa.

SDN JATIBENING IV mengawal kelas IV dengan menggunakan Kurikulum Merdeka,


tempat saya mengajar terdapat tiga puluh siswa yang pastinya memiliki keragaman.
Tercetusnya keinginan meningkatkan kompetensi numerasi pada siswa dimulai

2
ketika suatu hari saya menemani siswa kelas IV pada jam istirahat. Selain ingin lebih akrab,
saya juga sedang mengadakan kegiatan asesmen dalam bentuk observasi terhadap karakteristik
siswa agar semakin mengenal mereka. Saya jadi tahu permainan apa yang mereka mainkan,
dengan siapa mereka berteman dekat, bahkan snack apa yang mereka gemari.

Ketika sedang berada di kantin, saya tidak sengaja mendengar beberapa siswa kelas IV
tidak tahu jumlah uang yang mereka bawa serta tidak paham berapa nominal uang kembalian
yang seharusnya mereka terima setelah membeli sesuatu. Saya menghampiri siswa tersebut dan
mulai bertanya dengan menyertakan soal cerita menggunakan seperti “Jika kamu membeli satu
permen yang harganya Rp 2.000,00, sedangkan kamu membayar dengan 1 lembar uang Rp
5.000,00, berapa kembaliannya, nak ?” Sang anak menjawab “Saya tidak tahu miss, karena
saya tidak pernah diberi uang jajan sama mama, uang ini saya dapat dari oma kemarin.”

Ternyata beberapa siswa belum mengenal nilai mata uang, ketika saya mencoba gali
lebih dalam lagi ternyata orangtua mereka jarang memberi uang jajan dan jarang pula mengajak
pergi berbelanja sehingga mereka hanya tahu makanan selalu tersedia di rumah tanpa tahu
berapa harganya, bagaimana cara membelinya, berapa jumlah uang yang harus dibelanjakan
dan sebagainya. Secara tidak langsung pola asuh tersebut telah membentuk sang anak menjadi
pribadi yang kurang paham perihal nilai mata uang dan pastinya mereka juga tidak tahu
bagaimana cara memanfaatkan uang yang dimiliki dengan bijak, karena hanya tahu segala
sesuatu tersedia di rumah.

Akhirnya saya mengajak siswa kembali ke kelas setelah bel istirahat usai berbunyi.
Saya mengajak siswa berdiskusi dengan melemparkan beberapa pertanyaan kepada mereka,
seperti “Apa yang akan kamu rencanakan jika dewasa nanti? Bagaimana cara menggunakan
uang yang kalian miliki ?”

Ada salah satu siswa yang menjawab “Papa saya punya uang banyak, miss. Kata papa
uangnya tidak akan habis sampai saya besar, papa juga sudah membelikan saya rumah yang
lengkap dengan kolam renang. Jadi saya tidak perlu bekerja.” Katanya dengan polos.

Kala mendengar jawaban tersebut penulis merasa kasihan, betapa sedihnya mendengar
jawaban polos seperti itu, dan saya menyadari bahwa tugas saya adalah menuntun siswa agar
memiliki konsep berpikir yang benar sesuai dengan kenyataan hidup yang ada di sekelilingnya.

3
Mereka harus tahu bahwa mereka harus berjuang untuk masa depan, menjadi pribadi
yang mampu bersaing dengan individu lain serta memiliki kompetensi untuk dapat
menyelesaikan suatu masalah, bukan hanya merengek jika kesulitan atau menangis bahkan
menyerah.

Dari hasil observasi tersebut akhirnya saya merancang pembelajaran yang akan
meningkatkan pengetahuan siswa dalam mengenal nilai mata uang, membantu siswa memiliki
mental berjuang, dan mempersiapkan mereka agar memiliki kemampuan numerasi mengingat
tahun depan mereka merupakan siswa yang menjadi target ANBK.

Pembelajaran yang dirancang bersifat fun learning, di mana mereka akan bermain peran
sebagai seorang penjual makanan atau minuman yang akan melayani pembeli, yaitu guru dan
warga sekolah lainnya. Dari pembelajaran ini ada beberapa Profil Pelajar Pancasila yang
diangkat, yaitu :

1. Bernalar Kritis : mereka akan diajak berpikir berapa nominal atau jumlah uang yang
harus dikembalikan jika ada pembeli menggunakan uang dengan nilai besar.
2. Bergotong Royong : mereka akan bekerja dalam kelompok, di mana masing-masing
anggota memiliki peran yang berbeda.
3. Berkebhinekaan Global : mereka belajar mengenal karakteristik teman-teman dalam
satu kelompok.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Metode
Pengertian metode
Metode pada dasarnya dapat dikatakan cara yang sistematis atau teratur agar
tujuan pembelajaran, dalam hal ini dapat tercapai. Berikut pengertian metode
menurut beberapa ahli, seperti : Pengertian metode menurut Supriyati (2020 : 106)
adalah bagian dari proses berjalannya pendidikan yang utuh serta sempurna dan
terintegritas dengan komponen pendidikan lainnya. Menurut KBBI arti kata metode
adalah cara kerja yang mempunyai sistem dalam memudahkan pelaksanaan dari
suatu kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.
Hasibuan dan Moedjiono mengemukakan pengertian metode adalah alat di
mana merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi
di bidang belajar mengajar.
Berikut beberapa jenis metode yang dapat dilsayakan guru dalam
pembelajaran, seperti :
1. Metode Pembelajaran Konvensional / Metode Ceramah
Salah satu jenis metode belajar yang kerap kali digunakan adalah metode
ceramah. Maksudnya, metode ini dilsayakan dengan cara menyampaikan
informasi secara lisan kepada siswa. Metode ini merupakan metode yang
paling praktis dan ekonomis, tidak membutuhkan banyak alat
bantu,namun metode ini sudah banyak ditinggalkan di di era sekarang ini
dikarenakan kurang tepat dengan konsep Kurikulum Merdeka jika terus-
menerus digunakan karena sejatinya siswa merupakan pusat pembelajaran
dan bukan lagi guru yang terus berceramah di depan kelas.

2. Metode Tanya Jawab


Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan
terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah. Guru bertanya

5
siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi
ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru
dengan siswa.Dalam kurikulum merdeka metode ini terjadi di awal
pembelajaran, ketika guru memberikan pertanyaan pemantik untuk
meningkatkan karakter bernalar kritis siswa.yang sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila.

3. Model Think, Pair, Share (TPS)


Model Think, Pair, Share menargetkan siswa bekerja dalam kelompok, di
mana guru akan menyajikan konten kemudia siswa akan membahasnya
bersama teman sekelasnya. Dalam metode ini akan tercipta interaksi
siswa, baik terhadap guru dan terhadap pasangan diskusinya, selain
pekerjaan akan lebih ringan, mereka juga lebih mengenal karakteristik
temannya sehingga mengetahui cara bermain dan berteman.

2. Numerasi
Pengertian numerasi
Numerasi adalah konsep berhitung yang melibatkan simbol-simbol matematika,
seperti +, -, x, dan : Berikut pengertian numerasi dari beberapa tokoh, seperti :
Anggraini & Setianingsih (2022) mengemukakan bahwa numerasi adalah
kemampuan menginterpretasikan pemahaman dan penerapan konsep matematika
dalam memahami kondisi sekitar, mengembangkan diri serta menyelesaikan atau
memecahkan masalah sehari-hari.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, numerasi adalah keterampilan atau kemampuan setiap siswa untuk
mengaplikasikan konsep bilangan dan operasi hitung pada kehidupan sehari-hari,
yaitu konsep penjumlahan, perkalian, dan pembagian.
Menurut Han (2017 : 3) numerasi merupakan kecakapan yang berhubungan dengan
angka dan simbol, ada kaitannya dengan matematika guna menyelesaikan
permasalahan sehari-hari.

6
Manfaat numerasi bagi siswa
Berikut beberapa manfaat mengapa penting meningkatkan kompetensi numerasi
bagi siswa, yaitu :
1. Mengasah kompetensi siswa dalam menginterpretasikan data, angka, tabel,
grafik, dan diagram yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Meningkatkan karakter Profil Pelajar Pancasila, yaitu bernalar kritis dan melatih
konsentrasi siswa.
3. Meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) agar menjadi pribadi yang dapat
menyelesaikan masalah.
4. Siswa cakap dalam merencanakan suatu kegiatan yang teratur dalam kehidupan
sehari-hari.

3. Pembelajaran Berdiferensiasi
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran Berdiferensiasi begitu melekat dengan kurikulum merdeka. Dapat
dikatakan kedua hal tersebut merupakan Satu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan, karena pembelajaran berdiferensiasi memfasilitasi siswa belajar
merdeka sesuai karakteristiknya sehingga tidak ada lagi kata sulit bagi mereka,
bahkan untuk numerasi sekalipun. Berikut pengertian pembelajaran berdiferensiasi
menurut beberapa ahli, seperti :
Menurut Herwena (2021), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha
menyesuaikan pembelajaran di kelas agar kebutuhan setiap individu terpenuhi.
Kristiani, dkk (2021) mengatakan pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses
belajar mengajar agar siswa mendapat materi pelajaran sesuai dengan karakteristik
serta kebutuhannya sehingga tidak merasa gagal dalam belajar.
Menurut Marlina (2019), pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang
mengakui adanya keberagaman siswa serta mengakomodir kebutuhan belajar
dengan memberikan kepedulian dalam memperhatikan kekuatan serta kebutuhan
mereka.
Ada 3 bentuk metode berdiferensiasi, yaitu :
1. Diferensiasi konten
2. Diferensiasi proses
3. Diferensiasi produk

7
Saya memilih melsayakan diferensiasi proses, yaitu strategi yang berbeda yang
diberikan oleh guru terhadap siswa dalam menanggapi atau menyelesaikan konten
yang diberikan.

Adapun bentuk diferensiasi proses yang tergambar dalam kegiatan pembelajaran ini
adalah :

1. Siswa diijinkan memilih anggota dalam kelompoknya.


2. Siswa diijinkan memilih jenis makanan atau minuman yang akan dijual.
3. Siswa diijinkan memilih peran apa yang akan diampu ketika praktik jual-beli
ini dilsayakan.

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Sesuai judul yang disebutkan bahwa kegiatan pembelajaran yang saya lakukan
memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi numerasi siswa menggunakan metode
pembelajaran berdiferensiasi.

Adapun subyek penelitian yang diikutsertakan adalah sebagai berikut :


No. Nama Keterangan

1 ARASHEL DAVINE MICHAELA P

2 ARVANO MEIVIN YEREMI L

3 AURELIA CALISTA SEDAROSSA P

4 CLEOFAS GIVEN RAJANI SEMBIRING L

5 DARLENE STEFANIE EMANUELLA P

6 DARELL ARKANA PHILOMELA MANULLANG L

7 DEANA ARISTA KIRANA P

8 DEIDRA ABIGAIL CHAI ROSELIND P

9 EUCLESIA KYRIE EVELYNE RUNTUKAHU P

10 JASON IMMANUEL HENRICO L

11 JENNA ALDEA PASEKI P

12 JOEL REIGEN DEBATARAJA L

13 JONATHAN CHAELVIN RETAPNAZ PURBA L

14 KANAYA GABRIELLA ALBERTO P

15 MARCHA AURELIA MAMESAH P

16 MATHEW ELIEZER MARTUA SITANGGANG L

17 MIKHAYAHU NALENDRA PATTY L

18 NEHEMIA AGUSTIAN NAPITUPULU L

19 PRINCESS GISELLE NAOMI P

20 REINHARD WILLIAM ABRIYANTO L

21 REINHARDT RUDY ALFONSO L

22 REYNALDY KALEB MENDROFA L

9
23 SEAN KENICHI SUTARMAN L

24 SYMPHONY SHALOM HASIAN SIANTURI P

25 VANYA AYU GERALDINE P

26 ARIOMAN PETRA ISAIAH RONGKUNUSA L

27 MICHELLE PRINCESS TESALONIKA TAMPI P

28 BIANCA BENLAVINSCA CAMEZO P

29 GAVRIELLO L

30. SANDRA PUTRI P

10
Kelas IV terdiri atas 30 siswa. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari
Jumat, 26 Januari 2024 di aula SDN Jatibening IV. Alurnya adalah dimulai dari saya
sebagai guru memberitahukan konsep pembelajaran tersebut kepada siswa, mereka
begitu antusias mendengar hal tersebut dansangat bersemangat.
Siswa dibagi dalam 4 (empat) kelompok, namun guru tidak menentukan
anggotanya. Saya memberikan kepercayaan kepada siswa untuk memilih siapa saja
anggota dalam kelompoknya, karena kembali kepada prinsip yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa pembelajaran berpusat pada siswa, jadi tidak ada intervensi apapun
dari penulis sebagai guru, penulis hanya bertugas sebagai fasilitator.
Ketika siswa memilih siapa-siapa saja yang akan menjadi anggota
kelompoknya, di sinilah tantangan bagi mereka. Selama ini mereka selalu dibekali
dengan kebenaran bahwa mereka harus bersikap adil terhadap siapapun, tidak boleh
pilih-pilih teman hanya karena kedekatan lantas dipilih sedangkan yang tidak merasa
akrab tidak dipilih. Ternyata pemilihan anggota kelompok berjalan dengan tertib, ada
beberapa siswa yang bersikap dewasa sehingga mampu memimpin teman-temannya
dengan bijak.

11
Setelah kelompok terbentuk, mereka diijinkan duduk bersama anggota
kelompoknya. Saya memimpin diskusi tentang jenis makanan atau minuman apa yang
akan dijual. Saya mulai memberikan pertanyaan pemantik, yaitu “Apa jenis jajanan
yang kalian suka?”
Mereka mulai riuh saling berebut menjawab, sampai akhirnya saya memberi
nasihat bahwa ketika kita bekerja dalam kelompok maka kita harus memperhatikan
pendapat anggota kelompok yang lain, agar semua merasa diterima.
Akhirnya ditentukanlah oleh siswa bahwa masing-masing kelompok Akan
mendapat satu stand atau meja jualan dan menjual satu jenis makanan atau minuman.
Adapun makanan dan minuman yang akan dijual adalah :
1. Teh poci
2. Donat gula
3. Pisang keju/cokelat
4. Sandwich sosis

Bentuk diskusi selanjutnya adalah mereka membagi tugas untuk membawa alat
dan bahan yang dibutuhkan. Setiap kelompok kembali diberi waktu oleh penulis dan
kali ini mereka diminta menulis dengan lengkap nama anggota, peralatan yang dibawa
serta peran apa yang akan mereka lakoni di saat kegiatan tersebut berjalan. Setelah

12
pembagian tugas selesai penulis mengomunikasikannya kepada orangtua melalui grup
whatsapp.

13
Tibalah harinya, pada hari Jumat, 26 Februari 2024, antusiasme sungguh terlihat
di wajah-wajah mereka. Dengan senangnya mereka menunjukkan bahan serta
perlengkapan yang telah mereka bawa dari rumah.

Kegiatan dilaksanakan pada jam pelajaran ketiga yaitu sekitar pukul 09.30 WIB.
Setiap kelompok mulai merapikan meja jualannya masing-masing. Mereka menata
bahan, alat serta perlengkapan yang akan mereka gunakan.

Setelah semua stand siap, bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa dari kelas lain
mulai mengelilingi stand. Siswa, baik penjual dan pembeli sama-sama menikmati
perannya masing-masing. Dalam proses jual beli tersebut, siswa yang gemar berhitung
mulai membantu temannya untuk mengembalikan uang sesuai jumlahnya kepada
pembeli. Siswa yang terkenal ramah mulai melayani pembeli dengan penuh keceriaan,
sedangkan siswa yang gemar memasak atau membuat sesuatu (kreatifitas) mulai
membuatkan makanan dan minuman.

14
Ada satu pemandangan yang cukup menarik. Pada awalnya penulis sempat
merasa kuatir dengan siswa yang pasif dikarenakan siswa tersebut termasuk IBK
(Individu Berkebutuhan Khusus). Saya berpikir peran apa yang cocok untuk dia, namun
ternyata ada seorang siswa, teman kelompoknya yang mengajak IBK tersebut untuk
pergi menghampiri kakak-kakak kelas SMP yang masih belajar di kelas. Ia meminta
IBK tersebut membawa buku menu, pensil, dan kertas. Ternyata mereka saling
bekerjasama untuk menawarkan barang dagangan dan mencatatnya untuk kemudian
diserahkan kepada temannya yang berjaga di stand.

15
Pembelajaran berdiferensiasi begitu tampak pada kegiatan pembelajaran kali
ini. Siswa bebas menentukan cara atau gaya belajar sesuai kemampuan dan
karakteristiknya. Selama kegiatan berlangsung pun siswa terlihat sangat senang.
Selama ini mereka hanya tahu dilayani oleh orang-orang terdekatnya, namun dalam
pembelajarn ini mereka belajar melayani orang lain.

Setelah seluruh makanan dan minuman terjual habis, penulis membantu Siswa
untuk membersihkan stand atau meja jualan yang sangat berantakan. Mereka belajar
bertanggungjawab dengan kondisi stand jualan. Mereka membersihkannya seperti
kondisi semula.

16
Ketika saya dan siswa melihat seluruh meja sudah bersih dan perlengkapan telah
dimasukan kembali ke tempatnya masing-masing, penulis mengajak siswa duduk
bersama di dalam kelas dan mulai menghitung jumlah uang yang telah didapat dari hasil
jualan tadi.

Tidak hanya diajak menghitung, saya juga meneguhkan kembali tentang tujuan
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Saya bertanya apakah siswa sudah
tahu bagaimana mengembalikan uang kepada pembeli. Saya juga memberikan
beberapa nasihat, seperti jika mereka dewasa nanti, kekayaan orangtua tidak selalu
tersedia untuk memenuhi kebutuhan kita. Oleh karena itu kita harus memiliki mental
tangguh, dapat mencari jalan keluar jika menghadapi masalah.

Siswa diyakinkan bahwa di masa depan nanti mereka harus bersaing dan
berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Jika mereka sudah berusaha namun tidak
kunjung mendapat pekerjaan, maka berdagang dapat menjadi salah satu cara memenuhi
kebutuhan.

17
Di akhir diskusi saya mengajak siswa untuk merefleksi tentang apa yang mereka
dapat dalam pembelajaran kali ini. Ketika salah satu siswa menyampaikannya,
kesepakatan kelasnya adalah peserta lain akan menghargai dengan memperhatikan.
Ternyata mereka mendapat banyak hal positif dengan berjualan. Berikut beberapa
komentar mereka :

“Saya mau jadi pengusaha, miss. Saya mau jualan supaya bisa dapat uang banyak,”
Kata Mikha, siswa kelas IV.

“Miss, besok kita jualan lagi, dong…supaya uang kita semakin banyak.” Kata Rey, siswa
kelas IV.

“Saya capek miss, harus menuang-nuang teh ke gelas. Saya mau jualan durian saja,
lebih gampang.” Kata Nehemia, siswa kelas IV.

Dan berbagai komentar lainnya yang lucu-lucu, dan terlihat dari ekpresinya, mereka
begitu menikmati kegiatan hari ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

A Ahmad, A Apriadi, H Harmansyah… - Jurnal Pendidikan …, 2024 -


journal.amikveteran.ac.id

D Monita, D Apriatama - Jurnal Pendidikan, 2022 - e-journal.upr.ac.id

H Hidayati - 2022 - thesiscommons.org

N Nurhayati, A Asrin, NK Dewi - Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 2022 - jipp.unram.ac.id

R Rombe, R Rani, N Nurlita, JF Parinding - Jurnal Pendidikan Dan …, 2023 - jpk.joln.org

Supriyati - Jurnal Bahasa dan Sastra, 2020 - core.ac.uk

Y Mudjiono - Jurnal Ilmu Komunikasi, 2011 - jurnalfdk.uinsby.ac.id

19

Anda mungkin juga menyukai