Kajian Antropologi Sastra Novel Agusvina
Kajian Antropologi Sastra Novel Agusvina
Tutirizki Agusvina
S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: tutirizki.17020074052@mhs.unesa.ac.id
Abstrak
Masyarakat pesisir dalam novel Balada Supri memiliki keunikan kepercayaan dan budaya yang
perlu diinterpretasikan sehingga dapat diketahui makna dari simbol tersebut. Penelitian ini bertujuan
menginterpretasikan kepercayaan dan simbol budaya masyarakat pesisir dalam novel Balada Supri karya
Mochamad Nasrullah berdasarkan interpretative Clifford Geertz. Interpretative Clifford Geertz dilakukan
untuk mencari makna simbol kebudayaan yang terdapat dalam budaya masyarakat pesisir dengan
mengaitkan sistem pengetahuan (mode of), sistem nilai (mode for), dan sistem simbol (system of
meaning). Ketiga sistem tersebut saling berkaitan untuk menginterpretasikan simbol budaya yang ada.
Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatf dengan pendekatan antropologi sastra dalam
menginterpretasikan kepercayaan dan simbol kebudayaan masyarakat pesisir. Pengumpulan data
menggunakan teknik baca catat dengan teknik analasis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil
penelitian meliputi (1) kepercayaan masyarakat pesisir yang meliputi kepercayaan terhadap agama,
kepercayaan terhadap ruh nenek moyang, kepercayaan terhadap makhluk goib, dan kepercayaan terhadap
kekuatan supranatural, (2) simbol budaya masyarakat pesisir yang meliputi mata pencaharian, pemilihan
pemimpin, pernikahan, kelahiran, dan kematian.
Abstract
The coastal communities in the novel Balada Supri have unique beliefs and cultures that need to
be interpreted so that their meaning can be known. This study aims to interpret the beliefs and cultural
symbols of coastal communities in Mochamad Nasrullah's Balada Supri novel based on the Clifford
Geertz interpretive. The Clifford Geertz interpretation is carried out to find the meaning of cultural
symbols contained in the culture of coastal communities by linking the knowledge system (mode of), the
value system (mode for), and the system of meaning. The three systems are interrelated to interpret
existing cultural symbols. This research uses descriptive qualitative method with literary anthropological
approach in interpreting the beliefs and cultural symbols of coastal communities. The data collection used
the reading note technique with the data analysis technique using the descriptive analysis technique. The
results of the study include (1) coastal community beliefs which include belief in religion, belief in
ancestral spirits, belief in goib creatures, and belief in supernatural powers, (2) symbolic culture of coastal
communities which includes livelihood, leader selection, marriage, birth, and death.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
dan kebudayaan sebagai sistem simbol (system of Utara. Cetakan pertama pada tahun 2019. Novel ini
meaning). memiliki ukuran 140x203 mm dan tebal 230 halaman.
Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan (mode Sumber data dalam novel berupa kalimat yang
of), dalam hal tersebut kebudayaan dilakukan atau dilihat menunjukkan kepercayaan dan simbol budaya
sebagai suatu hal yang nyata. Kebudayaan masyarakat Pesisir.
menggambarkan suatu wujud nyata. Kebudayaan sebagai Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
sistem nilai (mode for), kebudayaan sebagai pengetahuan baca catat. Teknik mengumpulkan data dilakukan dengan
yang berisi model untuk melakukan, mendorong, dan cara membaca teks sumber penelitian dan memberi tanda
menciptakan suatu tindakan. Kebudayaan sebagai suatu pada teks yang diperlukan berdasarkan rumusan masalah.
kenyataan yang masih harus dibentuk. Kebudayaan Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif
sebagai sistem simbol (system of meaning), kebudayaan analisis dengan mendeskripsikan fakta-fakta dan analisis
yang dilakukan atau memiliki wujud kenyataan sehingga kepercayaan dan simbol budaya masyarakat pesisir dalm
memiliki makna. Makna sebagai pengantara, sehingga novel Balada Supri. Proses analisis dilakukan untuk
simbol mampu menerjemahkan pengetahuan sebagai memperoleh gambaran sesuai dengan rumusan masalah.
nilai dan sebaliknya. Tahap teknik analisis data meliputi: (1) menganalisis data
Simbol memiliki makna khusus untuk yang menunjukkan kepercayaan masyarakat pesisir dan
menjelaskan suatu keadaan atau budaya yang terkandung makna simbol yang terdapat dalam novel dengan
di dalamnya. Kekuatan khas simbol-simbol itu berasal menggunakan teori interpretative simbol Clifford Geertz,
dari kemampuan mereka yang dikira ada untuk (2) memahami bentuk simbol yang terdapat dalam novel,
mengidentifikasikan fakta dengan nilai pada taraf (3) mengaitkan bentuk simbol dengan konsep
fundamental, untuk memberikan pada sesuatu yang kebudayaan sebagai sistem pengetahuan, sistem nilai,
bagaimana pun juga bersifat faktual murni, suatu muatan dan sistem simbol, (4) menafsirkan simbol dalam data,
normatif yang komprehensif (Geertz, 1992:51). Dengan (5) menarik simpulan dari hasil penafsiran. Dalam novel
begitu, simbol budaya memiliki kekuatan yang sesuai terdapat kepercayaan dan kebudayaan masyarakat pesisir
dengan aturan masyarakat, besifat luas, menyeluruh, dan yang unik untuk diinterpretasikan sehingga dapat
meliputi banyak hal. diketahui makna yang terkandung.
Hal tersebut dapat meliputi upacara
keagaamaan, kepercayaan, mata pencaharian, prosesi C. HASIL DAN PEMBAHASAN
pernikahan, kelahiran, kematian, cara pemilihan 1. Kepercayaan Masyarakat Pesisir
pemimpin, kekuatan supranatural, kehidupan sosisal, dan a. Azan sebagai simbol kepercayaan terhadap
kebiasaan lain yang mendasar dalam kehidupan agama
bermasyarakat. Kebudayaan memiliki enam macam yang Azan melambangkan masyarakat telah
meliputi sistem religi, sistem organisasi, sistem bahasa, mengenal dan mempercayai adanya Tuhan. Azan sebagai
sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian, sistem panggilan untuk melaksanakan ibadah. Djoko Tole
teknologi, dan sistem kesenian. Kebudayaan bersifat sebagai salah satu masyarakat yang beragama melakukan
fundamental, normatif, dan komprehensif perlu dikaji azan di masjid untuk menyeru masyarakat lain. Hal
secara mendalam sehingga dapat dipahami dan tersebut dibuktikan dengan data berikut:
diinterpretasikan untuk mengetahui makna Dari jauh terdengar suara azan subuh
sesungguhnya. berkumandang. Suara tersebut sangat akrab d
itelinga mereka berdua. Allahu akbar. Allahu
akbar. Suara Djoko Tole menari-nari di
B. METODE
pelantang masjid dengan nada yang meliuk-liuk.
Penelitian menggunakan metode deskriptif
kualitatif untuk mendeskripsikan interpretasi simbol Azan sebagai panggilan untuk melakukan
sebuah kebudayaan yang ada dalam novel Balada Supri. ibadah merupakan simbol bahwa masyarakat sekitar
Penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk telah memiliki keyakinan bergama. Data berikutnya
penelitian interpretative dengan menginterpretasikan yaitu:
sesuatu yang dilihat, didengar, dan dipahami (Creswell, Supri Kumbang terdiam sambil kembali
2016:262). Penelitian ini menggunakan pendekatan memonyongkan bibirnya. Hayya alassholah.
antropologis untuk meneliti sistem budaya tertentu dan Suara azan Djoko Tole membelah langit.
fokus pada budaya suatu kelompok. Begini, Kumbang, sungguh mencintai hidup
Sumber data penelitian berupa novel Balada bukan berati kita ingin hidup, kata Letnan
Supri karya Mochamad Nasrullah. Novel tersebut Dongkel sambil mengambil rokok di jari Supri
Kumbang.
diterbitkan oleh Penerbit Anagram, Cilincing, Jakarta
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
tersebut terepresentasikan pada keyakinan Ibu Djoko asyarakat pesisir mempercayai kekuasaan yang dimilki
Tole terhadap kehadiran suaminya yang telah oleh penguasa laut:
mendahuluinya. Keyakinann tersebut tergambar secara Mungkin Roro Kidul ingin kepala kerbau yang
sempurna dengan tindakan yang dilakukan ibu Djoko disembelih pada malam sabit merah, kata orang
Tole, yaitu memandang laut dan bintang pada malam hari pintar berwajah gelap yang diundang oleh
pemilik kapal besar untuk dimintai pencerahan
sebelum subuh tiba. Data berikutnya mengenai kehadiran
setelah para pelaut menyerah dengan
ruh ibu yang diketahui oleh istri Djoko Tole. masalahnya. Dan begitulah, pada malam sabit
Ibumu datang pada malam kedua pernikahan merah, puluhan kepala kerbau dikirimkan ke
kita, terang istrinya yang menjelaskan alasannya laut lepas. Warga sekitar mengikuti ritual
hanya dengan beberapa tarikan nafas tanpa tersebut tanpa mereka ketahui jika tujuannya
diminta, awalnya aku kira ia adalah malaikat untuk membuat kapal-kapal besar mengambil
pencabut nyawa, karena baru kali itu aku lihat ikan-ikan mereka.
ada sosok yang bisa menembus bilik rumah kita.
Setiap malam, kecuali jika bulan bulat Masyarakat pesisir, lebih tepatnya pemilik kapal
sempurna, ibumu akan terus datang. besar tersebut percaya dengan kekuasaan Roro Kidul
terhadap hasil tangkapan ikannya. Ritual pengiriman
Kadatangan ruh ibu yang diyakini oleh istri
kepala kerbau ke laut lepas dipercayai akan melancarkan
Djoko Tole menjadi salah satu bentuk kepercayaan yang
usahanya menangkap ikan lebih banyak. Ritual tersebut
terealisasi, bahwa ruh yang telah meninggalkan jasadnya
menjadi sistem pengetahuan yang bergabung dengan
mampu menemui ruh yang masih hidup. Keyakinan
sistem nilai budaya, sehingga mewujudkan simbol
tersebut menjadi bentuk kepercayaan bahwa ruh yang
budaya penghormatan dan permohonan kepada penguasa
telah meninggalkan jasadnya mampu berkomunikasi
lautan untuk hasil tangkapan ikan yang lebih banyak.
dengan ruh yang masih hidup. Keyakinan tersebut
Kepercayaan terhadap makhluk gaib lainnya
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tentang ruh
juga digambarkan pada kepercayaan tokoh Si Nenek
sebagai sistem pengetahuan. Sistem nilai digambarkan
yang memiliki Genderuwo dan setan jenis lainnya. sesuai
dengan bertemunya istri Djoko Tole dengan ruh ibu.
dengan data berikut:
Simbol kebudayaan terwujud sebagai kepercayaan
Aku akan kembali ke hutan, Genderuwo ingin
masyarakat terhadap pengaruh ruh yang sudah bercerita tentang wanita cantik idamannya, kata
meninggalkan jasadnya dalam kehidupan nyata. Si Nenek kepada Djoko Tole. Ia pergi seusai
Djoko Tole memberikan syarat dan ucapan
c. Kepercayaan terhadap makhluk gaib banyak terima kasih.
Dalam kehidupan, masyarakat menyakini
bahwa terdapat kehidupan makhluk lain yang juga Data tersebut menunjukksn kepercayaan Si
berdampingan dengan kehidupan manusia. Kehidupan Nenek terhadap makhluk gaib yang digambarkan dengan
tersebut adalah kehidupan makhluk gaib. Makhuk gaib keinginan Genderuwo bercerita tentang wanita cantik
diyakini memiliki alam yang berdampingan dengan idamannya. Kepercayaan terhadap keberadaan
manusia. Walaupun tidak terlihat oleh mata namun Genderuwo diperkuat dengan data sebagai berikut:
diyakini keberadaannya. Kepercayaan masyarakat pesisir Bajingan! Tentu aroma kopi, mengalahkan bau
terhadap pengaruh penguasa lautan merupakan salah satu amisnya! Kau ini bodoh atau apa? Lihat saja!
Akan aku kirimkan genderuwo untuk menculik
bentuk pengakuan adanya keyakinan terhadap adanya
istrimu! Ancamnya.
makhluk gaib.
Kau tentu tahu bahwa Roro Kidul kuatnya Kepercayaan Si Nenek terhadap Genderuwo
bukan main. Ia bisa bikin ombak setinggi tiga
yang mampu menculik perempuan cantik menjadi salah
puluh meter kalau mau, kata pemuda yang
kausnya dijadikan seperti kerudung. Lalu satu senjata untuk memberikan ancaman kepada orang
mereka kembali merenung. lain. kepercayaan tersebut dimiliki akibat kedekatanya
dengan Genderuwo. Genderuwo yang diyakini memiliki
Data tersebut menunjukkan kepercayaan nafsu terhadap manusia. Selain Genderuwo, Si Nenek
masyarakat pesisir terhadap kekuatan penguasa lautan. juga memiliki setan lain yang berupa tuyul, kuntilanak,
Mereka meyakini bahwa Roro Kidul memiliki kekuatan babi ngepet, dan juga pocong.
yang begitu luar biasa dan mampu menciptakan ombak Si Nenek merasakan telapak tangannya dingin
setinggi tiga puluh meter. Kepercayaan tersebut sebagai dan mengeluarkan bulir-bulir keringat. Demi
simbol budaya menghormati keberadaan makhluk lain tuyulku, pikirannya, baru kali ini aku tahu apa
itu rasanya keringat dingin. Ia gelisah dan tidak
dalam dunia ini. Data berikut juga menunjukkan bahwa
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
memiliki penglihatan jenis lelaki apa yang menyelesaikan masalah. Selain Genderuwo juga terdapat
sedang dihadapinya kini. tuyul yang dipercaya mampu membantu maupun
merugikan manusia, Tuyul akan membantu tuannya
Data tersebut menunjukkan bahwa Si Nenek
untuk mendapat kekayaan yang lebih dengan waktu yang
juga memiliki tuyul. Keyakinan Si Nenek terhadap apa
cepat, namun ia akan merugikan manusia lain yang
yang ia miliki dengan kekuatannya ternyata masih bisa
kekayaan dan hartanya dicuri.
merasakan takut terhadap laki-laki sehingga
Si Nenek kembali mengingatkan kalau semua
mengeluarkan keringat dingin. Keberadaan genderuwo bahan makanannya diambil dari gudang
dan pocong sebagai makhluk lain yang berada di bumi tengkulak. Dirinya kini meminta tolong kepada
memang sering terlihat oleh manusia. Keyakinan tersebut para tuyul untuk mencuri bahan-bahan makanan
dibuktikan melaui data sebagai berikut: daripara tengkulak yang culas. Tuyul-tuyul itu
Supri Kumbang sudah lupa tanggal dan tahun tidak meminta imbalan apapun dari Si Nenek.
berapa saat itu. Ia berada di hutan tempat dukun Bahkan mereka tahu bahwa tetek Si Nenek lebih
beranak yang membantu proses kelahirannya. menyerupai pakaian kering yang menggantung
Di sana ia lebih sering melihat Genderuwo dan sekian minggu di tali jemuran. Maka, mereka
Pocong dibandingkan badak dan macan. juga mencari majikan yang bisa meneteki
mereka. Si Nenek selalu kagum karena lari
mereka secepat cahaya.
Data tersebut menunjukkan keberadaan
Genderuwo dan Pocong yang benar-benar ada.
Tindakan Si Nenek, menyuruh tuyul untuk
Genderuwo dan pocong sebagai simbol makhluk gaib
membantunya mencari bahan makanan dengan mencuri
yang berada dalam hutan sebagai suatu wujud
bahan makanan pada tengkulak yang culas merupakan
pengetahuan. Sistem simbol berada pada wujudnya yang
wujud dari Sistem pengetahuan. Sistem nilai sebagai
diketahui manusia. Keyakinan tersebut menjadi simbol
pedoman bahwa tuyul sebagai makhluk gaib yang bisa
budaya bahwa masyarakat mempercayai keberadaan
mencuri dengan meminta imbalan kepada majikannya,
makhluk tersebut. Keberadaan Genderuwo diperjelas
hal ini tidak terjadi kepada Si Nenek karena ia tidak dapat
dengan data berikut:
menyusui tuyul tersebut sehingga tuyul mencari majikan
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari
untuk menyusuinya. Tindakan Nenek tersebut sebagai
kejauhan. Suaranya berdebum di dada Supri
Kumbang. Genderuwo itu hadir di hadapan wujud kepercayaannya terhadap makhluk gaib.
Supri Kumbang. Tubuhnya dipenuhi dengan Kepercayaan terhadap makhluk gaib merupakan simbol
rambut, rambut, dan rambut. Hanya mata budaya masyarakat yang percaya dengan adanya
merahnya yang bisa dilihat oleh Supri pengaruh dan bantuan dari makhluk gaib.
Kumbang. Anak monyet yang ada di bahunya Kepada hantu-hantu yang dimilki oleh Si
kini sibuk memeluk erat leher Supri Kumbang. Nenek, Supri Kumbang sudah mulai terbiasa. Ia
Supri Kumbang sendiri pun juga takut, tetapi ia sering berbincang dengan Bang Gen terkait
berusaha menyembunyikannya. masalah percintaannya dengan anak manusia.
Genderuwo itu berlutut dan membisiki Si Hantu raksasa dengan rambut lebat itu sering
Nenek. Setelah sabar mendengarkan, mengunjungi Supri Kumbang yang tengah
perempuan tua itu menyuruhnya untuk segera bersantai di Pohon Kumbang ketika malam hari.
pergi. Kemudian langkah kaki besar terdengar Bang Gen tahu bahwa pada siang hari Supri
lagi. Genderuwo itu pergi dengan segera. Si Kumbang sibuk mengisi waktunya yang
Nenek tertawa ketika ia melihat keringat dingin melimpah ruah.
Supri Kumbang mengalir deras di dahinya.
Belum lagi kakinya yang gemetar hebat.
Kepercayaan manusia terhadap keberadaan
makhluk gaib tersebut menimbulkan interaksi, dengan
Kehadiran Genderuwo yang dapat
nilai dan pengetahuan yang cukup sehingga interaksi
berkomunikasi dengan Si Nenek merupakan wujud dari
dapat dilakukan tanpa ada kerugaian atau ketakutan.
pengetahuan dari nilai yang terwujud secara nyata.
Interaksi yang dilakukan oleh Supri Kumbang
Genderuwo dapat didatangkan kapanpun oleh Si Nenek
merupakan bentuk simbol budaya akan keyakinan
dengan cara tertentu. Genderuwo mengikuti intruksi Si
terhadap adanya makhluk gaib.
Nenek untuk segera pergi dengan bahasanya karena
Esok malamnya, Supri Kumbang sudah akrab
Genderuwo menaruh rasa hormat kepada Si Nenek.
dengan Kuntilanak, si kawan hantu barunya.
Keyakinan menjadi simbol kebudayaan bahwa Tawa Kuntilanak yang melengking membuat
masyarakat mempercayai keberadaan makhluk gaib. telinganya harus beradaptasi. Kepada siapa saja
Makhluk tersebut dapat melakukan interaksi dengan kau bisa menerbangkan pikiranku? Tanya Supri
manusia dan terkadang membantu manusia dalam
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
Kumbang setelah melewati perkenalan yang menciptakan ombak setinggi dua puluh meter, melebihi
singkat dengan Kuntilanak. kekuatan ombak yang dimiliki oleh Djoko Tole.
Di dalam laut, napas Djoko Telu masih ada.
Keberadaan makhluk gaib dapat membantu Dan di waktu yang singkat itu, ia memilih untuk
manusia untuk menyelesaikan masalahnya. Keyakinan menyelesaiakan rapalan ajian Gelombang
tersebut dimiliki Supri Kumbang sebagai sistem nilai. Gunungnya. Setelah rampung, ia membatin
Tindakannya berinteraksi dengn Genderuwo dan kalau dirinya sudah selesai dengan sejarah.
Kuntilanak merupakan wujud pengetahuan yang dimiliki
Data tersebut menjelaskan cara Djoko Telu
oleh Supri Kumbang. Simbol kebudayaan akan
menyelesaikan rapalan ajian Gelombang Gunung di
keperyaan terhadap makhluk gaib ditunjukkan melalui
waktu ia sebelum meninggal dunia. Gelombnag besar
interaksi Supri Kumbang dengan genderuwo dan
tercipta setelah ia selesai merapalkan semua ajiannya.
kuntilanak.
Ombak besar! Teriak salah satu perompak di
kapal mereka. Saat itu, memang sedang terang
d. Kekuatan supranatural bulan dan siapa pun tahu dari arah selatan ada
Kekuatan supranatural diyakini oleh masyarakat gelombang setinggi dua puluh meter siap
sekitar pesisir. Kekuatan tersebut dimiliki oleh beberapa menerkan mereka. Perompak Djaka yang tengah
orang tertentu. Orang-orang yang memiliki kemampuan berada di perahu mendiang Djoko Telu bingung
tersebut lebih dihormati dibandingkan orang lainnya. harus senang atau kecewa. Ia bangga, pada
Data sebagai berikut: akhirnya Djoko Telu mampu menguasai ajian
itu.
Tatapan semacam itu tidak pernah ia lakukan
kecuali saat ia menatap para perompak yang tak
lagi pernah mengusik. Karena tentang desas- Ombak besar setinggi dua puluh meter mampu
desus Djoko Tole bisa membuat ombak setinggi diciptakan oleh mendiang Djoko Telu sebelum napas
sepuluh meter membuat ciut nyali mereka. terakhirnya. Gelombang tersebut membuat panik seluruh
perompak kecuali Perompak Djaka, yang sebenarnya
Kekuatan yang melebihi kemampuan pada mampu menciptakan gelombang setinggi tiga puluh
umumnya tersebut menjadi simbol budaya menghormati meter dari arah barat, namun hal tersebut tidak dilakukan.
yang lebih kuat atau memiliki ilmu lebih. Budaya Di tengah-tengah situasi yang riuh itu ia masih
tersebut dimiliki oleh orang pesisir. Kekuatan Djoko Tole mampu untuk berkonsentrasi dan merapalkan
untuk menciptakan gelombang setinggi sepuluh meter suatu ajian. Tiba-tiba dari arah barat, gelombang
dibuktikan dengan data sebagai berikut: setinggi tiga puluh meter terbentuk. Itu adalah
Djoko Tole mengamuk sejadi-jadinya; ia gelombang milik Perompak Djaka.
ciptakan ombak sepuluh meter dan langsung ia Sebenarnya Perompak Djaka hanya tinggal
hempaskan ke arah kapal-kapal besar yang mengucapkan satu patah kata terakhir maka
sedang berjangkar di laut setengah dalam. lepas sudah gelombangnya. Namun tiba tiba ia
Kapal-kapal itu hancur bertubrukkan. melihat para awaknya yang kocar-kacir. Kini ia
Kemudian angin kencang menerpa kulit Djoko melihat mereka dari sudut pandang di luar kapal.
Tole. Baik Ayah, aku tidak akan terkuasai Para jiwa yang kering dan haus darah para jiwa
amarahku. Aku pamit, ucapnya pelan. yang mendendam dan awur-awuran. Entah
mengapa Perompak Djaka tidak menuntaskan
Kepercayaan terhadap kekuatan supranatural ajiannya.
yang dimiliki oleh Djoko Tole terbukti dalam data
Perompak Djaka mampu menciptakan
tersebut. Djoko Tole mampu menciptakan ombak
gelombang setinggi tiga puluh meter, namun gelombang
setinggi sepuluh meter. Begitu juga dengan Djoko Telu
tersebut tidak jadi dilepaskan karena pikirannya tentang
yang memiliki ajian Gelembang Gunung yang dijelaskan
suatu hal yang juga tidak diketahui. Perompak Djaka
pada data berikut:
memiliki kekuatan yang melebihi anak dan cucunya,
Djoko Telu, yang napasnya sudah semakin
diujung, masih memiliki kekuatan untuk karena ia terlebih dahulu memiliki kekuatan tersebut.
mengeluarkan ajian Gelombang Gunung. Di Perompak Djaka mampu mengendalikan gelombangnya.
tengah ancamanan yang menghadangnya, ia Keyakinan terhadap kekuatan supranatural yang berasal
merapal ajian dalam hatinya. dari dirinya, dilakukan dengan penuh konsentrasi supaya
rapal dan doanya dapat terwujud. Kekuatan supranatural
Ajian Gelombang Gunung sebagai salah satu sebagai bentuk pengetahuan yang dilakukan dengan
bentuk kekuatan yang dimiliki oleh orang tertentu. tindakan sebagai sistem nilai. Tindakan tersebut sebagai
Kekuatan tesebut dapat dikatakan sebagai bentuk simbol budaya bahwa terdapat kemampuan yang
kelebihan seseorang. Ajian Gelombang Gunung mampu
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
melebihi kemampuan pada wajarnya dan dimiliki oleh menghasilkan wujud simbol budaya yang dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki kelebihan khusus. masyarakat sekitar. Mata pencaharian masyarakat pesisir
Kekuatan supranatural dapat dimiliki oleh yang mayoritas sebagai nelayan di tunjukkan dalam
seseorang dengan kepercaayaan khusus dan usaha yang novel Balada Supri dengan data sebagai berikut:
khusus. Usaha dapat dilakukan dengan bersemedi, puasa, Tak ada yang mencintai ikan layaknya ia. Juga
atau ritual lainnya. tak ada yang mencintai laut seperti dirinya.
Si Nenek tentu saja menolak dan meyakinkan Mungkin hal-hal yang seperti itu, hal-hal yang
bahwa udara sedingin ini belum seberapa berkutat di ranah kelautan dan segala hal yang
dibandingkan saat ia harus bersemedi di bawah ada di dalamnya, sudah mendarah daging di
kusuran air terjun di suatu kaki gunung. dalam dirinya. Ia yang dilahirkan dari pasangan
nelayan. Ia adalah Djoko Tole.
Bersemedi diyakini dapat mendatangkan ilmu Panggil saja Djoko Tole! Niscaya perahu-
perahu akan terisi ikan secukup mungkin.
atau sesuatu yang diinginkan, asalkan bersemedi dengan
Hewan-hewan itu akan menghampiri perahunya
cara yang benar dan dilandasi keinginann yang kuat. dimanapun ia berhenti, akan tetapi Djoko Tole
Bersemedi sebagai salah satu bentuk penerapan paham bahwa:
pengetahuan dengan nilai keyakinan yang dimiliki oleh Alam mencintai mereka yang tidak
Si Nenek dalam mendapatkan ilmu. memusingkan perut di hari esok. Itu selalu
Kekuatan supranatural memiliki jenis yang dikatakan kepada para nelayan yang usianya
berbeda-beda dengan fungsi yang berbeda pula. Teluh bahkan lebih tua dari bapaknya yang mati
ditelan laut pada malam terang bulan.
merupakan salah satu kekuatan supranatural yang
digunakan untuk menyakiti atau membunuh orang
Djoko Tole sebagai simbol nelayan yang
dengan cara yang halus. Teluh dapat dikirimkan oleh
memiliki kelebihan dalam melaut. Djoko Tole yang
sesorang yang memiliki kemampuan khusus.
mewarisi keahlian orang tuanya dalam melaut sebagai
Djoko Telu membisu dan malah bersiul-siul
gambaran profesi nelayan yang dilakukan secara terus
tidak jelas sembari membersihkan ludah yang
menempel dengan air laut. Si Nenek menerus oleh masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir
mengancam akan mengirimkan teluh yang hidup dengan hasil tangkapan ikan atau kekayaan laut
paling menyiksa yang ia punya kalau Djoko lainnya.
Telu tidak memberikan penjelasan kepadanya. Profesi sebagai nelayan sudah diajarkan sejak
Dengan isyarat gerakan kepala, Djoko Telu dini kepada keturunan nelayan untuk melaut,
memepersilahkan Si Nenek untuk digambarkan dalam novel Balada Supri, dengan data
melakukannya dan mengatakan kalau Si Nenek
sebagai berikut:
ingin seperti itu ya silahkan seperti itu.
Supri Kumbang tumbuh seperti yang
diperkirakan oleh Djoko Tole. Pada usian dua
Si Nenek meyakini dirinya mampu
tahun ia sudah ikut Djoko Tole melaut. Istinya
mengirimkan teluh yang sangat menyiksa. Teluh yang yang cerwet sebenarnya sangat tidak setuju
dimiliki Si Nenek tersebut merupakan bentuk dari dengan tindakan suaminya itu. Namun hanya
pengalam yang ia miliki. Sistem nilai berada pada dua tahun ia mampu menahan hasrat Djoko Tole
keyakinan Si Nenek terhadap ilmu teluhnya tersebut. untuk membawa anaknya melaut dengan alasan
Wujud dari simbol kebudayaan, bahwa ketika seseorang bahwa Supri Kumbang masih menyusu. Lantas
disakiti tanpa sebab tertentu, maka ia berhak untuk ketika sudah disapih maka tak alagi ia mampu
melarang Djoko Tole, sebab ia kehabisan
mengirimkan teluh pada orang yang telah menyakitinya.
alasan.
Simbol budaya teluh disebutkan sebagai salah satu
budaya masyarakat terhadap keyakinannya pada Dalam data tersebut, Supri Kumbang yang
kekuatan supranatural. masih berusia dua tahun sudah diajarkan oleh Djoko Tole
melaut. Hal tersebut sebagai bentuk pengenalan dan
2. Simbol Kebudayaan Masyarakat Pesisir latihan keturunan nelayan pada laut dan teknik melaut.
a. Mata pencaharian Pendidikan sejak dini yang dilakukan oleh Djoko Tole
Mata pencaharian sebagai bentuk budaya yang bermaksud supaya Supri Kumbang dapat menjadi
tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Mata nelayan yang hebat.
pencaharian dapat menjadi simbol budaya, karena dalam Mata pencaharian sebagai nelayan selain
kenyataannya mata pencaharian dipengaruhi oleh kondisi menjadi sumber penghasilan juga menjadi kebiasaan
tempat tinggal. Mata pencaharian sebagai simbol budaya masyarakat pesisir dalam kehidupan sehari-hari.
yang dapat secara jelas dilihat. dengan sistem Kebiasaan tersebut dapat berupa memancing, menggosok
pengetahuan dan sistem nilai yang saling berkaitan
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
perhau, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan keturunan Djoko Telu yang dicintai oleh laut dengan
kelautan. Berikut data mengenai kebiasaan masyarakat bukti hasil tangkapan ikan yang selalu cukup.
pesisir. Pemilihan pemimpin menjadi sistem
Hari-hari yang jauh. Di lepas pantai. Djoko pengetahuan masyarakat. Sistem nilai yang menjadi
Telu tengah memancing dengan pikirannya tindakan pemilihan pemimpin tersebut menjadi bentuk
yang berkecamuk. Perahu yang digunakan budaya pemelihan pemimpin nelayan berdasarkan
berwarna putih tulang pada awal pembuatannya.
kekutannya dalam melaut. Pemilihan pemimpin menjadi
Kini cat cat di perahu itu mulai memudar. Entah
karena waktu. Entah karena Djoko Telu sering simbol yang dilakukan oleh masyarakat dengan
menggosoknya, sesering menggososk punggung persetujaun bersama dan dilakukan dengan
istrinya. Perihal menggosok perahu, ini memperhitungkan beberapa hal yang meliputi kekuatan,
hanyalah agar jamur dan lumut tak terlalu betah kematangan, dan juga keahlian yang dimiliki oleh
di badan perhunya. Perihal menggosok pemimpin tersebut.
punggung istrinya, itu sebuah alasan yang jauh
berbeda.
c. Pernikahan
Pernikahan merupakan upacara sakral yang
Data tersebut menunjukkan kebiasaan
dilakukan untuk menandai sahnya sebuah hubungan
masyarakat pesisir, selain melaut masyarakat pesisir juga
antara laki-laki dan perempuan menjadi suami istri.
melakukan pembersihan terhadap perahu mereka dengan
Pernikahan memiliki runtutan acara yaitu pranikah yang
cara menggosok. Kegiatan tersebut menjadi salah satu
disebut lamaran, kemudian ijab kabul. Lamaran dikukan
simbol budaya yang dilakukan oleh masyarakat pesisir.
oleh orang tua calon istri dengan mendatangi rumah
calon suami dengan maksud menawarkan anaknya
b. Pemilihan pemimpin
menjadi istrinya. Dalam novel ini, masyarakat pesisir
Pemilihan pemimpin dilakukan oleh masyarakat
juga memiliki budaya lamaran yang sama yaitu orang tua
pesisir dengan menilai seberapa tangguh ia dalam melaut.
calon istri datang ke rumah calon suami untuk
Djoko Tole yang diyakini sebagai pemimpin para
menawarkan anaknya sebagai calon istri.
nelayan dalam novel tersebut dipilih karena kekuatan
Sudah banyak orang tua dari perawan-perawan
Djoko Tole yang mampu berlayar satu minggu penuh
yang ada di desa yang mengunjungi ibu Djoko
dengan perahu kecil yang seharusnya tidak mampu untuk Tole agar sudi kiranya mereka mengambil
melakukan itu. anaknya untuk dijadikan menantu. Tetapi
Pamor Djoko Tole sabagai satu-satunya kepastian dan jawaban tak pernah mereka
pemuda yang sudah mampu melaut lebih dari dapatkan. Ibu Djoko Tole tidak pernah
seminggu membuat mereka juga berpikir bahwa mengatur kisah asmara anaknya.
lelaki itu adalah pemimpin mereka, meski
sebenarnya Djoko Tole tidak pernah ingin Orang tua dari perawan desa sebagai perwakilan
seperti itu. Tetapi bagaimana lagi, keinginan dari calon istri yang menawarkan diri untuk dipersunting,
mereka untuk menjadikan dirinya sebagai yang
meminta ijin terlebih dahulu kepada orang tua calon
dituakan bukanlah sesuatu yang bisa ia pilih,
karena memang tidak ada pilihan lain. suami. Ijin tersebut sebagai wujud sopan santun yang
dilakukan sebelum melakukan sesuatu. Dalam hal
Pemimpin menjadi salah satu hal penting dalam tersebut, orang tua calon suami tidak pernah mangatur
kehidupan masyarakat. Pemilihan pemimpin dilakukan anaknya dalam kisah asmaranya, sebagai bentuk bahwa
dengan persetujuan antar masyarakat. Persetujuan oarng tua calon suami akan mempertimbangkan
dilakukan dengan memperhitungkan beberapa hal yang permohonan tersebut dengan anaknya.
menurut mereka layak untuk dijadikan pemimpin atau Lamaran yang dilakukan sebagai bentuk
tetua. Djoko Tole dipilih oleh nelayan lain sebagai pengetahuan yang dimiliki masyarakat pesisir sebelum
pemimpin mereka karena kekuatannya dalam melaut, melakukan pernikahan, sistem pengetahuan dilakukan
menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri oleh Djoko Tole. dengan bentuk permohonan ijin yang dilakukan oleh
Kesepakatan yang dilakukan oleh para nelayan orang tua calon istri kepada orang tua calon suami.
membuatnya tidak bisa menolak walaupun hal tersebut Sistem nilai dilakukan dengan interaksi antar orang tua
tidak diinginkan. dengan mempertimbangkan pilihan anaknya, terutama
Masyarakat pesisir meyakini Djoko Tole orang tua calon suami yang berhak menjawab
merupakan pemimpin yang tepat untuk mereka dengan pernohonan ijin tersebut dengan persetujuan anaknya.
perhitungan kekuatannya dalam melaut, selain itu juga Sistem simbol terwujud dalam bentuk lamaran yang
karena kepercayaan nelayan lain mengenai garis
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
dilakukan oleh orang tua calon istri kepada orang tua d. Kelahiran
calon suami. Kelahiran merupakan hal yang penting setelah
Pernikahan sebagai salah satu upacara yang adanya pernikahan. Kelahiran bayi merupakan tanda
sakral tentu setiap daerah memiliki ketentuan-ketentuan yang diyakini masyarakat sekitar tentang penikahan yang
tertentu yang harus dipatuhi. Ketentuan tersebut bukan bahagia dan harmonis. Dengan kelahiran pernikahan
berati tidak bisa dilanggar, namun alangkah baiknya akan dianggap sempurna.
mematuhi ketentuan tersebut untuk menjaga adat istiadat Pada subuh yang dingin, sebab hujan membuat
daerah setempat. Dalam novel ini, pernikahan yang siapapun menggigil, Djoko tole
dilakukan sedikit menyimpang dengan adat yang ada di mengumandangkan azan ke telinga anak
pertamanya. Seorang anak yang ditunggu-
daerah, karena harus menikah pada saat ibunya
tunggunya. Seorang anak yang akan menampik
meninggal dunia. Pernikahan dilakukan sebagai bentuk desas-desus yang sudah beredar tentang rumah
pemenuhan wasiat dari ibunya yang sangat berkeinginan tangganya yang tidak harmonis, terlebih di atas
malihat anaknya menikah. ranjang. Seorang anak lelaki yang pada saat itu
Kemudian lagi yang menjadi agak ganjil adalah membuat Djoko Tole yakin, bahwa anak itu
pernikahan Djoko Tole yang disaksiskan oleh kelak akan mencintai laut seperti dirinya.
jasad ibunya yang mati dengan jasad tersenyum
pada subuh setelah malam tanpa bulan. Kelahiran seorang anak sebagai bukti
Beberapa warga meminta dirinya untuk kesempurnaan pernikahan tergambar dalam data
menunda pernikahan selama setahun. Memang tersebut. Tentu orang tua menaruh harapan besar pada
begitu adat setempat yang berlaku, sekadar
anaknya. Prosesi setelah kelahiran yaitu
untuk memberikan waktu untuk berduka. Akan
tetapi Djoko Tole menolak dengan halus, mengumandangkan azan pertama ke telinga bayi, dengan
kemudian mengatakan bahwa warga desanya maksud kalimat baik yang pertama kali masuk dalam
berhak berduka atas kematian ibunya seperti ia telinga bayi. Mengumandangkan azan kapada bayi yang
juga berhak melaksanakan pernikahannya. baru lahir merupakan simbol budaya yang terdapat dalam
masyarakat pesisir. Sistem pengetahuan sesuai dengan
Adat pernikahan masyarakat pesisir apabila ajaran islam untuk mengumandangkan azan pada bayi
terdapat salah satu sanak keluarga yang meninggal dunia, yang baru lahir, yang diwujudkan dengan sistem nilai
maka pernikahan harus dilakukan setahun setelah tindakan mengumandngakan azan pada bayi yang baru
kematian tersebut terjadi. Hal tersebut dilakukan untuk lahir menjadi simbol budaya. Simbol budaya islam yang
sekadar waktu berduka. Adat tersebut menjadi sistem berkembang di daerah pesisir.
pengetahuan, namun dalam sistem nilai adat tersebut Prosesi kelahiran pada zaman dahulu masih
dapat tidak dilaksanakan karena suatu hal. Dalam novel, dilakukan dengan cara tradisonal, yaitu dengan bantuan
pernikahan Djoko Tole yang seharusnya dilakukan dukun beranak. Dalam novel ini Si Nenek sebagai dukun
setahun setelah ibunya meninggal dunia, pernikahan beranak yang hebat dan misterius membantu kelahiran
tersebut tetap dilakukan tepat pada hari ibunya setiap bayi dengan tulus. Setiap kali membantu proses
meninggal dunia karena dianggap sebagai wasiat yang kelahiran, Si Nenek selalu meminta calon bapak untuk
harus dilaksanakan. membuatkannya kopi hitam pahit yang paling enak, hal
Ibuku sudah tidak sabar ingin melihatku tersebut sebagai persyaratan yang harus dipenuhi.
menikah, katanya kepada tokoh warga sekitar,
Si Nenek, sosok perempuan tua abadi yang
dan itu seperti wasiat yang secara tak langsung
dikenal Djoko Tole dari ibunya, datang datang
disampaikan. Mereka yang mendengar,
dari kediaman yang misterius—tengah hutan
mengikuti saja kemauan Djoko Tole. Dan
gelap dan penuh dengan hantu, hewan-hewan
begitulah, pernikahan mereka pun dilaksanakan
liar dan sehgala hal yang mustahil – pada pagi
disaksikan ibunya yang berbalut kafan.
buta yang tiba-tiba, mengetuk pintu rumah
Djoko Tole dan mengatakan bahwa beberapa
Pernikahan sebagai simbol budaya yang jam lagi istrinya akan melahirkan, sebelum
dilaksanakan secara sakral. Pernikahan sebagai tanda kembali hilang setelah beberapa jenak dan
sahnya hubungan antara suami dan istri membangun kembali nongol beberapa saat menjelang istri
rumah tangga. Dalam novel tersebut pernikahan tetap Djoko Tole melahirkan. Saat bertemu
dilakukan karena merupakan wasiat ibunya untuk segera keduakalinya—di hari yang sama – dengan
Djoko Tole, ia langsung meminta kopi hitam.
melakukan pernikahan, sehingga tidak terdapat
Yang terpahit yang pernah kau buat, katanya
perlawanan dari warga sekitar. kepada Djoko Tole ditengah-tengah kunyahan
sirihnya yang sedikit muncrat.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
jasad Djoko Telu ditenggelamkan setelah pembersihan Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan & Agama.
selesai dan Djoko Telu sudah memberi tanda untuk Terjemahan Francisco Budi Hardiman.
dilepaskan jasadnya ke palung laut. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Perlakuan terhadap jasad yang telah Geertz, Clifford. 1992. Politik Kebudayaan. Terjemahan
ditinggalkan ruhnya merupakan wujud dari pengetahuan. Francisco Budi Hardiman. Yogyakarta: Penerbit
Sistem nilai melakukan perlakuan tersebut menjadi Kanisius.
simbol budaya yaitu membersihkan jasad yang telah Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Terjemahan
ditinggal ruhnya sebelum di kebumikan atau Francisco Budi Hardiman. Yogyakarta: Penerbit
ditenggelamkan di laut. Hal tersebut sebagai bentuk Kanisius.
penghormatan dari yang masih hidup pada jasad yang Geertz, Clifford. 1973. The Interpretative of Cultures.
telah mati. United States of America: Basic Books.
Leonardo, Pranata R.I., 2018. Ritual Tari Tauh dalam
D. PENUTUP Kenduri SKO (Studi Interpretativme Simbol:
Simpulan masyarakat Desa Lolo Hilir). Sejarah dan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian dapat Budaya:
http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-
ditarik simpulan bahwa masyarakat pesisir memiliki
budayaarticle/download/4119/2260.
kepercayaan terhadap agama yang disimbolkan dengan
adanya azan, kepercayaan terhadap adanya ruh nenek Magirah, Ramadhani E. F. 2018. Relasi Simbol Pakaian
moyang yang disimbolkan pengaruh ruh nenek moyang “Anak Nagari” dalam Batarewai di Nagari Kota
Gadang. Journal Perspektif: Junal Kajian
terhadap kehidupan sehari-hari, kepercayaan terhadap
Sosiologi dan Pendidikan,
makhluk gaib yang disimbolkan dengan penghormatan http://perspektif.ppj.unp.ac.id.
dan interaksi terhadap genderuwo, tuyul, kuntilanak, dan
Nasrullah, Mochamad. 2019. Balada Supri. Jakarta:
penguasa laut Roro Kidul, kepercayaan terhadap
Penerbit Anangram.
kekuatan supranatural yang disimbolkan dengan ajian
Gelombang Gunung. Simbol budaya masyarakat pesisir Sairi, Mochamad. 2017. Islam dan Budaya Jawa dalam
meliputi mata pencaharian yang disimbolkan sebagai Prespektif Clifford Geertz. Skripsi tidak
diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri
nelayan, pernikahan dengan adat sekitar yang
Syarif Hidayatullah.
disimbolkan dengan melakukan lamaran terlebih dahulu
kemudian ijab kabul, kelahiran yang disimbolkan dengan
dukun beranak dan mengazankan bayi yang baru lahir,
kematian yang disimbolkan dengan membersihkan dan
mengazankan jasad sebelum dikubur atau
ditenggelamkan.
Saran
Penelitian ini masih memiliki kekurangan pada
analisis data yang kurang lengkap, sehingga penelitian
selanjutnya disarankan untuk lebih memperhatikan
kelengkapan data penelitian berupa observasi budaya
daerah yang diinterpretasikan dalam novel yang diteliti.
Bagi guru penelitian ini dapat dijadikan sebagai
rujukan pembelajaran untuk membantu menambah
wawasan siswa mengenai simbol budaya dan
kepercayaan daerah.
Bagi siswa penelitian ini dapat diajadikan
sumber wawasan mengenai simbol budaya dan
kepercayaan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W. 2016. Research Design: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive
Simbol Budaya dalam Novel Balada Supri Karya Mochamad Nasrullah
BIOGRAFI PENGARANG
Mochamad Nasrullah pengarang novel Balada
Supri pemenang III Sayembara Novel Dewan Kesenian
Jakarta 2018. Laki-laki ini lahir di Jakarta, 11 Agustus
1993. Pernah menempuh S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Universitas Negeri Jakarta. Sekarang
menetap di Jember Jawa Timur dan berprofesi sebagai
guru. Surel yang bisa dihubungi
nasrullah.burung@gmail.com.
BIODATA PENELITI
Nama : Tutirizki Agusvina
NIM : 17020074052
Tempat Lahir : Tulungagung
Tanggal Lahir : 11 Agustus 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Fakultas : Bahasa dan Seni
Program Strudi : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Angkatan : 2017
Alamat : Dsn. Apakbranjang RT001 RW005
Des./Kec. Pucanglaban Tulungagung
Nomor HP : 082 230 178 182
Surel : tutirizki11@gmail.com
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-bahasa-indonesia/issue/archive