Sap TB Pada Ibu Hamil
Sap TB Pada Ibu Hamil
Disusun oleh:
Dinda
Miselia
Sandy
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2023
Judul : Tb Pada Ibu Hamil
Sasaran : Audiens
Tempat : Puskesmas
Waktu : 50 menit
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mendengar paparan materi selama 20 menit peserta mampu mengetahui dan memahami
tentang malaria asimtomatik.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1. Mengetahui pergertian Tb Pada Ibu Hamil
2. Mengetahui Penyebab penyakit Tb Pada Ibu Hamil
3. Mengetahui proses terjadinya Tb Pada Ibu Hamil
4. Mengetahui bagaimana Pengobatan Tb Pada Ibu Hamil
5. Mengetahui pencegahan terhadap Tb Pada Ibu Hamil
B. Metode
1.Ceramah
C. Media
1. Materi
2. Power Point (PPT)
E. Kriteria Evaluasi
1. Penyelengaran edukasi dilakukan dengan metode ceramah (materi terlampir)
2. Persiapan media penyaji (SAP)
F. Evaluasi Hasil
1. Kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular. Penyebabnya adalah bakteri
Mycobacterion tuberculosis, di mana sebagian besar (80% kasus TB) menyerang paru-paru (dikenal
sebagai TB Paru). Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RL, 2016a). TB Paru akan semakin berbahaya
jika terjadi pada kehamilan, karena dapat menimbulkan risiko kematian dan kesakitan yang besar bagi
wanita hamil dan janin yang dikandungnya jika tidak didiagnosis dan dirawat dengan tepat.
Tuberkulosis menyebar melalui udara dari satu orang ke orang lain. Penderita TB Paru bisa
menyebarkan kuman melalui percikan air liur yang keluar saat batuk, berbicara, tertawa,bernyanyi,
atau bersin (CDC, 2016). Penularan TB Paru terjadi ketika percikan air liur yang mengandung kuman
TB kemudian dihirup oleh orang lain yang sehat. Oleh karena itu, Infeksi TH sebagian besar
menyerang di antara anggota keluarga yang tinggal serumah (NH5, 2019).
B. Penyebab
C. Pengobatan
Tuberkulosis saat hamil harus ditangani dengan tepat agar tidak menimbulkan risiko yang lebih
besar bagi ibu hamil dan janin. Pada dasarnya, TB saat hamil bisa teratasi. Namun, pengobatannya
memang memerlukan waktu yang lama dan harus dilakukan secara rutin. Pengobatan TB selama
kehamilan umumnya tergolong aman karena jenis obat dan dosisnya telah disesuaikan agar tidak
membahayakan janin dan kandungan. Sejauh ini, efek samping obat TB pada kehamilan jarang
ditemukan. Pengobatan TB saat hamil akan disesuaikan dengan jenis TB yang Bumil alami, apakah
TB laten atau TB aktif. Tuberkulosis laten adalah kondisi saat Bumil terinfeksi TB, tapi tidak ada
gejala yang muncul. Sementara, tuberkulosis aktif terjadi ketika Bumil memiliki gejala TB dan tes
juga menunjukkan hasil yang positif.
A. Pengobatan TB laten
TB laten sebenarnya tidak selalu harus diobati. Namun bila diobati, ada beberapa obat yang
mungkin diberikan untuk ibu hamil, yaitu isoniazid dan rifampicin. Isoniazid dapat dikonsumsi
sendiri atau bisa juga dikombinasikan dengan rifampicin. Jangka waktu pengobatan juga akan
bervariasi, tergantung pada obat apa yang diberikan dokter. Jika isoniazid dikonsumsi sendiri, lama
pengobatannya adalah 9 bulan. Namun jika isoniazid dikombinasikan dengan rifampicin, lama
pengobatan bisa lebih pendek, yaitu 3 bulan. Selama pengobatan ini, Bumil juga perlu minum
suplemen vitamin B6, Pemberian pyridoxine (vitamin B6) 25-50 mg/hari disarankan pada ibu
hamil yang mendapat terapi INH untuk mencegah neuropati.[11] WHO juga merekomendasikan
suplementasi zat besi, asam folat serta vitamin dan mineral lainnya juga harus diberikan pada ibu
hamil penderita tuberkulosis. Pemberian kalsium juga sebaiknya diberikan terutama pada daerah
dengan kecenderungan asupan kalsium rendah..
Panduan OAT lini pertama kategori I diberikan untuk pasien TB paru maupun ekstra paru kasus baru.
Tidak ada perbedaan regimen terapi untuk ibu hamil jika direncanakan mendapat terapi OAT
Dosis
Obat Dosis Maksimum/Hari
Rifampisin
(R) 10 mg/kgBB/hari 600 mg
Pirazinamid
(Z) 25 mg/kgBB/hari 2000 mg
B. Pengobatan TB aktif
Pengobatan TB aktif pada ibu hamil hampir sama dengan pasien TB biasa. Pengobatan dibagi
menjadi fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4–6 bulan. Obat-obatan yang
diminum antara lain adalah isoniazid, rifampisin, dan pyrazinamide.
Di fase intensif, Bumil perlu minum obat setiap hari. Sementara di fase lanjutan, Bumil hanya
perlu minum obat 2 kali seminggu. Namun di fase apa pun, jadwal minum obat tidak boleh
dilewatkan, meski Bumil sudah merasa sembuh. Kemudian, sama seperti pengobatan TB laten,
Bumil juga perlu minum suplemen vitamin B6.
4KDT 2KDT
Berat Badan (kg)
Selama 56
Berat badan (kg) hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
Pengobatan TB saat hamil sangat penting dilakukan demi keselamatan Bumil dan janin. Selama
Bumil menjalani pengobatan secara teratur, infeksi TB kemungkinan tidak akan memengaruhi Si
Kecil. Sebaliknya, jika tidak segera ditangani, infeksi TB saat hamil dapat menyebabkan:
Perlu diingat bahwa pengobatan TB perlu dijalani secara disiplin sampai selesai sesuai dengan
anjuran dokter. Bahkan jika pengobatan belum selesai dan Bumil sudah melahirkan, Bumil tetap harus
melanjutkan pengobatan hingga tuntas, ya. Pengobatan yang tidak disiplin akan meningkatkan risiko
kambuhnya tuberkulosis yang sudah kebal terhadap pengobatan yang ada, sehingga akan menyulitkan
pengobatan selanjutnya.
Kemudian, konsumsilah makanan bergizi, terutama yang tinggi protein selama pengobatan.
Pastikan ventilasi di rumah selalu terbuka dan berjemurlah di bawah sinar matahari pagi sekitar 10–15
setiap harinya. Jika kondisi Bumil fit, lakukan juga olahraga ringan, 30 menit per hari, 3–5 kali
seminggu.Selain itu, jangan lupa untuk selalu kontrol ke dokter agar dosis obat TB, kondisi kehamilan,
dan kondisi kesehatan secara menyeluruh bisa selalu terpantau.
C. Pencegahan
Pencegahan terhadap TBC bisa dilakukan dengan beberapa langkah pencegahan. Langkah ini
penting dilakukan agar bakteri tak menginveksi orang lain. Berikut ini cara mencegah TBC.
1. menggunakan masker
2. Terapkan pola hidup sehat( Misalnya : Menjemur seprei atau alas tidur agar tidak lembab, pada
tidak menggunakan baju yang basah pada anak)
3. Hindari kebiasaan yang dapat memicu sistem pernapasan rusak seperti merokok
4. Berikan vaksin BCG agar tak mudah terkena TBC
5. Segera lakukan pemeriksaan jika seseorang memiliki gejala atau berisiko terkena TBC
6. Perbaiki sistem pencahayaan rumah dan sirkulasi udara
7. Segera lakukan pengobatan jika muncul indikasi terkena TC
8. Minum obat terartur
9. tutup mulut saat bersin dan batuk