Anda di halaman 1dari 8

TRADISI MENDHAK SEPISAN SEBAGAI KOMEMORASI ANGGOTA KELUARGA

(STUDI KASUS: DESA SEDAYU KOTA KENDAL)

Wahyu Setiawati1*, Raihan Ardillah2, Riris Oktaviana3, Putri Isnaini4, Faras Ridwan5
1,2,3,4,5 Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, Indonesia

email: wahyusetiawati82_2006026114@walisongo.ac.id

Abstrak
Tradisi Mendhak Sepisan adalah tradisi peringatan satu tahun orang meninggal. Tradisi ini memiliki makna untuk
mengingatkan bahwa semua yang bernyawa akan merasakan mati. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, dimana teknik pengumpulan data diperoleh melalui dua sumber, yaitu data lapangan dan data sekunder.
Data lapangan ini diperoleh melalui wawancara kepada masyarakat Desa Sedayu dan data sekunder diperoleh melalui
studi kepustakaan yang terkait dengan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk tradisi
mendhak sepisan di Desa Sedayu dan bagaimana masyarakat Desa Sedayu memaknai tradisi ini. Kemudian dari
penelitian ini ditemukan bahwa bentuk dari tradisi mendhak sepisan ini adalah mengirim doa untuk orang tua atau
kerabat yang telah meninggal. Makna dari adanya tradisi mendhak sepisan ini adalah menjadi pengingat akan
datangnya kematian yang akan dihadapi oleh seluruh umat manusia di dunia. Selain itu tradisi mendhak sepisan ini
juga memiliki makna untuk menghormati setiap tanggal atau hari kematian dari orang tua atau kerabat yang telah
meninggal.
Kata Kunci: Tradisi, Mendhak Sepisan, Komemorasi, Keluarga, Kematian.

Abstract
The Mendhak Sepisan tradition is a tradition of commemorating one year of death. This tradition has the meaning of
reminding that all living things will experience death. This research uses qualitative research methods, where data
collection techniques are obtained through two sources, namely field data and secondary data. This field data was
obtained through interviews with the people of Sedayu Village and secondary data was obtained through literature
studies related to the research. This research aims to find out what the mendhak septisan tradition looks like in Sedayu
Village and how the people of Sedayu Village interpret this tradition. Then from this research it was discovered that a
form of the mendhak septisan tradition is sending prayers to parents or relatives who have died. The meaning of the
Mendhak Sepisan tradition is that it is a reminder of the impending death that all human beings in the world will face.
Apart from that, this is also the tradition of mendhak sepisan has the meaning of honoring every date or day of death
of a parent or relative who has died.

Keywords:. Tradition, Mendhak Sepisan, Commemoration, Family, Death.

PENDAHULUAN masyarakat di Desa Sedayu yang biasanya diawali


Tradisi Mendhak Sepisan adalah dengan pembacaan tahlil dan doa bersama. Jadi
tradisi peringatan satu tahun orang meninggal tradisi Mendhak Sepisan ini menunjukkan bahwa
(Amru Almu’tasim, 2019). Tradisi ini memiliki adanya nilai komemorasi dalam wujud ketiga sikap
makna untuk mengingatkan bahwa semua yang sosial, seperti kepedulian, kekeluargaan, dan
bernyawa akan merasakan mati. Hal ini tercantum kerukunan pada masyarakat.
dalam Q.S Ali -Imron: 185 (Harbani, 2021). Kajian mengenai tradisi Mendhak
Fenomena tradisi kematian ini diperingati pada Sepisan telah dilakukan oleh banyak ahli, sebagai
setiap keluarga desa Sedayu Kota Kendal yang contoh(NASIR, 2018) dari Universitas
telah menjadi praktik sebagai nilai sosial Muhammadiyah Makassar. Nasir mengkaji tradisi
keagamaan. Nilai sosial keagamaan ini Mendhak Sepisan dalam konteks tradisi. Menurut
menanamkan sikap sosial yakni kepedulian, Nasir tradisi adalah kegiatan pada masa lalu yang
kekeluargaan, dan kerukunan pada masyarakat. masih bertahan atau dijalankan di masa kini dan
Ketiga sikap sosial tersebut menunjukkan bahwa bersifat sementara. Artinya, jika kegiatan tersebut
tradisi Mendhak Sepisan sebagai komemorasi tidak dijalankan lagi, maka tidak lagi disebut tradisi.
anggota keluarga. Seperti halnya yang dilakukan Selain Nasir terdapat(Hendrajaya & Almu’tasim,

Sosial Budaya (e-ISSN 2407-1684 | p-ISSN 1979-2603)


Vol. 20, No. 2, Desember 2023
Sosial Budaya, Volume 20, Nomor 2, Desember 2023, pp. 170 - 177

2020) dari Institut Agama Islam Uluwiyah Kajian Pustaka


Mojokerto. Hendrajaya mengkaji tradisi Mendhak Kajian mengenai tradisi Mendhak
Sepisan dalam konteks komemorasi anggota Sepisan antara lain telah dilakukan oleh Abu
keluarga. Menurut Hendrajaya, komemorasi Ubaidah (2021), Hendrajawa (2020), Mahmudah
anggota keluarga pada tradisi Mendhak Sepisan ini (2019). Ubaidah (2021) mengkaji tradisi Mendhak
selain bersifat musibah atas duka yang dialami Sepisan dalam konteks ritual islam. Ditemukan
keluarga, hal ini juga bertujuan sebagai momen bahwa tradisi Mendhak Sepisan sama halnya dengan
berkumpul keluarga saling silaturrahmi serta khoul/ haul ialah momentum yang ditunggu
memupuk ikatan persaudaraan antar anggota tunggu umat islam karena adanya menapaktilas
keluarga tersebut. kehidupan dan meneladani rekam jejak kebaikan
Penelitian ini memfokuskan pada orang yang telah meninggal. Biasanya orang yang
kajian mengenai nilai sosial keagamaan. Segenap di haul i adalah orang yang memang terpandang di
anggota keluarga yang ikut dalam tradisi Mendhak lingkungannya. Kajian mengenai tradisi Mendhak
Sepisan akan merasa terhibur akan kedatangan para Sepisan ini adanya pembacaan tahlil dan doa
tamu untuk mengikuti doa bersama bagi bersama. Ubaidah menyimpulkan bahwa Tahlilan
almarhum(ah). Doa bersama dengan masyarakat adalah sebuah acara yang diselenggarakan ketika
desa ialah bentuk nilai sosial paguyuban. salah seorang
Keikutsertaan masyarakat dalam suasana duka dari anggota keluarga meninggal dunia.
secara sadar membawa kelegaan hati bagi keluarga Secara bersama-sama, setelah proses penguburan
almarhum(ah). Setiap muslim adalah bersaudara, selesai, seluruh keluarga, handai taulan, serta
dengan demikian setiap anggota keluarga, saudara, masyarakat sekitar berkumpul di rumah keluarga
masyarakat sekitar memilki hak hak atas dirinya mayit hendak menyelenggarakan acara pembacaan
sendiri. Sikap saling menjaga saat terjadi musibah beberapa ayat al-Qur’an, dzikir, serta doa-doa yang
dan kematian, saling menghargai, menghormati ditujukan untuk mayit di alam sana.
menjaga sikap dan lidah agar tidak menyakiti Ubaidah mengkaji tradisi Mendhak
keluarga almarhum(ah). Apapun kegiatan yang di Sepisan dalam bacaannya terdapat kalimat tahlil (laa
lakukan almarhum(ah) dalam hidupnya, sebagai ilaha illallah) yang diulang-ulang (ratusan kali),
orang yang hidup di sekitarnya sudah seharusnya maka acara tersebut biasa dikenal dengan istilah
saling guyub mengurus almarhum(ah) serta juga “Tahlilan”(Sidawi, 2021). Biasanya, acara ini
saling mengingatkan dan mendorong kepada berlangsung setiap hari hingga hari ketujuh dari
kebaikan pada masyarakat sekitar. saat kematian kemudian keempat puluhnya,
Penulisan artikel ini bukan bermaksud seratus harinya, setahunnya dan seterusnya.
mengklaim masyarakat atas pertanyaan mengapa Pelafalan acara tahlilan tergantung waktu
tidak ikut serta dalam kegiatan social, melainkan almarhum(ah) sebagai berikut masa dan urutan
sikap social dari tingkat primer yakni keluarga. selamatan kematian yang tergolong selalu
(Samad, 2021)Komemorasi keluarga ialah bentuk dilaksanakan ialah geblag atau selamatan setelah
sikap saling mengingatkan akan suatu kebaikan. penguburan, nelung dina atau selamatan setelah
Bersikap baik ialah elemen pada diri seorang tiga hari kematian, mitung dina atau selamatan
muslim untuk peduli kepada masyarakat sekitar setelah tujuh hari kematian, matangpuluh dina
khususnya keluarga. Keluarga dapat disebut atau selamatan setelah 40 hari kematian, nyatus
dengan orang yang dekat dan adanya hubungan dina atau selamatan setelah 100 hari kematian,
darah terhadap kita. Dalam keluarga kita saling mendhak sepisan atau selamatan setelah satu tahun
peduli dan mendorong akan kebaikan. Oleh sebab kematian, mendhak pindho atau selamatan setelah
itu saat yang salaah satu merasakan duka maka dua tahun kematian, nyewu atau selamatan setelah
yang lain menghibur. Karena yang berlebihan itu seribu hari kematian.
tidak baik. Jadi dalam kajian tradisi Mendhak Sepisan (Hendrajaya & Almu’tasim,
ini kita memerlukan stimulus yang berupa keluarga 2020)Hendrajaya mengkaji komemorasi dalam
untuk mengingatkan akan hidup di dunia ini tidak konteks Tradisi Mendhak Sepisan. Ditemukan
sendirian serta dalam agama telah jelas berupa bahwa dalam kalangan masyarakat jawa dipercaya
kalam kalam Allah yakni Alquran ialah doa, tahlil bahwa tradisi Mendhak Sepisan ini, dimaksudnya
termasuk akan hal tersebut. untuk menyempurnakan semua hal yang bersifat

DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v20i2.20129 171


Setiawati et al.,: Tradisi Mendhak Sepisan sebagai...

badan wadhak. Di alam kubur ini, roh masih sering menyusul (meninggal) di kemudian hari.
kembali ke dalam keluarganya. Pada dasarnya Meninggalnya seseorang pasti adanya bacaan tahlil,
tatacara ,bahan, proses kegiatan Mendhak Sepisan kenapa disebut tahlil, karena dalam
sama saja dengan tradisi Mendhak pindo, Nyatus, pemabacaannya banyak mengucap lafal
ataupun Nyewu dalam selamatan kematian. mengesankan kepada Allah yang di sebut tahli
Selamatan ini juga bertujuan untuk mengingat yakni laailahaillallah yang berarti tiada Tuhan selain
ingat kembali akan jasa orang yang telah Allah.
meninggal. Ahli waris disini harus mengingat akan Mahmudah juga mengkaji tentang
pengorbanan serta kebesaran almarhum(ah). Oleh kesesuaian dengan tradisi masyarakat setempat
sebab itu, selamatan pada tradisi Mendhak Sepisan atau pemahaman dari guru (syekh) suatu daerah
ini sering disebut meling. Meling ialah kata yang tertentu. Kehadiran instrument islam akan selalu
berasal dari kata eling yang artinya mengingat ingat. mengakibatkan transformasi sosial (Sosial
Pesan lain yang terkandung dalam tradisi ini Transformation) menuju suatu bentuk baru yang
sebagai upaya untuk ahli waris intropeksi diri pada tidak serta merta memotong habis masa lampau
saatnya tiba mereka juga akan di panggil oleh budaya lokal yang dimasukinya, melainkan dapat
Tuhan. Dengan tradisi ini kita dapat pembelajaran juga melestarikan apa saja yang baik dan benar dari
untuk berhati hati dalam bertindak maupun masa lampau. Tradisi tahlilan tidak hanya dikenal
bersikap dan akan meningkatkan amal perbuatan. dikalangan umat Islam di Indonesia. Dalam hal
Hendrajaya mengkaji komemorasi dalam tersebut keluarga dalam islam membawa dampak
lingkup keluarga. Bahwa konsep komemorasi yang signifikan terhadaap sikap para penganutnya.
sangatlah memberi dampak bagi yang mengikuti Umat islam telah memahami akan makna jelas
tradisi Mendhak Sepisan ini. Telah jelas dalam kajian tentang keluarga yang Sakinah mawadah dan
mengenai Mendhak Sepisan ini bermaksud Meling warahmah ialah keluarga yang saling mengingatkan
/ eling yang berarti mengingat ingat kembali akan akan hal kebaikan serta meluruskan anggota
jasa, kasih sayang, perbuatan serta perkataan baik keluarga yang tersesat akan hal keburukan. Guyub
dari orang yang telah meninggal. Pelaksanaanya kerukunan dalam masyarakat ialah cerminan
pun merupakan symbol ketaatan bagi tradisi keluarga yang tentram dan rukun(Ritual et al.,
leluhur sebagai penerus tradisi yang pernah 2019).
ada(Hendrajaya & Almu’tasim, 2020).
Komemorasi keluarga dalam tradisi Mendhak METODE
Sepisan tidak berdasar pada mengingatkan saja Desa Sedayu merupakan salah satu
melainkan juga bersikap. Sikap saling menghargai desa di Kecamatan Gumuh, Kabupaten Kendal
sesame makhluk social, serta berperilaku baaik dan yang menjadi lokasi penelitian ini. Pemilihan desa
tidak mengandung unsur criminal itulah wujud ini dikarenakan keadaan masyarakat desa tersebut
sebenarnya yang agam islaam ajarkan. Sikap guyub yang sebagian besar beragama Islam dan suasana
rukun, sadar akan lingkungan saling membutuhkan desa yang masih guyub rukun . Masyarakat Desa
dan di butuhkan dapat mencerminkan kerukunan Sedayu ini sebagian besar penduduk local jawa
antar maasyarakat sebagai umat beragama. beragama islam. Yang menganut ajaran
(Ritual et al., 2019) Mahmudah mengkaji Ahlussunnah wal Jamaah. Dimana ajaran ini
peran keluarga dalam tradisi Mendhak Sepisan ini menganut pada lima sumber yaitu Al-Qur'an dan
sebagai perwujudan makhluk social itu saling Hadits, Ilmu Fiqih, Ijma' dan Qiyas. Pada
berkaitan. Adanya selamatan kematian dapat penelitian ini juga mengajarkan perihal tradisi
mengingatkan kita akan kematian yang tidak ada mendhak sepisan. Sebagai bentuk dan cara manusia
yang tahu kapan terjadinya hal tersebut. Keluarga yang masih hidup dan ada di dunia mendoakan
dalam kajian ini, secara bersama sama takziah ke kerabat/ orang yang sudah meninggal mendahului
kuburan alamarhum(ah) dengan membacakaan mereka. Bagi mereka tradisi mendhak sepisan
tahlil dan berdoa agar amalan amalan merupakan bentuk tahlilan yang sudah menjadi
almarhum(ah) diterima Allah SWT. Mengenai sunnah Rasulullah. Sehingga, tulisan ini mengambil
kajian tradisi ini juga bermaksud untuk menghibur data dari informan yang merupakan masyarakat
keluarga yang di tinggalkan sekalgus mengambil Desa Sedayu yang guyub rukun dan melakukan
liktibar bahwa yang masih hidup akan segera tradisi mendhak sepisan.

172 DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v20i2.20129


Sosial Budaya, Volume 20, Nomor 2, Desember 2023, pp. 170 - 177

Tulisan ini menggunakan metode penelitian Untuk mendapatkan informasi pada tulisan ini
kualitatif, sebagai bentuk eksplorasi terhadap peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yaitu
fenomena tradisi mendhak sepisan. Karena metode dengan merancang dan mempersiapkan pertanyaan
kualitatif tidak hanya memperhatikan konteks dari yang akan diajukan kepada informan. Selanjutnya,
sebuah penelitian saja. Tetapi, juga melihat di sampaikan kepada informan untuk dijawab. Bila
fenomena sosial dan faktanya yang terjadi pada jawaban yang diberikan masih kurang, merupakan
masyarakat. Ada dua jenis penelitian pada metode kewajiban bagi penanya untuk merangsang
kualitatif, yaitu studi literature dan studi lapangan. informan untuk memberi informasi sesuai yang
Tulisan ini mengarah pada penelitian dengan studi dibutuhkan penelitian.
lapangan, namun tetap di dukung dengan sumber- Dalam pengolahan data ini menggunakan
sumber literature seperti buku dan jurnal. Dalam beberapa langkah. Langkah pertama yang
penelitian kualitatif, peneliti perlu memahami latar dilakukan yaitu dengan analisis lapangan, dengan
belakang juga fenomena sosial yang terjadi. Harus memperhatikan fokus studi dan menetapkan tipe
ada interaksi antara peneliti dan latar belakang studi penelitian yang akan dilakukan. Setelah itu
fenomena tersebut. Maka, perlu dilakukannya mengembangkan pertanyaan analitik yang
wawancara terhadap masyarakat yang melakukan ditujukan kepada informan. Saat jawaban dari
tradisi memdhak sepisan. Untuk mendukung hasil wawancara tersebut diperoleh, peneliti dapat
wawancara, dilakukan juga observasi. mengecek informasi yang telah didapatkan serta
Data untuk penelitian ini merupakan data melakukan pengecekan untuk menentukan garis
lapangan dan data sekunder. Data lapangan yang di besar informasi tersebut. Kemudian setelah itu,
dapatkan melalui wawancara kepada masyarakat memberikan komentar atas hasil wawancara. Dan
Desa Sedayu. Data sekunder yang diperoleh yaitu pada akhirnya memberikan analogi dan konsep
melalui sumber sumber bacaan yang dapat serta teori atas jawaban tadi. Sehingga, dapat
dijangkau oleh penulis. Wawancara tentunya menghasilkan jawaban dari rumusan masalah yang
dilakukan dengan izin dan persetujuan oleh pihak telah ditetapkan oleh peneliti.
yang terkait. Dan wawancara ini bersifat netral juga
sepenuhnya digunakan untuk mencari informasi HASIL DAN PEMBAHASAN
dari fokus tulisan ini yaitu terkait mendhak sepisan. Bentuk Tradisi Mendhak Sepisan di Desa
Wawancara dilakukan kepada seorang tokoh Sedayu, Kendal
masyarakat yang juga menjadi salah satu tokoh Setelah melakukan penggalian informasi
agama di Desa Sedayu. Beliau menjadi salah satu dengan wawancara kami mendapatkan informasi
informan yang dipilih karena keaktifannya dan terkait bagaimana bentuk mendhak sepisan yang
pengetahuannya terkait tradisi dari Mendhak Sepisan dilakukan oleh masyarakat desa Sedayu. Salah satu
ini di desa tersebut. Untuk mendapatkan data yang informan yang kami wawancarai mengatakan
lebih pada penelitian ini, juga dilakukannya “..mendhak sepisan iku istilahe koyok menghormati
wawancara terkait tradisi Mendhak Sepisan kepada tanggal kematian..” artinya bahwa tradisi mendhak
masyarakat biasa di Desa Sedayu. Agar informasi sepisan ini memiliki makna untuk menghormati
yang di dapat lebih banyak dan menjadi data yang setiap tanggal atau hari kematian dari orang tua
valid. atau kerabat yang telah meninggal. Untuk
Teknik probing dilakukan dalam wawancara mengirim doa serta sebagai tanda memperingati
informan. Dengan melakukan probing diharapkan kepergian kerabat kita.
dapat merangsang jawaban dari informan agar “mendhak sepisan iku mirip karo tahlilan, koyok
lebih mendalam serta merinci. Dalam teknik ini ngedungokke wong tuo utowo kerabat seng wes
pewawancara haruslah komunikatif dan bisa meninggal..” arti dari jawaban informan diatas yaitu
mengajak informan memberikan informasi lebih tradisi mendhak sepisan itu mirip atau persis
banyak. Pewawancara atau penanya dalam hal ini dengan tahlilan, seperti mendoakan orang tua atau
menjadi pelaku utama. Pertanyaan yang diajukan kerabat yang telah meninggal dunia. Tradisi
kepada informan juga haruslah jelas penyampaian mendhak sepisan di Desa Sedayu sama seperti
isi dan maknanya, sehingga mudah dipahami oleh tahlilan pada umumnya yaitu dengan membacakan
informan. Pertanyaan yang diajukan juga tentunya surat al-fatihah, yasin, serta ayat suci Al-Qur’an.
pertanyaan terkait tentang tradisi Mendhak Sepisan. Bagi mereka yang mampu dan bisa, mereka juga

DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v20i2.20129 173


Setiawati et al.,: Tradisi Mendhak Sepisan sebagai...

melakukan khataman Al-Qur’an. Makna dan bahwa semua orang pasti akan dijemput oleh
tujuan mendhak sepisn untuk mendoakan orang kematian sehingga dapat mendorong kepada
yang meninggal sebelum kita, agar pahala dari keluarga atau sanak keluarga yang ditinggalkan
pembacaan tahlil tadi dapat terkirim pada mayat sebagai alat intropeksi dalam meningkatkan amal
tersebut. ibadah kita.Rangkaian peringatan tradisi mendhak
“..rak ono panganan khusus seng dadi syarat sepisan ini sama halnya dengan peringatan tradisi
mendhak sepisan, palingan nggo sego berkat yen seng ndue kematian sebelumnya, seperti pada acara mitung
hajat mampu, tapi yen ora yo ora..” maksud dari apa dino, matang puluh dino dan lain
yang dikatakan informan yaitu dalam tradisi sebagainya(Filosofi et al., 2021).
mendhak sepisan ini tidak memiliki makanan Dalam lingkungan keluarga, ibu lah
khusus yang perlu disajikan, biasanya hanya pusat pendidikan yang mengajarkan dan memberi
memberi nasi kotak/ nasi berkat untuk tetangga contoh akan berbagai budaya yang memang
yang datang mengaji, tapi itu juga tergantung pada seharusnya ada dan selalu di lestarikan(Hanipudin
mereka bila mampu. Tujuan seseorang dalam & Habibah, 2021). Komemorasi keluarga terhadap
mengikuti tradisi mendhak sepisan juga untuk tradisi Mendhak Sepisan senantiasa menanamkan
mendoakan orang yang telah meninggaal, bukan rasa cinta terhadap keluarga, masyarkat, dan juga
karena hal lainnya. Orang yang datang juga tidak negara yang di lambangkan dengan mengirim doa
ingin membuat repot yang mengadakan tradisi ini. kepaada ibu pertiwi. Karena makna saling
Rangkaian acara mendhak sepisan berdiri mendoakan dan mencintai itulah ajaran
sendiri tanpa adanya gabungan dengan tradisi atau islam(Muktarruddin et al., 2021). Segenap arah dan
acara lainnya. Karena, sebagai bentuk pandangan, serta segala bentuk pengucapan rasa
menghormati arwah anggota keluarga yang telah syukur bimbingannya dalam selamatan disebutkan
meninggal. “mendhak sepisan ora biso digabung karo demikian atasa selamatan Nabi Muhammad,
acara liane, tapi kabeh iku tergantung karo seng ndue sahabat dan keluarganya. Tradisi Mendhak Sepisan
hajate, ning kabeh yo kudu sesuai” artinya mendhak dalam kajian ini, dapat menanamkan nilai akan
sepisan tidak bisa digabung dengan acara lainnya, keterkaitan dan ketergantungan dalam peran
tapi itu semua tergantung dengan keluarga yang keluarga. Peran keluarga misal ayah sebagai
mengadakan acara ini, tapi isi acara nya juga harus pemimpin mengarahkan akan ingatan ibu tentang
sesuai. Tidak bisa tradisi mendhak sepisan yang segala kewajiban dan kegiatan kegiatan yang
gunanya membacakan yasin serta tahlil digabung memang harus di lakukan di lingkungannya dan
dengan acara gamelan dan sebagainya. serta aktif menjalankannya. Ibu dalam keluarga
Komemorasi atau peringatan dalam sebuah membimbing buah hatinya untuk melakukan hal
anggota keluarga yang telah meninggal sudah hal baik dan mengajarkannya apapun yang perlu di
menjadi sebuah rangkaian tradisi, khususnya bagi ajarkan khususnya akan budaya yang ada di
masyarakat Jawa. Mendhak sepisan misalnya, lingkungannya(Sari & Fahmy, 2022).
merupakan peringatan kematian terhadap mayit Kajian ini mengenai kegiatan yang
atau orang yang telah meninggal pada tahun di lakukan dalam tradisi Mendhak Sepisan yakni
pertamanya. Sebelum melakukan peringatan ziarah kubur. Peziarah yang telah berkeluarga di
mendhak sepisan yang biasa dilakukan oleh percaya akan merasakan harmonisnya dalam
masyarakat Desa Sedayu Kota Kendal, biasanya berumah tangga, bisa mengatasi segala
para masyarakat yang memiliki hajat mendhak permasalahan yang terjadi dalam rumah
sepisan tersebut mereka sekaligus berziarah tangganya(Afriati, 2021). Dan terdapat juga
terlebih dahulu pada pagi atau sore hari ke makam pengakuan peziarah yang berziarah di makam
keluarga atau sanak keluarga yang ingin diberi keluarga ataupun di tokoh masyarakat lainnya
peringatan tradisi kematian tersebut. Dengan merasakan akan kemudahan dalam riski dan
berziarah kubur dapat menyadarkan manusia akan rezekinya. Dengan demikian doa keluarga dalam
kepastian tentang akhir dari kehidupan, serta menjalankan tradisi Mendhak Sepisan sangatlah
kepastian tersebut tidak bisa ditawar dengan berarti bagi almarhum(ah). Keluarga juga
apapun dan bagaimanapun(Andriani et al., 2021). mengingat akan permohonannya yang di
Dilanjutkan dengan peringatan kematian yang sampaikan dalam selamatan kematian di tradisi
bertujuan sebagai komemorasi atau pengingat diri Mendhak Sepisan yakni permohonan maaf pada

174 DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v20i2.20129


Sosial Budaya, Volume 20, Nomor 2, Desember 2023, pp. 170 - 177

masyarakat atas kesalahan alamrhum(ah) semasa kepada orang yang sudah meninggal..” sehingga,
hidup dan memohon ampun agar Allah pahala dari bacaan tahlil orang yang masih hidup
mengampuni dosa dosanya semasa hidupnya, di shodaqohkan kepada arwah tersebut.
sehingga almarhum(ah) menghadap sang Pencipta Menjadikan, pahala dari orang yang masih hidup
itu dalam keadaan suci(Sumardi, 2021). tersebut kepada orang yang telah meninggal
Makna Terkandung dalam Tradisi Mendhak melalui tradisi mendhak sepisan ini.
Sepisan Tradisi mendhak sepisan atau sering
Sebuah tradisi dilaksanakan tentunya dikenal dengan selametan setelah satu tahun
memiliki makna, tujuan dan arti tersendiri bagi kematian. Tradisi ini sebagai wujud bentuk
pelakunya di suatu daerah atau wilayah. Sama toleransi umat beragama(Ritual et al., 2019).
halnya dengan Desa Sedayu, Kendal ini menurut Agama islam memperbolehkan tradisi ini, sebab
salah satu informan “orang yang meninggal hanya ulama menegaskan bahwa kebolehan
ada 3 amalan yang dapat menuntun ke surga yaitu menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an dan
amal jariyah, anak yang sholeh dan solehah, karo kalimat thayyibah kepada mayit(Handoyo &
ilmu yang bermanfaat. Peran seko anak seng sholeh Susilawati, 2021). Tradisi mendhak sepisan melihat
sholihah iki contone dungokke wong tuone seng wes ra ono pada suatu kebiasaan di dalam sektor kepercayaan.
lewat yasin utowo mendhak sepisan iki” anak yang Penglihatan tersebut dapat dianalisis
sholeh dan sholihah dapat menjadi perantara menggunakan teori tradisi milik Hamidy. Teori ini
orang tua yang sudah meninggal melalui doa serta berasumsi bahwa segala kegiatan yang dijadikan
yasin yang dibacakan dengan niat demikian. Dan kebiasaan oleh masyarakat mencangkup disegala
juga, untuk memperingatkan masyarakat sektor kehidupan. Tradisi medhak sepisan
umumnya dan pada keluarga khususnya untuk merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan
selau melakukan kebaikan guna bekal pada hari di masyarakat Desa Sedayu untuk mengenang orang
akhirat nanti. yang meninggal serta bentuk kepercayaan
Selain itu, informan mengatakan bahwa masyarakat Desa Sedayu.
“biasanya pas masuk hari ke-40 arwah iku wes bener Kajian ini dipandang para sosiolog
bener lungo ninggalke omah..” artinya, pada hari ke 40 sebagai bentuk sikap social yang perlu di lestarikan
sesorang meninggal dunia merupakan hari dimana akan sikap solidaritasnya dan kerjasamanya di balik
arwah tersebut sudah tidak berada di rumah. tradisi Mendhak Sepisan tersebut. Implementasi
Apalagi pada tradisi mendhak sepisan, yang peran warga masyarakat sebagai ikatan social yang
dilakukan pada tahun pertama tentu saja yang peduli dan rela datang akan tradisi selamatan
perlu dilakukan hanya mendoakan arwah tersebut. kematian tersebut. Meluangkan waktu untuk
Ini juga menjadi salah satu makna atau arti yang sekedar datang dalam tradisi Mendhak Sepisan ke
ada dalam tradisi mendhak sepisan, yaitu untuk tetangganya misal, ialah bentuk sikap social yang
mengingatkan bahwa kita semua ini tidak akan juga di ajarkan dalam islam(Fauziyah et al., 2020).
kekal ada di dunia. Dan semua makhluk hidup Islam dan jawa khususnya masyarakat jawa pasti
akan menghadapi kematian. tau akan adat istiadat jawa yang tujuan dan
Adanya tradisi mendhak sepisan ini menjadi pelaksanaan terkadang tak sesuai akal nalar sehat
pengingat akan datangnya kematian yang akan melainkan memiliki maksud tersendiri dan
dihadapi oleh seluruh umat manusia di dunia. Ini kepercayaan akan hal tersebut masih hingga
ditegaskan dengan perkataan dari informan yaitu sekarang. Masyarakat jawa yang cara berpikirnya
“..ini sebagai pengingat untuk kita biar kita itu ingat bersifat imajinatif-proyektif yang berarti tradisi
kita bakal ninggalin dunia dan bakalan menghadap yang memiliki arti dan makna sendiri meski tidak
Gusti Allah, makane mendhak sepisan dilakukan karo sesuai akal nalar sehat manusia pada umumnya.
keluarga, kerabat karo tetonggo..” Sehingga kajian ini dalam pandangan sosiologi
Hasil wawancara pada informan lainnya memandang masyarakat jawa banyak membawa
yaitu mengatakan “..tiap- tiap kalimat baik itu sikap guyub yang berdampak positif bagi
merupakan shodaqoh dan pahala, mendhak kehidupan bermasyarakat(Shania & Susilo, 2019).
sepisan merupakan tahlil yang dibacakan, dan Kajian ini memiliki dampak yang
seluruh bacaan tahlil merupakan kalimat baik yang cukup relevan terhadap masyarakat. Emile
mengandung pahala yang tujuannya dikirimkan Durkheim mengungkapkan bahwa peningkatan

DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v20i2.20129 175


Setiawati et al.,: Tradisi Mendhak Sepisan sebagai...

sistem pembagian kerja pada masyarakat Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna.
berimplikasi pada perubahan tipe solidaritas Keterbatasan informasi dan data hasil wawancara
sosialnya, yaitu pada masyarakat dengan sistem yang masih belum memenuhi pertanyaan penelitian
pembagian kerja yang sangat sedikit akan sepenuhnya. Penelitian masih terdapat kekurangan
menghasilkan tipe solidaritas mekanik, sedangkan literatur karena keterbatasan tersebut. Pengambilan
pada masyarakat dengan pembagian kerja yang data sumber dari informan yang membutuhkan
kompleks akan menghasilkan tipe solidaritas ketersediaan waktu khususnya informan tokoh
organik(Hanifah, 2019). Melihat masyarakat desa agama di lokasi setempat. Penulis menyadari akan
Sedayu Kota Kendal ini sangat berdampak akan kurang mendalamnya segala aspek aspek yang
sikap, misal masyarakat yang sering membaur akan belum dikuasai peneliti dalam tradisi Mendhak
kegiatan kegiata social di bandingkan dengan Sepisan di desa Sedayu Kota Kendal. Tradisi
warga masyarakat yang tidak mengikuti segala Mendhak Sepisan sebagai Komemorasi anggota
kegiatan dedesa tersebut sangat terlihat. Warga keluarga dalm topik kajian ini, membutuhkan aspek
masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan tradisi kekeluargaan yang cukup relevan dalam penulisan
Mendhak Sepisan khususnya, memang tidak ini. Keterbatasan akan pendalaman aspek materi
memilki cukup waktu ataupun berbagai alasanya telah di sadari peneliti. Sehingga kevalidan dan
lainnya itu dapat berimbas balik pada saat diri kebenaran penulisan masih memerlukan perbaikan.
mereka sendiri. Karena slogan masyarakat jawa Dalam kajian ini, peneliti perlu
ialah ‘wong nandur bakal ngunduh’ yang berarti orang meningkatkan akan kevalid an hasil interpretasi
yang menanam bakal panen, orang yang yang telah di sepakati antar penulis. Penulis dalam
menghargai orang lain, dirinya juga bakal di hargai membahas komemorasi keluarga dalam tradisi
balik(Nganjuk & Andriyani, 2022). Mendhak Sepisan perlu adanya pendalaman karakter
akan konsep yang di teliti. Sehingga, kevalidan dan
PENUTUP kebenaran pada tulisan ini masih diragukan. Dalam
Ternyata, tradisi mendhak sepisan menjadi penulisan ini, keberlanjutan pencarian data masih
wadah untuk kemomerasi anggota keluarga yang perlu di gali karena banyaknya kekurangan yang
ditinggalkan. Tradisi mendhak sepisan ini telah disadari penulis saat ini. Oleh karena itu,
digunakan untuk memperingati satu tahun tulisan ini memberi saran untuk penulis lain
kematian seseorang. Bentuk rasa menghormati dan melanjutkan penelitian terkait hal yang sama.
menghargai almarhum(ah) dengan cara mengirim Untuk melihat tradisi mendhak sepisan sebagai
doa dan membaca yasin tahlil bersama keluarga dan komemorasi anggota keluarga di desa Sedayu
kerabat. Dengan tujuan utama mendhak sepisan secara spesifik dan mendalam.
yaitu untuk mendoakan orang yang telah
meninggal. Namun, dibalik itu mendhak sepisan REFERENSI
memiliki makna lain. Yang mana mendhak sepisan Afriati, E. (2021). Nilai-Nilai Spiritualitas Pada
berupaya untuk membantu keluarga serta kerabat Peziarah Makam Raja Amangkurat I Desa
dari almarhum(ah) untuk mengingat kebaikan Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal
mereka. Karena pada dasarnya ketika memasuki 40 Skripsi. 71.
hari pertama arwah orang yang sudah meninggal, https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitst
benar-benar meninggalkan rumah. Sehingga, ream/123456789/58077/1/111703310000
keluarga ataupun kerabat mulai kehilangan memori 26_EKA AFRIATI Br.pdf
terhadap sang arwah. Kebaikan selama berada di
dunia, dibalas oleh orang yang masih hidup melalui Andriani, N., Rochmiatun, E., & Otoman, O.
tradisi mendhak sepisan ini. Dengan mengirim (2021). Tradisi Ziarah Talang Pada Hari
bacaan yasin tahlil yang berisi kalimat baik Raya Idul Fitri Di Desa Santapan
mengandung pahala di shodaqohkan kepada orang Kecamatan Kandis Kabupaten Ogan Ilir.
yang sudah meninggal. Selain itu, mendhak sepisan Tanjak: Sejarah Dan Peradaban Islam, 1(3),
juga menjadi pengingat bagi siapa saja yang masih 102–112.
ada di dunia. Bahwa, kematian pasti akan terjadi https://doi.org/10.19109/tanjak.v1i3.9706
pada kita. Fauziyah, S., Ag, S., Ag, M., Wardah, E. S., Ag, S.,
& Hum, M. (2020). RITUAL TOLAK

176 DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v20i2.20129


Sosial Budaya, Volume 20, Nomor 2, Desember 2023, pp. 170 - 177

BALA : PRIBUMISASI LP2M UIN Sultan Ritual, T., Islam, K., & Mahmudah, N. (2019).
Maulana Hasanuddin Banten. Analisis: Jurnal Studi Keislaman. 19(1), 177–
192.
Fauziyah, S., Ag, S., Ag, M., Wardah, E. S., Ag, S.,
& Hum, M. (2020). RITUAL TOLAK Samad, S. A. A. (2021). Kajian Hukum Keluarga
BALA : PRIBUMISASI LP2M UIN Sultan Islam dalam Perspektif Sosiologis di
Maulana Hasanuddin Banten. Indonesia. El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga,
4(1), 138–152.
Filosofi, M. D. A. N. N., Ilmu, D., & Aqidah, J.
(2021). ( Studi Kasus di Desa Balapulang Wetan Sari, N. H. M., & Fahmy, A. F. R. (2022).
Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal ). Ethnomathematics in Javanese Death
Commemoration. Quadratic: Journal of
Handoyo, B., & Susilawati, N. (2021). Eksistensi Innovation and Technology in Mathematics and
Tradisi Sambatan dan Ingon pada Mathematics Education, 2(1), 1–6.
Masyarakat Petani Jawa. Culture & Society: https://doi.org/10.14421/quadratic.2022.0
Journal Of Anthropological Research, 3(1), 50– 21-01
61. https://doi.org/10.24036/csjar.v3i1.92
Shania, S. M. N., & Susilo, Y. (2019). Haul Mbah
Hanifah, U. (2019). Transformasi Sosial Abu Dzarrin di Desa Kedawung Kulon,
Masyarakat Samin Di Bojonegoro (Analisis Kecamatan Grati, Kabupeten Pasuruan. 1–22.
Perubahan Sosial dalam Pembagian Kerja
dan Solidaritas Sosial Emile Durkheim). Sidawi, A. U. Y. bin M. A. (2021). Tahlilan dan
Jurnal Sosiologi Agama, 13(1), 41. haul ritual islam ?! Buku, 10.5 cm x(religi), 95.
https://doi.org/10.14421/jsa.2019.131-02 Sumardi, E. (2021). Makna Simbol Ingkung dan
Hanipudin, S., & Habibah, Y. A. (2021). Karakter Sego Wuduk dalam Tradisi Selamatan
Wanita Dalam Tradisi Jawa. Studi Islam Dan Kematian di Kecamatan Putri Hijau
Budaya, 1(2), 1–16. Kabupaten Bengkulu Utara. J u r n a l M a n
t h i Q, 92–124.
Hendrajaya, J., & Almu’tasim, A. (2020). Tradisi
Selamatan Kematian Nyatus Nyewu: Darmalaksa, Wahyudin. 2020. Metode Penelitian
Implikasi Nilai Pluralisme Islam Jawa. Jurnal Kualitatif Studi Pustaka danStudiLapangan.
Lektur Keagamaan, 17(2), 431–460. Pre-print Digital Library UIN Sunan
https://doi.org/10.31291/jlk.v17i2.756 Gunung Djati
Muktarruddin, Nurhalimah, & Bay, Q. A. (2021). Rukajat, Ajat. 2018. Pendekatan Penelitian
Pesan Dakwah Dalam Tradisi Kenduri Kualitatif (Qualitative Research Approach).
Kematian Masyarakat Suku Jawa Di Desa Yogyakarta: Deepublish, 21
Sipare-Pare Tengah “ Studi Kenduri Rijali, Ahmad. 2018. Analisis Data Kualitatif.
Kematian Hari Ke- 4O .” Kajian Ilmu Dan Jurnal Alhadhrah 17(33). 81-95.
Budaya Islam, 4(2), 1–11.
Sidawi, A. U. Y. bin M. A. (2021). Tahlilan dan
NASIR, R. (2018). Tradisi Tahlilan Dalam haul ritual islam ?! Buku, 10.5 cm x(religi), 95.
Kehidupan Masyarakat Kelurahan
Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar(Tinjauan
Pendidikan Islam). SKRIPSI Universitas
Muhammadiyah Makassar, 66, 37–39.
https://www.fairportlibrary.org/images/fil
es/RenovationProject/Concept_cost_estim
ate_accepted_031914.pdf
Nganjuk, P. D., & Andriyani, F. (2022). Makna
Tradisi Nyebuh dalam Budaya Madura Di Desa.
8, 186–197.

DOI: http://dx.doi.org/10.24014/sb.v20i2.20129 177

Anda mungkin juga menyukai