REVISI AUFA BAB 1-5 (Senin, 5 April 2024) .....
REVISI AUFA BAB 1-5 (Senin, 5 April 2024) .....
Mengetahui,
Ketua Jurusan Peternakan dan
Perikanan
Fakultas Pertanian
Universitas Tidar
Tanggal 16 Oktober 2023
Halaman
2.1Feed Additive
Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang
diberikan kepada ternak melalui pencampuran pakan ternak. Bahan
tersebut merupakan pakan pelengkap yang bukan zat makanan.
Penambahan feed additive bertujuan untuk mendapatkan
pertumbuhan ternak yang optimal.
Ternak yang diberi feed additive dalam pakannya
membutuhkan pakan 10-15% lebih sedikit untuk mencapai
pertumbuhan yang diinginkan. Biaya pakan merupakan bagian
utama dari biaya yang terlibat dalam pemeliharaan ternak. Tingkat
pertumbuhan harian ternak yang hidup dengan makanan yang
dilengkapi feed additive dapat meningkat 10-15% dibandingkan
dengan ternak tanpa feed additive. Daging yang diberikan feed
additive juga memiliki kualitas yang lebih baik dengan jumlah
protein yang lebih tinggi dan jumlah lemak yang lebih sedikit
dibandingkan dengan yang tanpa pemberian feed additive
(Chattopadhya,2014).
Kulit manggis bisa dijadikan feed additive karena kandungan
bioaktifnya yang telah terbukti dan efektif dalam memacu
pertumbuhan ternak, bahan ini harganya murah dan kesediaannya
melimpah (Weecharangsan et al.,2016) ekstra kulit manggis
memiliki potensi menangkap radikal bebas yang dapat menaikkan
kekebalan tubuh,menaikkan performa ternak, menurunkan tingkat
stres. Karena kulit manggis ini mengandung senyawa bioaktif
xanton yang mempunyai manfaat menjadikan oksidan
(Kusmayadi,2019).
2.1.1. Fitobiotik
Fitobiotik adalah aditif ransum yang berasal dari bahan
tanaman (Zuprizal, 2004). Fitobiotik membantu dalam membantu
keseimbangan mikroba di dalam saluran pencernaan. Efek positif
yang didapat dari terbentuknya keseimbangan mikroflora dalam
saluran pencernaan adalah konsumsi pakan dan konversi pakan
menjadi efisien (Arslan dan Leon, 2014). Banyak tanaman yang
terdapat di Indonesia yang mempunyai potensi untuk dijadikan
fitobiotik (Sulistyoningsih, 2014). Pemilihan kulit manggis
sebagai imbuhan pakan didasarkan kepada ketersediaannya.
Manggis merupakan tanaman yang berasal dari hutan tropis di
Asia Tenggara, sehingga mudah didapatkan. Senyawa bioaktif
dalam kulit manggis adalah senyawa xanton yang berfungsi
sebagai antioksidan dan antibakteri. Ekstrak kulit manggis
ditambahkan sebagai feed additive dalam ransum untuk menjaga
kesehatan ternak. Kondisi demikian akan memudahkan ternak
dalam menyerap nutrien dalam ransum. Antioksidan berperan
dalam mencegah atau menghambat reaksi oksidasi yang
disebabkan oleh radikal bebas dengan cara mendonorkan elektron
pada substansi radikal bebas. (Abdullah, 2020).
Taksonomi tanaman manggis menurut Cronquist (1981 : 337),
adalah sebagai berikut :
- Kelas : Magnoliopsida
- Subkelas : Dilleniidae
- Ordo : Theales
- Familia : Clusiacceae
- Genus : Garcinia
- Spesies : Garcinia mangostana
Kulit manggis yang tebal mencapai proporsi sepertiga
bagian dari buahnya. Kulit buahnya mengandung getah yang
warnanya kuning dan cita rasanya pahit. Bagian yang terpenting
dari buah manggis adalah daging buahnya. Warna daging buah
putih bersih dan cita rasanya sedikit asam sehingga digemari
masyarakat luas. Biji manggis berbentuk bulat agak pipih dan
berkeping dua. Kulit manggis merupakan limbah yang bisa
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kandungan xantone yang
terdapat pada kulit manggis berfungsi sebagai
antioksidan,antiinflamasi, antiallergi, antibakteri. Manfaat utama
dari kulit manggis adalah sebagai antioksidan. Antioksidan
merupakan senyawa yang dapat menunda atau mencegah
terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid
dalam konsentrasi paling rendah dari substrak yang dapat
dioksidasi Antikoksidan bereaksi dengan radikal bebas dengan
cara mengurangi konsentrasi oksigen yang reaktif, mencegah
inisiasi rantai pertama dengan menangkap radikal primer seperti
radikal hidoksil, mengikat katalis ion logam, mendekompoisi
produk-produk prime radikal menjadi senyawa non radikal.
Kandungan nutrisi yang terdapat dalam kulit manggis adalah air
62,05%, abu 1,01%, lemak 0,63%, protein 0,71%, total gula
1,17%, dan karbohidrat 35,61% (Permana, 2011).
2.1.2. Probiotik
Probiotik merupakan salah satu feed additive pakan yang
dapat digunakan untuk mengoptimalkan produktivitas ternak
secara efisien. (Dhama et al.,2011) menyatakan bahwa probiotik
merupakan cara alternatif menghemat biaya daripada
menggunakan AGP, pada umumnya aman karena tidak
menunjukkan adanya residu yang terbawa di telur atau daging.
Sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia, tidak seperti
penggunaan antibiotik sebagai suplemen pakan atau promotor
pertumbuhan. Probiotik sebagai mikroorganisme hidup jika
diberikan dalalm jumlah yang cukup memberikan manfaat pada
sistem pencernaan yaitu dapat mengurangi populasi patogen yang
terdapat dalalm usus (Hamida et al., 2015).
Ikan patin memiliki protein yang cukup tinggi yaitu
14,53%. Apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya
protein ikan patin lebih rendah, seperti ikan mas (18,3%), ikan
gabus (25,2%) dan ikan bawal (18,2%) (Depkes,2017). Ikan patin
juga memiliki kadar omega-3 berkisar 1,16-12,44% (W/W) dan
omega-6 berkisar 12,278-15,961%. Komposisi kimia ikan patin
per 100 gram daging yaitu terdiri dari air sebanyak 74,4%,
protein 17%, lemak 6,6% dan abu 0,9% ikan patin tergolong ikan
berprotein tinggi dan berlemak sedang.
Menurut kordik (2005), ikan patin diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Pangasiidae
Genus : Pangasius
Keterangan :
TR = Penerimaan/ total revenue (Rp)
Q = Jumlah produksi/quantity
P = Harga/Price (Rupiah)
E) IOFC
Income Over Feed Cost (IOFC). Diukur dengan menggunakan rumus :
Pendapatan = berat badan akhir x harga ayam
Biaya pakan = konsumsi pakan (kg) x harga pakan perlakuan /kg
IOFC = pendapatan – biaya pakan
F) Return On Investmen (ROI)
Perhitungan ROI sesuai dengan petunjuk purba sebagai berikut:
(total penjualan – investasi): investasi x 100%
Pendapatan bersih
ROI = Pendapatan Bersih A= x 100 %
jumlah Inverstasi
LAMPIRAN
Perlakuan Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Bobot Akhir (Kg) Harga Jual
P1U1 971 1980 1,980 79.200
P1U2 934 2020 2,020 80.800
P1U3 1061 2560 2,560 102.400
P1U4 1101 2295 2,295 91.800
P1U5 1138 1270 1,270 50.800
P1U6 1152 2230 2,230 89.200
Jumlah 12355 12,355 492.200
Perlakuan Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Bobot Akhir (Kg) Harga Jual
P2U1 1076 2015 2,015 80.600
P2U2 1054 1390 1,390 55.600
P2U3 1145 1245 1,245 49.800
P2U4 967 1470 1,470 58.800
P2U5 961 1760 1,760 70.400
P2U6 889 1905 1,905 76.200
Jumlah 9785 9,785 391.400
Keterangan:
P0: Tanpa Penambahan Feed Additive pada air minum
P1: Penambahan Feed Additive A pada air minum
P2: Penambahan Feed Additive B pada air minum
Lampiran 4. Pendapatan Usaha
Keterangan :
P0: Tanpa Penambahan Feed Additive pada air minum
P1: Penambahan Feed Additive A pada air minum
P2: Penambahan Feed Additive B pada air minum
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitan
Abdullah, M. A., Muhammad, A., Asmara, I. Y., Widjastuti, T., & Setiyatwan, H.
(2020). Studi potensi ekstrak kulit manggis (garcinia mangostana l.) yang
disuplementasi mineral tembaga dan seng terhadap pemanfaatan ransum
ayam sentul. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan, 21(1), 51-59.
Andriani, T. (2014). Pengolahan ikan pati menjadi makanan variatif dan produktif
di desa sawahan kecamatan kampar utara kabupaten kampar. Jurnal
Kewirausahaan, 13(1), 1–16.
Applegate, T. J., Klose, V., Steiner, T., Ganner, A. and Schatzmayr, G. (2012).
Probiotics and
phytogenics for poultry: myth or reality. Journal of Application Poultry
19, 194-210.
Arslan, C. and M. S. Leon. (2004). Effects of probiotic administration either as
feed additive
or by drinking water on performance and blood parameters of japanese
quail. ArchGeflugelk, 68, 160-163.
Chattopadhyay, M. K. (2014). Use of antibiotic as feed additives: a burning
question. Frontiers in Microbiology, 5, 1 – 3
Dhama, K., Verma, V., Sawant, P. M., Tiwari, R., Vaid, R. K., and Chauhan, R.
S. (2011).
Applications of probiotics in poultry: enhancing immunity and beneficial
effects on production performances and health - a review. Journal of
Immunology and
Immunopathology, 13(1), 1-19.
Fuller, R. (2017). The chicken gut microflora and probiotic supplements. Jurnal
of Poultry Sci,
38, 189-196.
Hamida, F., K. G. Wiryawan and A. Meryandini. (2015). Pemilihan bakteri asam
laktat
sebagai kandidat probiotik untuk ayam. Bogor. Media Peternakan, 38,
138-144.
Hastarini, E. (2012). Karakteristik Minyak Ikan dari Limbah Pengolahan Filet
Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) dan Patin Jambal (Pangasius
djambal), Disertasi, Dr., Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kral, M., Angelovicova, M. and Mrazova, L. (2012). Application of probiotics in
poultry
production. Scientific Papers. Animal Science and Biotechnologies,
45(1).
Ludfiani, D.D. (2013). Ilmu Ternak Unggas. Yogyakarta: Universtas Gajah
Mada.
Nababan, Y.,Tafsin, M, dan Budi, U. ( 2014). Analisis Usaha Pemberian Berbagai
Bentuk Fisik Ransum Pada Ayam Broiler. J.Peternakan Integratif Vol.2
No.3; 224-240
Panagan, A.T., Yohandini, H., dan Gultom, J.U. (2011). Analisis kualitatif dan
kuantitatif asam lemak tak jenuh omega-3 dari minyak ikan patin
(Pangasius pangasius) dengan metoda kromatografi gas. Jurnal
Penelitian Sains, 14, 38- 42 .
Rasyaf, M. (2012). Beternak ayam pedaging. Jakarta: Penebar swadaya.
Resnawati, H. 2010. Inovasi Teknologi Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal
Mendukung Pengembangan Industri Ayam Kampung. Badanf Penelitian
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian. Bogor
Sari, M. L., S. Tantalo dan K. Nova. (2017). Performa ayam kub (kampung unggul
balitnak) periode grower pada pemberian ransum dengan kadar protein kasar
yang berbeda. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 1(3), 36-41.
Zuprizal dan M. Kamal. (2005). Nutrisi dan Pakan Unggas. Yogyakarta: Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah Mada.