Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA ODONTEKTOMI


RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

Disusun Oleh
Rayani Mpole, S.Kep
2021032083

Mengetahui
Pembimbing Lahan Praktek

Nurvia, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ODONTEKTOMI

A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Odontektomi atau pencabutan gigi impaksi atau pencabutan gigi
bungsu ketiga yang terpendam adalah pencabutan gigi yang tidak tumbuh
ke atas melainkan terpendam dalam gusi dimana gigi tersebut tidak dabat
dicabut dengan prosedur biasa dan harus dilakukan tindakan bedah minor.
Odontektomi adalah metode pengambilan gigi dari soketnya setelah
pembuatan flap dan mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi gigi
tersebut.
Odontektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang
tidak dapat dilakukan dengan cara ekstraksi biasa atau dapat dilakukan
pada gigi yang impaksi atau tertanam di bawah tulang atau mukosa.
2. Anatomi Fisiologi
Gigi (dentis) merupakan bagian yang mengolah makanan saat kita
makan. Melalui gigi, makanan dapat kita gigit, potong, sobek, kunyah dan
dihaluskan. Sehingga, gigi mencerna makanan secara mekanik.
Berdasarkan bentuknya, gigi manusia meliputi gigi seri, gigi taring, gigi
geraham depan (premolar) dan gigi geraham belakang(molar).
Email gigi merupakan lapisan keras berwarna putih yang menutupi
mahkota gigi. Tulang gigi, tersusun atas zatdentin. Sumsum gigi (pulpa),
merupakan rongga gigi yang di dalamnya terdapat serabut saraf dan
pembuluh-pembuluh darah. Itulah sebabnya bila gigi kita berlubang akan
terasa sakit, karena pada sumsum gigi terdapat saraf.
Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan sehingga makanan menjadi
halus. Keadaan ini memungkinkan enzim-enzim pencernaan mencerna
makanan lebih cepat dan efisien.

2
Setiap gigi tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut:
a. Puncak gigi atau mahkota gigi (korona), yaitu bagian yang tampak
dari luar. Setiap jenis gigi memiliki bentuk mahkota gigi yang
berbeda-beda.
b. Leher gigi (kolum), yaitu bagian gigi yang terlindung di dalam gusi
dan merupakan batas antara mahkota dan akar gigi.
c. Akar gigi (radiks), yaitu bagian gigi yang tertanam di dalam rahang.
Akar gigi yang menancap pada tulang rahang tersebut ada yang
berjumlah satu dan dua.
Pada bagian gigi manusia terstruktur / tersusun atas 4 (empat)
lapisan/jaringan yakni:
a. Email adalah bagian mahkota gigi dilapisi oleh lapisan/jaringan
keras yang mengandung kalsium dan berfungsi untuk melindungi
tulang gigi dengan zat yang sangat keras yang berada di bagian
paling luar gigi manusia.
b. Tulang dentin merupakan lapisan yang berada pada lapisan setelah
email yang dibentuk dari zat kapur. berupa jaringan berwarna
kekuningan.
c. Pulpa atau Rongga Gigi. Pada bagian ini terdapat pembuluh darah
untuk memelihara seluruh gigi, dan serabut-serabut saraf yang
mendeteksi tekanan, panas, dingin, dan sakit. Pembuluh darah dan
saraf tersebut menjulur hingga akar gigi.
d. Semen. lapisan keras, jaringan semacam tulang yang memiliki
konstruksi yang kuat melapisi akar gigi. Semen / Sementum
merupakan bagian dari akar gigi yang berdampingan / berbatasan
langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh.
3. Etiologi
Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi ialah:
a. Posisi gigi yang abnormal
b. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
c. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
d. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi

3
e. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
f. Pencabutan prematur pada gigi
g. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa di sekitar gigi
h. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang, antara lain karena
inflamasi atau abses
i. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada
anak-anak
j. Faktor usia juga turut berperan dalam menyebabkan terjadinya gigi
impaksi tanpa harus disertai kausa lokal
Gigi yang impaksi (kaninus atau molar tiga) dapat menimbulkan
sakit craniofacial, sakit yang kontinyu atau intermitten pada daerah
kepala dan leher dapat timbul pada situasi tersebut. Rasa sakit dapat
berupa migrain, neuralgia atipikal wajah, sakit karena kontraksi
otot, dan disfungsi articulatio tempomandibularis.
4. Patofisiologi
Gigi impaksi merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi di
masyarakat. Gigi impaksi merupakan sumber potensial yang terus menerus
dapat menimbulakan keluhan sejak gigi mulai erupsi. Keluhan utama yang
paling sering dirasakan adalah rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi di
sekeliling gusi gigi tersebut bahkan kadang-kadang dapat mempengaruhi
estetis.
Gigi impaksi, maksudnya gigi yang terpendam di dalam tulang rahang
atau terhalang jaringan gusi dan tidak berhasil muncul ke permukaan. Gigi
impaksi ini bisa menyebabkan berbagai masalah di dalam mulut. Mulai dari
rasa sakit yang mengganggu sampai gangguan yang lebih serius di mulut.
Tindakan yang sering dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah
pembedahan.
Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga,
atau dalam bahasa umumnya gigi geraham yang paling belakang, geraham
ketiga. Manusia normal akan memiliki empat gigi geraham ketiga, yaitu di
setiap sisi rahang, atas kanan, atas kiri, bawah kanan, bawah kiri. Gigi
geraham ketiga ini adalah gigi yang paling terakhir muncul. Normalnya

4
gigi ini sudah muncul ketika berumur 15-21 tahun. Namun, seringkali gigi
geraham ketiga ini tidak berhasil muncul dan malah terjebak di dalam
tulang rahang. Dengan memahami kasus gigi impaksi akan membantu anda
mengambil tindakan yang tepat dan mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi dengan adanya gigi impaksi.
Berdasarkan sifat jaringan, impaksi gigi molar ketiga dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Impaksi jaringan lunak
Adanya jaringan fibrous tebal yang menutupi gigi terkadang
mencegah erupsi gigi secar normal. Hal ini sering terlihat pada
kasus insisivus sentral permanen, di mana kehilangan gigi sulung
secara dini yang disertai trauma mastikasi menyebabkan
fibromatosis
b. Impaksi jaringan keras
Ketika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan
oleh tulang sekitar, hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan
keras. Di sini, gigi impaksi secara utuh tertanam di dalam tulang,
sehingga ketika flap jaringan lunak direfleksikan, gigi tidak
terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif harus diangkat, dan gigi
perlu dipotong-potong sebelum dicabut.

5
5. Pathway Keperawatan

6
6. Manifestasi Klinis
Masalah yang sering dikeluhkan oleh mereka dengan gigi molar ketiga
impaksi yaitu merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan rongga mulut. Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi
impaksi ialah:
a. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan
pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi.
b. Resorpsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal
c. Kista (folikuler).
d. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang
lama (neuralgia).
e. Fraktur rahang (patah tulang rahang).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik dilakukan pada klien dengan odontektomi, yaitu :
a. Panoramik
Pemerinksaan dengan ro photo memperlihatkan efek penyakit pada
gigi dan rahang misalnya apakah proses bersifat
osteolysis/osteoblastis, apakah berkapsul/berdifusi, apakah terdapat
granuloma atau cyste, lokasinya didalam tulang/sudah menembus
dinding.
b. MRI
8. Penatalaksanaan
a. Medis
Jika gigi impaksi tidak menyebabkan masalah, dokter gigi anda
mungkin akan menyarankan untuk membiarkan saja tapi dengan
pengawasan. Hal ini juga berlaku untuk mereka yang tidak mungkin
mengeluarkan gigi tersebut dengan alasan kesehatan. Di bawah
bimbingan dokter gigi anda atau ahli bedah mulut, anda bisa merawat
gigi impaksi anda dengan berkumur menggunakan mouthwash (obat
kumur), air garam atau obat penghilang rasa sakit. Tapi jika
masalahnya semakin parah, sebaiknya memang dioperasi.

7
b. Keperawatan
Dokter gigi atau ahli bedah mulut akan memberikan petunjuk khusus
untuk merawat mulut anda sehabis pencabutan gigi impaksi.
Beberapa tips dalam perawatan setelah operasi:
1) Aktivitas. Beristirahatlah beberapa hari setelah pembedahan.
Jangan melakukan olahraga keras atau mengendarai kendaraan
roda dua. Jangan merokok untuk minimal sehari setelah
pembedahan (hal ini akan mengganggu bekuan darah yang sudah
terbentuk di dalam bekas operasi).
2) Makanan. Minum air putih dan makan makanan yang lembut
untuk 12 jam pertama setelah operasi. Tapi, jika anda mencabut
lebih dari satu gigi, makan makanan yang lembut atau lunak
selama beberapa hari setelah pencabutan. Jangan menggunakan
sedotan, karena akan mengganggu bekuan darah yang sudah
terbentuk. Jauhi makanan yang keras atau kerupuk selama dua
minggu setelah operasi.
3) Manajemen rasa sakit. Biasanya anda akan membutuhkan obat
penahan rasa sakit beberapa hari setelah operasi. Menggunakan
kompres dingin akan mengurangi rasa sakit dan juga
pembengkakannya.
4) Perdarahan. Darah yang keluar dari bekas operasi adalah hal
normal pada hari pertama. Akan lebih baik jika anda menelan
darah yang keluar tersebut daripada meludahkannya (akan
merusak bekuan darah). Mintalah petunjuk dokter gigi atau dokter
gigi bedah mulut anda tentang cara melepaskan perbannya.
5) Pembengkakan. Rahang bengkak setelah operasi adalah hal yang
normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Gunakan kompres dingin
untuk mengatasinya. Beberapa dokter gigi mungkin akan
menyuntikkan steroid untuk mengendalikan pembengkakan ini.
6) Membersihkan mulut. Sehari setelah operasi, kumur-kumurlah
dengan air garam minimal enam kali sehari. Gosoklah gigi anda,
tapi hati-hati ketika memasuki daerah bekas operasi.

8
9. Komplikasi
a. Biasanya gigi, gusi, lidah, dan pipi akan mengalami mati rasa untuk
beberapa waktu setelah operasi
b. Dry socket (ternyata tidak terbentuk bekuan darah yang diinginkan di
bekas pencabutan gigi tersebut)
c. Infeksi bakteri atau sisa makanan yang mengganggu.
d. Masalah gig, jika gigi yang dicabut berada di dekat gigi.
e. Rahang agak ngilu atau tidak nyaman.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata: Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.
b. Riwayat Penyakit sekarang
1) Gejala: Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset,
frekwensinya, riwayat pembedahan atau trauma dan penggunaan
obat: jenis, jumlah, frekwensinya , lamanya. Sekret hidung : warna,
jumlah, konsistensi secret, epistaksis, ada tidaknya krusta/nyeri
hidung.
2) Riwayat sakit gigi (caries): nyeri kepala, lokasi dan beratnya,
hubungan dan gangguan umum lainnya. Tandanya berupa Demam,
drainage, purulen, polip mungkin timbul dan biasanya terjadi
bilateral pada hidung dan rongga mulut yang mengalami radang
sampai Pucat, odema keluar dari hidng atau mukosa gusi,
kemerahan dan odema membran mukosa. Pemeriksaan penunjung :
kultur organisme hidung dan tenggorokan, pemeriksaan rongent
/panoraik
c. Keluhan utama: biasanya penderita mengeluh nyeri , demam, dan
bengkak
d. Riwayat penyakit dahulu: Pernah menderita sakit gigi geraham
Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT.

9
e. Riwayat keluarga: Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga klien yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit
klien sekarang.
f. Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan
klien (cemas/sedih), interpersonal : hubungan klien dengan orang
lain sangat baik
g. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat: Untuk mengurangi
masalah gigi biasanya klien menkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme: biasanya nafsumakan klien
berkurang karena terjadi gangguan rongga mulut dan gigi
3) Pola istirahat dan tidur: selama di rumah sakit klien merasa tidak
dapat istirahat karena nyeri dan meradang diarea impaksi
4) Pola Persepsi dan konsep diri: susunan gigi yang tidak bagus
dan pembengkakan di rarea impksi menyebabkan konsepdiri
menurun
5) Pola sensorik: jika impaksi menyebabkan kista dan infeksi
disinus daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu
akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
h. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum: keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2) Pemeriksaan fisik data fokus rongga mulut: nyeri t, rinoskopi
(mukosa merah dan bengkak).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut .
2) Resiko infeksi
3) Kecemasan

10
b. Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka perasi

11
3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan


Rasional
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut NOC : NIC : 1. Meminimalkan stimulasi meningkatkan
berhubungan dengan: ❖ Pain Level, 1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. relaksasi.
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, ❖ pain control, 2. Beri tindakan non farmakologi untuk 2. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler
psikologis), kerusakan jaringan ❖ comfort level menghilangkan sakit kepala, misalnya: serebral dengan menghambat/memblok
Setelah dilakukan tinfakan kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan respon simpatik, efektif dalam
DS: keperawatan selama …. Pasien leher. menghilangkan sakit kepala dan
- Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, dengan 3. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi komplikasinya
DO: kriteria hasil: yang dapat meningkatkan sakit kepala : 3. Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
- Posisi untuk menahan nyeri 1. Mampu mengontrol nyeri mengejan saat BAB, batuk panjang, dan menyebabkan sakit kepala pada adanya
- Tingkah laku berhati-hati (tahu penyebab nyeri, membungkuk. peningkatkan tekanan vakuler serebral.
- Gangguan tidur (mata sayu, mampu menggunakan 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan 4. Meminimalkan penggunaan oksigen dan
tampak capek, sulit atau tehnik nonfarmakologi 5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien aktivitas yang berlebihan yang memperberat
gerakan kacau, menyeringai) untuk mengurangi nyeri, itirahat selama 1 jam setelah makan. kondisi klien.
- Terfokus pada diri sendiri mencari bantuan) 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian 5. menurunkan kerja miocard sehubungan
- Fokus menyempit (penurunan 2. Melaporkan bahwa nyeri obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. dengan kerja pencernaan.
persepsi waktu, kerusakan berkurang dengan 6. Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan
proses berpikir, penurunan menggunakan manajemen rangsangan saraf simpatis.
interaksi dengan orang dan nyeri
lingkungan) 3. Mampu mengenali nyeri
- Tingkah laku distraksi, contoh : (skala, intensitas, frekuensi
jalan-jalan, menemui orang lain dan tanda nyeri)
dan/atau aktivitas, aktivitas 4. Menyatakan rasa nyaman
berulang-ulang) setelah nyeri berkurang
- Respon autonom (seperti 5. Tanda vital dalam rentang
diaphoresis, perubahan tekanan normal
darah, perubahan nafas, nadi 6. Tidak mengalami gangguan
dan dilatasi pupil) tidur
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam

12
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum

13
Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan
Rasional
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko : ❖ Immune Status Kontrol infeksi 1. Untuk mencegah infeksi yang ditularkan
- Prosedur Infasif ❖ Knowledge : Infection oleh pasien lain
1. Bersihkan lingkungan setelah
- Kerusakan jaringan dan control 2. Memotong rantai infeksi
peningkatan paparan ❖ Risk control dipakai pasien lain
2. Gunakan sabun antimikrobia 3. Memotong rantai infeksi
lingkungan Setelah dilakukan tindakan
- Malnutrisi keperawatan selama…… untuk cuci tangan 4. Tenaga kesehatan dapat mencegah
- Peningkatan paparan pasien tidak mengalami infeksi 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah infeksi nosokomial
lingkungan patogen dengan kriteria hasil: tindakan keperawatan 5. Resiko infeksi tidak terjadi
- Imonusupresi ❖ Klien bebas dari tanda dan 4. Gunakan baju, sarung tangan 6. Diet makanan tinggi protein untuk
- Tidak adekuat pertahanan gejala infeksi mempercepat penyembuhan luka
sebagai alat pelindung
sekunder (penurunan Hb, ❖ Menunjukkan kemampuan
5. Pertahankan lingkungan aseptik selama 7. Untuk mencegah atau
Leukopenia, penekanan respon untuk mencegah timbulnya
inflamasi) infeksi pemasangan alat mengobati infeksi
- Penyakit kronik ❖ Jumlah leukosit dalam 6. Tingktkan intake nutrisi
- Imunosupresi batas normal 7. Berikan terapi antibiotik bila
- Malnutrisi ❖ Menunjukkan perilaku perlu
- Pertahan primer tidak adekuat hidup sehat
(kerusakan kulit, trauma ❖ Status imun,
jaringan, gangguan peristaltik) gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas
normal

14
Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan
Rasional
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan NOC : NIC
berhubungan dengan - Kontrol kecemasan Penurunan kecemasan 1. Kecemasan tidak meningkat
Faktor keturunan, Krisis - Koping
situasional, Stress, perubahan Setelah dilakukan asuhan
1. Tenangkan klien 2. Pasien dapat memahami terkait
status kesehatan, ancaman selama ……………klien 2. Berikan informasi tentang keadaannya
kematian, perubahan konsep diri, kecemasan teratasi dgn kriteria diagnosa prognosis dan tindakan 3. Mengetahui tingkat kecemasan untuk
kurang pengetahuan dan hasil: 3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik menentukan intervensi selanjutnya
hospitalisasi ❖ Klien mampu pada tingkat kecemasan Empati petugas kesehatan dapat dirasakan
mengidentifikasi dan 4. Gunakan pendekatan dan
DO/DS: mengungkapkan gejala pasien
sentuhan 5. Kecemasan tidak meningkat
- Insomnia cemas
- Kontak mata kurang ❖ Mengidentifikasi, 5. Temani pasien untuk mendukung 6. Pengalihan terhadap kecemasan yang
- Kurang istirahat mengungkapkan dan keamanan dan penurunan rasa takut dirasakan pasien
- Berfokus pada diri sendiri menunjukkan tehnik untuk 6. Sediakan aktifitas untuk menurunkan 7. Mengurangi kecemasan pasien
- Iritabilitas mengontol cemas ketegangan
- Takut ❖ Vital sign dalam batas 7. Intruksikan kemampuan klien untuk
- Nyeri perut normal menggunakan teknik relaksasi
- Penurunan TD dan denyut nadi ❖ Postur tubuh, ekspresi
- Diare, mual, kelelahan wajah, bahasa tubuh dan
- Gangguan tidur tingkat aktivitas
- Gemetar menunjukkan
- Anoreksia, mulut kering berkurangnya kecemasan
- Peningkatan TD, denyut nadi,
RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

15
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi


terhadap kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera barat. Dentika
Dental Journal 20015

Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut 2nd ed. Alih Bahasa: Purwanto,
Basoeseno. Jakarta: EGC; 2016

Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh bentuk gigi geligi terhadap terjadinya impaksi
gigi molar ketiga rahang bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 2017

Astuti ERT. Prevalensi karies pada permukaan distal gigi geraham dua rahang
bawah yang diakibatkan oleh impaksi gigi geraham tiga rahang bawah.
Jurnal MIKGI 2018

16

Anda mungkin juga menyukai