Anda di halaman 1dari 8

At-Thullab: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Volume ... Nomor ... Tahun ...


P-ISSN: 2579-625 e-ISSN: 2621-895X

Karakteristik dan Ragam Belajar

Gyna Badriyatun Nisa, Idoh Sulastri, dan Ikhsan Sirojudin


Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jalan Soekarno Hatta Kota Bandung Jawa Barat 40629 Indonesia
e-mail: gynanisa@gmail.com
e-mail: idohsulastri20@gmail.com
e-mail: ikhsansirojudin5@gmail.com

Education is an effort to empower humans, but in education there are several theories
that can be applied in learning. And one of them is cognitive learning theory. The aim
of this research is to find out more about the basic concepts of cognitive learning theory
and its implementation in education. The method used in this research is a qualitative
research method with research on literature or books or journals related to this theme.
Based on the research results, it is stated that cognitive learning theory is an approach
in psychology that emphasizes the role of mental processes in learning. It also provides
a deep understanding of how individuals process information, develop understanding
and learn through interaction with the environment.
Keywords: learning, cognitive theory, psychology

Pendidikan adalah salah satu upaya pemberdayaan manusia, namun dalam pendidikan
ada beberapa teori yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dan salah satunya adalah
teori belajar kognitif.Tujuan dari penelitian ini agar dapat mengetahui lebih dalam
mengenai konsep dasar teori belajar kognitif serta implementasinya dalam pendidikan.
Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan research terhadap literature atau buku maupun jurnal yang berkaitan dengan
tema ini. Berdasarkan hasil penelitian disebutkan bahwa teori belajar kognitif adalah
pendekatan dalam psikologi yang menekankan peranan proses mental dalam
pembelajaran. Ia juga memberikan pemahaman yang dalam tentang bagaimana individu
memproses informasi, mengembangkan pemahaman dan belajar melalui interaksi
dengan lingkungan.

Kata Kunci: Belajar, teori kognitif, psikologi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International


License. Allows readers to read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full
texts of its articles and allow readers to use them for any other lawful purpose.

Copyright (c) 2021 Rohmatus Syafi’iyah dan Kevin Nur Fattah Kurnia Sandy
Received 02 Oktober 2022, Accepted 14 Oktober 2022, Published 01 Mei 2023

Pendahuluan
(Gyna Badriyatun Nisa)

Di balik setiap proses pembelajaran manusia terdapat kerumitan yang tak terhingga,
sebuah labirin pikiran yang dipenuhi dengan interpretasi, refleksi, dan konstruksi
pengetahuan. Teori belajar kognitif adalah peta yang memandu kita melalui labirin
tersebut, membantu kita memahami bagaimana pikiran manusia menangkap,
memproses, dan memanfaatkan informasi untuk menghasilkan pemahaman yang
mendalam tentang dunia di sekitar kita. Salah satu konsep sentral dalam teori belajar
kognitif adalah konsep skema kognitif. Skema ini dapat dianggap sebagai kerangka
kerja mental yang digunakan oleh individu untuk memahami dan menafsirkan informasi
yang diterima dari lingkungan. Ketika individu mengalami sesuatu yang baru, mereka
mencocokkan informasi tersebut dengan skema yang sudah ada atau membuat skema
baru untuk memahaminya. Proses ini, yang dikenal sebagai asimilasi dan akomodasi,
membentuk dasar bagi pembangunan pengetahuan dan pemahaman yang lebih
kompleks. Selain itu, teori belajar kognitif juga menyoroti pentingnya interaksi sosial
dalam pembelajaran. Konsep zona perkembangan proksimal yang dikemukakan oleh
Vygotsky menekankan bahwa individu dapat mencapai pemahaman yang lebih tinggi
melalui bantuan dan kolaborasi dengan orang lain yang lebih terampil. Dalam konteks
ini, pengajar dan teman sebaya memainkan peran penting dalam membimbing individu
menuju pencapaian yang lebih tinggi.
Dalam dunia pendidikan yang terus berubah, pemahaman tentang teori belajar
kognitif memiliki implikasi yang luas dalam merancang strategi pembelajaran yang
efektif. Dengan memahami bagaimana pikiran manusia bekerja dalam memperoleh
pengetahuan dan memecahkan masalah, pendidik dapat merancang pengalaman belajar
yang sesuai dengan kebutuhan siswa, mendorong pemikiran kritis, dan memfasilitasi
pembangunan konsep yang kuat. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk
menyelidiki lebih dalam tentang teori belajar kognitif dan relevansinya dalam konteks
pendidikan dan pengembangan individu. Dengan mengeksplorasi konsep-konsep inti
seperti skema kognitif, konstruksi pengetahuan, dan zona perkembangan proksimal, kita
dapat menggali potensi besar teori ini untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan
membentuk individu yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang dunia di
sekitar mereka.

AT-THULLAB: Volume ... Nomor ..., Tahun ... 103


Journal Page is available to: http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/at-thulab/index
(Gyna Badriyatun Nisa)

Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan
buku-buku atu jurnal-jurnal dengan tema yang berkaitan. Menurut Dr. H. Zuchri
metode penelitian kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci, analisis data
bersifat induktif, dan lebih menekankan makna (Dr. H. Zuchri Abdussamad, S.I.K.,
2021).

Hasil dan Pembahasan


A. Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif

B. Klasifikasi Teori Belajar Kognitif


1. Teori Kognitif Peaget
Jean Peaget mengembangkan teori ini dengan menekankan bahwa anak-anak
aktif membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungan.
Kemudian terdapat empat tahap perkembangan, yaitu:
a. Tahap Sensori
Pada tahap ini terjadi ketika 0-2 tahun, proses ini juga disebut sebagai
proses “decentration”. Yang berarti pada usia ini bayi tidak bisa
memisahkan diri dengan lingkungannya dan bergerak dari tindakan
reflex in stinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis.
b. Tahap pra operasional
Fase ini terjadi pada rentang usia 2-7 tahun, anak dengan usia ini
merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar yang
menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui
hubungan informasi inderawi dan tindakan fisik.
c. Tahap operasi konkrit
Tahap ini terjadi pada rentang usia 7-11 tahun. Di tahun ini anak akan
dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkkrit
dan dapat mengkalsifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang
berbeda.
104 AT-THULLAB: Volume ... Nomor ..., Tahun
Journal Page is available to: http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/at-thulab/index
(Gyna Badriyatun Nisa)

d. Tahap operasi formal


Pada tahap ini terjadi di rentang usia 11- dewasa atau dikenal dengan
fase remaja. Remaja berpikir dengan lebih abstrak, logis, dan lebih
idealistic (Marinda, 2020).
2. Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori ini menyimpulkan bahwa manusia mengambil informasi dan memutuskan
tingkah laku yang akan diadopsi berdasarkan lingkungan dan tingkaj laku orang
lain yang ada disekitarnya. Ia berpendapat ada empat komponen penting dalam
teori belajar sosial:
a. Memperhatikan
b. Menyimpan
c. Memproduksi gerakan motorik
d. Penguatan dan motivasi (Wahyuni & Fitriani, 2022).
3. Teori Belajar Konstruktivis Lev Vygotsky
Teori ini memandang bahwa pengetahuan dikonstruksikan secara kolaboratif
antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh masing-masing
individu. Vygotsky juga menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan
dalam pembelajaran. Menurutnya perkembangan inteletual siswa dapat dipahami
hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa serta individu selalu
berkembang sesuai pada system tanda (Tamrin et al., 2011).
4. Teori Belajar Berbasis Masalah
PBL atau Problem-Based Learning adalah model pembelajaran yang dalam
prosesnya peserta didik dihadapkan ke dalam suatu permasalahan nyata yang
pernah dialami oleh peserta didik. Teori ini memicu peserta didik untuk
meneliti, menguraikan dan mencari penyelesaian dari masalah tersebut (Ardianti
et al., 2022).
C. Aplikasi Pembelajaran Kognitif
1. Aktualisasi teori kognitif dalam pembelajaran PAI
Menurut perspektif kognitivisme, proses belajar melibatkan tahapan penting
seperti asimilasi, di mana peserta didik menyatukan pengalaman mereka
dengan lingkungan; akomodasi, di mana mereka menyesuaikan pemahaman
mereka dengan hal-hal baru; dan equilibrasi, yang mendorong pembelajaran
AT-THULLAB: Volume ... Nomor ..., Tahun ... 105
Journal Page is available to: http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/at-thulab/index
(Gyna Badriyatun Nisa)

yang lebih terarah. Ini semua disesuaikan dengan tahap perkembangan


peserta didik, dimulai dari tahap enaktif, ekonik, hingga simbolik.
Teori kognitif juga menekankan pentingnya memahami struktur kognitif
peserta didik untuk menyampaikan materi pelajaran dengan efektif, terutama
dalam pelajaran PAI. Materi PAI biasanya disusun dari yang paling
sederhana ke yang lebih kompleks, dengan penekanan pada pemahaman
konsep daripada sekadar hafalan. Penggunaan media pembelajaran, seperti
cerita bergambar, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
PAI karena memungkinkan interaksi dalam pembelajaran.
Dalam konteks pembelajaran agama Islam, pendekatan kognitivisme
menawarkan cara untuk mengembangkan kemampuan individu setiap siswa
melalui lingkungan sekolah. Sekolah berperan penting dalam menanamkan
paradigma berpikir kritis dan membangun budaya nalar kritis. Guru
berperan sebagai fasilitator pengakuan dan perancangan kognisi siswa,
memfasilitasi pengembangan pemikiran kritis mereka.
Selain itu, pendekatan kognitivisme juga menekankan pentingnya
mengembangkan kepedulian sosial dan lingkungan. Ini tidak hanya
mencakup pengembangan kecerdasan akademik, tetapi juga pembentukan
moralitas siswa. Oleh karena itu, pendidikan Islam berusaha untuk
membimbing siswa dalam berinteraksi dengan sesama dan lingkungan, serta
mempersiapkan mereka untuk menyongsong masa depan dan membangun
peradaban melalui pendidikan.
2. Aktualisasi teori kognitif dalam SD
Dalam konteks pengajaran huruf hijaiyah kepada siswa kelas 1 SD,
pendekatan kognitif dapat diaktualisasikan dengan memperhatikan beberapa
tahapan penting. Guru memulai dengan memberikan pengenalan materi yang
menarik dan memberikan motivasi kepada siswa. Kemudian, siswa diajak
untuk menghafalkan dan memahami huruf-huruf hijaiyah tersebut agar dapat
disimpan dalam ingatan mereka. Setelah tahap tersebut, siswa diberi
kesempatan untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari dan
menerapkannya dengan menulis ulang huruf-huruf hijaiyah. Proses ini
106 AT-THULLAB: Volume ... Nomor ..., Tahun
Journal Page is available to: http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/at-thulab/index
(Gyna Badriyatun Nisa)

membantu memperkuat pemahaman mereka dan memperdalam pengetahuan


tentang huruf-huruf tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu dan melalui proses pembelajaran yang
berkelanjutan, siswa akan semakin terampil dalam menulis huruf hijaiyah secara
berurutan serta dalam menulis ayat atau hadits tanpa harus melihat contoh
tulisan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memperoleh pengetahuan
yang lebih mendalam melalui proses pembelajaran.(Ni et al., 2021)
D. Implementasi teori pembelajaran psikologi kognitif dalam pembelajaran di
sekolah dasar
mengacu pada kontribusi tiga teori utama: teori perkembangan Piaget, teori
kognitif Brunner, dan teori bermakna Ausubel. Ketiga tokoh ini memperkaya
pemahaman tentang proses belajar kognitif. Menurut mereka, proses belajar
berlangsung melalui tahapan perkembangan tertentu yang sesuai dengan usia
siswa.
Tahapan-tahapan tersebut meliputi:
1. Asimilasi, yaitu proses penyesuaian sifat alami individu dengan
lingkungannya.
2. Akomodasi, di mana individu menyesuaikan pemahaman mereka untuk
menerima informasi baru.
3. Equilibrasi, proses di mana belajar lebih dipengaruhi oleh cara materi
diajarkan daripada usia siswa.
Selanjutnya, proses belajar juga mengikuti tahapan enaktif (melalui aktivitas),
ekonik (melalui visual dan verbal), dan simbolik. Setiap teori tersebut memiliki
implikasi yang berbeda, tetapi secara keseluruhan, teori kognitivisme menekankan
pentingnya memahami struktur kognitif siswa. Dengan memahami struktur tersebut,
pendidik dapat menyesuaikan materi pelajaran dengan baik sesuai dengan kemampuan
siswa.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, penyusunan materi pelajaran
sebaiknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang paling sederhana hingga
kompleks. Pembelajaran juga sebaiknya tidak hanya terfokus pada hafalan, melainkan
juga pada pemahaman konsep. Interaksi siswa dengan media pembelajaran, seperti
cerita bergambar, dapat meningkatkan kemampuan membaca mereka karena
AT-THULLAB: Volume ... Nomor ..., Tahun ... 107
Journal Page is available to: http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/at-thulab/index
(Gyna Badriyatun Nisa)

memfasilitasi proses penguasaan materi melalui interaksi dalam pembelajaran.


Pendekatan ini sejalan dengan konsep proses kognitif yang dikenal sebagai tahapan-
tahapan dalam pembelajaran, seperti yang dijelaskan oleh Robert M. Gagne dengan 9
tahapan kognitifnya, atau dengan konsep enaktif, ikonik, dan simbolik(Sekolah et al.,
2020).

E. Simpulan
Belajar merupakan proses yang vital bagi perkembangan individu dan
masyarakat karena memberikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang
penting. Untuk memastikan efektivitas pembelajaran, pemahaman yang
mendalam tentang karakteristik siswa, termasuk mengenai teori belajar seperti
apa yang akan dipraktikan dalam kegiatan belajar mengajar. Teori kognitif
adalah salah satunya, yang dimana teori ini membantu perkembangan peserta
didik.

Daftar Rujukan
Ardianti, R., Sujarwanto, E., & Surahman, E. (2022). Problem-based Learning: Apa dan
Bagaimana. Diffraction, 3(1), 27–35.
https://doi.org/10.37058/diffraction.v3i1.4416
Dr. H. Zuchri Abdussamad, S.I.K., M. S. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Syakir
Media Press.
Marinda, L. (2020). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dan Problematikanya
Pada Anak Usia Sekolah Dasar. An-Nisa’ : Jurnal Kajian Perempuan dan
Keislaman, 13(1), 116–152. https://doi.org/10.35719/annisa.v13i1.26
Ni, K., Hafidzulloh, S. M., Sunan, U. I. N., Yogyakarta, K., Gadjah, U., & Yogyakarta,
M. (2021). Teori pembelajaran kognitivistik dan aplikasinya dalam pendidikan
islam 1. 204–217.
Sekolah, N., Agama, T., & Pekanbaru, A. (2020). Teori kognitivisme serta aplikasinya
dalam pembelajaran. 2, 77–95.
Tamrin, M., S. Sirate, S. F., & Yusuf, M. (2011). Teori Belajar Vygotsky dalam
Pembelajaran Matematika. Sigma (Suara Intelektual Gaya Matematika), 3(1), 40–
47.
Wahyuni, N., & Fitriani, W. (2022). Relevansi Teori Belajar Sosial Albert Bandura dan
Metode Pendidikan Keluarga dalam Islam. Qalam: Jurnal Ilmu Kependidikan,
11(2), 60–66. https://doi.org/10.33506/jq.v11i2.2060

108 AT-THULLAB: Volume ... Nomor ..., Tahun


Journal Page is available to: http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/at-thulab/index
(Gyna Badriyatun Nisa)

AT-THULLAB: Volume ... Nomor ..., Tahun ... 109


Journal Page is available to: http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/at-thulab/index

Anda mungkin juga menyukai