Anda di halaman 1dari 3

FIQIH: MUNAKAHAT DAN MAWARIS

Review Materi Konsep Nikah, Dasar, Tujuan, dan Hukumnya

Nama : Iqbal Rahmat Tukijo


NIM : 1222020127
Kelas : 4C
Pertemuan/Tanggal : 3/13 Maret 2024

A. Definisi Nikah
Para ulama memberikan berbagai definisi mengenai pernikahan, meskipun esensi yang
terkandung dalam definisi-definisi tersebut sama. Ulama Madzhab Syafi'i mendefinisikan pernikahan
sebagai akad yang memungkinkan dilakukannya hubungan suami-istri melalui lafazh nikah/kawin
atau yang memiliki makna serupa. Sementara itu, ulama Hanafiah mendefinisikan pernikahan sebagai
akad yang memungkinkan dilakukannya hubungan suami-istri yang halal antara seorang lelaki dan
seorang wanita selama tidak ada hambatan syariah. Hukum Islam memberikan definisi pernikahan
sebagai akad yang sangat kuat atau mitsaqon gholizhon yang bertujuan untuk taat kepada perintah
Allah serta menjadikannya sebagai ibadah. Ini menunjukkan bahwa pernikahan memiliki dimensi
spiritual dan hubungannya dengan ketaatan kepada Allah. Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun
1974 mendefinisikan pernikahan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami dan istri, dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan abadi berdasarkan
prinsip ketuhanan yang maha esa. Secara umum, definisi-definisi tersebut menggambarkan
pernikahan sebagai ikatan yang diakui secara hukum dan agama antara seorang pria dan seorang
wanita, dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-
prinsip agama dan ketuhanan (Sobari, 2013).

B. Dasar Nikah
Dalam Al-Quran, dasar nikah atau pernikahan dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang
memberikan pedoman dan hukum terkait pernikahan dalam Islam. Berikut adalah ayat yang relevan
Surah An-Nisa' (4:1):
‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ٱَّتُقو۟ا َر َّبُك ُم ٱَّلِذ ى َخ َلَقُك م ِّم ن َّنْفٍس َٰو ِح َدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َج َها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِرَج ااًل َك ِثيًرا َو ِنَس ٓاًء ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل ٱَّلِذ ى‬
‫َتَس ٓاَء ُلوَن ِبِهۦ َو ٱَأْلْر َح اَم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًبا‬
"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
Ayat ini menyiratkan bahwa Allah menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan agar
mereka dapat saling melengkapi dan memperkembangkan keturunan. Hal ini menunjukkan
pentingnya pernikahan dalam membangun hubungan yang harmonis dan memperluas keturunan
manusia (Dwi Dasa Suryantoro, 2021).

C. Tujuan Nikah
Menurut pandangan para ulama, tujuan dan hikmah pernikahan meliputi (Zaputra, 2023) :
1. Memelihara dan melanjutkan keturunan: Pernikahan dianggap sebagai sarana untuk
mempertahankan garis keturunan yang dapat meneruskan pendidikan, akhlak, dan kemuliaan
kepada generasi berikutnya.
2. Menentramkan jiwa dan melembutkan perasaan: Pernikahan memberikan kesempatan bagi suami
dan istri untuk saling mencurahkan cinta dan kasih sayang, sehingga dapat menghilangkan
kelelahan dan penderitaan setelah seharian bekerja.
3. Membina keluarga dan mendidik anak-anak: Pernikahan membentuk kerjasama antara suami dan
istri dalam membangun keluarga dan mendidik anak-anak. Setiap pasangan memiliki tanggung
jawab khusus yang sesuai dengan tabiat dan kondisi fisik mereka.
4. Menyuburkan rasa kasih sayang antara orang tua: Pernikahan dapat memperkuat kasih sayang
antara ibu dan bapak, yang kemudian memunculkan sikap saling memberi dan menerima.
Dengan kasih sayang yang sehat, keturunan yang mulia dan cerdas dapat tumbuh dan
berkembang.
5. Membentengi diri dari godaan setan: Pernikahan membantu mengendalikan dan mengarahkan
nafsu seksual kepada yang halal, sehingga melindungi individu dari godaan setan dan menjaga
kehormatan manusia.
6. Memenuhi kebutuhan biologis: Pernikahan memungkinkan suami dan istri memenuhi kebutuhan
biologis mereka sebagai pasangan hidup, sehingga menjaga keharmonisan dalam hubungan
seksual yang merupakan bagian dari fitrah kemanusiaan.

D. Hukum Nikah
Dalam hukum pernikahan dalam Islam, terdapat lima hukum taklifi (Shamad, 2017) :
1. Wajib: Menikah wajib bagi yang mampu secara finansial dan merasakan desakan nafsu yang
kuat yang bisa membawa kepada perzinaan.
2. Haram: Menikah haram bagi yang tidak mampu memenuhi nafkah lahir dan batin calon pasangan
tanpa adanya desakan nafsu.
3. Sunnah: Menikah sunnah bagi yang merasakan desakan nafsu dan mampu menahan diri dari
perbuatan haram.
4. Makruh: Menikah makruh bagi yang lemah syahwatnya dan tidak mampu memberikan nafkah
kepada calon pasangan.
5. Mubah: Menikah mubah bagi yang tidak terdesak oleh kebutuhan mendesak atau alasan-alasan
lainnya.
DAFTAR REFRENSI
Dwi Dasa Suryantoro, A. R. (2021). Dwi Dasa Suryantoro, Ainur RofiqNIKAH DALAM
PANDANGAN HUKUM ISLAM. 7(02).
Shamad, M. Y. (2017). HUKUM PERNIKAHAN DALAM ISLAM (Wedding Law In Islam)
Muhammad. V(September), 74–77.
Sobari, A. (2013). Nikah Siri Dalam Perspektif Islam * ( THE SECRET MARRIAGE IN ISLAMIC
PERSPECTIVE ). 1(1), 49–56.
Zaputra, R. (2023). TUJUAN DAN HIKMAH NIKAH MENURUT PERSPEKTIF AL- QUR ’ AN. 9(1),
42–49.

Anda mungkin juga menyukai