Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ca Gaster (kanker lambung) ,Ca Colon(kanker usus besar)

Oleh dosen: Fitriani S.Kep,NS.,M.Kep

Disusun oleh Kelompok IV

 Jusran lappung tonapa (2022081024054)


 Shandy pratama (2022081024020)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas cendrawasih

JAYAPURA – PAPUA

2024

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “ ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ca Gaster (kanker lambung) ,Ca Colon(kanker usus besar) “.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin,
Pencernaan ,Perkemihan,Hematologi .Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Ca gaster dan Ca colon bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu itriani S.Kep,NS.,M.Kep selaku Dosen Mata
Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin,Pencerna, Perkemihan,hematologi .Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
membutuhkan saran dan kritikan yang bersifat membangun agar penyempurnaan makalah ini.

Jayapura, 5 Mei 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut WHO (2017) kanker adalah istilah umum untuk satu


kelompok besar penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel
abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat menyerang bagian
tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain. Istilah umum
lainnya yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Kanker dapat
mempengaruhi hampir semua bagian tubuh dan memiliki banyak subtipe
anatomi dan molekuler yang masing-masing memerlukan strategi
pengelolaan yang spesifik.
Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia yakni
terhitung 8,8 juta kematian di 2015. Kanker paru-paru, prostat, usus,
lambung, dan hati merupakan kanker yang paling umum diantara laki-
laki, sementara kanker payudara, usus, paruparu, leher rahim, dan perut
merupakan kanker yang paling umum diantara perempuan (WHO, 2017).
Kanker lambung merupakan kanker yang berawal di bagian lambung dan
menyebar atau menyerang ke jaringan biologis yang lain. Secara global,
berdasarkan data yang diperoleh dari World Cancer Research Fund
International (WCRFI), kanker lambung merupakan penyebab kematian
yang menempati urutan ke5 bagi pria maupun wanita pada data tahun
2012. Meskipun telah terjadi penurunan angka penderita kanker lambung
di dunia dalam setengah abad belakangan ini, namun berbagai laporan
menyebutkan angka kematian akibat kanker lambung masih menduduki
urutan kedua terbanyak di dunia yakni mencapai 500.000 kematian
setahun.
Kanker usus besar ataupun kanker kolorektal adalah salah satu dari
penyakit kanker dengan prevelensi yang cukup tinggi.Kanker kolorektal
merupakan keganasan pertumbuhan sel abnormal pada area usus besar
ataupun rektum.Kanker kolorektal menempati urutan ketiga penyebab
kematian tertinggi di dunia setelah setelah kanker payudara dan kanker
paru-paru (American Cancer Society, 2014).
Di Indonesia kanker kolorektal merupakan jenis kanker ke 3 terbanyak
dengan jumlah kasus 1.8 per 100.000 penduduk dan jumlah ini semakin
meningkat seiring dengan perubahan pola hidup penduduk Indonesia.
Karakteristik Kanker kolorektal di Indonesia yang merupakan negara
berkembang diketahui bahwa pasien kanker kolorektal kebanyakan
berusia diatas 40 tahun yaitu sekitar 51% dari seluruh pasien dan pasien
dibawah 40 tahun mencapai 28,17% (Yamin, 2017).

2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal?


2. Apa saja anatomi dan fisiologi dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal?
3. Apa etiologi dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal?
4. Bagaimana proses patofisiologi Ca Gaster dan Ca Kolorektal?
5. Apa pathway dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal?
6. Apa saja manisfestasi klinis dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal?
7. Apa saja pemeriksaan fisik dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dan interpretasi Ca Gaster dan
Ca Kolorektal?
9. Bagaiaman cara penatalaksanaan dari Ca Gaster dan Ca
Kolorektal?
10. Bagaimana proses diagnosis keperawatan Ca Gaster dan Ca
Kolorektal?

3. Tujuan
1. Memahami definisi dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal
2. Memahami anatomi dan fisiologi dari Ca Gaster dan Ca
Kolorektal
3. Memahami etiologi dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal
4. Memahami proses patofisiologi dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal
5. Memahami pathway dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal
6. Memahami manisfestasi klinis dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal
7. Memahami saja pemeriksaan fisik dari Ca Gaster dan Ca
Kolorektal
8. Memahami saja pemeriksaan penunjang dan interpretasi dari Ca
Gaster dan Ca Kolorektal
9. Memahami cara penatalaksanaan dari Ca Gaster dan Ca
Kolorektal
10. Memahami pengkajian dari Ca Gaster dan Ca Kolorektal
11. Memahami proses diagnosis keperawatan dari Ca Gaster dan Ca
Kolorektal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit

1. Definis

Kanker lambung atau kanker perut atau disebut juga kanker gaster
adalah kanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal (kanker) tumbuh pada
lapisan lambung. Sebagian besar kanker lambung merupakan jenis
adenokarsinoma (sel kanker yang mengeluarkan lendir serta cairan
lainnya). Jenis kanker lambung lainnya adalah tumor karsinoid
gastrointestinal, tumor stroma gastrointestinal, dan limfoma. Infeksi
bakteri H. pylori adalah penyebab utama kanker lambung. Faktor risiko
lain untuk kanker lambung antara lain gastritis kronis, usia tua, jenis
kelamin laki-laki, banyak mengonsumsi makanan asin, diasapi, atau
makanan yang diawetkan dan jarang mengonsumsi buah dan sayuran,
merokok, anemia pernisiosa, mempunyai riwayat operasi perut, serta
mempunyai riwayat keluarga yang pernah menderita kanker lambung
(National Cancer Institute, 2006).

2.Anatomi Fisiologi
Lambung adalah organ yang terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen
dibawah diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil, terletak sebelah kiri
garis tengah.
Ukuran dan bentuk setiap individu bervariasi.
Secara anatomi, lambung terdiri dari kardia, fundus, korpus, dan
pilorus. Fungsi lambung antara lain, penyimpanan makanan, produksi
kimus, digesti protein, produksi mucus dan produksi faktor intrinsik, suatu
glikoprotein yang disekresi sel parietal.

Sekresi kelenjar lambung menurut bagian-bagian histologi lambung

1. Kelenjar kardia hanya mensekresi mukus


2. Kelenjar fundus-korpus terdiri dari sel utama (chief cell)
mensekresi pepsinogen, Sel parietal mensekresi asam klorida
(HCl) dan faktor intrinsik, serta sel leher mukosa mensekresi
mukus.
3. Kelenjar pilorus di antrum pilorus mensekresi mukus dan gastrin.

Tahap-tahap fisiologi sekresi HCl lambung, terdiri dari 3 tahap :


1. Tahap sefalik, diinisiasi dengan melihat, merasakan, membaui,
dan menelan makan, yang dimediasi oleh aktivitas vagal.
2. Tahap gastrik meliputi stimulasi reseptor regangan oleh distensi
lambung dan dimediasi oleh impuls vagal serta sekresi gastrin
dari sel endokrin (sel G) di kelenjarkelenjar antral. Sekresi
Gastrin dipicu oleh asam amino dan peptida di lumen dan
mungkin distimulasi vagal.
3. Tahap intestinal terjadi setelah kimus meninggalkan lambung dan
memasuki proximal usus halus yang memicu faktor dan hormon.
Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum,
melalui sirkulasi menuju lambung. Sekresi dihambat oleh
hormon-hormon polipeptida yang dihasilkan duodenum jika PH
di bawah 2 dan jika ada makanan berlemak. Hormon-hormon ini
meliputi gastric inhibitory polipeptide (GIP), sekretin,
kolesistokinin dan hormon pembersih enterogastron.

Semua signal yang menyebabkan aktivasi pompa proton pada sel parietal meliputi,
asetilkolin dihasilkan dari aferen chepalic- vagal atau vagal lambung,
menstimulasi sel-sel parietal melalui reseptor 3 kolinergik-muskarinik
menghasilkan peningkatan Ca2+ sitoplasma dan berakibat aktivasi pompa proton.
Gastrin mengaktivasi reseptor gastrin sehingga meningkatkan Ca2+
sitoplasma dalam sel parietal. sel-sel Enterochromaffin-like (ECL) memainkan
peranan sentral, gastrin dan aferen vagal menginduksi pelepasan histamin dari
sel-sel ECL, yang mana histamin akan menstimulasi reseptor H2 pada sel-sel
parietal. Cara ini dianggap paling penting untu aktivasi pompa proton. Aktivasi
beberapa reseptor pada permukaan sel parietal menghambat produksi asam.
Reseptor tersebut meliputi reseptor somatostatin prostaglandin seri E, dan faktor
pertumbuhan epidermal.

Faktor pertahanan mukosa gaster dari iritan:

a. Perusak endogen (HCL, pepsinogen/ pepsin dan garam empedu)


b. Perusak eksogen ( obat-obatan, alcohol, bakteri)

Faktor pertahanan mukosa gaster terdiri dari 3 rintangan, yaitu pre epitel, epitel,
post epitel/sub epitel.
a. Lapisan Pre-epitel
Lapisan ini berisi berisi mucus-bikarbonat yang bekerja sebagai
rintangan fisiokemikal terhadap molekul seperti ion hidrogen, mucus
tersebut mengandung 95% air dan campuran lipid dengan glikoprotein.
Mucin, yang merupakan unsur utama dalam glikoprotein jika berikatan
dengan fosolipid akan membentuk lapisan penahan air dengana asam
lemak yang muncul keluar dari membrane sel. Lapisan ini tuidak tembus
air dan dapat menghambat difusi ion dan molekul seperti pepsin.
Sedangkan, bikarbonat berfungsi untuk mempertahankan perbedaan PH
yakni pH 1-2 didalam lumen lambung dengan pH 6-7 di dalam sel epitel.
Sekresi bikarbonat dirangsang oleh 𝐶𝑎++ , PG, kolinergik dan keasaman.

b. Lapisan Epitel Sel epitel merupakan pertahanan kedua dengan


kemampuannya menghasilkan mukus, mengatur
mjalannya transportasi ionic sel epitel serta produksi bikarbonat
untk pertahanan pH intraselular ( pH6-7), dan intracellular tight
junction. Bila lapisan pre-epitel ditembus oleh iritan mukosa
lambung, maka sel epitel yang berdekatan dengan sel yang rusak
akan memperbaiki kerusakan/ restitusi tersebut. Proses perbaikan
ini membutuhkan peranan faktor pertumbuhan seperti; Epidermal
Growth Factor (EGF), Fibroblast Growth Factor (FGF), dan
Transforming Growth Factor α(TGFα).

Kerusakan berat tidak dapat diperbaiki dengan restitusi, melainkan harus melalui
poliferasi sel. Regenerasi sel epitel diatur oleh EGF, FGF, dan TGFα. Ketiga
komponen tersebut secara berurutan bekerja membentuk pembuluh darah baru dalam
area kerusakan. Sistem mikrovaskular yang rapi didalam lapisan sub mukosa lambung
menjadi kunci utama dari pertahanan atau perbaikan system sub epitel. Sirkulasi yang
baik akan menghasilkan bikaronat untuk menetralkan HCL, memberikan asupan
mikronutrien dan oksigen serta membuang hasil metabolit toksik.
PG banyak ditemukan dimukosa lambung yang berfungsi untuk
menghasilkan mucus bikarbonat, menghambat sekresi sel parietal,
memepertahankan sirkulasi mukosa, dan resusitasi sel epitel (Sudoyo
et .al, 2009)

3.Etiologi

Kanker lambung terjadi akibat adanya perubahan (mutasi) genetik pada


sel-sel di lambung. Mutasi tersebut menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh
secara tidak normal dan tidak terkendali sehingga menjadi sel kanker.
Seperti kanker pada umumnya, belum diketahui secara pasti apa
penyebab utama munculnya sel abnormal yang lantas berkembang
menjadi kanker pada dinding lambung. Namun, infeksi bakteri penyebab
luka dinding lambung yaitu H.pylori diketahui dapat memicu timbulnya
kanker melalui berbagai proses peradangan seperti gastritis. Kondisi
kesehatan seperti mengalami penyakit anemia pernisiosa dan memiliki
polip pada dinding lambung juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
lambung. Hal lainnya yang juga meningkatkan risiko kanker lambung
sebagai berikut (Czyzewska, 2013):

a.Asupan makanan yang mengandung garam

Asupan makanan yang mengandung garam, asap ataupun


yang diasinkan, misalnya daging panggang atau ikan asap
diketahui meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker lambung.
Sedangkan makanan yang diawetkan, makanan yang kaya akan
daging merah, serta kekurangan vitamin dan antioksidan diketahui
mengurangi kemungkinan terjadinya kanker. Garam dan konsumsi
makanan asin menyebabkan kenaikan risiko terjadinya kanker
lambung 50% sampai dengan 100%. Hal ini terjadi karena natrium
klorida merusak selaput lendir perut yang menyebabkan infeksi
dan akibatnya memudahkan kolonisasi dan pertumbuhan
helicobacter pylori. Mengurangi jumlah sayuran dan buah yang
dikonsumsi dalam setiap hari juga dapat meningkatkan risiko
terkena kanker lambung sekitar 30%

sampai dengan 50%. Hal ini terkait dengan efek antioksi dan zat
yang terkandung dalam sayuran seperti asam askorbat (vitamin C),
karotenoid dan ta-copherol. Mengurangi jumlah produk yang
diawetkan secara kimiawi dalam makanan yang tertelan juga
berkontribusi untuk mengurangi risiko terjadinya kanker lambung.
Antioksidan seperti vitamin C dan E, beta-karoten, atau zat mikro
seperti selenium, seng atau magnesium memiliki pelindung efek.

b.Penggunaan Alkohol dan Rokok

Penggunaan alkohol dan rokok diperkirakan meningkatkan


risiko terkena kanker lambung, penderita kanker lambung di
Indonesia naik sekitar lima kali lipat karena mengonsumsi rokok,
hal ini disebabkan oleh efek karsinogenik yang terkandung di dalam
rokok. Karsinogen adalah zat yang mampu membentuk ikatan
kovalen dengan DNA, yang mengubah fungsi DNA yang benar dan
dapat menyebabkan perkembangan kanker lambung. Demikian pula
seseorang yang mengonsumsi alkohol memiliki risiko tinggi terkena
kanker lambung dan tumor pada saluran pencernaan lainnya (kanker
mulut, tenggorokan, laring dan kerongkongan). Etanol bukan
merupakan zat yang mengandung karsinogen, namun zat nitrosamin
terdapat pada minuman beralkohol, terutama di vodka, zat tersebut
dapat meningkatkan risiko terkena kanker lambung.

c.Mengonsumsi obat-obatan
Aspirin adalah salah satu obat yang meningkatkan risiko
terkena kanker lambung. Seseorang yang secara teratur
mengonsumsi aspirin berisiko terjangkit kanker lambung
meningkat hingga 30%. Aspirin meningkatkan permeabilitas
membran bakteri luar yang menyebabkan faktor risiko terkena
kanker lambung meningkat.

d. Infeksi Helicobacter Pylori (H. pylori)

Infeksi kronis bakteri helicobacter pylori (bakteri yang


menyebabkan ulkus peptikum atau tukak lambung) dapat
meningkatkan faktor risiko terkena kanker lambung. Telah
dipastikan bahwa pasien dengan infeksi H. pylori berisiko
terkena kanker lambung meningkat tujuh kali lipat dibandingkan
dengan seseorang yang tidak terinfeksi bakteri tersebut. Infeksi
H. pylori berhubungan dengan gen CagA+ dan VacA yang
berkontribusi terhadap munculnya risiko terjadinya
karsinogenesis. Selain itu, helicobacter pylori menghasilkan
urease yang memecah urea menjadi amonia dan karbon dioksida.
Amonia menetralisir asam klorida yang terkandung dalam cairan
perut yang menyebabkannya meningkatnya kadar pH sehingga
memudahkan bakteri bertahan dan reproduksi. Peradangan kronis
yang disebabkan oleh infeksi helicobacter pylori dapat
mengakibatkan kerusakan pada DNA sel dengan mengganggu
proses oksida sekaligus meningkatkan tingkat bentuk reaktif
oksigen.
4.Patofisiologi

Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai massa irregular
dengan penonjolan ulserasi sentral ke lumen dan menyerang lumen dinding lambung. Kanker
mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang paling sering di antrum.
Infiltrasi dapat melebar keseluruh lambung, menyebabakan kantong tidak dapat meregang
dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yg sempit, tetapi hal ini tidak lazim. Desi polipoid
juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar untuk membedakan dari polip benigna pada X-ray.
Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya melibatkan
permukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini jarang. Kira-kira 75%
dari karsinom ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur local seperti
bagian bawah dari esophagus, pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase timbul
pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.

Asupan makan yang Alkohol Rokok Infeksi Helicobater


mengandung asap pylory (H.pylory)
atau pembakaran
b
Meningkatkan Ph
Mengiritasi Nikotin
Timbul zat lambung
lambung
karsinogen

Merusak Menyalurkan toksin


Mengikis
Merusak sel mukosa dan mengenduksi
mukosa lambung
dalam lambung lambung respon imun

Pertumbuhan sel Meningkatkan


Asam lambung Peradangan
abnormal sekresi hcl
akan merusak lambung kronis
dinding
Dinding lambung lambung
Tumor terkikis Menimbulkan
Ulkus gaster

Atrofi lambung

Kanker lambung Pertumbuhan sel


abnormal

Stadium lanjut Pengerusakan


Pengerusakan
dinding
dindinglambung
lambung
Ancaman kematian
Mengenai
Pasca Bedah
reseptor nyeri
Kurang terpapar
6.Manifestasi
informasi mengenai Klinis Lukas pasca Nyeri epigastrium
kondisi,prognosis dan bedah
pengobatan Kanker lambung pada stadium awal sering kali tidak menimbulkan
Nyeri meningkat
gejala. Jika muncul, gejala umumnya dianggap sebagai keluhan sakit
MK.Resiko infeksi
Mk.Ansietas maag biasa. Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dialami oleh
MK.Nyeri akut
penderita kanker lambung pada stadium awal:
• Perut kembung dan sering bersendawa

• Nyeri ulu hati

• Naiknya asam lambung (heartburn)

• Cepat kenyang saat makan

• Mual

• Muntah

Kanker lambung stadium lanjut akan menimbulkan gejala yang lebih


berat. Pada tahap inilah umumnya penderita baru datang berobat ke
dokter. Beberapa gejala kanker lambung pada stadium lanjut adalah:

• Muntah darah

• BAB berwarna hitam atau BAB berdarah

• Kurang darah atau anemia

• Sakit kuning

• Nafsu makan berkurang

• Penurunan berat badan

• Tubuh terasa lemas


• Pembengkakan di perut karena penumpukan cairan

Sebagian besar penderita kanker lambung memilik gejala-gejala sebagai


berikut (American Cancer Society, 2017):
a. Nafsu makan menurun

b. Penurunan berat badan

c. Cepat kenyang saat makan

d. Mulas atau gangguan pencernaan

e. Mual

f. Muntah

g. Pembengkakan pada perut karena penumpukan cairan

h. Anemia

7. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda fisik umumnya ditemukan apabila penyakit sudah


berada dalam stadium lanjut. Dari pemeriksaan fisik abdomen, dapat
ditemukan perut yang membesar, terabanya massa abdomen,
hepatomegali, dan splenomegali. Selain itu, dapat ditemukan juga tanda
penyebaran limfatik, seperti Virchow’s node (adenopati supraklavikula
kiri), Sister Mary Joseph node (nodul periumbilikal), dan Irish node
(nodul aksilaris kiri). Temuan Blumer shelf, yaitu tumor yang seperti rak
pada dinding rektum, juga dapat ditemukan.
Beberapa pasien mengalami penurunan berat badan dan beberapa
pasien lain mungkin datang dalam keadaan pucat atau anemis akibat
melena. Sindrom paraneoplastik seperti dermatomiositis, acanthosis
nigricans, dan erythema circinatum identik dengan prognosis yang buruk.
8. Pemeriksaan Penunjang dan Interpretasi

A. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini


adalah endoskopi, endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif
dan spesifik untuk mendiagnosa ca lambung. Endoskopi dengan resolusi
tinggi dapat mendeteksi perubahan ringan pada warna, relief arsitektur
dan permukaan mukosa gaster yang mengarah pada karsinoma dini gaster
(Lumongga, 2008).
B. Pemeriksaan sitologi

Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologibrushing.


Pada keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel superfisial yang
reguler membentuk gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini mempunyai
inti yang bulat dengan kromatin inti yang tersebar merata (Lumongga,
2008).
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma
yang sedikit dan inti sedikit membesar.Pada karsinoma, sel-sel menjadi
tersebar ataupun sedikit berkelompok yang irreguler, inti sel membesarn
hiperkromatin dan mempunyai anak inti yang multipel atau pun giant
nukleus (Lumongga, 2008). Pemeriksaan sitologi brushing ini jika
dilakukan dengan benar, mempunyai nilai keakuratan sampai 85% tetapi
bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsi lambung maka nilai
keakuratannya dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008).
C. Pemeriksaan makroskopis

a. Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini


terbagi atas dua golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm
disebut dengan minute dan tumor dengan ukuran 6 – 10 mm
disebut dengansmall (Lumongga, 2008).
b. Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan
antrum (5060%), curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura
mayor (12%).
c. CT Staging pada karsinoma lambung

1. Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding.

2. Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.

3. Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.

4. Stage IV : Penyakit telah bermetastase.

D.Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosis berupa berat badan


menurun dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu
massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati,teraba hati yang ireguler,
dan kadang kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
E.CT Scan

Pemeriksaan CT Scan dilakukan sebagai evaluasi praoperatif dan


untuk melihat stadium dengan dan penyebaran ekstrak lambung yang
penting untuk penentuan intervensi bedah radikal dan pemberian
informasi prabedah pada pasien.
F.Pemeriksaan darah pada tinja

Pada ca lambung sering didapatkan perdarahan dalam tinja


(occult blood) untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes benzidin.

9. Penatalaksanaan Medis

a. Pencegahan
Kanker lambung dapat dicegah dengan cara-cara anatara lain

1. Makan lebih banyak buah dan sayuran.

2. Mengurangi jumlah makanan diasap dan asin yang dikonsumsi.

3. Berhenti merokok.

b. Pengobatan

1. Kemoterapi dan terapi radiasi

Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan


pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang
harapan hidup. Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan
gejala.
2. Reseksi bedah
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik
adalah pembedahan. Pembedahan sudah dapat dilakukan sebagai
tindakan paliatif.
3.Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote,
fluorosil, mitomisin C, doksorubisin, hidrourea, epirubisin dan
karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.
4.Hiperalimentasi (nutrisi intravena).
Nutrisi intravena yag disuntikan melalui intravena yang berfunsi
untuk menggantikan nutrisi karena kanker lambung ini. Karena kanker
lmbung proses penyerapan nutrisi yang terjadi di lambung terganggu
dan mengakibatkan kekurangan nutrisi dari kebutuhan yang
diperlukan. Maka diberikan hiperalimentasi ini.
B. Asuhan keperawatan

a.pengkajian

1.Biasanya identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis, kelamin, status, agama,
pekerjaan pendidikan alamat. Penanggung jawaban juga terdiri dari nama, umur
penanggung jawab, hubungan dengan keluraga, dan pekerjaan.
2.Keluhan utama
Keluhan utama pada post operasi colostomy yaitu nyeri. Nyeri timbul dari proses
pembedahan.
3.Riwayat kesehatan sekarang (PQRST)
Biasanya pasien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena sudah melakukan
tindakan colostomy, jadi pasien merasakan tidak nyaman dengan kondisinya yang
sekarang. pasien juga tidak bisa bergerak banyak, tubuh pasien biasanya terasa
lemas dan letih, dan nafsu makan menurun. Pengkajian dengan pendekatan yaitu
menggunakan PQRST (Noor, 2016).
P (Provoking Incident): Pasien post operasi
colostomy biasanya akan mengeluh nyeri dan
nyeri dirasakan bertambah ketika bergerak.
Q (Quality of Pain): Nyeri yang dirasakan oleh
pasien post operasi colostomy seperti tersayat-
sayat benda tajam.
R (Region): Nyeri dirasakan di daerah abdomen
kanan dan kiri tidak menyebar ke bagian tubuh
yang lain.
S (Severity/Scale of Pain): Skala nyeri yang
dirasakan pasien post operasi colostomy
biasanya mencapai skala 4-6 (nyeri sedang)
hingga 7-9 (nyeri berat).
T (Time): Nyeri dirasakan terus menerus setelah
efek anastesi hilang.

4.Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolorektal, dan kolotis
ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstuksi pada usus besar,dan diet
konsumsi diet tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, tinggi sert.
5.Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien,
adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya.
6.Pola fungsi kesehatan
a) Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum
sehari- hari, jenis makanan apa saja
yang sering di konsumsi, makanan
yang paling disukai, frekwensi
makanannya
b) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi,
warna BAB, BAK, adakah keluar
darah atau tidak, keras, lembek, cair.
c) Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi,
menggunakan sabun atau tidak, menyikat
gigi.
d) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam,
Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja
yang dilakukan.
e) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang
sering dilakukan, aktivitas diluar
kegiatan olaraga, misalnya
mengurusi urusan adat di kampung
dan sekitarnya.
f) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi
minumminuman keras,
ketergantungan dengan obatobatan
( narkoba ).
g) Hubungan peran

Hubungan dengan keluarga harmonis,


dengan tetangga, temanteman sekitar
lingkungan rumah, aktif dalam
kegiatan adat ?
h) Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi,
kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan
dengan keluarga.
i) Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadapTuhan Yang
Maha Esa, keyakinan terhadap
agama yang dianut, mengerjakan
perintah agama yang di anut dan
patuh terhadap perintah dan
larangan-Nya.
j) Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga
harmonis, bahagia, hubungan dengan
keluarga besarnya dan lingkungan
sekitar.
7.Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
• Inspeksi: bentuk hidung simetris, bentuk dada simetris, jalan
nafas bersih, irama dan kedalaman teratur premitus normal
krepitasi tidak.
• Palpasi: tidak terdapat nyeri, dan tidak ada lesi
• Perkusi : suara perkusi normal.
• Auskultasi : suara nafas vesikuler.
b. Sistem kardiovaskuler dan limfe
• Inspeksi : mukosa bibir merah muda, tidak terdapat
cubbing finger, tidak terdapat pembesaran kelenjar geteh
bening.
• Palpasi : nadi normal, tidak terdapat capillary refill time.
• Perkusi : batas-batas jaantung, perkusi jantung normal.
• Auskultasi : tidak terdapat kelainan
c. Sistem pencernaan
Inpeksi : Perut terlihat datar, terlihat stermar, Terdapat luka post
operasi colostomy di bagian kuadran kana, bekas luka terlihat
bersih dan bagus ada colostomy terletak sebelah kiri abdomen.
Palpasi : Nyeri tekan pada bagian area colostomy dan
abdomen bekas operasi.
Perkusi : Tidak ada terdengar suara timpani ketika
di perkusi. Auskultasi : Pada di dengar kan dengan
stetoskop bising usus pasien 6x/mnt
d. Sistem integument
 Inspeksi :
1. Warna stoma ( normal warna kemerahan)
2. Tanda-tanda perdarahan ( rubor,color,dolor)
3. Keadaan kulit ( lengket, kotor, bau)
4. Haluan stoma
5. Letak pada posisi abdomen kanan dan
kiri

 Palpasi : turgor kulit menurun, terdapat edema

e. Sistem penglihatan
1) Inspeksi: bentuk mata, peradangan pada konjungtiva
atau tidak. warna seklera, kelainan pada mata atau tidak,
edema periobital
2) Palpasi : tekanan intraokuler
3) Test snallen
f. Sistem pendengaran
1) Inspeksi : kesimetrisan pinna kanan dan kiri
2) Palpasi : nyeri pada post auricle atau tidak
3) Test kemampuan pendengaran : garputala, detak
jantung, test berbisik

g.Sistem perkemihan
1) Inspeksi: terdapat edema pada ekstremitas interior
atau tidak, keadaan meatus uretra, terpasang kateter
urine
2) Palpasi: keadaan kandung kemih tidak penuh,
nyeri tekan
3) Perkusi: nyeri ketuk pada ginjal
g. Sistem musculoskeletal
1) Lokasi : bentu tubuh tegap, keadaan umum
lemah, bentuk ekstremitas atas bawah
simetris, tidak edema, kemampuan dalam
bergerak terbatas.
h. Sistem endokrin
1) Inspeksi : tidak terdapat pembesaran tyroid,
lemah 2) Palpasi : tidak ada kelenjar tyroid

b.analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Batasan karakteristik: 1. Ketidakmampuan menelan makanan Nutrisi
DS: - DO: 2. Ketidakmampuan mencerna kurang

1. Berat badan menurun makanan

minimal 10% di bawah 3. Ketidakmampuan mengabsorpsi

rentang ideal nutrien


4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi
6. Faktor psikologis

2 Batasan Karateristik: Pengerusakan dinding lambung Nyeri Akut


DS: Mengeluh Nyeri DO:
Tampak Mengenai reseptor nyeri
meringis,Bersikap
proktetif Nyeri epigastrium

,Gelisah, Frekuensi nadi


meningkat,Sulit tidur Nyeri meningkat

Nyeri akut
3 Batasan Karateristik: 1. Kehilangan cairan aktif Kekurangan
DS: - DO: 2. Kegagalan mekanisme regulasi volume
1. Frekuensi nadi 3. Peningkatan permeabilitas kapiler cairan
meningkat 4. Kekurangan intake cairan
2. Nari teraba lemah 5. Evaporasi
3. Tekanan darah
menurun
4. Tekanan nadi
menyempit
5. Turgor kulit
menurun
6. Membran mukosa
kering
7. Volume urine
menurun
8. Hematokrit
meningkat

c.Diagnosis Keperawatan

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penyakit kronis : Ca Gaster


2. Nyeri b.d. kerusakan fungsional jaringan tubuh
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (muntah, diare)

d. Intervensi
Nyeri akut b.d. kerusakan fungsional jaringan tubuh

NO Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 1. Mengurangi
Berdasarkan NOC
atau
memperlihatkan
1. Pemberian menghilangkan
pengendalian nyeri, yang
analgesik nyeri
dibuktikan oleh indikator
2. Manajemen nyeri 2. Meringankan
sebagai berikut ( Sebutkan
3. Manajemen atau
1-5 tidak pernah jarang
medikasi mengurangi
kadang-kadang, sering
4. Manajemen sedasi nyeri sampai
atau selalu): tingkat
1. Mengendalikan kenyamanan pasien
awetan nyeri 3. Memfasilitasi
2. Menggunakan penggunaan obat
tindakan resep atau bebas
pencegahan secara
3. Melaporkan nyeri aman dan
dapat dikendalikan efektif
4. Memberikan
sedasi dan
memberikan
dukungan
fisiologis yang
dibutuhkan selama
prosedur diagnostik
atau terapiutik

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penyakit kronis

NO Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


2 Berdasarkan NOC
memperlihatkan status gizi: 1. Membantu atau
1. Manajemen nutrisi
asupan makanan dan cairan menyediakan
yang dibuktikan oleh 2. Pemantauan nutrisi asupan makanan
indikator sebagai berikut dan cairan diet
3. Terapi nutrisi seimbang
( Sebutkan 15 tidak
adekuat, sedikit adekuat, 2. Mencegah dan
cukup adekuat, adekuat, meminimalkan
sangat adekuat) : Makanan kurang gizi
oral, pemberian 3. Untuk mendukung
proses metabolik
pasien yang
malnutrisi atau
beresiko tinggi
terhadap
makanan lewat selang, atau malnutrisi
nutrisi parenteral total dan
asupan cairan oral

BAB II

KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca Colon atau Kanker Usus Besar adalah
suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu)
Kanker colon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rectum.(Boyle &Langman, 2000 : 805).
Kanker colon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada colon
dan menginvasi jaringan sekitarnya.(Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah
suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan
sehat disekitar kolon (usus besar).

2. Anatomi

Intestinum crassum (usus besar) terdiri dari caecum, appendix vermiformiis, colon,
rectum dan canalis analis. Caecum adalah bagianpertama intestinum crassum dan
beralih menjadi colon ascendens (Moore, 2002). Panjang dan lebarnya kurang lebih 6
cm dan 7,5 cm. Caecum terletak pada fossa iliaca kanan di atas setengah bagian
lateralis ligamentum inguinale (Widjaja, 2009).

3. Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (Aliran depan feses) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer
Institut, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi untuk kanker kolon
• Usia lebih dari 40 tahun
• Darah dalam feses
• Riwayat polip rektal atau polip kolon
• Adanya polip adematosa atau adenoma villus
• Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
• Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
• Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan – makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan
sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar.
Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam
jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa
kelompok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran
dan buah-buahan. ( Mormons,seventh Day Adventists ). Makanan yang harus dihindari :
• Daging merah
• Lemak hewan
• Makanan berlemak
• Daging dan ikan goreng atau panggang
• Karbohidrat yang disaring (example : sari yang disaring)
Makanan yang harus dikonsumsi :
• Buah – buahan dan sayur – sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan
kubis (seperti brokoli)
• Butir padi yang utuh
• Cairan yang cukup terutama air

4. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu
dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol,
khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologi (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya kanker kolon biasanya
dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta
merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Kanker kolon dapat
berupa masa poliploid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke
sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada
bagi rektosigmoid, sedangkan lesi poliploid yang datar lebih sering terjadi pada sekum
dan kolon asendens.
Kanker kolon dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). 2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe
perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah
balik ke sistem portal

2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan


mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah
balik ke sistem portal
5. PATHWAY
Usia lanjut Infeksi usus genetik Gaya hidup

Peningkatan asam
Mutasi gen lambung

Polip Kolitis lalu


adenomatosa menyebabkan
penyumbatan
Lapisan epitel usus

ulserasi
6. Manifestasi Klinis
Gejalah sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus, tempat kenker berlokasi, gejalah paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga
mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan
dan keletihan. Gejala yang

saling berhubungan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan
melena.
Gejala yang sering berhubungan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan
dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, oenipisan feses, konstipasi, dan distensi.
Serta adanya darah merah Segar dalam feses. Gejala yang berhubungan dengan lesi rectal
adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defeksi, konstipasi dan diare bergantian,
serta feses berdarah.
1. Kanker kolon kanan
• Isi kolon berupa cairan
• Obstruksi
• Melena
• Nyeri dangkal abdomen
• Anemia
• Mucus jarang terlihat
• Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada
stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan
kadang – kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum
• Cenderung menyebabkan perubahan defekasi
• Diare
• Nyeri kejang
• Kembung
• Sering timbul gangguan obstruksi
• Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita
• Mucus ataupun darah segar sering terlihat pada feses.
• Anemia
• Keinginan defekasi atau sering berkemih
• Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale,
2000).

7. Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi:
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada
endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis
kanker ke paru. Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas
keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan
adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada
lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema
barium secara umum dilakukan setelah.

3. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
4. Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
5. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai
adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma
kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan
untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5
mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir
berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologi terhadap shigella dan juga
amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)
Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat
dilakukan melalui sum – sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

8. Penatalaksanaan medis
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi
dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopi dengan polipektomi
merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya
pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam
membuat keputusan di kolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus
diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C.
Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan
pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan
mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
• Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada
sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
• Reseksi abominoperineal dengan kolostomi signoid permanen (pengangkatan tumor
dan porsisigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
• Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
• Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi)
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak
genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan
dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu
makan.
3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anti kanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy
ini ada kira–kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari
satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus
(FKUI, 2001 : 211)
4. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara
atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.
Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan
oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
5. Penatalaksanaan Keperawatan
• Dukungan adaptasi dan kemandirian.
• Meningkatkan kenyamanan.
• Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
• Mencegah komplikasi.
• Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.

6. Penatalaksanaan Diet
• Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur – sayuran dan buah – buahan Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
• Kacang – kacangan (lima porsi setiap hari)
• Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
• Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
• Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
• Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN CA COLON

A. Pengkajian
a. Data demografi
1) Kanker klorektal sering ditemukan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
2) Pada wanita sering ditemukan kanker kolon dan kanker rekti lebih sering terjaddi
pada laki-laki
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan pernah menderita polip kolon , radang kronik kolon dan colitis
ulseratif yang tidak teratasi
2) Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar
3) Die atau konsumsi diet yang tidak baik , tinggi protein , tinggi lemak dan rendah
serat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat kanker pada keluarga , di identifikasi kanker yang menyerang tubuh
atau organ termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan sebaga sifat dominan.
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Klien mengeluh lemah, nyeri abdomen dan kembung
2) Klien mengeluh perubahan pada defekasi : buang air besar (BAB) seperti pita,
diare yang bercampur darah dan lender dan rasa tidak puas setelah buang air
besar.
3) Klien mengalami anoreksia, mual , muntah dan penurunan berat badan
e. Pemeriksaan fisik
1) Mata : konjungtiva subanemis/anemis
2) Leher : distensi vena jugularis (JVP)
3) Mulut : mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah-pecah dan bau yang tidak
enak
4) Abdomen : distensi abdomen, adanya teraba massa , penurunan bising usus dan
kembung
5) Kulit : turgor kulit buruk, kering (dehidrasi/malnutrisi)

Klasifikasi Data

Data subjek Data objek


- mengeluh lemah dan nyeri abdomen - tampak meringis
kuadran kiri bawah
- bersikap protektif
- mengeluh perubahan terhadap defekasi :
BAB - merasa gelisah

- sulit tidur

- mual

- muntah

- turgor kulit buruk , kering

- mukosa mulut kering dan pucat

- kerusakan jaringan/lapisan kulit

Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah

1. Ds : -mengeluh Ca colon Nyeri akut


lemah dan nyeri
abdomen kuadran kiri
bawah

-mengeluh perubahan Ileus


terhadap defekasi :
BAB

Obstipasi

Do :- tampak
meringis

- bersikap protektif Darah ,tidak bisa BAB /flatus

- merasa gelisah

- sulit tidur
Gangguan defekasi
- mual

-muntah

Distensi

Nyeri akut

2. Ds: (tidak tersedia) Ca colon Gangguan


integritas kulit
Do :- turgor kulit
buruk , kering /jaringan

- mukosa mulut Ileus


kering dan pucat

- kerusakan
jaringan/lapisan kulit
Obstipasi

Darah ,tidak bisa BAB /flatus

Gangguan defekasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan :

Ds : - mengeluh lemah dan nyeri abdomen kuadran kiri bawah

- mengeluh perubahan terhadap defekasi : BAB

Do : - tampak meringis

- bersikap protektif

- merasa gelisah

- sulit tidur
- mual

- muntah

Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan


actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan

2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping terapi radiasi


ditandai dengan :
Ds : (subjek tidak tersedia)

Do : - turgor kulit buruk , kering

- mukosa mulut kering dan pucat

- kerusakan jaringan/lapisan kulit

Definisi

Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan ( membrane, mukosa,


kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament)

C. Intervensi

No. Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. manajemen nyeri


a. observasi
berhubungan dengan tindakan -identifikasi lokasi,
agen pencedera fisik keperawatan karakteristik, durasi,
ditandai dengan : diharapkan : frekuensi, kualitas,
1. Tingkat intentitas nyeri
Ds : nyeri ekspektasi - identifikasi skala
menurun dengan nyeri
- mengeluh lemah
KH:
dan nyeri abdomen - identifikasi respon
a.Keluhan nyeri
kuadran kiri bawah menurun nyeri non verbal
b. Meringis b. terapeutik
- mengeluh menurun
perubahan terhadap c.Sikap protektif - berikan teknik
defekasi : BAB menurun nonfarmakologis
d. Gelisah untuk mengurangi
Do : menurun
rasa nyeri
- tampak meringis e.Kesulitan tidur
menurun -fasilitasi istirahat
- bersikap protektif dan tidur
- merasa gelisah c. edukasi
- sulit tidur - jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
- mual
nyeri
- muntah
-jelaskan strategi
meredahkan nyeri

d. kolaborasi

-kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

2. pemberian
analgesic
a. observasi
- identifikasi
riwayyat alergi
obat
- identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic
- monitor tanda-
tanda vital sebelum
dan sesuadah
pemberian
analgesic
b. terapeutik
- diskusikan jenis
analgesic yang
disuka untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk
mengoptimalkan
respons pasien
c. edukasi
- jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
d. kolaborasi
- kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesic, jika
perlu

2. Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Perawatan


kulit/jaringan tindakan integritas kulit
berhubungan dengan keperawatan a. Observasi
ditandai dengan : diharapkan : -identifikasi
1. Integritas kulit dan penyebab gangguan
Ds : (subjek tidak jaringan integritas kulit
tersedia) ekspektasi
meningkat dengan b. terapeutik
Do : KH :
- ubah posisi tiap 2
a.Perfusi jaringan
- turgor kulit buruk , jam jika tirah baring
meningkat
kering b. Kerusakan - bersihkan perineal
- mukosa mulut jaringan
dengan air hangat,
menurun
kering dan pucat terutama selama
c.Kerusakan
lapisan kulit periode diare
- kerusakan
jaringan/lapisan kulit menurun
c. edukasi
d. Nekrosis
menurun -anjurkan minum
2. Perfusi perifer air yang cukup
ekspektasi
meningkat -anjurkan untuk
dengan KH : meningkatkan
a.Denyut nadi asupan nutrisi
perifer
meningkat 2. perawatan luka
b. Warna kulit
pucat menurun a. observasi
c.Kelemahan otot
menurun -monitor tanda-
d. Akral cukup tanda infeksi
membaik
e.Turgor kulit b. terapeutik
cukup membaik
- lepaskan balutan
dan plester secara
perlahan

-bersihkan jaringan
nekrotik

-berikan salep yang


sesuai ke kulit/lesi

c. edukasi

- jelaskan tanda dan


gejala infeksi

-ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri

d. kolaborasi

-kolaborasi
pemberian
antibiotic , jika
perlu
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Menurut WHO (2017) kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit
yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat
menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain. Istilah umum
lainnya yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Kanker dapat mempengaruhi
hampir semua bagian tubuh dan memiliki banyak subtipe anatomi dan molekuler yang
masing-masing memerlukan strategi pengelolaan yang spesifik.
Kanker lambung atau kanker perut atau disebut juga kanker gaster adalah kanker yang
terjadi ketika sel-sel abnormal (kanker) tumbuh pada lapisan lambung. Sebagian besar
kanker lambung merupakan jenis adenokarsinoma (sel kanker yang mengeluarkan lendir
serta cairan lainnya). Jenis kanker lambung lainnya adalah tumor karsinoid
gastrointestinal, tumor stroma gastrointestinal, dan limfoma. Infeksi bakteri H. pylori
adalah penyebab utama kanker lambung.

Kanker usus besar ataupun kanker kolorektal adalah salah satu dari penyakit
kanker dengan prevelensi yang cukup tinggi.Kanker kolorektal merupakan keganasan
pertumbuhan sel abnormal pada area usus besar ataupun rektum.Kanker kolorektal
menempati urutan ketiga penyebab kematian tertinggi di dunia setelah setelah kanker
payudara dan kanker paru-paru (American Cancer Society, 2014).

DAFTAR PUSTAKA
Pajong, Yustinus Edang.(2019). Karya Tulis Ilmiah “ asuhan keperawatan pada Tn. J.M
dengan diagnosa medik kanker usus di ruang Asoka RSUD Prof.Dr.W.Z.,Johanes Kupang:
Kupang.
Boyle, P., & Langman, J. (2000). ABC of colorectal cancer. Epidemiology.GLOBOCAN;
BMJ.
DPP PPNI.(2018) sctandar intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
DPP PPNI.(2018) sctandar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
DPP PPNI.(2018) sctandar diagnose keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai