Anda di halaman 1dari 8

SAP

TB PADA IBU HAMIL


Dosen pengampun: Ibu Diyah Astuti Nurfaizah, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun oleh:

Agusta Ulahayanan (2022081024072)

Dinda

Miselia

Sandy

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2023
Judul : Tb Pada Ibu Hamil

Sasaran : Audiens

Tempat : Puskesmas

Hari/tanggal : , Mei 2024

Waktu : 50 menit

Penyaji : Mahasiswa PSIK Falkutas Kedokteran Universitas Cendrawasih

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mendengar paparan materi selama 20 menit peserta mampu mengetahui dan memahami
tentang malaria asimtomatik.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1. Mengetahui pergertian Tb Pada Ibu Hamil
2. Mengetahui Penyebab penyakit Tb Pada Ibu Hamil
3. Mengetahui proses terjadinya Tb Pada Ibu Hamil
4. Mengetahui bagaimana Pengobatan Tb Pada Ibu Hamil
5. Mengetahui pencegahan terhadap Tb Pada Ibu Hamil

3. Materi edukasi (Terlampir)


1. Pengertian Tb Pada Ibu Hamil
2. Proses terjadinya penyakit Tb Pada Ibu Hamil
3. Pengobatan Tb Pada Ibu Hamil

B. Metode
1.Ceramah

C. Media
1. Materi
2. Power Point (PPT)

No Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Peserta


1. Pendahuluan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
(5 menit) 2. Perkenalan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dan
4. Menyebutkan topik-topik yang memperhatikan
akan disampaikan.
2. Kegiatan Inti 1. Menjelaskan apa yang dimaksud 1. Menyimak
(20 menit) dengan Tb pada ibu hamil 2. Mendengarkan
2. Menjelaskan penyebab Tb pada dan
ibu hamil memperhatikan
3. Menjelaskan tanda dan gejala Tb materi yang
pada ibu hamil dipaparkan
4. Menjelaskan bagimana cara 3. Mengajukan
pecegahan dan pengobatan Tb pertanyaan
pada ibu hamil
3. Penutup 1. Memberikan pertanyaan kepada 1. Menjawab
(5 menit) sasaran tentang materi yang sudah pertanyaan yang
disampaikan penyuluh diberikan
2. Menyimpulkan materi penyuluhan 2. Mendengarkan
yang telah disampaikan sasaran penyampaian
3. Memberikan kesempatan kepada kesimpulan
salah satu klien untuk memaparkan 3. Mampu
kembali tentang Tb pada ibu hamil memaparkan
4. Menutup acara dan mengucapkan kembali
salam tentang
malaria
asimtomatik
D. Pelaksanaan Kegiatan

E. Kriteria Evaluasi
1. Penyelengaran edukasi dilakukan dengan metode ceramah (materi terlampir)
2. Persiapan media penyaji (SAP)
F. Evaluasi Hasil
1. Kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

TB PADA IBU HAMIL


A. Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular. Penyebabnya adalah bakteri
Mycobacterion tuberculosis, di mana sebagian besar (80% kasus TB) menyerang paru-paru (dikenal
sebagai TB Paru). Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RL, 2016a). TB Paru akan semakin berbahaya
jika terjadi pada kehamilan, karena dapat menimbulkan risiko kematian dan kesakitan yang besar bagi
wanita hamil dan janin yang dikandungnya jika tidak didiagnosis dan dirawat dengan tepat.
Tuberkulosis menyebar melalui udara dari satu orang ke orang lain. Penderita TB Paru bisa
menyebarkan kuman melalui percikan air liur yang keluar saat batuk, berbicara, tertawa,bernyanyi,
atau bersin (CDC, 2016). Penularan TB Paru terjadi ketika percikan air liur yang mengandung kuman
TB kemudian dihirup oleh orang lain yang sehat. Oleh karena itu, Infeksi TH sebagian besar
menyerang di antara anggota keluarga yang tinggal serumah (NH5, 2019).

B. Penyebab

Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang


dengan panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin (dapat bertahun-tahun dalam lemari es) Hal ini terjadi karena kuman yang ada
pada sifat yang dormant, yang kemudian dapat bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif
kembali. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang kandungan oksigennya tinggi. Cara penularan melalui udara pernafasan dengan
menghirup partikel kecil yang mengandung bakteri tuberculosis. Masa tunas berkisar antara 4-12
minggu. Masa penularan terus berlangsung selama sputum BTA penderita positif. Bakteri ini sangat
lambat pertumbuhannya, mereka memecah diri setiap 16-20 jam. Bakteri bisa bertahan lama jika
berada di ruangan lembab dan gelap.

C. Tanda dan gejala


A. Gejala pada ibu
a) Demam, biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya, hil ang
timbulnya demam influenza ini. Sehingga klien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b) Batuk/batuk berdarah, batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang pada jaringan
paru yakni setelah bermingguminggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk
dimulai daribatuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum) keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh hdarah yang pecah. Kebanyakan bentuk darah pada tuberculosis terjadi pada
kavitas tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c) Sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d) Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
keringat di malam hari.

B. Tanda dan gejala pada Bayi

Abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB


dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital
biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan
napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini
masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.

C. Pengobatan

Tuberkulosis saat hamil harus ditangani dengan tepat agar tidak menimbulkan risiko yang lebih
besar bagi ibu hamil dan janin. Pada dasarnya, TB saat hamil bisa teratasi. Namun, pengobatannya
memang memerlukan waktu yang lama dan harus dilakukan secara rutin. Pengobatan TB selama
kehamilan umumnya tergolong aman karena jenis obat dan dosisnya telah disesuaikan agar tidak
membahayakan janin dan kandungan. Sejauh ini, efek samping obat TB pada kehamilan jarang
ditemukan. Pengobatan TB saat hamil akan disesuaikan dengan jenis TB yang Bumil alami, apakah
TB laten atau TB aktif. Tuberkulosis laten adalah kondisi saat Bumil terinfeksi TB, tapi tidak ada
gejala yang muncul. Sementara, tuberkulosis aktif terjadi ketika Bumil memiliki gejala TB dan tes
juga menunjukkan hasil yang positif.

A. Pengobatan TB laten

TB laten sebenarnya tidak selalu harus diobati. Namun bila diobati, ada beberapa obat yang
mungkin diberikan untuk ibu hamil, yaitu isoniazid dan rifampicin. Isoniazid dapat dikonsumsi
sendiri atau bisa juga dikombinasikan dengan rifampicin. Jangka waktu pengobatan juga akan
bervariasi, tergantung pada obat apa yang diberikan dokter. Jika isoniazid dikonsumsi sendiri, lama
pengobatannya adalah 9 bulan. Namun jika isoniazid dikombinasikan dengan rifampicin, lama
pengobatan bisa lebih pendek, yaitu 3 bulan. Selama pengobatan ini, Bumil juga perlu minum
suplemen vitamin B6, Pemberian pyridoxine (vitamin B6) 25-50 mg/hari disarankan pada ibu
hamil yang mendapat terapi INH untuk mencegah neuropati.[11] WHO juga merekomendasikan
suplementasi zat besi, asam folat serta vitamin dan mineral lainnya juga harus diberikan pada ibu
hamil penderita tuberkulosis. Pemberian kalsium juga sebaiknya diberikan terutama pada daerah
dengan kecenderungan asupan kalsium rendah..

Panduan OAT lini pertama kategori I diberikan untuk pasien TB paru maupun ekstra paru kasus baru.
Tidak ada perbedaan regimen terapi untuk ibu hamil jika direncanakan mendapat terapi OAT

Tabel 1. Dosis OAT kategori 1

Dosis
Obat Dosis Maksimum/Hari
Rifampisin
(R) 10 mg/kgBB/hari 600 mg

5 mg/kgBB/hari (tiap hari) atau 10


Isoniazid (H) mg/kgBB/hari (untuk pemberian 3x/minggu) 300 mg

Pirazinamid
(Z) 25 mg/kgBB/hari 2000 mg

Etambutol (E) 15 mg/kgBB/hari

Sumber: dr. Debtia, 2018.


Jika diberikan OAT dalam bentuk kombinasi dosis tetap (KDT) maka dosis obat terangkum dalam
tabel berikut.

B. Pengobatan TB aktif

Pengobatan TB aktif pada ibu hamil hampir sama dengan pasien TB biasa. Pengobatan dibagi
menjadi fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4–6 bulan. Obat-obatan yang
diminum antara lain adalah isoniazid, rifampisin, dan pyrazinamide.

Di fase intensif, Bumil perlu minum obat setiap hari. Sementara di fase lanjutan, Bumil hanya
perlu minum obat 2 kali seminggu. Namun di fase apa pun, jadwal minum obat tidak boleh
dilewatkan, meski Bumil sudah merasa sembuh. Kemudian, sama seperti pengobatan TB laten,
Bumil juga perlu minum suplemen vitamin B6.

Tabel 2. Dosis KDT

Tahap Intensif Tiap Hari Tahap Lanjutan Tiga Kali Seminggu

4KDT 2KDT
Berat Badan (kg)

selama 56 hari selama 16 minggu

30-37 2 tablet 2 tablet

38-54 3 tablet 3 tablet

55-70 4 tablet 4 tablet

>71 5 tablet 5 tablet

Sumber: dr. Debtia, 2018.


Obat Antituberkulosis Kategori II
Penggunaan OAT kategori II untuk pasien kambuh, gagal pada pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1 sebelumnya serta kasus putus berobat. Perbedaannya pada ibu hamil, streptomycin
dikontraindikasikan karena berpotensi ototoksik terhadap janin (kategori FDA D).
Tabel 3. Obat Antituberkulosis Kategori II

Tahap Intensif Tiap Hari Tahap Lanjutan 3 kali Seminggu

RHZE (150 / 75 / 400 / 275) RH (150 / 150) + E(400)

Selama 56
Berat badan (kg) hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT + 2 tablet etambutol

38-54 3 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT + 3 tablet etambutol

55-70 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT + 4 tablet etambutol

≥ 71 5 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT + 5 tablet etambutol

Sumber: dr. Debtia, 2018.

Bahaya dan Dampak TB pada Kehamilan yang Tidak Diobati

Pengobatan TB saat hamil sangat penting dilakukan demi keselamatan Bumil dan janin. Selama
Bumil menjalani pengobatan secara teratur, infeksi TB kemungkinan tidak akan memengaruhi Si
Kecil. Sebaliknya, jika tidak segera ditangani, infeksi TB saat hamil dapat menyebabkan:

 Peningkatan risiko kelahiran prematur


 Bayi lahir dengan berat badan rendah
 Penularan infeksi TB pada bayi dalam kandungan
 Penularan infeksi TB pada orang di sekitar

Perlu diingat bahwa pengobatan TB perlu dijalani secara disiplin sampai selesai sesuai dengan
anjuran dokter. Bahkan jika pengobatan belum selesai dan Bumil sudah melahirkan, Bumil tetap harus
melanjutkan pengobatan hingga tuntas, ya. Pengobatan yang tidak disiplin akan meningkatkan risiko
kambuhnya tuberkulosis yang sudah kebal terhadap pengobatan yang ada, sehingga akan menyulitkan
pengobatan selanjutnya.

Kemudian, konsumsilah makanan bergizi, terutama yang tinggi protein selama pengobatan.
Pastikan ventilasi di rumah selalu terbuka dan berjemurlah di bawah sinar matahari pagi sekitar 10–15
setiap harinya. Jika kondisi Bumil fit, lakukan juga olahraga ringan, 30 menit per hari, 3–5 kali
seminggu.Selain itu, jangan lupa untuk selalu kontrol ke dokter agar dosis obat TB, kondisi kehamilan,
dan kondisi kesehatan secara menyeluruh bisa selalu terpantau.

C. Pencegahan

Pencegahan terhadap TBC bisa dilakukan dengan beberapa langkah pencegahan. Langkah ini
penting dilakukan agar bakteri tak menginveksi orang lain. Berikut ini cara mencegah TBC.
1. menggunakan masker
2. Terapkan pola hidup sehat( Misalnya : Menjemur seprei atau alas tidur agar tidak lembab, pada
tidak menggunakan baju yang basah pada anak)
3. Hindari kebiasaan yang dapat memicu sistem pernapasan rusak seperti merokok
4. Berikan vaksin BCG agar tak mudah terkena TBC
5. Segera lakukan pemeriksaan jika seseorang memiliki gejala atau berisiko terkena TBC
6. Perbaiki sistem pencahayaan rumah dan sirkulasi udara
7. Segera lakukan pengobatan jika muncul indikasi terkena TC
8. Minum obat terartur
9. tutup mulut saat bersin dan batuk

Anda mungkin juga menyukai