JAKARTA, 2005 1
UPAYA
PROGRAM
KENDALA
Kondisi tersebut mengakibatkan : Energi (Primer) Mix Timpang (Lamp K, hlm 43): Pemanfaatan gas dalam negeri belum optimal Pemanfaatan batubara dalam negeri belum optimal Karena adanya subsidi BBM pengembangan energi alternatif terhambat Mempercepat Indonesia menjadi net importer minyak (Lamp L1-L2, hlm 44-45) Subsidi BBM membengkak (Lamp M, hlm 46)
4
Kebijakan Energi Nasional sesuai dengan platform politik Kabinet Indonesia Bersatu Meningkatnya akses masyarakat kepada energi Meningkatnya keamanan pasokan energi Meningkatnya kondisi ekonomi sehingga kemampuan / daya beli masyarakat meningkat Harga energi sesuai dengan keekonomiannya
SASARAN
1. Diterbitkannya Undang Undang Energi 2. Terwujudnya konsumsi energi per kapita minimal sebesar 10 SBM (RIKEN) dan rasio elektrifikasi 95% (RUKN) pada tahun 2025 3. Terwujudnya keamanan pasokan energi dalam negeri, melalui : Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 pada tahun 2025 (Lamp I- J, hlm 41-42) Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal (Lamp N1-N2, hlm 47-48) : Peranan minyak bumi menurun menjadi 26.2% pada 2025 Peranan gas bumi meningkat menjadi 30.6% pada tahun 2025 Peranan batubara meningkat menjadi 32.7% pada tahun 2025 Pemanfaatan brown coal Coal Liquefaction (Lamp O, hlm 49) Briket Batubara Peranan panas bumi meningkat menjadi 3.8% pada tahun 2025 Peranan energi baru dan terbarukan lainnya meningkat menjadi 4.4% pada tahun 2025 Terpenuhinya pasokan energi fosil dalam negeri dengan mengurangi ekspor secara bertahap (perlu disusun Rencana Induk Pemanfaatan Energi untuk Industri, Transportasi, Listrik, Rumah Tangga dan Bangunan Komersial)
6
SASARAN
3. 4. Terwujudnya kondisi ekonomi sehingga kemampuan / daya beli masyarakat meningkat Tersedianya infrastruktur energi : BBM : jaringan pipanisasi BBM di Jawa; kilang; depot; terminal transit Gas : jaringan pipanisasi KalimantanJawa, Jawa BaratJawa Timur, SumateraJawa; Integrated Indonesian Gas Pipeline; embrio dari Trans ASEAN Gas Pipeline (TAGP) (Lamp G5, hlm 37) ; terminal regasifikasi LNG Batubara : sarana dan prasarana transportasi dari mulut tambang ke pelabuhan; pelabuhan di titik suplai dan di lokasi konsumen; sarana dan prasarana distribusi (Lamp G6, hlm 38) Listrik : ASEAN POWER GRID (Lamp G7, hlm 39) ; transmisi Jawa, Kalimantan, Sulawesi
5.
PELUANG
Keanekaragaman sumber daya energi: migas, batubara, panas bumi dan energi baru serta terbarukan lainnya Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik akan meningkatkan kebutuhan energi dalam negeri dan kemampuan / daya beli masyarakat serta akan menjadi daya tarik investasi swasta yang diperlukan dalam pembangunan sektor energi Potensi peningkatan efisiensi energi cukup besar Potensi pasar energi nasional, regional dan internasional masih terbuka
KENDALA
Struktur harga energi belum mendukung diversifikasi dan konservasi energi Adanya disparitas perkembangan ekonomi antar wilayah Ketidaksesuaian antara persebaran sumber energi dan konsumen sehingga membutuhkan infrastruktur energi Perbedaan harga energi fosil di pasar internasional dengan di dalam negeri yang disebabkan kemampuan / daya beli masyarakat yang masih rendah Industri energi khususnya minyak dan gas bumi serta ketenagalistrikan pada umumnya belum kompetitif Ketidakstabilan pasar dan harga energi fosil Iklim investasi belum kondusif
KEBIJAKAN
1. Visi Pengelolaan Energi Nasional adalah terjaminnya penyediaan energi untuk kepentingan nasional
2.
Misi Pengelolaan Energi Nasional adalah : Menjamin ketersediaan energi domestik Meningkatkan nilai tambah sumber energi Mengelola energi secara etis dan berkelanjutan termasuk memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan Menyediakan energi yang terjangkau untuk kaum dhuafa dan untuk daerah yang belum berkembang Mengembangkan kemampuan dalam negeri yang meliputi kemampuan pendanaan, teknologi dan sumber daya manusia dalam rangka menuju kemandirian
10
KEBIJAKAN (lanjutan)
3. Kebijakan utama Sisi Penyediaan : Meningkatkan kemampuan pasokan energi Mengoptimalkan produksi energi Konservasi sumber daya energi Sisi Pemanfaatan : Efisiensi pemanfaatan energi Diversifikasi penggunaan sumber energi Mendorong harga energi ke arah harga keekonomian untuk pengembangan energi dengan tetap memberikan subsidi bagi masyarakat dhuafa (tidak mampu) Pelestarian lingkungan: Tingkat makro : pembangunan berkelanjutan Tingkat mikro : internalisasi eksternalitas Kebijakan pendukung : Pengembangan infrastruktur energi untuk meningkatkan akses konsumen terhadap energi. Perlindungan masyarakat tidak mampu. Pelestarian lingkungan. Kemitraan pemerintah dan dunia usaha Pemberdayaan masyarakat Pengembangan litbang dan diklat Pemberdayaan fungsi koordinasi 11
4.
STRATEGI
1. 2. Mengembangkan mekanisme harga keekonomian energi Meningkatkan keamanan pasokan memperhatikan aspek lingkungan energi dengan
3. 4. 5.
Menerapkan prinsip-prinsip good governance dan transparansi Mendorong investasi swasta bagi pengembangan energi Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan energi
12
UPAYA
Strategi 1 : Mengembangkan Mekanisme Harga Keekonomian Energi, dengan upaya : Rasionalisasi harga energi (Program Utama 1, 2, 3, 4 dan 14) Penerapan mekanisme insentif ekonomi dan pajak energi (Program Utama 3, 4) Strategi 2 : Meningkatkan Keamanan Pasokan Energi dengan memperhatikan aspek lingkungan, dengan upaya : Peningkatan efisiensi energi, khususnya BBM (Program Utama 5, 6 dan 14) Peningkatan status cadangan terbukti energi dan cadangan energi strategis (SPR Strategic Petroleum Reserves) (Program Utama 7, 9) Penggunaan cadangan gas bumi baik cadangan besar ataupun kecil untuk kebutuhan domestik dan cadangan gas mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (dalam UU Migas ada konsep mengenai DMO gas yang mencakup juga insentif) (Program Utama 10) Penerapan DMO terhadap batubara, dengan memberikan insentif ekonomi untuk mendorong pasokan dan penggunaan dalam negeri termasuk coal liquefaction, upgrading brown coal (UBC) dan gasifikasi batubara serta teknologi batubara bersih lainnya (Program Utama 3, 4, 9 dan 11, Program Pendukung 2) Pengembangan advanced energy technologies berdasarkan Landmark Teknologi Energi (Lamp P1 s/d P6, hlm 50 s/d 61) (Program Utama 11 dan 14, Program Pendukung 2) Pengembangan potensi panas bumi untuk penggunaan langsung maupun tidak langsung (Program Utama 7 dan 14, Program Pendukung 2)
13
UPAYA (lanjutan)
Strategi 2 : Meningkatkan Keamanan Pasokan Energi, dengan upaya : (lanjutan) Mengembangkan energi alternatif BBM non fosil lainnya (Program Utama 8, 11, 14, dan 16, Program Pendukung 2) Pengembangan pemanfaatan kendaraan berbahan bakar energi alternatif (Program Utama 3, 4, 10, 11, 13, 14, 15, dan 16, Program Pendukung 1) Penerapan depletion premium untuk menjaga keberlanjutan pasokan (Program Utama 12) Peningkatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan (Program Utama 4, 5, 10, 11 dan 16) Strategi 3 : Menerapkan Prinsip-Prinsip Good Governance dan Transparansi, dengan upaya : Penerapan mekanisme open access pada infrastruktur energi (Program Utama 12) Deregulasi di tingkat makro dan mikro (corporate) - (Program Utama 12) Harmonisasi pengaturan panas bumi dengan ketenagalistrikan (Program Utama 12) Harmonisasi pengaturan pemanfaatan kawasan hutan untuk pertambangan dan energi (Program Utama 12) Penetapan kelembagaan yang bertanggungjawab dalam pengaturan standarisasi dan spesifikasi produk-produk EBT dan pelaksana program kegiatan nuklir (Program Pendukung 2)
14
UPAYA (lanjutan)
Strategi 4 : Mendorong Investasi Swasta bagi Pengembangan Energi, dengan upaya : Penerapan insentif ekonomi, baik dalam bentuk fiskal maupun non fiskal, khususnya untuk pasokan energi bagi kebutuhan domestik, pengembangan energi baru terbarukan dan peningkatan efisiensi energi (Program Utama 1, 2, 3, 4) Pemberian insentif ekonomi bagi investasi baru untuk pengembangan infrastruktur energi (Program Utama 1, 3 dan 13) Pengembangan infrastruktur energi (Program Utama 13) Pengembangan pasar domestik untuk energi alternatif, khususnya bio fuel (Program Utama 1, 3, 11, 13, 15 dan 16, Program Pendukung 1) Strategi 5 : Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Pembangunan Energi yang Berkelanjutan, dengan upaya : Peningkatan kemampuan Nasional dalam pengembangan energi (Program Utama 15, Program Pendukung 1 dan 3) Penyelenggaraan sosialisasi energi alternatif secara kontinyu (Program Utama 14) Peningkatan peluang bisnis dan industri pabrikasi dengan fokus sumber energi baru terbarukan (Program Utama 11 dan 15) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam efisiensi energi (Program Utama 14, Program Pendukung 3)
15
PROGRAM UTAMA
PROGRAM UTAMA 1 : RASIONALISASI HARGA BBM (Lamp Q1-Q3, hlm 62-64) 1. Penerapan mekanisme penyesuaian harga BBM dengan beberapa alternatif: Mekanisme penyesuaian harga pasar sepenuhnya secara otomatis untuk seluruh jenis BBM Mekanisme penyesuaian harga secara otomatis pada tingkat yang disubsidi untuk seluruh jenis BBM Mekanisme penyesuaian harga secara otomatis, khusus untuk jenis BBM tertentu (minyak tanah rumah tangga dan minyak solar transportasi) secara fixed price Mekanisme penyesuaian harga secara fixed price untuk seluruh jenis BBM 2. Penyediaan Subsidi Konsumen Energi Dhuafa 3. Pemberian Insentif Penyediaan Energi Alternatif, termasuk skema percepatan depresiasi 4. Penerapan Sistem Insentif untuk Mendorong Peningkatan Efisiensi Energi B. PROGRAM UTAMA 2 : PENYEDIAAN ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH UNTUK RUMAH TANGGA 1. Meningkatkan Pemanfaatan LPG di Rumah Tangga 2. Meningkatkan Pemanfaatan Briket Batubara 3. Meningkatkan Rasio Elektrifikasi C. PROGRAM UTAMA 3 : PENERAPAN TAX ALLOWANCE 1. Peningkatan pasokan energi bagi kebutuhan domestik 2. Pengembangan energi alternatif
16
A.
PROGRAM UTAMA
D. PROGRAM UTAMA 4 : PENERAPAN CARBON TAX SECARA BERTAHAP UNTUK PENGEMBANGAN ENERGI BERSIH E. PROGRAM UTAMA 5 : PENERAPAN DEMAND SIDE MANAGEMENT 1. Industri, baik primer maupun sekunder: penerapan teknologi hemat energi dan manajemen energi 2. Rumah Tangga dan Komersial: penerapan peralatan hemat energi 3. Transportasi: penerapan standar efisiensi bahan bakar 4. Pembangkit Listrik: penerapan teknologi hemat energi dan manajemen energi F. PROGRAM UTAMA 6 : PEMANFAATAN GAS SUAR BAKAR (FLARE GAS) G. PROGRAM UTAMA 7 : PENINGKATAN KEGIATAN EKSPLORASI 1. Pemberian insentif ekonomi untuk meningkatkan investasi bagi kegiatan eksplorasi 2. Migas: eksplorasi wilayah baru termasuk frontier areas dan laut dalam 3. Batubara: eksplorasi wilayah baru dan eksplorasi lanjutan untuk meningkatkan status cadangan 4. Panas bumi: eksplorasi pencarian potensi-potensi baru H. PROGRAM UTAMA 8 : INTENSIFIKASI PENCARIAN SUMBER-SUMBER ENERGI BARU TERBARUKAN 1. Survei potensi energi baru terbarukan 2. Pengembangan database potensi energi baru terbarukan I. PROGRAM UTAMA 9 : PENGEMBANGAN CADANGAN ENERGI STRATEGIS UNTUK KEAMANAN PASOKAN DALAM NEGERI 1. Peningkatan stok minyak dan batubara dalam negeri 2. Perbaikan dan pengembangan infrastruktur pasokan minyak bumi
17
PROGRAM UTAMA
K. PROGRAM UTAMA 10 : PENINGKATAN PEMANFAATAN GAS DI DALAM NEGERI 1. Perbaikan dan pengembangan infrastruktur pasokan gas 2. Pengembangan pemanfaatan CNG, GTL, DME, LPG dan gas kota L. PROGRAM UTAMA 11 : PENGEMBANGAN DAN KOMERSIALISASI IPTEK ENERGI 1. Pengembangan IPTEK energi Aplikasi teknologi energi berbahan bakar ganda, antara lain batubara dengan energi lainnya, khususnya biomassa Teknologi batubara kalori rendah (Upgraded Brown Coal UBC) Batubara cair (Coal Liquefaction) Teknologi energi ramah lingkungan Integrated coal gasification Pengembangan kendaraan berbahan bakar energi alternatif CNG untuk pembangkit tenaga listrik Mini LNG Pemanfaatan LNG untuk transportasi Ocean technology Dimethyl ether (DME) Coal bed methane Hidrat gas bumi 2. Pengembangan mekanisme pendanaan Pemerintah/Pemerintah Daerah bagi penelitian dan pengembangan IPTEK energi 3. Komersialisasi IPTEK energi Pengembangan model skema bisnis Penerapan sistem insentif finansial Pengembangan energi baru terbarukan dan eknologi energi efisien dalam kegiatan pengadaan yang menggunakan dana Pemerintah 4. Peningkatan kemitraan antar stakeholders energi baik di dalam maupun di luar negeri 18
PROGRAM UTAMA
M. PROGRAM UTAMA 12 : RESTRUKTURISASI INDUSTRI ENERGI (Lamp R1 s/d R7, hlm 65-71) 1. Penetapan aturan mengenai depletion premium 2. Penetapan aturan mekanisme open access infrastruktur energi N. PROGRAM UTAMA 13 : PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI 1. Infrastruktur gas 2. Infrastruktur batubara 3. Infrastruktur listrik 4. Infrastruktur BBM 5. Infrasturktur energi alternatif BBM lainnya, termasuk BBG untuk sektor transportasi O. PROGRAM UTAMA 14 : SOSIALISASI 1. Pengembangan forum dialog 2. Pengembangan community development pada lingkup nasional 3. Pemanfaatan media massa (cetak dan elektronik) 4. Penggunaan BBG dan BXX pada kendaraan operasional di lingkungan DESDM 5. Penyediaan fasilitas bimbingan teknis bagi masyarakat, pengusaha dan industri dalam hal pemanfaatan energi baru terbarukan dan teknologi energi yang efisien P. PROGRAM UTAMA 15 : PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN JASA ENERGI DALAM NEGERI 1. Pabrikasi teknologi energi dalam negeri 2. Jasa rekayasa energi dalam negeri
19
PROGRAM UTAMA
Q. PROGRAM UTAMA 16 : PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF Bidang Pembangkitan Tenaga Listrik Batubara Gas Panas Bumi Tenaga Air Bidang Transportasi Gas Listrik Bio Fuel Bahan Bakar Batubara Cair (Coal Liquefaction) GTL (Gas to Liquid) Bahan Bakar Hidrogen, Fuel Cell Hidrat Gas Bumi Bidang Industri Gas Batubara Hidrat Gas Bumi Biomassa Bidang Rumah Tangga dan Komersial Listrik LPG Briket Gas Kota
Jenis Energi
Mikro Hidro DME (Dimethyl Ether) Energi Surya Tenaga Angin Energi In Situ Nuklir Biodiesel
20
PROGRAM PENDUKUNG
A. PROGRAM PENDUKUNG 1 : PENINGKATAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DALAM PENGUSAHAAN ENERGI PROGRAM PENDUKUNG 2 : PENATAAN KEMBALI KELEMBAGAAN ENERGI (Lamp S, hlm 72) 1. 2. 3. 4. 5. C. Penetapan kebijakan energi nasional Revitalisasi BAKOREN dilakukan di RUU Energi untuk pelaksanaan kebijakan energi nasional Regulator energi Pengembangan teknologi dan sumberdaya manusia energi Penetapan spesifikasi dan standar komoditi EBT
B.
PROGRAM PENDUKUNG 3 : PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SUMBERDAYA MANUSIA NASIONAL 1. 2. 3. 4. STEM (Sekolah Tinggi Energi dan Mineral) Sertifikasi personil Standar kompetensi Kode etik profesi
21
Terima Kasih
Situs DESDM
www.esdm.go.id www.mesdm.net
22
LAMPIRAN
23
LAMPIRAN A1
Dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No 46/1980 sebagaimana telah tiga kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden No 23/2000 Tugas pokok: Merumuskan kebijakan Pemerintah dibidang pengembangan dan pemanfaatan energi secara terpadu Merumuskan program pengembangan dan pemanfaatan energi secara nasional Mengkoordinasikan pelaksanaan program dan kebijaksanaan dibidang energi oleh instansi yang bersangkutan Kewenangan dan tanggung jawab: Menyusun dan mempersiapkan rancangan prioritas pengembangan dan penggunaan sumber daya energi nasional sesuai dengan kemampuan penyediaan permodalan, tenaga kerja, keahlian, dan faktor-faktor lainnya Menyiapkan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang energi Mempersiapkan pedoman pengawasan dan pembinaan atas pelaksanaan program pengembangan dan penggunaan sumber energi Mengadakan pengkajian tentang penelitian dan pengembangan sumber-sumber energi Mengkoordinasikan penyelenggaraan kerjasama antara lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan energi di dalam dan luar negeri Keanggotaan: Ketua merangkap anggota : Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Anggota: Menteri Perindustrian Menteri Perhubungan Menteri Keuangan Menteri Negara Lingkungan Hidup Menteri Negara Riset dan Teknologi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Sekretaris merangkap anggota : Sekretaris I : Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Sekretaris II : Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
24
Kebijakan Penunjang 1. Penelitian dan Pengembangan 2. Industri Energi 3. Iklim Investasi Kebijakan Pemanfaatan Akhir 1. Industri 2. Transportasi 3. Rumah Tangga
Kebijakan Penunjang 1. Industri Energi 2. Iklim Investasi 3. Harga Energi Kebijakan Pemanfaatan Akhir 1. Industri 2. Transportasi 3. Rumah Tangga
Kebijakan Penunjang 1. Industri Energi 2. Iklim Investasi 3. Harga Energi Kebijakan Pemanfaatan Akhir 1. Industri 2. Transportasi 3. Rumah Tangga
Kebijakan Pendukung 1. Investasi 2. Insentif & Disinsentif 3. Standarisasi & Sertifikasi 4. Pengembangan Infrasturktur 5. Peningkatan Kualitas SDM 6. Sistem Informasi 7. Penelitian dan Pengembangan 8. Kelembagaan 9. Pengaturan
Kebijakan Pendukung 1. Infrastruktur 2. Penetapan mekanisme harga keekonomian 3. Perlindungan kaum dhuafa 4. Lingkungan 5. Kemitraan Pemerintah dan swasta 6. Pemberdayaan masyarakat 7. Litbang dan diklat 8. Koordinasi untuk optimalisasi energi mix
25
PRODUKSI (per Tahun) 500 juta barel 3,0 TSCF 130 juta ton
ENERGI NON FOSIL Tenaga Air Panas Bumi Mini/Micro hydro Biomass Tenaga Surya Tenaga Angin Uranium (Nuklir)
27
Intensitas Energi (toe per juta US$ PDB) Jepang : 92,3 Indonesia : 470 28
Konsumsi Energi per Kapita (toe per kapita) Jepang : 4,14 Indonesia : 0,467
LAMPIRAN D PERANAN BBM MASIH 63 % DALAM PEMAKAIAN ENERGI FINAL NASIONAL - 2003
Gas 17%
LPG 2%
Listrik 10%
29
M.M. DOMESTIK 127 M.M. IMPOR 3 LIFTING/ PRODUKSI M.M. INDONESIA : 1.125 KIL. BBM**) 968
M.M. DOMESTIK 484 M.M. IMPOR 484 BBM IMPOR M.M. IMPOR M. MENTAH FEEDSTOCK 487 471 16 212 PERUBAHAN STOK BBM (0)
Catatan : *) Kilang Mandiri : Kilang Balongan, Kasim dan PetroKimia **) Kilang BBM : UP I s/d UP V & Kilang Cepu dan CPD
31
Perubahan
(Rp. Triliun)
: Rp. 8.600/US$; Produksi : 1,125 juta barel/hari : Rp. 8.900/US$; Produksi : 1,125 juta barel/hari : 59,63 juta KL : Setelah diberlakukan Perpres No. 22/2005 tanggal 28 Februari 2005 32
Manila
Bangkok
CAMBODIA
Ban Mabtapud
Transit Terminal
Philipines
VIETNAM
Phnom Penh
Bangkot Lawit
Banda Aceh
Penang
LhokseumaweP. Brandan: 5 MBOPD Kerteh Duyong WEST Mogpu MALAYSIA Port Klang Medan
West Natuna
Natuna
Alpha
BRUNEI
Kuala Lumpur
Pacific Ocean
Manado Ternate
Bontang
SINGAPORE
Batam Bintan
Kuching
HALMAHERA
Padang
KALIMANTAN Samarinda
Balikpapan
S.Pakning : 50 MBOPD
Grissik Palembang
S U M A T R A
Jambi
Sorong
BURU
Ujung Pandang
SERAM
IRIAN JAYA
Jakarta
Bandung
Balongan : 125 MBOPD Semarang Cepu : 3.80 MBOPD MADURA Bangkalan JAVA
Surabaya Yogyakarta
BALI
LOMBOK
Indian Ocean
SUMBA
AUSTRALIA
33
Manila
Bangkok
CAMBODIA
Ban Mabtapud
Philipines
VIETNAM
Phnom Penh
Bangkot Lawit
3,756
Banda Aceh Lhokseumawe Penang
0,720
Medan
West Natuna
Singapore Gas Trunkline
Natuna
Alpha
BRUNEI
Kuala Lumpur
51,627
Kuching
EAST MALAYSIA
Bintul u
34,021
Manado Ternate
Bontang LNG Plant & Export Terminal
Pacific Ocean
HALMAHERA
SINGAPORE
11,516
A T
Batam Bintan
18,520
Sorong
Padang
KALIMANTAN Samarinda
Balikpapan
S U M R A
Grissik Jambi
3,894
SULAWESI
Banjarmasin
Jayapura
5,855
Palembang
BURU
SERAM
IRIAN JAYA
5,529
Jakarta
Ardjuna Fields CirebonSemarang
Ujung Pandang
0,11 3,854MADURA
Bangkalan Surabaya
JAVA
I Pagerungan O N E S I A N D
SUMBAWA FLORES
TIMOR
BALI
LOMBOK
Indian Ocean
SUMBA
Massela 3,00
AUSTRALIA
34
Manila
Bangkok
CAMBODIA
Ban Mabtapud
Philipines
VIETNAM
Phnom Penh
Bangkot Lawit
West Natuna
Natuna
Alpha
BRUNEI
Kuala Lumpur
Pacific Ocean
Manado Ternate
SINGAPORE
Batam Bintan
Kuching
HALMAHERA
Sorong Jayapura
KALIMANTAN Samarinda
Balikpapan
A
Grissik
Palembang
Banjarmasin
IRIAN JAYA
BURU
Ujung Pandang
SERAM
Jakarta
Semarang
MADURA
Bangkalan Surabaya
JAVA
I Pagerungan O N E S I A N D
SUMBAWA FLORES
TIMOR
TOTALCAPACITY 24,000 MW
Merauke
BALI
LOMBOK
Indian Ocean
SUMBA
AUSTRALIA
35
Tanjung Redep* 5.000 Tanjung Bara 200.000 B l o r o* 8.000 Loa Tebu* 8.000 Balikpapan 60.000 Tanah Merah 20.000
5.0
Tarahan 40.000 Pulau Baai 35.000 Kertapati 10.000 Teluk Bayur 35.000
M SU
12.2
9.3
KALIMANTAN
RA AT
55.1
10.6
IRIAN JAYA
SULAWESI JAVA
North Pulau Laut 150.000 IBT 70.000 Sembilang* 7.500 Air Tawar* 7.500 Banjarmasin* 10.000 South Pulau Laut S a t u i* 5.000 Kelanis* 10.000 200.000
PHILIPPINES
2
1
4
Celebes Sea MALAYSIA
PACIFIC OCEAN
INDONESIA
Banda Sea
INDIAN OCEAN
37
LAMPIRAN G6 RENCANA SARANA PENGANGKUTAN LEWAT KERETA API DAN TERMINAL BATUBARA KALIMANTAN
Mangkapadie(New Port)
East Kalimantan
KPC CT Tg. Sengatta(New Port) Bontang CT
Central Kalimantan
Jakarta Keterangan: Power Grid Natural Gas Field 11 proyek Asean Power Grid: 1) Republik Rakyat Laos Thailand; 2) Myanmar Thailand; 3) Thailand Kamboja; 4) Kamboja Vietnam 5) Sumatra (Indonesia) Penisular (Malaysia);
6) Peninsular (Malaysia) Singapura; 7) Sumatra (Indonesia) Singapura; 8) Batam (Indonesia) Singapura; 9) Sabah/Sarawak (Malaysia) Brunei; 10)Sabah/Sarawak (Malaysia) Kalimantan Barat (Indonesia) 11) Philipina Sabah/Sarawak (Malaysia)
39
848 4) 700 2.200 2.400 2.145 4) 2.100 2.200 2.300 1.920 2.300
30%
2.566 2.253
85% 75%
2.870 2.700
2.204 2.048
90% 100%
Perhitungan BPP per jenis BBM menggunakan metode pendekatan Specific Gravity (SG); belum termasuk PPN 10% dan (PBBKB 5% untuk Premium dan Solar Transportasi); 2 ) Ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden No.22 Tahun 2005, untuk minyak bakar mengikuti harga terendah dan tertinggi 3 ) Harga Patokan = (MOPS+15%) + PPN 10% + (PBBKB 5% untuk Premium dan Solar Transportasi) 4 ) Harga rata-rata Harga Terendah menggunakan ICP US$ 30/Bbl dan Harga Tertinggi US$ 40/Bbl Nilai Tukar = Rp. 8.900,-/US$
40
0.50
IN D O N ES IA M AL AY SI A G ER M AN Y A FR AN C E ST AT ES G AP O R C AN AD JA PA N LA N D IW AN AL Y O M E
(0.03)
TA
TH AI
SI N
ED
U N IT
(0.50)
Catatan: Diolah dari data BP Statistical Review of World Energy 2004 dan IMF World Monetary Outlook 2004
41
U N IT
ED
KI N
G D
IT
(0.12)
4,000.0
Juta SBM
3,000.0
2,000.0
1,000.0
20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21 20 22 20 23 20 24 20 25
Skenario RIKEN
42
43
Cepu/Jawa Timur Jeruk/Jawa Timur West Seno/Selat Makasar Belanak/Natuna Petrochina Pertamina
: 170 ribu bph : 50 ribu bph : 27 ribu bph : 50 ribu bph : 25 ribu bph : 30,6 ribu bph
45
2005 **)
Waktu
*) **) Target; Untuk APBN-P, asumsi : volume BBM 59,63 juta KL, harga minyak mentah US$ 36/bbl, kurs Rp.8.900/US$ UU APBN 2005 dengan asumsi : volume BBM 59,63 juta KL, harga minyak mentah US$ 24/bbl, kurs Rp.8.600/US$ Review : asumsi ICP = US$35/bbl, kurs Rp.8.900/US$
46
Batubara 34.6%
PLTMH 0.216%
PLTA 1.9% Gas bumi 20.6% Panas bumi 1.1% PLTMH 0.1%
Batubara 32.7% PLTA 2.4% Panas bumi 3.8% Other 4.4% Gas bumi 30.6%
Biofuel 1.335% Tenaga surya 0.020% Tenaga angin 0.028% Fuel cell 0.000% Biomassa 0.766%
47
Upaya I
50.0
Upaya III
40.0 %
Upaya II
30.0
20.0
10.0
Upaya IV
Pembangunan Demo Plant, 3000 TPD Demo Plant Beroperasi (3000 T/th) FS dan Engineering Design CP
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011
2012
2013 2014
2015
2016
2017
2018
2019
49
2004
807 MW (produksi)
2008
2000 MW
2012
3442 MW
2016
4600 MW
2020
6000 MW
2025
9500 MW (target)
50
2010-2015
600 kW off grid, 25 MW on Grid terpasang 5-8c$/kWh
2015-2025
5 MW off grid 250 MW on Grid terpasang <5c$/kWh
Product
Technology
R&D
low speed generator permanent magnet, advanced airfoil , light material and control systems
low speed generator permanent magnet, advanced airfoil , light material and control systems
51
2011-2015
2016-2025
PLTN 1, 2, 3 & 4 beroperasi Tahun 2016, 2017, 2023 & 2024 4-5% listrik Jamali, < 4 cUS$/kWh
Product
Konstruksi PLTN 1 & 2 Tahun 2010 dan 2011 Desain pabrik pengolahan bahan dan elemen bakar nuklir Desain sistem dan komponen PLTN
Konstruksi PLTN 3 & 4 Tahun 2018 dan 2019 Peta Cadangan Uranium di seluruh Indonesia
Technology /Eksplorasi
Teknologi reaktor dan sistem PLTN Rancang-bangun pabrikasi bahan bakar nuklir dan limbah
Litbang teknologi daur bahan nuklir
Desain dan rancang-bangun Sistem & komponen PLTN Pabrikasi bahan bakar nuklir dan proses pengolahan limbah
R&D
52
Konstruksi PLTN-2
Operasi PLTN-2
2000
2005
2010
2015
2020
2025
Konstruksi PLTN-1
Operasi PLTN-3
53
2011-2015
Pemanfaatan Biodiesel Sebesar 3% Konsumsi Solar 1.5 juta kL
2016-2025
Pemanfaatan Biodiesel Sebesar 5% Konsumsi Solar 4.7 juta kL
Product
Biodiesel Sawit, Jarak Pagar, Tumbuhan lain. Etanol dari (ekses) gliserin
Technology
R&D
Biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar dan tumbuhan lain Test Property, Performance Dan standarisasi
Plant Desain Enjiniring Optimasi Dan Modifikasi Desain plant Teknologi Pembuatan aditif
54
2011-2015
Penggunaan Gasohol sebesar 3% Konsumsi Bensin
Gasohol (Bioetanol dari pati dan nira)
2016-2025
Penggunaan Gasohol sebesar 5% konsumsi Bensin
Gasohol (Bioetanol dari lignoselulosa, pati, nira )
Technology
Produksi bioetanol 99,5% dengan teknik dehidrasi kimiawi dan molecular sieving berbahan baku molases dan pati skala 8 KL/hari s/d Skala komersial 60 KL/hari
Produksi bietanol 99,5% dg laju produksi dan rasio energi tinggi berbahan baku pati dan nira pada skala komersial 60 KL/hari
R&D
Pengemb. serat selulosa sbg bahan baku bietanol & bahan bakar
55
2005
2006
2008
2011
2016
2025
56
2011-2015
Penggunaan Bio Oil sebesar 2% Konsumsi Minyak Bakar
Bio Oil (treated)
Standard Bio Oil untuk keperluan panas dan mesin
2016-2025
Penggunaan Bio Oil sebesar 2,5% konsumsi Minyak Bakar & IDO
Bio Oil (treated)
Standard Bio Oil untuk keperluan panas dan transportasi
Technology
Produksi bio oil untuk keperluan panas dengan teknologi pirolisa cepat skala semi komersial 8 ton/hari s/d Skala komersial 100 ton/hari Konversi 20-60% Model Reaktor Pirolisa Cepat
Produksi dan upgrading bio oil pada skala komersial 50-100 ton/hari Konversi 60-80%
Produksi dan upgrading bio oil pada skala komersial 50-100 ton/hari
R&D
Penambah an Solvent
2005
2009
2011
2016
Produksi Bio Oil 700 juta liter
2025
Produksi Bio Oil 900 juta liter
58
2010
Residential, Microgrids $2/W
2015
Building integrated PV, architetural glass $3/W
2025
Utilitas, grid $0.5-1/W
PV cell, panels
Product
Crystalline
Special PV panel
PV panels, System contgrol
Technology
Criystallin and thin film Special bateries components Thin film Semi Crystalline wafers Special coating
Criystallin, thin film, and concentrator
R&D
Silicon purification
Resources
Investment
59
Supply chain
Competence
LAMPIRAN P5.2 SASARAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 2005 - 2025
16.8 MWp 25,6 MWp 17,1 MWp 11.1 MWp
2005
2010
2015
2020 2020
2025
60
2010
Micro Power Plants for Residential
2015
Vechile, Portable Electronics
2025
Utilitas, RS, Hotels
Product
Technology
PEFC (LC 70-90%), DMFC (LC 40%) SOFC (LC 30-50%) SOFC
R&D
carbonnized Tech.
Resources
Investment
61
Supply chain
Competence
KONSUMEN
R R R
R R R
R R R
R R R
R NR SR/NR
Rumah Tangga, Usaha Kecil, komersial, nelayan tradisional Industri Angk. Pribadi, Angk. Umum, Motor/Ojek Angk. Pribadi, Angk. Umum, Angk. Laut, Kapal Penangkap ikan, Industri, PLN, Pertambangan Industri, PLN, Angk. Laut Domestik Kapal Berbendera Asing, Kapal Tujuan Luar Negeri, Pertambangan Industri, PLN, Angk. Laut Domestik Kapal Berbendera Asing, Kapal Tujuan Luar Negeri, Pertambangan Industri Penerbangan Industri Penerbangan
2 3
NR
- Industri 4 M. Diesel
R R
R R
R SR
R NR
NR NR
NR NR
M. Bakar
NR
NR
NR
NR
6 7
Avtur Avgas
: : : : :
R R
NR NR
NR NR
NR NR
NR NR
NR NR
R = Regulated SR = Semi Regulated NR = Non Regulated Kategori BBM (Tahap II) Kategori Non BBM (Tahap III)
Harga ditetapkan Pemerintah (masih mengandung subsidi harga) Harga menuju kepada harga keekonomian (masih mengandung subsidi harga) Harga Patokan (sudah tidak mengandung subsidi harga) Premium, M.Tanah, M.Solar, M.Diesel, M.Bakar M. Bakar, Avtur, Avgas, LPG, Pelumas, Aspal, Parasilin, dll
62
TDL rata-rata 3
63
BPP4)
PERTIMBANGAN EKONOMI Subsidi BBM
B rga a
BM
a rat tara
? )
2010
Tahun
1 2
) Sesuai UU No.22/2001 penugasan PERTAMINA sampai November 2005 ) Penugasan PSO dapat kepada PERTAMINA atau lembaga lain
) Sesuai amandemen UU 22/2001 tentang Migas ) Saat ini mengacu pada MOPS + 15%
64
REGULASI
REGULASI KETEKNIKAN KESELAMATAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI
NONREGULASI
Makro (Institusi)
Menteri c.q Unit yang menangani pelayanan geologi Menteri c.q. Balitbang
Mineral : BUMN (PT. Timah, PT. Aneka Tambang); Batubara : BUMN (PT.BA), Panas Bumi :BUMN ( - ) ; Migas : BUMN (PT. Pertamina, PT PGN) ; Listrik : BUMN (PT. PLN) ;
Non-BUMN (a.l. Rio Tinto, NMH) Non-BUMN (a.l. KPC, Arutmin) Non-BUMN (a.l. PT. Geo Dipa Energy) Non-BUMN (a.l. PT. CPI, Medco) Non-BUMN (PT. Indonesia Power, PT PJB, PT. PLN Batam, PT. Paiton Energy)
BP MIGAS
(BHMN)
Keterangan: Izin hanya dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah Lembaga Akreditasi adalah sesuai ketentuan perundang-undangan : - Bidang M.S.T.Q adalah KAN - Bidang Jasa Kontruksi adalah LPJK - Bidang Jasa Non-Konstruksi adalah Departemen Teknis (ESDM) Sertifikasi dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi Metrologi legal (untuk keperluan transaksi perdagangan) adalah kewenangan Deperindag Penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh BSN, pemberlakuan SNI oleh Menteri Teknis (ESDM)
*) Kecuali regulasi ekonomi untuk : - Hilir Migas di semua wilayah **) Khusus untuk Hilir Migas di semua wilayah
65
Migas
Eksplorasi / Eksploitasi Pengolahan Pengangkutan/ Transmisi Penyimpanan / Penimbunan Niaga Trader Tanpa Aset Smelter Angkutan Khusus Penimbunan Niaga B A
Produk lanjut
Produk lanjut
Niaga Sumber Daya Panas Bumi Panas Bumi Eksploitasi / Produksi Pembangkitan Listrik Distribusi Listrik C Pelanggan Listrik
Transmisi
Penjualan
Agen
Usaha Pengolahan
Usaha Pengangkutan
Usaha Penyimpanan
Usaha Niaga Terbatas tanpa Aset (Trader) Trader) Industri Hulu Industri Hilir
Konsumen
End Users
Usaha Pengolahan, Pengangkutan dan Penyimpanan yang dijual adalah jasanya, sedangkan untuk Usaha Penjualan yang dijual adalah produknya
67
Aliran Gas KK : Konsumen Kecil KM : Konsumen Menengah KB : Konsumen Besar (Pembedaan Konsumen Berdasarkan Kuantitas) Usaha Eksplorasi/Eksploitasi
LAMPIRAN R4 TAKSONOMI BIDANG USAHA DALAM STRUKTUR INDUSTRI GAS BUMI NASIONAL
Usaha Pengolahan2) Usaha Pengangkutan2) Usaha Penyimpanan2) Usaha Niaga2) Ekspor LNG LPG Gas Impor LNG LPG
Transmisi Dengan Aset
Pengapalan
Kilang LNG
Receiving Terminal
Pembotolan
KK,KM,KB KK,KM,KB KB
Industri Hulu
Industri Hilir
End Users
68
Fungsi Pengatur
Fungsi Pengawas
Fungsi Pengatur
Oleh BPH Migas (Pasal 46) (Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian BBM dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa)
69
LAMPIRAN R6 REGULASI INDUSTRI HILIR MIGAS : PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN BARANG PUBLIK (PUBLIC GOODS)
JENIS KEBIJAKAN REGULASI KETEKNIKAN *)
YANG MENGATUR BBM (Regulated) a.Premium b.Solar c.Minyak Tanah MESDM MESDM MESDM MESDM cq. DJMigas MESDM cq. DJMigas MESDM cq. DJMigas YANG MENGAWASI MESDM cq. DJMigas MESDM cq. DJMigas MESDM cq. DJMigas
OBLIGATION TO SUPPLY
Pertamina +) Pertamina +) Pertamina +)
MESDM
BPH-Migas
Produsen
Pertamina/ Elnusa
POLRI/PPNS ++)
MESDM
BPH-Migas
BPH-Migas
Kepmen MESDM
POLRI/PPNS ++)
MESDM
Produsen
Pertamina
POLRI/PPNS++)
Keterangan : *) Standar Mutu dan Keselamatan Migas **) Standar Pelayanan dan Harga Jual ***) Penetapan Kisaran harga oleh pemerintah
+) ++)
Penugasan selama masa transisi (s.d. Nopember 2005), sesuai UU 22/2001 Pasal 62 Sesuai UU 22/2001 Pasal 50
70
LAMPIRAN R7 TAKSONOMI BIDANG USAHA DALAM STRUKTUR INDUSTRI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (UU No 15 Tahun 1985)
Konsumen
BU Pembangkitan
71
Imported Tech.
Universitas (Riset Dasar) Lembaga (Riset Terapan) BPPT (Pengkajian Teknologi)
Tech. content
Indigenous Tech. Pengembangan Kebijakan Ristek
Imported Tech.
Catatan : Usulan MESDM ini telah disetujui dalam paparan untuk Landmark Teknologi di BPPT
72