Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr,Wb Maha suci allah SWT yang telah memberikan nikmat hidayah serta rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia Dasar dengan judul Larutan Asam dan Basa. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, beserta para sahabat hingga akhir jaman. Segala hormat dan teriring terimakasih penulis sampaikan kepada ibunda Dra. Zultiniar, MSI selaku dosen matakuliah Kimia Dasar tersebut. Atas segala waktu tenaga dan keikhlasannya memberikan bimbingan saran motivasi dalam penyusunan tugas ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang berkaitan dengan penyusunan tugas ini, yang oleh penulis disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki penulis, sehingga penulis sangat berterimakasih dan menerima masukan-masukan, saran yang pada gilirannya membuat tugas ini menjadi lebih sempurna. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Pekanbaru ,16 Nopember 2011 Penulis

Putri Arini

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................1 DAFTAR ISI.........................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1

Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Perumusan Masalah........................................................................................5 1.3 Tujuan.............................................................................................................5 1.4 Manfaat...........................................................................................................5 BAB II LARUTAN ASAM DAN BASA............................................................7
2.1 2.2 2.3

Pengertian Asam dan Basa............................................................................7 Teori Asam dan Basa Arhenius.....................................................................8 Konsep pH, pOH, dan pKw.........................................................................10 a. pH.............................................................................................................10 b. pOH...........................................................................................................11 c. pKw...........................................................................................................11

2.4

Pengukuran pH............................................................................................12
a.

Menggunakan Menggunakan Menggunakan

beberapa indikator pH

indikator............................................................12
b.

universal............................................................13
c.

meter...........................................................................13 2.5 Asam dan Basa bronsted-lowry....................................................................14 2.6 Asam dan Basa Lewis...................................................................................15 2.7 Reaksi Penetralan.........................................................................................16
2

2.8 Titrasi Asam dan Basa..................................................................................17 a. Prosedur titrasi asam dan basa..................................................................17 b. Titrasi asam kuat dengan basa kuat..........................................................18 c. Titrasi asam lemah dengan basa kuat.......................................................19 d. Titrasi basa lemah dengan asam kuat.......................................................20 2.9 Manfaat Asam dan Basa...............................................................................20 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................22
3.1 3.2

Kesimpulan..................................................................................................22 Saran.............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................24

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai zaman modern kini, dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di laboratorium di zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam basa. Akibat dari serangan teoritis ini, kimia menjadi studi yang sangat kuantitatif. Jadi, bab ini sangat kuantitatif dibanding bab lain. Dalam bab, konsep penting seperti konsentrasi ion hidrogen, konstanta ionisasi, hidrolisis, kurva titrasi, larutan buffer, dan indikator akan didiskusikan. Konsep ini sangat mendasar dalam kimia, dan sukar bagi Anda mempelajari kimia kimia tanpa konsep ini. Sebagian besar bahan kimia yang umum kita jumpai adalah asam dan basa. Namun, hanya belakangan ini saja kimiawan dapat menyimpan dan menggunakan dengan bebas berbagai asam basa dalam raknya di laboratorium. Satu-satunya asam yang diketahui alkimia di zaman dulu adalah asam asetat yang tak murni, dan basa yang dapat mereka gunakan adalah kalium karbonat kasar yang didapatkan dari abu tanaman. Di abad pertengahan, kimiawan Arab mengembangkan metoda untuk menghasilkan asam mineral semacam asam hidrokhloratatau asam nitrat dan menggunakannya. Demikia juga basa-basa. Bahkan, kata alkali, nama umum untuk basa kuat, berasal dari bahasa Arab. Di zaman modern, peningkatan populasi dan dengan perlahan naiknya standar mengakibatkan kebutuhan berbagai bahan juga meningkat. Misalnya, sabun, awalnya merupakan barang mewah dan mahal, kini menjadi tersedia luas. Akibatnya, kebutuhan natrium karbonat, bahan baku sapun, meningkat dengan tajam. Kebutuhan pakaian juga meningkat, yang menyebabkan peningkatan berbagai bahan kimia untuk pewarna dan sejenisnya. Untuk memenuhi kebutuhan ini, kini menghasilkan sejumlah cukup asam dan basa bukan masalah yang sederhana. Inilah awal munculnya industri kimia. Di pertengahan abad ke-17, kimiawan Jerman Johann Rudolf Glauber (1604-1670), yang tinggal di Belanda, menghasilkan dan menjual tidak hanya berbagai asam dan basa, tetapi juga banyak alat kimia. Dalam hal ini ia dapat disebut insinyur kimia pertama. Ia juga menjual natrium sulfat sebagai obat mujarab dan mendapat keuntungan besar dari usaha ini.

Studi mendasar tentang asam basa dimulai di zaman yang sama. Boylem rekan sezaman dengan Glauber, menemukan metoda penggunaan pewarna yang didapatkan dari berbagai tumbuhan semacam Roccella sebagai indikator reaksi asam basa.13 Di saat-saat itu, telah diketahui bahwa asam dan basa mempunyai sifat berlawanan dan dapat meniadakan satu sama lain. Sebelum perkembangan kimia, asam didefinisikan sebagai sesuatu yang masam, dan alkali sebagai sesuatu yang akan menghilangkan, atau menetralkan efek asam. Awalnya ada kebingungan tentang sifat dasar asam. Oksigen awalnya dianggap sebagai komponen penting asam. Bahkan nama oksigen berasal dari bahasa Yunani, yang berarti membuat sesuatu masam. Di pertengahan abad ke-19, Davy menemukan bahwa hidrogen khlorida (larutan dalam airnya adalah asam hidrokhlorida) tidak mengandung oksigen, dan dengan demikian membantah teori bahwa oksigen adalah komponen penting dalam asam. Ia, sebagai gantinya, mengusulkan bahwa hidrogen adalah komponen penting asam. Sifat asam pertama diketahui dengan kuantitatof pada akhir abad ke-19. Di tahun 1884, kimiawan Swedia Svante August Arrhenius (1859-1927) mengusulkan teori disosiasi elektrolit yang menyatakan bahwa elektrolit semacam asam, basa dan garam terdisosiasi menjadi ion-ion komponennya dalam air. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa beberapa elektrolit terdisosiasisempurna (elektrolit kuat) tetapi beberapa hanya terdisosiasi sebagian (elektrolit lemah). Teori asam basa berkembang dengan cepat belandaskan teori ini. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah yang dibahas dalam tugas ini yaitu mengenai Larutan Asam dan Basa. 1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan pembuatan tugas ini, yaitu kami ingin membagikan pengetahuan baru yang penulis dapat kepada pembaca pada umumnya mengenai Larutan Asam dan Basa. 1.4 Manfaat Manfaat umum dari penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat pembaca mengenai Larutan Asam dan Basa. Yang penulis harapkan agar dapat berguna dalam penerapan kehidupan mesyarakat pembaca pada umumnya.

Seiring dengan pembuatan tugas ini, saya sebagai penyusun, berharap agar pengetahuan dan wawasan saya mengenai Teori Hidrogenasi juga dapat bertambah, sehingga saya dapat menerapkan wawasan yang saya dapat tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB II LARUTAN ASAM DAN BASA


2.1

Pengertian Asam dan Basa Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa

Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliti untuk memisahkan emas dan perak. Gambar 1.1 Jeruk mengandung asam sitrat Gambar 1.2 Deterjen dan sabun merupakan basa

a. Sifat-Sifat Asam Rasa Sentuhan Kereaktifan logam. Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit. b. Sifat-Sifat Basa Rasa Sentuhan Kereaktifan : pahit. : licin seperti sabun : kaustik, yaitu merusak kulit jika kadar basanya tinggi. : masam ketika dilarutkan dalam air. : asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat. : asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap

Hantaran listrik: basa, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit. 7

Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, atau bersifat netral. Masih ingatkah anda cara membedakannya? Meskipun asm dan baa mempunyai rasa yang berbeda, tidaklah bijaksana menunjukkan keasaman atau kebasaab dengan cara mencicipinya, karena banyak diantaranya dapat merusak kulit atau bersifat racun. Asam sulfat sebagai contoh, dapat menyebabkan luka bakar yang serius. Berkat pengalaman dan penelitian para ahli kimia, kini ada cara lebih praktis untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan, yaitu dengan menggunakan indikator asam-basa. Gambar 1.3 pH meter

Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang manpu menunjukkan warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa. Sifat asam dan basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur pHnya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai pH lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH = 7. pH larutan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator pH (indikator universal), atau dengan pH meter.

2.1

Teori Asam dan Basa Arhenius Larutan asam dan basa merupakan contoh dari larutan elektrolit. Pada tahun 1884,

Svante Arrhenius (1859-1897) seorang ilmuwan Swedia yang memenangkan hadiah nobel atas karyanya di bidang ionisasi, memperkenalkan pemikiran tentang senyawa yang terpisah atau terurai menjadi bagian ion-ion dalam larutan. Dia menjelaskan bagaimana kekuatan asam dalam larutan aqua (air) tergantung pada konsentrai ion-ion hidrogen di dalamnya. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH. Jadi pembawa sifat asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH. Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut. HxZ x H+ + Zx Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam. Beberapa contoh asam dapat dilihat pada tabel 2.1. Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai
8

berikut. M(OH)x Mx+ + x OH Jumlah ion OH yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Beberapa contoh basa diberikan pada tabel 2.2. Asam sulfat dan magnesium hidroksida dalam air mengion sebagai berikut. H2SO4 2 H+ + SO42Mg(OH)2 Mg+ + 2 OH

Tabel 2.1 Berbagai jenis asam

Tabel 2.2 Berbagai jenis Basa

2.2

Konsep pH, pOH, dan pKw a. pH Jeruk nipis dan asm cuka sama-sama asam, tetapi tingkat keasamannya tidak sama bukan? Bagaimana kita menyatakan tingkat keasaman? Telah disebutkan bahwa pembawa sifat asam adalah ion H+. Jadi, derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. semakin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan.
Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun 1910, seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan yang sederhana. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H +. Bilangan ini kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 14 dan ditulis: Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan ion H+ sebesar 10n.

Perhatikan contoh di bawah ini : Jika konsentrasi ion H+ = 0,01 M, maka pH = log 0,01 = 2
10

Jika konsentrasi ion H+ = 0,001 M (10 kali lebih kecil) maka pH = log 0,001 = 3 (naik 1 satuan) Jadi dapat disimpulkan: Makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH = 2. b. pOH pOH analogi dengan pH (sebagai cara menyatakan konsentrasi ion H+,

konsentrasi ion OH- juga dapat dinyatakan dengan cara yang sama, yaitu pOH.
CONTOH :

Jika [OH- ] = 0,01, MAKA NILAI pOH = -log 0,01 = 2 Sebaliknya, jika Poh = 2, maka nilai [OH- ] = 0,01 M. Meskipun nilai [OH-] dapat dinyatakan dengan pOH, tingkat kabasaan lazimnya juga dinyatakan dengan pH seperti telah dibahas pada bagian terdahulu, larutan basa mempunyai pH > 7 . semakin tinggi pH, semakin bertambah sifat basa. Larutan dengan pH = 13 adalah 10 kali lebih basa dari larutan deangan pH = 12. c. pKW
Hubungan antara pH dengan pOH dapat di turunkan dari persamaan tetapan keseimbangan air ( Kw ). Kw = [H+] x [OH-] Jika kedua ruas persamaan ini diambil tannda negatif logaritmanya, diperolah : -log Kw = -log ([H+] x [OH-]) -log Kw =( - log [H+]) +(-log [OH-]) Dengan, p = -log, maka :

atau

Pada suhu kamar, dengan harga Kw = 1 x 10-14 , maka pH + pOH = 14

2.1

Pengukuran pH
11

Untuk menentukan pH suatu larutan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut : a. Menggunakan Beberapa Indikator Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yangdapat berubah warna pada rentang harga pH tertentu (James E. Brady, 1990). Harga pH suatu larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek perubahan warna yang berbeda-beda. Dengan demikian dari uji larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan pH larutan. Contoh, suatu larutan dengan brom timol biru (6,07,6) berwarna biru dan dengan fenolftalein (8,310,0) tidak berwarna, maka pH larutan itu adalah 7,6 8,3. Hal ini disebabkan jika brom timol biru berwarna biru, berarti pH larutan lebih besar dari 7,6 dan jika dengan fenolftalein tidak berwarna, berarti pH larutan kurang dari 8,3. Tabel 4.1 Trayek perubahan pH beberapa indikator asam-basa

b. Menggunakan Indikator Unifersal pH suatu larutan juga dapat ditentukan dengan menggunakan indikator universal, yaitu campuran berbagai indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya.

12

Warna indikator universal larutan dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Warna indikator unifersal pada berbagai pH

c. Menggunakan pH meter
pHmeter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang sangat tinggi. Gambar disamping merupakan gambar pH meter digital.

2.1

Asam dan basa Bronsted-lowry

Gambar 4.1 pH meter

Hidrogen klorida (HCl) dalam air bersifat asam ( dapat melepas ion H+ ) tetapi tidak dalam benzena. Mengapa? Sebenarnya molekul airlah yang menarik atau mengikat ion H+ (proton) dari HCl. Molekul benzena tidak mempunyai kecendrungan menarik H+. oleh Teori Bronsted dan Lowry asam: zat yang menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain basa: zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
13

karena itu, HCl tidak terionisasi dalam benzena. Jadi, ionisasi HCl ke molekul air membentuk ion H3O+ (ion Hidronium)

Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa,yakni HCl(g) + NH3(g) NH4Cl(s) simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam. Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa. HCl + H2O Cl + H3O+
asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl adalah sebuah proton, dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Larutan dalam air ion CO32 bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32 dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

H2O + CO32 OH + HCO3

Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagao asam atau basa. Air adalah zat amfoter yang khas. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah contoh khas reaksi zat amfoter H2O + H2O OH + H3O+ (9.14)
asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

2.2

Teori Asam dan Basa Lewis

14

Di tahun 1923 ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asam-basanya, Lewis juga mengusulkan teori asam basa baru juga. Lewis, yang juga mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori asam basa sebagai masalah dasar yang harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil percobaan. Teori asam basa Lewis Asam: zat yang dapat menerima pasangan elektron. Basa: zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron.

Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga merupakan asam dalam kerangka teori Lewis karena proton adalah akseptor pasangan elektron. Dalam reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat dengan ion hidroksida. H+ + OH- H2O Situasi ini sama dengan reaksi fasa gas yang pertama diterima sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori Bronsted dan Lowry. HCl(g) + NH3(g) NH4Cl(s) Dalam reaksi ini, proton dari HCl membentuk ikatan koordinat dengan pasangan elektron bebas atom nitrogen. Keuntungan utama teori asam basa Lewis terletak pada fakta bahwa beberapa reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori Arrhenius dan Brnsted Lowry terbukti sebagai reaksi asam basa dalam teori Lewis. Sebagai contoh reakasi antara boron trifluorida BF3 dan ion fluorida F-. BF3 + F- BF4Reaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron bebas ion fluorida. Menurut teori asam basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton, dengan kata lain, asam dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry), asam ini disebut dengan asam Lewis. Boron membentuk senyawa yang tidak memenuhi aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang membentuk asam Lewis. Karena semua basa Brnsted Lowry mendonasikan pasangan elektronnya pada proton, basa ini juga merupakan basa Lewis. Namun, tidak semua asam Lewis adalah asam Bronsted Lowry sebagaimana dinyatakan dalam contoh di atas. Dari ketiga definisi asam basa di atas, definisi Arrhenius yang paling terbatas. Teori Lewis meliputi asam basa yang paling luas. Sepanjang yang dibahas adalah reaksi di
15

larutan dalam air, teori Bronsted Lowry paling mudah digunakan, tetapi teori Lewis lah yang paling tepat bila reaksi asam basa melibatkan senyawa tanpa proton. 2.3 Reaksi Penetralan
Jika larutan asam dan basa dicampur, maka ion H+ dari asam dan ion OH dari basa akan bergabung membentuk molekul air, sedangkan anion dari asam dan kation dari basa akan berikatan membentuk senyawa garam. Karena hasil reaksi antara asam dengan basa membentuk air yang bersifat netral, maka reaksi tersebut disebut reaksi penetralan. Tetapi karena reaksi tersebut juga menghasilkan garam, maka reaksi tersebut juga sering dikenal dengan sebutan reaksi penggaraman.

Asam + Basa Garam + Air


Contoh: 1. HCl + NaOH NaCl + H2O 2. H2SO4 + 2 NH4OH (NH4)2SO4 + 2 H2O 3. 2 CH3COOH + Ba(OH)2 (CH3COO)2Ba + 2 H2O

Walaupun reaksi asam-basa disebut reaksi penetralan, tetapi hasil reaksi itu (garam) tidak selalu bersifat netral, melainkan tergantung pada kekuatan asambasa yang membentuknya. Jika larutan asam dan basa dicampur, maka sifat garam yang terbentuk ada tiga kemungkinan, yaitu: a. Jika asam kuat + basa kuat garam (netral). c. Jika asam kuat + basa lemah garam (asam). d. Jika asam lemah + basa kuat garam (basa).

Gambar 7.1 Garam NaCl (natrium klorida) termasuk garam netral, yaitu berasal dari reaksi asam kuat HCl (asam klorida) dan basa kuat NaOH (natrium hidroksida).

16

2.4

Titrasi Asam Basa Pernahkah anda memperhatikan label yang tertara pada botol cuka makanan? Selain merek dan nama perusahaan yang memproduksi, umumnya dicantumkan pula kadar asam cuka makanan tersebut. Jika Anda diminta memeriksa kebenaran dari data yang dicantumkan, bagaimana Anda melakukanya? Penetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui prosedur percobaan yang disebut titrasi asam-basa. Istilah titrasi berarti penatapan titer atau kadar. Titresi sam-basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. a. Prosedur Titrasi Asam-Basa Misalnya kita ingin menentukan kadar suatu larutan HCl dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M yang ekivalen dengan volum tertentu larutan HCl tersebut. Untuk itu, sejumlah tertentu larutan HCl tersebut, misalkan 20 mL, ditempatkan dalam labu erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M (dalam buret) sehingga keduanya ekivalen (tepat habis bereaksi). Titik ekivalen dapat diketahui dengan bantuan indikator. Titrasi (penetesan) dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat indikator menunjukkan perubahan warna disebut titik akhir titrasi. Titik ekivalen Titik akhir titrasi : pH pada saat asam dan basa tepat ekivalen. : pH pada saat indikator berubah warna.

Untuk memperoleh ketetapan hasil titrasi yang tinggi, maka diusahakan titik akhir titrasi sedakat mungkin denangan titik ekivalen. Oleh karrna itu, harus dipilih indikator yang mengalami perubahan warna disekitar titik ekivalen.

17

b. Titrasi Asam Kuat dengan Basa kuat Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat diberiakn pada gambar 8.2. gambar tersebut menunjukan perubahan pH ketika 25 ml larutan HCl 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1M sedikit demi sedikit.

Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, tetapi perubahan yang cukup drastis terjadi disekitar titik ekivalen. Secara stoikiometri, titik ekivalen tercapai pada saatvolum NaOH yag ditambahkan sebanyak 25 ml. Kurva memperlihatkan

18

bahwa sedikit sebelum dan sedikit setelah titik ekivalen, terjadi perubahan pH dari sekitar 4 menjadi 12. Titik ekivalen, pH larutan pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi, adalah 7 (netral).
Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan indikator metil merah,

bromtimol biru, atau fenolftalein indikator-indikator itu mengalami perubahan warna disekitar titik ekivalen. Oleh karena perubahan warna indikator fenolftalein lebih tajam ( lebih mudah diamai ), maka indikator fenolftalein lebih serimg digunakan. a. Titrasi Asam lemah dengan Basa Kuat Kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat, dalam hal ini laruan CH3COOH 0,1 M dengan larutan NaOH 0,1 M.

Titik ekivalen berada diatas 7, yaitu antara 9 10.


Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih sempit, hanya sekitar 3

satuan, yaitu dari pH 7 hingga pH 10. a. Titrasi Basa lemah dengan Asam Kuat

19

Perubahan pH pada penetralan basa lemah oleh asam kuat, misalnya 25 ml larutan NH3 0,1 M yang ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M sedikit demi sedikit.

Titik ekivalen, pH larutan pada penetralan basa lemah oleh asam kuat, berada di bawah 7. Lonjakan pH disekitar titik ekivalen juga lebih sempit, hanya sekitar satuan, yaitu dari pH 5 hingga pH 3.

2.1

Manfaat Asam dan Basa Banyak bahan bahan yang bersifat asam dan basa yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya ialah : Senyawa asam : asam cuka untuk industri makanan, Proses dalam pembuatan pupuk, Proses dalam Pembuatan obat-obatan, Pembersih permukaan logam, Proses pembuatan Bahan peledak , Proses pembuatan Pengawet makanan Senyawa basa : pembuatan kue. sabun, detergen, pembersih lantai, antasid sebagai obat sakit maag, Bahan dalam pembuatan semen, Pembuatan deterjen/sabun, Baking soda dalam

20

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 KESIMPULAN Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa
Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, atau bersifat netral. Sifat asam dan basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur pHnya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai pH lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH = 7. pH larutan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator pH (indikator universal), atau dengan pH meter. Svante Arrhenius (1859-1897) seorang

ilmuwan Swedia yang memenangkan hadiah nobel atas karyanya di bidang ionisasi, memperkenalkan pemikiran tentang senyawa yang terpisah atau terurai menjadi bagian ion-ion dalam larutan. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH. Jadi pembawa sifat asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH. Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Di tahun 1923 ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asambasanya, Lewis juga mengusulkan teori asam basa baru juga. Menurut Lewis asam merupakan zat yang dapat menerima pasangan elektron, sedangakn basa merupakan zat yang mendonorkan pasangan elektron. Jika larutan asam dan basa dicampur, maka ion H+ dari
asam dan ion OH dari basa akan bergabung membentuk molekul air, sedangkan anion dari asam dan kation dari basa akan berikatan membentuk senyawa garam. . Titresi sam-basa adalah

titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya.

21

3.2

SARAN
Meskipun asm dan baa mempunyai rasa yang berbeda, tidaklah bijaksana menunjukkan

keasaman atau kebasaab dengan cara mencicipinya, karena banyak diantaranya dapat merusak kulit atau bersifat racun. Asam sulfat sebagai contoh, dapat menyebabkan luka bakar yang serius. Berkat pengalaman dan penelitian para ahli kimia, kini ada cara lebih praktis untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan, yaitu dengan menggunakan indikator asam-basa. Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang manpu menunjukkan warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa.

22

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/7533955/ARSIP-Makalah-Kimia-Asam-Basa pada tanggal 16 Nopember 2011) (diakses

http://www2.jogjabelajar.org/modul/adaptif/adaptif_kimia/6_larutan_asam_dan_b asa.pdf (diakses pada taggal 16 Nopember 2011) Purba, Michael.2006.KIMIA 2 untuk SMA Kelas XI.Jakarta:Erlangga

23

Anda mungkin juga menyukai