Anda di halaman 1dari 14

Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

SIMBOL BUDAYA DALAM NOVEL BALADA SUPRI KARYA MOCHAMAD NASRULLAH


(Interpretative Clifford Geertz)

Tutirizki Agusvina
S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: tutirizki.17020074052@mhs.unesa.ac.id

Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A.


Dosen S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: setyayuwana@unesa.ac.id

Abstrak

Masyarakat pesisir dalam novel Balada Supri memiliki keunikan kepercayaan dan budaya yang
perlu diinterpretasikan sehingga dapat diketahui makna dari simbol tersebut. Penelitian ini bertujuan
menginterpretasikan kepercayaan dan simbol budaya masyarakat pesisir dalam novel Balada Supri karya
Mochamad Nasrullah berdasarkan interpretative Clifford Geertz. Interpretative Clifford Geertz dilakukan
untuk mencari makna simbol kebudayaan yang terdapat dalam budaya masyarakat pesisir dengan
mengaitkan sistem pengetahuan (mode of), sistem nilai (mode for), dan sistem simbol (system of
meaning). Ketiga sistem tersebut saling berkaitan untuk menginterpretasikan simbol budaya yang ada.
Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatf dengan pendekatan antropologi sastra dalam
menginterpretasikan kepercayaan dan simbol kebudayaan masyarakat pesisir. Pengumpulan data
menggunakan teknik baca catat dengan teknik analasis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil
penelitian meliputi (1) kepercayaan masyarakat pesisir yang meliputi kepercayaan terhadap agama,
kepercayaan terhadap ruh nenek moyang, kepercayaan terhadap makhluk goib, dan kepercayaan terhadap
kekuatan supranatural, (2) simbol budaya masyarakat pesisir yang meliputi mata pencaharian, pemilihan
pemimpin, pernikahan, kelahiran, dan kematian.

Kata Kunci: interpretative; kepercayaan; simbol; makna

Abstract

The coastal communities in the novel Balada Supri have unique beliefs and cultures that need to
be interpreted so that their meaning can be known. This study aims to interpret the beliefs and cultural
symbols of coastal communities in Mochamad Nasrullah's Balada Supri novel based on the Clifford
Geertz interpretive. The Clifford Geertz interpretation is carried out to find the meaning of cultural
symbols contained in the culture of coastal communities by linking the knowledge system (mode of), the
value system (mode for), and the system of meaning. The three systems are interrelated to interpret
existing cultural symbols. This research uses descriptive qualitative method with literary anthropological
approach in interpreting the beliefs and cultural symbols of coastal communities. The data collection used
the reading note technique with the data analysis technique using the descriptive analysis technique. The
results of the study include (1) coastal community beliefs which include belief in religion, belief in
ancestral spirits, belief in goib creatures, and belief in supernatural powers, (2) symbolic culture of coastal
communities which includes livelihood, leader selection, marriage, birth, and death.

Keywords: interpretive; belief; symbol; meaning

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

tangkapan Djoko Tole yang selalu memuaskan.


A. PENDAHULUAN Selanjutnya, warga pesisir dikejutkan dengan prosesi
Balada Supri karya Mochamad Nasrullah pernikahan Djoko Tole yang diselenggarakan di samping
sebagai salah satu novel yang kaya akan simbol budaya keranda ibunya. Pernikahan itu menentang kebudayaan
masyarakat. Simbol budaya tersebut tersirat dengan baik warga sekitar, namun tetap dilakukan karena wasiat dari
dan menggambarkan kondisi masyarakat sekitar. Budaya ibunya. Pernikahan Djoko Tole mendapat masalah
dengan segala kepercayaan yang mendasarinya. Novel karena istrinya takut mati saat bercinta dengan Djoko
ini bercerita mengenai kisah keluarga Djaka. Keluarga Tole, akhirnya Djoko Tole setia menunggu istrinya siap
yang disegani banyak orang karena tindak-tanduknya bercinta dan mengisi kegiatan dengan melaut. Djoko
yang baik. Namun, semua tidak berjalan begitu baik Tole dikenal sebagai nelayan pemberani karena mampu
sebab kompeni dan penguasa selalu menghantui hingga melaut selama satu minggu dengan perahu kecil. Setelah
anak turunnya. satu tahun, istrinya baru siap bercinta karena mendapat
Djaka seorang nelayan yang tegas dan baik, ia mimpi dari ibu Djoko Tole. Istri Djoko Tole hamil dan
tak segan memberikan sebagian hasil tangkapan ikannya melahirkan. Prosesi melahirkan ditolong oleh seorang
untuk warga yang dapurnya belum mengepul. Djaka nenek misterius yang berasal dari hutan tidak diketahui.
memiliki tiga anak laki-laki yang sama tangguhnya. Si Nenek selalu meminta suami dari yang akan
Keadaan berbalik ketika ketegasan Djaka tidak menerima melahirkan untuk membuatkan secangkir kopi pahit yang
kehadiran perahu asing yang dengan seenaknya paling enak menurutnya. Kebiasaan nenek dalam
mengambil hasil laut sekitar dan merugikan nelayan menolong seorang yang melahirkan selalu sama.
lokal. Keadaan tersebut tidak mendapat dukungan dari Kepercayaan masyarakat pesisir terhadap
warga yang mendapat perlakuan khusus dari penguasa kekuatan penguasa laut yang berpengaruh pada hasil
perahu asing walaupun hanya sedikit. Keadaan memaksa tangkapan ikan masih melekat kuat. Masyarakat pesisir
Djaka untuk menjadi perompak kapal besar milik asing. terutama para nelayan meyakini bahwa penguasa laut
Ketiga anak Djaka diminta untuk menemaninya, namun yang mengendalikan ikan hasil tangkapannya. Namun,
salah satu dari mereka menolak hal tersebut. Djoko Telu dalam hal ini nelayan dibingungkan dengan pengaruh ruh
merupakan anak Djaka yang menolak keputusan untuk Djoko Telu, yang ketika nama tersebut dipanggil dengan
menjadi perompak dan memilih untuk pergi dari rumah. keras oleh Djoko Tole, maka Djoko Tole akan
Djoko Telu merupakan nelayan yang dikenal memperoleh hasil tangkapan ikan yang memuaskan.
baik dalam keahliannya membaca laut. Hasil Namun tidak ketika orang lain yang menyebutkan nama
tangkapannya selalu cukup dan melebihi hasil tangkapan tersebut. Oleh karena itu, masyarakat pesisir
nelayan lainnya. Keahliannya dalam teknik kelautan mempercayai dan menghormati Djoko Tole.
membuat nelayan lain menaruh rasa hormat kepada Kebudayaan masyarakat pesisir yang
Djoko Telu. Hal tersebut tidak berlangsung lama, setelah terinterpretasi dalam novel disimbolkan dengan
warga mengetahui bahwa Djoko Telu merupakan anak kepercayaan yang kuat mengenai mata pencaharian,
dari perompak Djaka. Djoko Telu dikejar oleh warga dan pemilihan pemimpin, pernikahan, kelahiran, dan
memutuskan untuk menenggelamkan diri ke laut. Djoko kematian. Simbol budaya berkembang di masyarakat
Telu memiliki seorang anak yang bernama Djoko Tole. dengan baik. Kepercayaan dan simbol tersebut dikaitkan
Djoko Tole sebagai pewaris keahlian bapaknya dalam konsep kebudayaan sehingga dapat menafsirkan
dalam melaut. Djoko Tele selalu mendapat tangkapan makna dan menarik simpulannya. Berdasarkan latar
ikan yang cukup, dipercaya oleh masyarakat pesisir belakang dirumuskan masalah sebagai berikut (1)
pantai bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh ruh Djoko kepercayaan masyarakat Pesisir pada novel Balada
Telu. Sebelum melempar jaring ke laut, Djoko Tole Supri. (2) makna simbol budaya masyarakat Pesisir
selalu menyebut nama Djoko Telu sebanyak tiga kali dalam novel Balada Supri.
dilakukan layaknya rapal wajib. Nelayan lain yang Interpretative simbol merupakan pemikiran
menginginkan hasil tangkapan sebanyak hasil Djoko Greertz yang menekankan pada wujud konkret
Tole mencoba untuk menirukan rapal, namun sama sekali kebudayaan manusia. Interpretative tersebut mengkaji
tidak berfungsi. Djoko Tole dijadikan sebagai pemimpin budaya dalam masyarakat maupun karya sastra yang
dan orang yang dituakan dalam barisan para nelayan. menghubungkan konsep simbol untuk mengetahui
Keahliannya melaut dengan perahu kecil miliknya makna yang terkandung. Makna kebudayaan dicari
membuat nelayan lain kagum. Djoko Tole harus dengan simbol-simbol yang terdapat dalam kehidupan.
menerima penghormatan tersebut. Terdapat tiga konsep dalam teori interpretative simbol
Masyarakat Pesisir mempercayai ruh Djoko yang meliputi kebudayaan sebagai sistem pengetahuan
Telu yang tenggelam dalam laut mempengaruhi hasil (mode of), kebudayaan sebagai sistem nilai (mode for),

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

dan kebudayaan sebagai sistem simbol (system of Utara. Cetakan pertama pada tahun 2019. Novel ini
meaning). memiliki ukuran 140x203 mm dan tebal 230 halaman.
Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan (mode Sumber data dalam novel berupa kalimat yang
of), dalam hal tersebut kebudayaan dilakukan atau dilihat menunjukkan kepercayaan dan simbol budaya
sebagai suatu hal yang nyata. Kebudayaan masyarakat Pesisir.
menggambarkan suatu wujud nyata. Kebudayaan sebagai Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
sistem nilai (mode for), kebudayaan sebagai pengetahuan baca catat. Teknik mengumpulkan data dilakukan dengan
yang berisi model untuk melakukan, mendorong, dan cara membaca teks sumber penelitian dan memberi tanda
menciptakan suatu tindakan. Kebudayaan sebagai suatu pada teks yang diperlukan berdasarkan rumusan masalah.
kenyataan yang masih harus dibentuk. Kebudayaan Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif
sebagai sistem simbol (system of meaning), kebudayaan analisis dengan mendeskripsikan fakta-fakta dan analisis
yang dilakukan atau memiliki wujud kenyataan sehingga kepercayaan dan simbol budaya masyarakat pesisir dalm
memiliki makna. Makna sebagai pengantara, sehingga novel Balada Supri. Proses analisis dilakukan untuk
simbol mampu menerjemahkan pengetahuan sebagai memperoleh gambaran sesuai dengan rumusan masalah.
nilai dan sebaliknya. Tahap teknik analisis data meliputi: (1) menganalisis data
Simbol memiliki makna khusus untuk yang menunjukkan kepercayaan masyarakat pesisir dan
menjelaskan suatu keadaan atau budaya yang terkandung makna simbol yang terdapat dalam novel dengan
di dalamnya. Kekuatan khas simbol-simbol itu berasal menggunakan teori interpretative simbol Clifford Geertz,
dari kemampuan mereka yang dikira ada untuk (2) memahami bentuk simbol yang terdapat dalam novel,
mengidentifikasikan fakta dengan nilai pada taraf (3) mengaitkan bentuk simbol dengan konsep
fundamental, untuk memberikan pada sesuatu yang kebudayaan sebagai sistem pengetahuan, sistem nilai,
bagaimana pun juga bersifat faktual murni, suatu muatan dan sistem simbol, (4) menafsirkan simbol dalam data,
normatif yang komprehensif (Geertz, 1992:51). Dengan (5) menarik simpulan dari hasil penafsiran. Dalam novel
begitu, simbol budaya memiliki kekuatan yang sesuai terdapat kepercayaan dan kebudayaan masyarakat pesisir
dengan aturan masyarakat, besifat luas, menyeluruh, dan yang unik untuk diinterpretasikan sehingga dapat
meliputi banyak hal. diketahui makna yang terkandung.
Hal tersebut dapat meliputi upacara
keagaamaan, kepercayaan, mata pencaharian, prosesi C. HASIL DAN PEMBAHASAN
pernikahan, kelahiran, kematian, cara pemilihan 1. Kepercayaan Masyarakat Pesisir
pemimpin, kekuatan supranatural, kehidupan sosisal, dan a. Azan sebagai simbol kepercayaan terhadap
kebiasaan lain yang mendasar dalam kehidupan agama
bermasyarakat. Kebudayaan memiliki enam macam yang Azan melambangkan masyarakat telah
meliputi sistem religi, sistem organisasi, sistem bahasa, mengenal dan mempercayai adanya Tuhan. Azan sebagai
sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian, sistem panggilan untuk melaksanakan ibadah. Djoko Tole
teknologi, dan sistem kesenian. Kebudayaan bersifat sebagai salah satu masyarakat yang beragama melakukan
fundamental, normatif, dan komprehensif perlu dikaji azan di masjid untuk menyeru masyarakat lain. Hal
secara mendalam sehingga dapat dipahami dan tersebut dibuktikan dengan data berikut:
diinterpretasikan untuk mengetahui makna Dari jauh terdengar suara azan subuh
sesungguhnya. berkumandang. Suara tersebut sangat akrab d
itelinga mereka berdua. Allahu akbar. Allahu
akbar. Suara Djoko Tole menari-nari di
B. METODE
pelantang masjid dengan nada yang meliuk-liuk.
Penelitian menggunakan metode deskriptif
kualitatif untuk mendeskripsikan interpretasi simbol Azan sebagai panggilan untuk melakukan
sebuah kebudayaan yang ada dalam novel Balada Supri. ibadah merupakan simbol bahwa masyarakat sekitar
Penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk telah memiliki keyakinan bergama. Data berikutnya
penelitian interpretative dengan menginterpretasikan yaitu:
sesuatu yang dilihat, didengar, dan dipahami (Creswell, Supri Kumbang terdiam sambil kembali
2016:262). Penelitian ini menggunakan pendekatan memonyongkan bibirnya. Hayya alassholah.
antropologis untuk meneliti sistem budaya tertentu dan Suara azan Djoko Tole membelah langit.
fokus pada budaya suatu kelompok. Begini, Kumbang, sungguh mencintai hidup
Sumber data penelitian berupa novel Balada bukan berati kita ingin hidup, kata Letnan
Supri karya Mochamad Nasrullah. Novel tersebut Dongkel sambil mengambil rokok di jari Supri
Kumbang.
diterbitkan oleh Penerbit Anagram, Cilincing, Jakarta

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

masyarakat, kepercayaan terhadap ruh nenek moyang


Suara azan Djoko Tole yang telah tidak asing selain sebagai bentuk penghormatan juga diyakini bahwa
selalu memanggil warga sekitar untuk melaksanakan terdapat pengaruh ruh tersebut dalam kehidupan sehari-
salat. Suaranya yang merdu dan nyaring seakan-akan hari. Data berikut membuktikan bahwa masyarakat
mampu membelah langit yang sepi. Azan Djoko Tole pesisir mengamini kepercayaan terhadap pengaruh nenek
menggunakan bahasa arab, namun warga mengetahui apa moyang.
yang dimaksud dalam azan tersebut. Beberapa orang percaya bahwa ruh Djoko Telu
Suara azan Djoko Tole kali ini menyayat lah-- ayah Djoko Tole-- yang memengaruhi
hatinya. Akankah ia bisa kembali mendengar sebagian ikan untuk menghampiri perahu Djoko
azan subuh ayahnya pada hari esok atau hari- Tole. Kepercayaan yang belum pasti itu
hari selanjutnya. dikarenakan setelah mendapat cukup ikan
Djoko Tole akan berteriak sekeras-kerasnya
Data tersebut menyimbolkan bahwa azan selain meneyebut nama Djoko Telu sebanyak tiga kali,
seolah-oleh itu merupakan ritual yang harus
menjadi pengingat waktu untuk beribadah juga menjadi
dilakukan, layaknya ritual yang dilakukan para
salah satu pengingat tentang kehidupan yang sementara. petapa.
Azan selalu dilakukan, bila terdapat salah satu muadzin
yang tidak dapat melakukan azan, maka akan digantikan Data tersebut menunjukkan kepercayaan
oleh orang lain, sehingga azan selalu terdengar. masyarakat sekitar dengan adanya pengaruh ruh Djoko
Suara azan dari masjid bukanlah suara Djoko Telu terhadap hasil tangkapan ikan Djoko Tole. Hal
Tole yang biasa didengar oleh warga. Terlebih tersebut sebagai simbol budaya menghormati ruh nenek
lagi Supri Kumbang yang akrab betul dengan
moyang dengan mendoakan atau sekadar mengingat
suara ayahnya itu, sebab ia sudah tahu suara
azan Djoko Tole sejak ia dilahirkan oleh ibunya keberadaannya.
yang cerewet. Masyarakat sekitar juga menyakini bahwa
nenek moyang yang telah meninggal dunia masih dapat
Suara azan Djoko Tole yang sudah terbiasa berinteraksi dengan yang masih hidup dengan cara-cara
terdengar di telinga membuat warga sekitar hafal betul tertentu. Data berikut sebagai bentuk kepercayaan
dengan suara dan nada, sehingga apabila azan dilakukan berinteraksi dengan ruh nenek moyang.
oleh orang lain, maka akan terdegar asing di telingga. Ibunya Djoko Tole sering mengenang ayahnya,
Azan menjadi penanda kelahiran seseorang beragama dan ia sering berkata kepada Djoko Tole bahwa
Islam. Hal tersebut termasuk dalam sebuah kewajiban sebelum pergi, ayahnya sempat mengatakan
kepada dirinya untuk tenang, karena hati Djoko
sekaligus budaya yang dilakukan masyarakat sekitar.
Telu akan selalu bersama ia dan anaknya.
Azan yang terdengar tentu memiliki ciri khas Karena itulah, jika ibu Djoko Tole rindu
tersendiri, seperti azan yang dilakukan oleh Djoko Tole, setengah mati dengan pada suaminya, ia tak
memiliki ciri khas yang mampu menunjukkan bahwa segan-segan begadang hanya untuk melihat
azan tersebut berasal dari suaranya. langit malam. Itulah yang dikatakan Djoko
Maghrib tiba. Suara suara azan dari masjid Telu: Sampai kau tak lagi berbadan, barulah kita
bukanlah suara Djoko Tole yang biasa di dengar ketuk pintu rumah Tuhan bersama-sama.
oleh warga. Terlebih supri kumbang yang akrab Sebelum itu terjadi, jangan dulu kau tidur;
betul dengan suara ayahnya itu, sebab ia sudah rasakan aku dengan matamu yang memandang
tahu suara azan Djoko Tole sejak ia dilahirkan laut dan bintang sebelum subuh tiba.
oleh ibunya yang cerewet.
Keyakinan tersebut sebegai bentuk pengetahuan
Suara azan Djoko Tole sebagai salah satu simbol yang dimiliki ibu Djoko Tole. Pengetahuan yang menjadi
yang menandakan kebiasaan warga. Azan sebagai bentuk tindakan menjadi sistem nilai yang dilakukan setiap kali
kepercayaan masyarakat dalam sistem nilai. Azan ibu Djoko Tole rindu kepada suaminya. Tindakan
sebagai wujud tindakan dari sistem pengetahuan. Azan tersebut menjadi simbol budaya masyarakat yang
menjadi tindakan simbol yang dimaknai sebagai penanda mempercayai kehadiran dan pengaruh ruh dalam
waktu melaksanakan salat bagi warga yang beragama kehidupan sehari-hari. Kepercayaan tersebut juga
islam. menjadi bentuk interaksi dengan ruh nenek moyang
sebagai simbol penghormatan akan keberadaan mereka
b. Kepercayaan terhadap ruh nenek moyang walau memiliki alam yang berbeda.
Masyarakat dari zaman dahulu sudah memiliki Kepercayaan terhadap kehadiran ruh nenek
kepercayaan terhadap ruh nenek moyang. Kepercayaan moyang yang telah tiada menjadi salah satu keyakinan
tersebut bertujuan untuk menghormati leluhur. Dalam yang diyakini oleh masyarakat pesisir. Keyakinan

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

tersebut terepresentasikan pada keyakinan Ibu Djoko asyarakat pesisir mempercayai kekuasaan yang dimilki
Tole terhadap kehadiran suaminya yang telah oleh penguasa laut:
mendahuluinya. Keyakinann tersebut tergambar secara Mungkin Roro Kidul ingin kepala kerbau yang
sempurna dengan tindakan yang dilakukan ibu Djoko disembelih pada malam sabit merah, kata orang
Tole, yaitu memandang laut dan bintang pada malam hari pintar berwajah gelap yang diundang oleh
pemilik kapal besar untuk dimintai pencerahan
sebelum subuh tiba. Data berikutnya mengenai kehadiran
setelah para pelaut menyerah dengan
ruh ibu yang diketahui oleh istri Djoko Tole. masalahnya. Dan begitulah, pada malam sabit
Ibumu datang pada malam kedua pernikahan merah, puluhan kepala kerbau dikirimkan ke
kita, terang istrinya yang menjelaskan alasannya laut lepas. Warga sekitar mengikuti ritual
hanya dengan beberapa tarikan nafas tanpa tersebut tanpa mereka ketahui jika tujuannya
diminta, awalnya aku kira ia adalah malaikat untuk membuat kapal-kapal besar mengambil
pencabut nyawa, karena baru kali itu aku lihat ikan-ikan mereka.
ada sosok yang bisa menembus bilik rumah kita.
Setiap malam, kecuali jika bulan bulat Masyarakat pesisir, lebih tepatnya pemilik kapal
sempurna, ibumu akan terus datang. besar tersebut percaya dengan kekuasaan Roro Kidul
terhadap hasil tangkapan ikannya. Ritual pengiriman
Kadatangan ruh ibu yang diyakini oleh istri
kepala kerbau ke laut lepas dipercayai akan melancarkan
Djoko Tole menjadi salah satu bentuk kepercayaan yang
usahanya menangkap ikan lebih banyak. Ritual tersebut
terealisasi, bahwa ruh yang telah meninggalkan jasadnya
menjadi sistem pengetahuan yang bergabung dengan
mampu menemui ruh yang masih hidup. Keyakinan
sistem nilai budaya, sehingga mewujudkan simbol
tersebut menjadi bentuk kepercayaan bahwa ruh yang
budaya penghormatan dan permohonan kepada penguasa
telah meninggalkan jasadnya mampu berkomunikasi
lautan untuk hasil tangkapan ikan yang lebih banyak.
dengan ruh yang masih hidup. Keyakinan tersebut
Kepercayaan terhadap makhluk gaib lainnya
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tentang ruh
juga digambarkan pada kepercayaan tokoh Si Nenek
sebagai sistem pengetahuan. Sistem nilai digambarkan
yang memiliki Genderuwo dan setan jenis lainnya. sesuai
dengan bertemunya istri Djoko Tole dengan ruh ibu.
dengan data berikut:
Simbol kebudayaan terwujud sebagai kepercayaan
Aku akan kembali ke hutan, Genderuwo ingin
masyarakat terhadap pengaruh ruh yang sudah bercerita tentang wanita cantik idamannya, kata
meninggalkan jasadnya dalam kehidupan nyata. Si Nenek kepada Djoko Tole. Ia pergi seusai
Djoko Tole memberikan syarat dan ucapan
c. Kepercayaan terhadap makhluk gaib banyak terima kasih.
Dalam kehidupan, masyarakat menyakini
bahwa terdapat kehidupan makhluk lain yang juga Data tersebut menunjukksn kepercayaan Si
berdampingan dengan kehidupan manusia. Kehidupan Nenek terhadap makhluk gaib yang digambarkan dengan
tersebut adalah kehidupan makhluk gaib. Makhuk gaib keinginan Genderuwo bercerita tentang wanita cantik
diyakini memiliki alam yang berdampingan dengan idamannya. Kepercayaan terhadap keberadaan
manusia. Walaupun tidak terlihat oleh mata namun Genderuwo diperkuat dengan data sebagai berikut:
diyakini keberadaannya. Kepercayaan masyarakat pesisir Bajingan! Tentu aroma kopi, mengalahkan bau
terhadap pengaruh penguasa lautan merupakan salah satu amisnya! Kau ini bodoh atau apa? Lihat saja!
Akan aku kirimkan genderuwo untuk menculik
bentuk pengakuan adanya keyakinan terhadap adanya
istrimu! Ancamnya.
makhluk gaib.
Kau tentu tahu bahwa Roro Kidul kuatnya Kepercayaan Si Nenek terhadap Genderuwo
bukan main. Ia bisa bikin ombak setinggi tiga
yang mampu menculik perempuan cantik menjadi salah
puluh meter kalau mau, kata pemuda yang
kausnya dijadikan seperti kerudung. Lalu satu senjata untuk memberikan ancaman kepada orang
mereka kembali merenung. lain. kepercayaan tersebut dimiliki akibat kedekatanya
dengan Genderuwo. Genderuwo yang diyakini memiliki
Data tersebut menunjukkan kepercayaan nafsu terhadap manusia. Selain Genderuwo, Si Nenek
masyarakat pesisir terhadap kekuatan penguasa lautan. juga memiliki setan lain yang berupa tuyul, kuntilanak,
Mereka meyakini bahwa Roro Kidul memiliki kekuatan babi ngepet, dan juga pocong.
yang begitu luar biasa dan mampu menciptakan ombak Si Nenek merasakan telapak tangannya dingin
setinggi tiga puluh meter. Kepercayaan tersebut sebagai dan mengeluarkan bulir-bulir keringat. Demi
simbol budaya menghormati keberadaan makhluk lain tuyulku, pikirannya, baru kali ini aku tahu apa
itu rasanya keringat dingin. Ia gelisah dan tidak
dalam dunia ini. Data berikut juga menunjukkan bahwa

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

memiliki penglihatan jenis lelaki apa yang menyelesaikan masalah. Selain Genderuwo juga terdapat
sedang dihadapinya kini. tuyul yang dipercaya mampu membantu maupun
merugikan manusia, Tuyul akan membantu tuannya
Data tersebut menunjukkan bahwa Si Nenek
untuk mendapat kekayaan yang lebih dengan waktu yang
juga memiliki tuyul. Keyakinan Si Nenek terhadap apa
cepat, namun ia akan merugikan manusia lain yang
yang ia miliki dengan kekuatannya ternyata masih bisa
kekayaan dan hartanya dicuri.
merasakan takut terhadap laki-laki sehingga
Si Nenek kembali mengingatkan kalau semua
mengeluarkan keringat dingin. Keberadaan genderuwo bahan makanannya diambil dari gudang
dan pocong sebagai makhluk lain yang berada di bumi tengkulak. Dirinya kini meminta tolong kepada
memang sering terlihat oleh manusia. Keyakinan tersebut para tuyul untuk mencuri bahan-bahan makanan
dibuktikan melaui data sebagai berikut: daripara tengkulak yang culas. Tuyul-tuyul itu
Supri Kumbang sudah lupa tanggal dan tahun tidak meminta imbalan apapun dari Si Nenek.
berapa saat itu. Ia berada di hutan tempat dukun Bahkan mereka tahu bahwa tetek Si Nenek lebih
beranak yang membantu proses kelahirannya. menyerupai pakaian kering yang menggantung
Di sana ia lebih sering melihat Genderuwo dan sekian minggu di tali jemuran. Maka, mereka
Pocong dibandingkan badak dan macan. juga mencari majikan yang bisa meneteki
mereka. Si Nenek selalu kagum karena lari
mereka secepat cahaya.
Data tersebut menunjukkan keberadaan
Genderuwo dan Pocong yang benar-benar ada.
Tindakan Si Nenek, menyuruh tuyul untuk
Genderuwo dan pocong sebagai simbol makhluk gaib
membantunya mencari bahan makanan dengan mencuri
yang berada dalam hutan sebagai suatu wujud
bahan makanan pada tengkulak yang culas merupakan
pengetahuan. Sistem simbol berada pada wujudnya yang
wujud dari Sistem pengetahuan. Sistem nilai sebagai
diketahui manusia. Keyakinan tersebut menjadi simbol
pedoman bahwa tuyul sebagai makhluk gaib yang bisa
budaya bahwa masyarakat mempercayai keberadaan
mencuri dengan meminta imbalan kepada majikannya,
makhluk tersebut. Keberadaan Genderuwo diperjelas
hal ini tidak terjadi kepada Si Nenek karena ia tidak dapat
dengan data berikut:
menyusui tuyul tersebut sehingga tuyul mencari majikan
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari
untuk menyusuinya. Tindakan Nenek tersebut sebagai
kejauhan. Suaranya berdebum di dada Supri
Kumbang. Genderuwo itu hadir di hadapan wujud kepercayaannya terhadap makhluk gaib.
Supri Kumbang. Tubuhnya dipenuhi dengan Kepercayaan terhadap makhluk gaib merupakan simbol
rambut, rambut, dan rambut. Hanya mata budaya masyarakat yang percaya dengan adanya
merahnya yang bisa dilihat oleh Supri pengaruh dan bantuan dari makhluk gaib.
Kumbang. Anak monyet yang ada di bahunya Kepada hantu-hantu yang dimilki oleh Si
kini sibuk memeluk erat leher Supri Kumbang. Nenek, Supri Kumbang sudah mulai terbiasa. Ia
Supri Kumbang sendiri pun juga takut, tetapi ia sering berbincang dengan Bang Gen terkait
berusaha menyembunyikannya. masalah percintaannya dengan anak manusia.
Genderuwo itu berlutut dan membisiki Si Hantu raksasa dengan rambut lebat itu sering
Nenek. Setelah sabar mendengarkan, mengunjungi Supri Kumbang yang tengah
perempuan tua itu menyuruhnya untuk segera bersantai di Pohon Kumbang ketika malam hari.
pergi. Kemudian langkah kaki besar terdengar Bang Gen tahu bahwa pada siang hari Supri
lagi. Genderuwo itu pergi dengan segera. Si Kumbang sibuk mengisi waktunya yang
Nenek tertawa ketika ia melihat keringat dingin melimpah ruah.
Supri Kumbang mengalir deras di dahinya.
Belum lagi kakinya yang gemetar hebat.
Kepercayaan manusia terhadap keberadaan
makhluk gaib tersebut menimbulkan interaksi, dengan
Kehadiran Genderuwo yang dapat
nilai dan pengetahuan yang cukup sehingga interaksi
berkomunikasi dengan Si Nenek merupakan wujud dari
dapat dilakukan tanpa ada kerugaian atau ketakutan.
pengetahuan dari nilai yang terwujud secara nyata.
Interaksi yang dilakukan oleh Supri Kumbang
Genderuwo dapat didatangkan kapanpun oleh Si Nenek
merupakan bentuk simbol budaya akan keyakinan
dengan cara tertentu. Genderuwo mengikuti intruksi Si
terhadap adanya makhluk gaib.
Nenek untuk segera pergi dengan bahasanya karena
Esok malamnya, Supri Kumbang sudah akrab
Genderuwo menaruh rasa hormat kepada Si Nenek.
dengan Kuntilanak, si kawan hantu barunya.
Keyakinan menjadi simbol kebudayaan bahwa Tawa Kuntilanak yang melengking membuat
masyarakat mempercayai keberadaan makhluk gaib. telinganya harus beradaptasi. Kepada siapa saja
Makhluk tersebut dapat melakukan interaksi dengan kau bisa menerbangkan pikiranku? Tanya Supri
manusia dan terkadang membantu manusia dalam

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

Kumbang setelah melewati perkenalan yang menciptakan ombak setinggi dua puluh meter, melebihi
singkat dengan Kuntilanak. kekuatan ombak yang dimiliki oleh Djoko Tole.
Di dalam laut, napas Djoko Telu masih ada.
Keberadaan makhluk gaib dapat membantu Dan di waktu yang singkat itu, ia memilih untuk
manusia untuk menyelesaikan masalahnya. Keyakinan menyelesaiakan rapalan ajian Gelombang
tersebut dimiliki Supri Kumbang sebagai sistem nilai. Gunungnya. Setelah rampung, ia membatin
Tindakannya berinteraksi dengn Genderuwo dan kalau dirinya sudah selesai dengan sejarah.
Kuntilanak merupakan wujud pengetahuan yang dimiliki
Data tersebut menjelaskan cara Djoko Telu
oleh Supri Kumbang. Simbol kebudayaan akan
menyelesaikan rapalan ajian Gelombang Gunung di
keperyaan terhadap makhluk gaib ditunjukkan melalui
waktu ia sebelum meninggal dunia. Gelombnag besar
interaksi Supri Kumbang dengan genderuwo dan
tercipta setelah ia selesai merapalkan semua ajiannya.
kuntilanak.
Ombak besar! Teriak salah satu perompak di
kapal mereka. Saat itu, memang sedang terang
d. Kekuatan supranatural bulan dan siapa pun tahu dari arah selatan ada
Kekuatan supranatural diyakini oleh masyarakat gelombang setinggi dua puluh meter siap
sekitar pesisir. Kekuatan tersebut dimiliki oleh beberapa menerkan mereka. Perompak Djaka yang tengah
orang tertentu. Orang-orang yang memiliki kemampuan berada di perahu mendiang Djoko Telu bingung
tersebut lebih dihormati dibandingkan orang lainnya. harus senang atau kecewa. Ia bangga, pada
Data sebagai berikut: akhirnya Djoko Telu mampu menguasai ajian
itu.
Tatapan semacam itu tidak pernah ia lakukan
kecuali saat ia menatap para perompak yang tak
lagi pernah mengusik. Karena tentang desas- Ombak besar setinggi dua puluh meter mampu
desus Djoko Tole bisa membuat ombak setinggi diciptakan oleh mendiang Djoko Telu sebelum napas
sepuluh meter membuat ciut nyali mereka. terakhirnya. Gelombang tersebut membuat panik seluruh
perompak kecuali Perompak Djaka, yang sebenarnya
Kekuatan yang melebihi kemampuan pada mampu menciptakan gelombang setinggi tiga puluh
umumnya tersebut menjadi simbol budaya menghormati meter dari arah barat, namun hal tersebut tidak dilakukan.
yang lebih kuat atau memiliki ilmu lebih. Budaya Di tengah-tengah situasi yang riuh itu ia masih
tersebut dimiliki oleh orang pesisir. Kekuatan Djoko Tole mampu untuk berkonsentrasi dan merapalkan
untuk menciptakan gelombang setinggi sepuluh meter suatu ajian. Tiba-tiba dari arah barat, gelombang
dibuktikan dengan data sebagai berikut: setinggi tiga puluh meter terbentuk. Itu adalah
Djoko Tole mengamuk sejadi-jadinya; ia gelombang milik Perompak Djaka.
ciptakan ombak sepuluh meter dan langsung ia Sebenarnya Perompak Djaka hanya tinggal
hempaskan ke arah kapal-kapal besar yang mengucapkan satu patah kata terakhir maka
sedang berjangkar di laut setengah dalam. lepas sudah gelombangnya. Namun tiba tiba ia
Kapal-kapal itu hancur bertubrukkan. melihat para awaknya yang kocar-kacir. Kini ia
Kemudian angin kencang menerpa kulit Djoko melihat mereka dari sudut pandang di luar kapal.
Tole. Baik Ayah, aku tidak akan terkuasai Para jiwa yang kering dan haus darah para jiwa
amarahku. Aku pamit, ucapnya pelan. yang mendendam dan awur-awuran. Entah
mengapa Perompak Djaka tidak menuntaskan
Kepercayaan terhadap kekuatan supranatural ajiannya.
yang dimiliki oleh Djoko Tole terbukti dalam data
Perompak Djaka mampu menciptakan
tersebut. Djoko Tole mampu menciptakan ombak
gelombang setinggi tiga puluh meter, namun gelombang
setinggi sepuluh meter. Begitu juga dengan Djoko Telu
tersebut tidak jadi dilepaskan karena pikirannya tentang
yang memiliki ajian Gelembang Gunung yang dijelaskan
suatu hal yang juga tidak diketahui. Perompak Djaka
pada data berikut:
memiliki kekuatan yang melebihi anak dan cucunya,
Djoko Telu, yang napasnya sudah semakin
diujung, masih memiliki kekuatan untuk karena ia terlebih dahulu memiliki kekuatan tersebut.
mengeluarkan ajian Gelombang Gunung. Di Perompak Djaka mampu mengendalikan gelombangnya.
tengah ancamanan yang menghadangnya, ia Keyakinan terhadap kekuatan supranatural yang berasal
merapal ajian dalam hatinya. dari dirinya, dilakukan dengan penuh konsentrasi supaya
rapal dan doanya dapat terwujud. Kekuatan supranatural
Ajian Gelombang Gunung sebagai salah satu sebagai bentuk pengetahuan yang dilakukan dengan
bentuk kekuatan yang dimiliki oleh orang tertentu. tindakan sebagai sistem nilai. Tindakan tersebut sebagai
Kekuatan tesebut dapat dikatakan sebagai bentuk simbol budaya bahwa terdapat kemampuan yang
kelebihan seseorang. Ajian Gelombang Gunung mampu

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

melebihi kemampuan pada wajarnya dan dimiliki oleh menghasilkan wujud simbol budaya yang dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki kelebihan khusus. masyarakat sekitar. Mata pencaharian masyarakat pesisir
Kekuatan supranatural dapat dimiliki oleh yang mayoritas sebagai nelayan di tunjukkan dalam
seseorang dengan kepercaayaan khusus dan usaha yang novel Balada Supri dengan data sebagai berikut:
khusus. Usaha dapat dilakukan dengan bersemedi, puasa, Tak ada yang mencintai ikan layaknya ia. Juga
atau ritual lainnya. tak ada yang mencintai laut seperti dirinya.
Si Nenek tentu saja menolak dan meyakinkan Mungkin hal-hal yang seperti itu, hal-hal yang
bahwa udara sedingin ini belum seberapa berkutat di ranah kelautan dan segala hal yang
dibandingkan saat ia harus bersemedi di bawah ada di dalamnya, sudah mendarah daging di
kusuran air terjun di suatu kaki gunung. dalam dirinya. Ia yang dilahirkan dari pasangan
nelayan. Ia adalah Djoko Tole.
Bersemedi diyakini dapat mendatangkan ilmu Panggil saja Djoko Tole! Niscaya perahu-
perahu akan terisi ikan secukup mungkin.
atau sesuatu yang diinginkan, asalkan bersemedi dengan
Hewan-hewan itu akan menghampiri perahunya
cara yang benar dan dilandasi keinginann yang kuat. dimanapun ia berhenti, akan tetapi Djoko Tole
Bersemedi sebagai salah satu bentuk penerapan paham bahwa:
pengetahuan dengan nilai keyakinan yang dimiliki oleh Alam mencintai mereka yang tidak
Si Nenek dalam mendapatkan ilmu. memusingkan perut di hari esok. Itu selalu
Kekuatan supranatural memiliki jenis yang dikatakan kepada para nelayan yang usianya
berbeda-beda dengan fungsi yang berbeda pula. Teluh bahkan lebih tua dari bapaknya yang mati
ditelan laut pada malam terang bulan.
merupakan salah satu kekuatan supranatural yang
digunakan untuk menyakiti atau membunuh orang
Djoko Tole sebagai simbol nelayan yang
dengan cara yang halus. Teluh dapat dikirimkan oleh
memiliki kelebihan dalam melaut. Djoko Tole yang
sesorang yang memiliki kemampuan khusus.
mewarisi keahlian orang tuanya dalam melaut sebagai
Djoko Telu membisu dan malah bersiul-siul
gambaran profesi nelayan yang dilakukan secara terus
tidak jelas sembari membersihkan ludah yang
menempel dengan air laut. Si Nenek menerus oleh masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir
mengancam akan mengirimkan teluh yang hidup dengan hasil tangkapan ikan atau kekayaan laut
paling menyiksa yang ia punya kalau Djoko lainnya.
Telu tidak memberikan penjelasan kepadanya. Profesi sebagai nelayan sudah diajarkan sejak
Dengan isyarat gerakan kepala, Djoko Telu dini kepada keturunan nelayan untuk melaut,
memepersilahkan Si Nenek untuk digambarkan dalam novel Balada Supri, dengan data
melakukannya dan mengatakan kalau Si Nenek
sebagai berikut:
ingin seperti itu ya silahkan seperti itu.
Supri Kumbang tumbuh seperti yang
diperkirakan oleh Djoko Tole. Pada usian dua
Si Nenek meyakini dirinya mampu
tahun ia sudah ikut Djoko Tole melaut. Istinya
mengirimkan teluh yang sangat menyiksa. Teluh yang yang cerwet sebenarnya sangat tidak setuju
dimiliki Si Nenek tersebut merupakan bentuk dari dengan tindakan suaminya itu. Namun hanya
pengalam yang ia miliki. Sistem nilai berada pada dua tahun ia mampu menahan hasrat Djoko Tole
keyakinan Si Nenek terhadap ilmu teluhnya tersebut. untuk membawa anaknya melaut dengan alasan
Wujud dari simbol kebudayaan, bahwa ketika seseorang bahwa Supri Kumbang masih menyusu. Lantas
disakiti tanpa sebab tertentu, maka ia berhak untuk ketika sudah disapih maka tak alagi ia mampu
melarang Djoko Tole, sebab ia kehabisan
mengirimkan teluh pada orang yang telah menyakitinya.
alasan.
Simbol budaya teluh disebutkan sebagai salah satu
budaya masyarakat terhadap keyakinannya pada Dalam data tersebut, Supri Kumbang yang
kekuatan supranatural. masih berusia dua tahun sudah diajarkan oleh Djoko Tole
melaut. Hal tersebut sebagai bentuk pengenalan dan
2. Simbol Kebudayaan Masyarakat Pesisir latihan keturunan nelayan pada laut dan teknik melaut.
a. Mata pencaharian Pendidikan sejak dini yang dilakukan oleh Djoko Tole
Mata pencaharian sebagai bentuk budaya yang bermaksud supaya Supri Kumbang dapat menjadi
tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Mata nelayan yang hebat.
pencaharian dapat menjadi simbol budaya, karena dalam Mata pencaharian sebagai nelayan selain
kenyataannya mata pencaharian dipengaruhi oleh kondisi menjadi sumber penghasilan juga menjadi kebiasaan
tempat tinggal. Mata pencaharian sebagai simbol budaya masyarakat pesisir dalam kehidupan sehari-hari.
yang dapat secara jelas dilihat. dengan sistem Kebiasaan tersebut dapat berupa memancing, menggosok
pengetahuan dan sistem nilai yang saling berkaitan

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

perhau, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan keturunan Djoko Telu yang dicintai oleh laut dengan
kelautan. Berikut data mengenai kebiasaan masyarakat bukti hasil tangkapan ikan yang selalu cukup.
pesisir. Pemilihan pemimpin menjadi sistem
Hari-hari yang jauh. Di lepas pantai. Djoko pengetahuan masyarakat. Sistem nilai yang menjadi
Telu tengah memancing dengan pikirannya tindakan pemilihan pemimpin tersebut menjadi bentuk
yang berkecamuk. Perahu yang digunakan budaya pemelihan pemimpin nelayan berdasarkan
berwarna putih tulang pada awal pembuatannya.
kekutannya dalam melaut. Pemilihan pemimpin menjadi
Kini cat cat di perahu itu mulai memudar. Entah
karena waktu. Entah karena Djoko Telu sering simbol yang dilakukan oleh masyarakat dengan
menggosoknya, sesering menggososk punggung persetujaun bersama dan dilakukan dengan
istrinya. Perihal menggosok perahu, ini memperhitungkan beberapa hal yang meliputi kekuatan,
hanyalah agar jamur dan lumut tak terlalu betah kematangan, dan juga keahlian yang dimiliki oleh
di badan perhunya. Perihal menggosok pemimpin tersebut.
punggung istrinya, itu sebuah alasan yang jauh
berbeda.
c. Pernikahan
Pernikahan merupakan upacara sakral yang
Data tersebut menunjukkan kebiasaan
dilakukan untuk menandai sahnya sebuah hubungan
masyarakat pesisir, selain melaut masyarakat pesisir juga
antara laki-laki dan perempuan menjadi suami istri.
melakukan pembersihan terhadap perahu mereka dengan
Pernikahan memiliki runtutan acara yaitu pranikah yang
cara menggosok. Kegiatan tersebut menjadi salah satu
disebut lamaran, kemudian ijab kabul. Lamaran dikukan
simbol budaya yang dilakukan oleh masyarakat pesisir.
oleh orang tua calon istri dengan mendatangi rumah
calon suami dengan maksud menawarkan anaknya
b. Pemilihan pemimpin
menjadi istrinya. Dalam novel ini, masyarakat pesisir
Pemilihan pemimpin dilakukan oleh masyarakat
juga memiliki budaya lamaran yang sama yaitu orang tua
pesisir dengan menilai seberapa tangguh ia dalam melaut.
calon istri datang ke rumah calon suami untuk
Djoko Tole yang diyakini sebagai pemimpin para
menawarkan anaknya sebagai calon istri.
nelayan dalam novel tersebut dipilih karena kekuatan
Sudah banyak orang tua dari perawan-perawan
Djoko Tole yang mampu berlayar satu minggu penuh
yang ada di desa yang mengunjungi ibu Djoko
dengan perahu kecil yang seharusnya tidak mampu untuk Tole agar sudi kiranya mereka mengambil
melakukan itu. anaknya untuk dijadikan menantu. Tetapi
Pamor Djoko Tole sabagai satu-satunya kepastian dan jawaban tak pernah mereka
pemuda yang sudah mampu melaut lebih dari dapatkan. Ibu Djoko Tole tidak pernah
seminggu membuat mereka juga berpikir bahwa mengatur kisah asmara anaknya.
lelaki itu adalah pemimpin mereka, meski
sebenarnya Djoko Tole tidak pernah ingin Orang tua dari perawan desa sebagai perwakilan
seperti itu. Tetapi bagaimana lagi, keinginan dari calon istri yang menawarkan diri untuk dipersunting,
mereka untuk menjadikan dirinya sebagai yang
meminta ijin terlebih dahulu kepada orang tua calon
dituakan bukanlah sesuatu yang bisa ia pilih,
karena memang tidak ada pilihan lain. suami. Ijin tersebut sebagai wujud sopan santun yang
dilakukan sebelum melakukan sesuatu. Dalam hal
Pemimpin menjadi salah satu hal penting dalam tersebut, orang tua calon suami tidak pernah mangatur
kehidupan masyarakat. Pemilihan pemimpin dilakukan anaknya dalam kisah asmaranya, sebagai bentuk bahwa
dengan persetujuan antar masyarakat. Persetujuan oarng tua calon suami akan mempertimbangkan
dilakukan dengan memperhitungkan beberapa hal yang permohonan tersebut dengan anaknya.
menurut mereka layak untuk dijadikan pemimpin atau Lamaran yang dilakukan sebagai bentuk
tetua. Djoko Tole dipilih oleh nelayan lain sebagai pengetahuan yang dimiliki masyarakat pesisir sebelum
pemimpin mereka karena kekuatannya dalam melaut, melakukan pernikahan, sistem pengetahuan dilakukan
menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri oleh Djoko Tole. dengan bentuk permohonan ijin yang dilakukan oleh
Kesepakatan yang dilakukan oleh para nelayan orang tua calon istri kepada orang tua calon suami.
membuatnya tidak bisa menolak walaupun hal tersebut Sistem nilai dilakukan dengan interaksi antar orang tua
tidak diinginkan. dengan mempertimbangkan pilihan anaknya, terutama
Masyarakat pesisir meyakini Djoko Tole orang tua calon suami yang berhak menjawab
merupakan pemimpin yang tepat untuk mereka dengan pernohonan ijin tersebut dengan persetujuan anaknya.
perhitungan kekuatannya dalam melaut, selain itu juga Sistem simbol terwujud dalam bentuk lamaran yang
karena kepercayaan nelayan lain mengenai garis

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

dilakukan oleh orang tua calon istri kepada orang tua d. Kelahiran
calon suami. Kelahiran merupakan hal yang penting setelah
Pernikahan sebagai salah satu upacara yang adanya pernikahan. Kelahiran bayi merupakan tanda
sakral tentu setiap daerah memiliki ketentuan-ketentuan yang diyakini masyarakat sekitar tentang penikahan yang
tertentu yang harus dipatuhi. Ketentuan tersebut bukan bahagia dan harmonis. Dengan kelahiran pernikahan
berati tidak bisa dilanggar, namun alangkah baiknya akan dianggap sempurna.
mematuhi ketentuan tersebut untuk menjaga adat istiadat Pada subuh yang dingin, sebab hujan membuat
daerah setempat. Dalam novel ini, pernikahan yang siapapun menggigil, Djoko tole
dilakukan sedikit menyimpang dengan adat yang ada di mengumandangkan azan ke telinga anak
pertamanya. Seorang anak yang ditunggu-
daerah, karena harus menikah pada saat ibunya
tunggunya. Seorang anak yang akan menampik
meninggal dunia. Pernikahan dilakukan sebagai bentuk desas-desus yang sudah beredar tentang rumah
pemenuhan wasiat dari ibunya yang sangat berkeinginan tangganya yang tidak harmonis, terlebih di atas
malihat anaknya menikah. ranjang. Seorang anak lelaki yang pada saat itu
Kemudian lagi yang menjadi agak ganjil adalah membuat Djoko Tole yakin, bahwa anak itu
pernikahan Djoko Tole yang disaksiskan oleh kelak akan mencintai laut seperti dirinya.
jasad ibunya yang mati dengan jasad tersenyum
pada subuh setelah malam tanpa bulan. Kelahiran seorang anak sebagai bukti
Beberapa warga meminta dirinya untuk kesempurnaan pernikahan tergambar dalam data
menunda pernikahan selama setahun. Memang tersebut. Tentu orang tua menaruh harapan besar pada
begitu adat setempat yang berlaku, sekadar
anaknya. Prosesi setelah kelahiran yaitu
untuk memberikan waktu untuk berduka. Akan
tetapi Djoko Tole menolak dengan halus, mengumandangkan azan pertama ke telinga bayi, dengan
kemudian mengatakan bahwa warga desanya maksud kalimat baik yang pertama kali masuk dalam
berhak berduka atas kematian ibunya seperti ia telinga bayi. Mengumandangkan azan kapada bayi yang
juga berhak melaksanakan pernikahannya. baru lahir merupakan simbol budaya yang terdapat dalam
masyarakat pesisir. Sistem pengetahuan sesuai dengan
Adat pernikahan masyarakat pesisir apabila ajaran islam untuk mengumandangkan azan pada bayi
terdapat salah satu sanak keluarga yang meninggal dunia, yang baru lahir, yang diwujudkan dengan sistem nilai
maka pernikahan harus dilakukan setahun setelah tindakan mengumandngakan azan pada bayi yang baru
kematian tersebut terjadi. Hal tersebut dilakukan untuk lahir menjadi simbol budaya. Simbol budaya islam yang
sekadar waktu berduka. Adat tersebut menjadi sistem berkembang di daerah pesisir.
pengetahuan, namun dalam sistem nilai adat tersebut Prosesi kelahiran pada zaman dahulu masih
dapat tidak dilaksanakan karena suatu hal. Dalam novel, dilakukan dengan cara tradisonal, yaitu dengan bantuan
pernikahan Djoko Tole yang seharusnya dilakukan dukun beranak. Dalam novel ini Si Nenek sebagai dukun
setahun setelah ibunya meninggal dunia, pernikahan beranak yang hebat dan misterius membantu kelahiran
tersebut tetap dilakukan tepat pada hari ibunya setiap bayi dengan tulus. Setiap kali membantu proses
meninggal dunia karena dianggap sebagai wasiat yang kelahiran, Si Nenek selalu meminta calon bapak untuk
harus dilaksanakan. membuatkannya kopi hitam pahit yang paling enak, hal
Ibuku sudah tidak sabar ingin melihatku tersebut sebagai persyaratan yang harus dipenuhi.
menikah, katanya kepada tokoh warga sekitar,
Si Nenek, sosok perempuan tua abadi yang
dan itu seperti wasiat yang secara tak langsung
dikenal Djoko Tole dari ibunya, datang datang
disampaikan. Mereka yang mendengar,
dari kediaman yang misterius—tengah hutan
mengikuti saja kemauan Djoko Tole. Dan
gelap dan penuh dengan hantu, hewan-hewan
begitulah, pernikahan mereka pun dilaksanakan
liar dan sehgala hal yang mustahil – pada pagi
disaksikan ibunya yang berbalut kafan.
buta yang tiba-tiba, mengetuk pintu rumah
Djoko Tole dan mengatakan bahwa beberapa
Pernikahan sebagai simbol budaya yang jam lagi istrinya akan melahirkan, sebelum
dilaksanakan secara sakral. Pernikahan sebagai tanda kembali hilang setelah beberapa jenak dan
sahnya hubungan antara suami dan istri membangun kembali nongol beberapa saat menjelang istri
rumah tangga. Dalam novel tersebut pernikahan tetap Djoko Tole melahirkan. Saat bertemu
dilakukan karena merupakan wasiat ibunya untuk segera keduakalinya—di hari yang sama – dengan
Djoko Tole, ia langsung meminta kopi hitam.
melakukan pernikahan, sehingga tidak terdapat
Yang terpahit yang pernah kau buat, katanya
perlawanan dari warga sekitar. kepada Djoko Tole ditengah-tengah kunyahan
sirihnya yang sedikit muncrat.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

Prosesi kelahiran yang dilakukan oleh dukun


bayi merupakan bentuk pengetahuan secara nyata. Perlakuan terhadap jasad yang ditinggalkan
Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada yang mendahului
dengan pertolongan pada proses kelahiran. Sistem nilai dilakukan dengan berurutan. Salat jenazah sebagai salah
yaitu dengan dilakukannya prosesi dan pemenuhan syarat satu cara mendoakan ruh supaya diterima oleh Tuhan.
pada dukun bayi yang membantu proses kelahiran. Perlakuan berikutnya yaitu mengazankan jasad sebelum
Simbol budaya terwujud pada prosesi melahirkan dengan dimakamkan.
bantuan dukun bayi yaitu dengan budaya membuatkan Setelah ijab kabul, ibunya dimakamkan, dan ia
kopi pahit terenak yang pernah calon bapak buat untuk sendirilah yang mengazankan. Aku bukannya
dukun bayi. Selain itu, simbol budaya masyarakat pesisir tidak ingin bertemu kalian sambil memandang
langit tak berbulan, hanya saja keduanya tak ada
terinterpretasi pada permintaan bantuan kepada dukun
malam ini, kata Djoko Tole dalam hati.
bayi untuk membantu proses persalinan.
Setelah proses kelahiran, budaya selanjutnya Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan
ialah pemberian nama terhadap jabang bayi yang baru tergambar dengan perlakuan terhadap jasad yang telah
lahir. Pemberian nama tersebut menjadi tanda untuk ditinggalkan dengan melakukan salat jenazah dan
panggilan bayi. Orang tua berhak memberi nama kepada mengazankan sebelum dimakamkan. Pengetahuan
anaknya. perlakuan terhadap jasad tersebut sesuai dengan budaya
Setelah Djoko Tole mengazankan anaknya Islam. Dalam sistem nilai budaya tersebut dilakukan
dengan khusyuk, Si Nenek bertanya kepada
secara berurutan. Simbol budaya perlakuan terhadap
dirinya akan diberi nama apa anaknya. Djoko
Tole hanya mengangkat bahunya. Belum jasad yang telah ditinggalkan sebagai salah satu cara
terpikirkan sebuah nama di benaknya. Si Nenek untuk mendoakan supaya ruhnya diterima oleh Sang
berdaham, seperti menunggu sesuatu yang Pencipta.
seharusnya gampang dilakukan. perempuan tua Perlakukan terhadap jasad juga ditunjukkan
itu hanya akan pulang kalau si anak yang ia oleh Perompak Djaka ketika Djoko Telu hampir
bantu proses persalinannya sudah diberi nama. meninggal dunia.
Izinkan aku membersihkan tubuhmu terlebih
Kebiasaan Si Nenek dukun bayi, yang akan dahulu, Perompak Djaka memohon.
piulang jika anak yang dibantu persalinannya sudah beri Kau bapakku. Kau berhak atas itu, suara Djoko
nama, merupakan rangkaian budaya Si Nenek yang telah Telu kian melemah.
dilakukan secara sadar. Pemberian nama menjadi hal Dengan cekatan, Perompak Djaka mencabut
semua peluru yang bersarang di dadanya,
penting sebagai tanda yang harus segera dimiliki oleh
punggung, dan beberapa bagian tubuh lainnya,
anak. Data tersebut juga menunjukkan simbol kelahiran hanya dengan tangan dan ajiannya. Luka
yang ditandai dengan azan dari ayah bayi. Sistem tebasan menyerong di dada Djoko Telu di siram
pengetahuan budaya pemberian nama kepada bayi yang dengan air tawar yang ada di perahu, dan mulai
telah lahir merupakan hal penting yang harus dilakukan. ia jahit lukanya. Ia tak ingin tubuh Djoko Telu
Masyarakan pesisir memberikan nama kepada anak yang mengucurkan darah dan menyebabkan
baru lahir merupakan budaya sebagai sebuah nilai. langsung disambar hiu sebelum sampai dasar.
Setelah selesai menjahit kulit Djoko Telu, ia
Simbol budaya ditunjukkan dengan pemberian nama
menarik jangkar batu karang. Kemudian ia lepas
pada bayi yang telah lahir, sehingga bayi tersebut tali yang mengikat batu itu dan mulai
memiliki tanda keberadaannya. meletakkan di atas tubuh Djoko Telu.

e. Kematian Perlakuan khusus dilakukan pada jasad dengan


Kematian merupakan hilangnya nyawa keadaan tertentu. Dalam keadaan darurat Perompak
seseorang. Setelah kematian tentu terdapat upacara untuk Djaka tetap membersihkan jasad Djoko Telu dengan
menghormati dan menguburkan jasad yang telah tujuan supaya ia tidak dimakan hiu sampai di dasar laut.
ditinggalkan. Upacara tersebut yang menjadi simbol Selain itu, membersihkan jasad juga menjadi salah satu
budaya masyarakat sekitar. kewajiban bagi yang masih hidup supaya jasad kembali
Azan subuh datang. Musala sekitar dengan keadaan yang bersih. Perlakuan Djaka terhadap
melaksanakan salat subuh berjamaah dan salat jasad anaknya tersebut merupakan bentuk penghormatan
jenazah. Djoko Tole mengimami dengan yang dilakukan pada jasad anaknya yang terkena peluru
perasaan yang dibuat seolah-oleh ibunya hanya
dan sayatan senjata tajam. Perompak Djaka berhak
pulang kampung saja; matanya tidak basah dan
ia mengucapkan takbir seperti imam pada melakukan hal tersebut dengan seijin Djoko Telu yang
umumnya. merupakan anak ketiganya. Dalam kondisi seperti itu,

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

jasad Djoko Telu ditenggelamkan setelah pembersihan Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan & Agama.
selesai dan Djoko Telu sudah memberi tanda untuk Terjemahan Francisco Budi Hardiman.
dilepaskan jasadnya ke palung laut. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Perlakuan terhadap jasad yang telah Geertz, Clifford. 1992. Politik Kebudayaan. Terjemahan
ditinggalkan ruhnya merupakan wujud dari pengetahuan. Francisco Budi Hardiman. Yogyakarta: Penerbit
Sistem nilai melakukan perlakuan tersebut menjadi Kanisius.
simbol budaya yaitu membersihkan jasad yang telah Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Terjemahan
ditinggal ruhnya sebelum di kebumikan atau Francisco Budi Hardiman. Yogyakarta: Penerbit
ditenggelamkan di laut. Hal tersebut sebagai bentuk Kanisius.
penghormatan dari yang masih hidup pada jasad yang Geertz, Clifford. 1973. The Interpretative of Cultures.
telah mati. United States of America: Basic Books.
Leonardo, Pranata R.I., 2018. Ritual Tari Tauh dalam
D. PENUTUP Kenduri SKO (Studi Interpretativme Simbol:
Simpulan masyarakat Desa Lolo Hilir). Sejarah dan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian dapat Budaya:
http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-
ditarik simpulan bahwa masyarakat pesisir memiliki
budayaarticle/download/4119/2260.
kepercayaan terhadap agama yang disimbolkan dengan
adanya azan, kepercayaan terhadap adanya ruh nenek Magirah, Ramadhani E. F. 2018. Relasi Simbol Pakaian
moyang yang disimbolkan pengaruh ruh nenek moyang “Anak Nagari” dalam Batarewai di Nagari Kota
Gadang. Journal Perspektif: Junal Kajian
terhadap kehidupan sehari-hari, kepercayaan terhadap
Sosiologi dan Pendidikan,
makhluk gaib yang disimbolkan dengan penghormatan http://perspektif.ppj.unp.ac.id.
dan interaksi terhadap genderuwo, tuyul, kuntilanak, dan
Nasrullah, Mochamad. 2019. Balada Supri. Jakarta:
penguasa laut Roro Kidul, kepercayaan terhadap
Penerbit Anangram.
kekuatan supranatural yang disimbolkan dengan ajian
Gelombang Gunung. Simbol budaya masyarakat pesisir Sairi, Mochamad. 2017. Islam dan Budaya Jawa dalam
meliputi mata pencaharian yang disimbolkan sebagai Prespektif Clifford Geertz. Skripsi tidak
diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri
nelayan, pernikahan dengan adat sekitar yang
Syarif Hidayatullah.
disimbolkan dengan melakukan lamaran terlebih dahulu
kemudian ijab kabul, kelahiran yang disimbolkan dengan
dukun beranak dan mengazankan bayi yang baru lahir,
kematian yang disimbolkan dengan membersihkan dan
mengazankan jasad sebelum dikubur atau
ditenggelamkan.

Saran
Penelitian ini masih memiliki kekurangan pada
analisis data yang kurang lengkap, sehingga penelitian
selanjutnya disarankan untuk lebih memperhatikan
kelengkapan data penelitian berupa observasi budaya
daerah yang diinterpretasikan dalam novel yang diteliti.
Bagi guru penelitian ini dapat dijadikan sebagai
rujukan pembelajaran untuk membantu menambah
wawasan siswa mengenai simbol budaya dan
kepercayaan daerah.
Bagi siswa penelitian ini dapat diajadikan
sumber wawasan mengenai simbol budaya dan
kepercayaan daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W. 2016. Research Design: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

Lampiran SINOPSIS NOVEL BALADA SUPRI KARYA


MOCHAMAD NASRULLAH
COVER NOVEL BALADA SUPRI KARYA
MOCHAMAD NASRULLAH Lautan dan ombak ialah teman nelayan. Djoko
Tole sebagai putra Djoko Telu yang menguasai teknik
kelautan sehingga selalu mendapat hasil tangkapan yang
cukup. Cintanya terhadap lautan merupakan salah satu
bentuk sikap nelayan sejati. Djoko Tole masih mewarisi
ajian Gelombang Gunung milik bapaknya Djoko Telu.
Djoko Tole mampu membuat ombak sepuluh meter jika
ia sedang marah. Djoko Tole merupakan orang yang
dipilih menjadi pemimpin sekaligus orang yang dituakan
oleh masyarakat pesisir. Hal tersebut terjadi karena
keahlian Djoke Tole dalam melaut.
Djoko Tole selalu mendapat tangkapan ikan
yang cukup setelah menyebut nama Djoko Telu sebanyak
tiga kali. Rapal hanya berlaku pada Djoko Tole Saja.
Djoko Telu juga nelayan hebat dalam membaca laut dan
menangkap ikan. Djoko Telu merupakan salah satu anak
dari perompak Djaka yang memiliki kekuatan dapat
menciptakan gelombang setinggi tiga puluh meter.
Perompak Djaka sangat terkenal dan kuat sehingga ia dan
pasukkannya diburu oleh pengusaha-pengusaha asing
dan orang-orang yang menaruh dendam padanya.
Keturunan Perompak Djaka diancam oleh
penguasa asing dan nelayan lain yang keluarganya
pernah dibunuh. Pada akhirnya penguasa asing dapat
menemukan kediaman Djoko Telu dan mengejar Djoko
Telu. Djoko Telu yang terluka mendayung perahunya ke
Palung Laut, karena ia ingin menenggelamkan diri di
sana. Sebelum Djoko Telu meninggal dunia, perompak
Djaka datang dan membersihkan lukannya lalu
menenggelamkan Djoko Telu. Ajian Gelombang Gunung
milik Djoko Telu diselesaikan, sehingga Perompak
Djaka dan perompak lainnya mati tenggelam.
Kehidupan Supri Kumbang yang jauh dengan
laut, namun kecintaannya terhadap laut tidaklah habis, ia
menato lengannya dengan gambar ikan hiu martil
sahabatnya. Pergolakan hidup Supri Kumbang tidak
habis ketika dia menulis kritik pada surat kabar dengan
nama samaran Pohon Kumbang, akhirnya ia harus pergi
meninggalkan anak istrinya untuk diasingkan. Supri
Kumbang berhasil bertemu dengan anak dan istrinya
tepat sebelum istrinya meninggal dunia.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah

BIOGRAFI PENGARANG
Mochamad Nasrullah pengarang novel Balada
Supri pemenang III Sayembara Novel Dewan Kesenian
Jakarta 2018. Laki-laki ini lahir di Jakarta, 11 Agustus
1993. Pernah menempuh S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Universitas Negeri Jakarta. Sekarang
menetap di Jember Jawa Timur dan berprofesi sebagai
guru. Surel yang bisa dihubungi
nasrullah.burung@gmail.com.

BIODATA PENELITI
Nama : Tutirizki Agusvina
NIM : 17020074052
Tempat Lahir : Tulungagung
Tanggal Lahir : 11 Agustus 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Fakultas : Bahasa dan Seni
Program Strudi : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Angkatan : 2017
Alamat : Dsn. Apakbranjang RT001 RW005
Des./Kec. Pucanglaban Tulungagung
Nomor HP : 082 230 178 182
Surel : tutirizki11@gmail.com

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive

Anda mungkin juga menyukai