Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS

Untuk menguji apakah kita terinfeksi HIV, satu tes yang paling umum adalah tes darah. Darah akan
diperiksa di laboratorium. Tes ini berfungsi untuk menemukan antibodi terhadap HIV di dalam darah.
Tapi, tes darah ini baru bisa dipercaya jika dilakukan setidaknya sebulan 29 setelah terinfeksi HIV, karena
antibodi terhadap HIV tidak terbentuk langsung setelah infeksi awal. Antibodi terhadap HIV butuh waktu
sekitar dua minggu hingga enam bulan, sebelum akhirnya muncul di dalam darah. Masa antara infeksi
HIV dan terbentuknya antibodi yang cukup untuk menunjukkan hasil tes positif disebut sebagai “masa
jendela”. Pada masa ini, seseorang yang terinfeksi HIV sudah bisa menularkan virus ini, meski dalam tes
darah tidak terlihat adanya antibodi terhadap HIV dalam darah. Salah satu cara mendiagnosis HIV selain
dengan tes darah adalah Tes “Point of care”. Pada tes ini, sampel liur dari mulut atau sedikit tetes darah
dari jari akan diambil, dan hasilnya akan keluar hanya dalam beberapa menit. Sebelum seseorang
diberikan diagnosis yang pasti, perlu dilakukan beberapa kali tes untuk memastikan. Hal ini dikarenakan
masa jendela HIV cukup lama. Jadi, hasil tes pertama yang dilakukan belum tentu bisa dipercaya.
Lakukan tes beberapa kali jika melakukan perilaku berisiko terinfeksi HIV. Jika dinyatakan positif HIV,
beberapa tes harus dilakukan untuk memperhatikan perkembangan infeksi. Setelah itu, barulah bisa
diketahui kapan harus memulai pengobatan terhadap HIV. (Kristiono & Astuti, 2019) Pemeriksaan
diagnostik pada HIV/AIDS untuk menentukan apakah seseorang menderita HIV/AIDS dan mengetahui
sistem kekebalan tubuh pada seseorang yaitu dengan cara:

1. Tes pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS

a. ELISA (enzyme linked immunosorbent assay)

b. Western blot

c. P24 antigen test

d. Kultur HIV

2. Tes pemeriksaan untuk mendeteksi sistem kekebalan tubuh

a. Hematokrit

b. LED

c. Rasio CD4/CD Limfosit

d. Serum microglobulin B2

e. Hemoglobin (Haryono & Nasir, 2021)

Penatalaksanaan HIV/AIDS

Penatalaksanaan virus HIV/AIDS dibagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan secara umum dan khusus,
diantaranya:

1. Penatalaksanaan secara umum


a. Seseorang yang menderita HIV/AIDS dilakukan pemeriksaan proses konseling dimulai sejak antenatal
bagi ibu hamil dan meminta persetujuan pasien dalam melakukan pemeriksaan.

b. Upayakan ketersediaan uji serologi yaitu uji untuk mendeteksi bakteri.

c. Spesifikas konseling bagi penderita HIV/AIDS terutama bagi ibu hamil yang menderita HIV/AIDS.

d. Untuk orang yang memiliki resiko tinggi tertular HIV/AIDS, maka diberikan konseling dalam upaya
mencegah HIV/AIDS.

e. Mengatasi infeksi oportunistik dan memberikan nutrisi yang baik seperti nutrisi yang mengandung
nilai gizi yang tinggi. 31

f. Melakukan terapi AZT secepatnya jika CD4 mengalami penurunan dan konsentrasi virus dalam 30.000-
50.000 kopi RNA/Ml.

g. Memperhatikan prinsip pencegahan infeksi

Anda mungkin juga menyukai