Sulfitrawali Sulfitrawali
NIM:1613441008 NIM:1613441008
Mengetahui,
Dosen penanggung jawab
Hardin S.si,S.pd,M.pd
NIM:1387080 72015041 004
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan
B. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan titrasi asam basa denan mengunakan indikator
C. LANDASAN TEORI
Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai
zaman modern kini, dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di
laboratorium di zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai
menguat di bidang studi teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang
ditangani adalah kimia asam basa. Akibat dari serangan teoritis ini, kimia
menjadi studi yang sangat kuantitatif.
Satu-satunya asam yang diketahui alkimia di zaman dulu adalah
asam asetat yang tak murni, dan basa yang dapat mereka gunakan adalah
kalium karbonat kasar yang didapatkan dari abu tanaman. Di abad
pertengahan, kimiawan Arab mengembangkan metoda untuk menghasilkan
asam mineral semacam asam hidrokhloratatau asam nitrat dan
menggunakannya. Demikia juga basa-basa. Bahkan, kata “alkali”, nama
umum untuk basa kuat, berasal dari bahasa Arab. Di zaman modern,
peningkatan populasi dan dengan perlahan naiknya standar mengakibatkan
kebutuhan berbagai bahan juga meningkat. Misalnya, sabun, awalnya
merupakan barang mewah dan mahal, kini menjadi tersedia luas. Akibatnya,
kebutuhan natrium karbonat, bahan baku sapun, emingkat dengan tajam.
Kebutuhan pakaian juga meningkat, yang menyebabkan peningkatan
berbagai bahan kimia untuk pewarna dan sejenisnya. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, kini menghasilkan sejumlah cukup asam dan basa bukan
masalah yang sederhana. Inilah awal munculnya industri kimia. Di
pertengahan abad ke-17, kimiawan Jerman Johann Rudolf Glauber (1604-
1670), yang tinggal di Belanda, menghasilkan dan menjual tidak hanya
berbagai asam dan basa, tetapi juga banyak alat kimia. Dalam hal ini ia dapat
disebut insinyur kimia pertama. Ia juga menjual natrium sulfat sebagai obat
mujarab dan mendapat keuntungan besar dari usaha ini.
Studi mendasar tentang asam basa dimulai di zaman yang sama.
Boylem rekan sezaman dengan Glauber, menemukan metoda penggunaan
pewarna yang didapatkan dari berbagai tumbuhan semacam Roccella
sebagai indikator reaksi asam basa.13 Di saat-saat itu, telah diketahui bahwa
asam dan basa mempunyai sifat berlawanan dan dapat meniadakan satu
sama lain. Sebelum perkembangan kimia, asam didefinisikan sebagai
sesuatu yang masam, dan alkali sebagai sesuatu yang aka menghilangkan,
atau menetralkan efek asam.
Awalnya ada kebingungan tentang sifat dasar asam. Oksigen
awalnya dianggap sebagai komponen penting asam. Bahkan nama
“oksigen” berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “membuat sesuatu
masam”. Di pertengahan abad ke-19, Davy menemukan bahwa hidrogen
khlorida (larutan dalam airnya adalah asam hidrokhlorida) tidak
mengandung oksigen, dan dengan demikian membantah teori bahwa
oksigen adalah komponen penting dalam asam. Ia, sebagai gantinya,
mengusulkan bahwa hidrogen adalah komponen penting asam. Sifat asam
pertama diketahui dengan kuantitatof pada akhir abad ke-19. Di tahun 1884,
kimiawan
Swedia Svante August Arrhenius (1859-1927) mengusulkan teori
disosiasi elektrolit yang menyatakan bahwa elektrolit semacam asam, basa
dan garam terdisosiasi menjadi ion-ion komponennya dalam air. Ia lebih
lanjut menyatakan bahwa beberapa elektrolit terdisosiasi sempurna
(elektrolit kuat) tetapi beberapa hanya terdisosiasi sebagian (elektrolit
lemah)
Oleh karena itu, mengurutkan kekuatan asam basa juga bergantung
pada definisi asam basa yang digunakan.
c. titik ekuivalen,
Titik ekuivalen adalah suatu keadaan di mana banyaknya (Σmol)
objek tepat habis bereaksi dengan banyaknya (Σmol) larutan standar.
Keadaan ini ditandai dengan perubahan warna indikator Praktikan harus
pandai-pandai memilih jenis indikator dengan trayek pH yang sesuai.
d. reaksi asam-basa
Antara larutan asam dan basa bila dicampurkan (direaksikan) akan
terjadi penetralan menghasilkan garam dan air, maka reaksi asam dan
basa disebut reaksi penetralan
Perubahan pH Pada Titrasi Asam Basa Jika suatu larutan asam ditetesi
dengan suatu larutan basa maka pH larutan asam tersebut menjadi semakin
besar. Sebaliknya bila suatu larutan basa ditetesi dengan suatu larutan
asam maka pH larutan akan menjadi semakin kecil. Ada 4 type utama
titrasa asam basa.
a. Asam kuat + basa kuat
b. Asam kuat + basa lemah
c. Asam lemah + basa kuat
d. Asam lemah + asam lemah
E. PROSEDUR KERJA
1. Masukkan larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,2 M ke dalam buret
2. Menggunakan pipet ukur 10 mL yang berisi larutan asam klorida (HCl) dan
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, pH larutannya diukur dengan
menggunakan indikator universal kemudian ditambahkan 3 tetes indikator
phenoftalein
3. Mencatat keadaan awal skala dengan buret, kemudian 1 mL larutan natrium
hidroksida (NaOH) diteteskan ke dalam larutan asam klorida (HCl) dengan
hati-hati dan pH larutannya diukur
4. Melanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
hingga berwarna merah muda, pH larutan diukur kembali
5. Mencatat keadaan akhir buret dan volume natrium hidroksida (NaOH) yang
dipakai
6. Menambahkan 1 mL larutan natrium hidroksida (NaOH) dari buret,
kemudian mengukur ph
F. HASIL PENGAMATAN
Tabel. 1 Kegiatan pada saat Titrasi
No Perlakuan Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3
1 pH HCl awal 1 1 1
2 pH HCl setelah
penambahan 1 m L 1 1 1
NaOH
3 pH pada saat titik 7 7 7
ekuivalen
4 pH setelah melewati 12 12 12
titik ekuivalen
\
G. ANALISI DATA
1.pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH
Diketahui : M HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH ....?
Penyelesaian : HCl → H + + Cl−
[𝐻 + ] =M . a
= 0,1 × 1
= 0,1
pH = ─ log [𝐇 + ]
= ─ log 0,1
= 1
V NaOH = 1 ml
= 0,001
= 1 × 10 −3 L
M HCl = 0,1 M
M NaOH = 0,2 M
Ditanyakan: pH .....?
Penyelesaian :
mol HCl = M .V
= 0,1 × 10 ml
= 1 mmol
mol NaOH = M . V
= 0,2 × 1 ml
= 0,2 mmol
𝐬𝐢𝐬𝐚
M campuran = 𝐕 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
0,8
= 11
= 0,073
[H + ] = M . a
= 0,073 × 1
= 0,073 7,3 × 10 −2
pH = − log [H + ]
= −log 7,3× 10 −2
= 2 – log 7,3
= 2– 0,86
= 1,14
3. pH larutan HCl saat mencapai titik ekuivalen
Diketahui: M HCl = 0,1 M
M NaOH = 0,2 M
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH.....?
mol HCl = M .V
= 0,1 × 10
= 1 mmol
M1 . V1 = M2 . V2
0,1 × 10 = 0,2 × V2
0,1 × 10
V2 = 0,2
1
V2 = 0,2
V2 = 5 ml
mol NaOH = M . V
= 0,2 × 5
= 1 mmol
Sisa = o, 2 mmol
V total = 7 ml
Ditanyakan : pH......?
sisa
Penyelesaian : M = V total
0,2
=7
= 0,028
[OH − ] = M . V
= 0.028 × 1
= 2,8 × 10 −2
= - log 2,8 × 10 −2
= 2 ─ log 2,8
PH = 14 ─ (2 ─ log 2,8 )
= 14 ─ 2 + 0,04
= 12 + 0,04
= 12,04
H. PEMBAHASAN
Menurut teori asam basa Bronsted Lowry, asam adalah donor proto
sedangkan basa adalah akseptor proton. Pada percobaan ini dilakukan
netralisasi asam basa, dimana larutan yang di titrasi adalah larutan HCl 0,1 M
dan NaOH 0,2 M. Adapun reaksi yang terjadi yaitu
Perubahan yang terjadi pada larutan tersebut adalah perubahan warna, dari
tidak berwarna menjadi warna merah muda. Indikator yang digunakan adalah
indikator phenoftalein. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali agar data yang
diperoleh sesuai dengan teori. Pada titrasi pertama, pH larutan yang diperoleh
pada saat mencapai titik ekuivalen adalah 3 mL, pada titrasi kedua 3,5 mL, dan
titrasi ketiga 4,3 mL sehingga diperoleh rata-rata 3,6 Ml
hjkkkjhvf
hhhh
daughs cDdjhbyvghvhbnhbnfg
bbbbbbb
gfgchnh