Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH 10 TEKNOLOGI PENCAHAYAAN

Pencahayaan Alami pada Museum

Nurlinawati/23311001 4/18/2012

Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung

PENDAHULUAN Museum merupakan tempat khusus dimana karya seni dan atau benda-benda bersejarah (yang tentunya sangat berharga) disimpan dan dipamerkan. Karena sifat uniknya, benda-benda penting tersebut haruslah ditampilkan sedemikian asli. Untuk itulah diperlukan pencahayaan yang memberikan renderasi warna terbaik yang tidak terdistorsi sedikit pun agar seni atau benda bersejarah tersebut dapat dinikmati secara totalitas apa adanya. Penggunaan pencahayaan alami (daylghting) dalam pencahayaan museum sudah banyak diterapkan. Alasan utamanya terkait dengan kemampuan renderasi warna yang baik. Namun perlu dicatat bahwa pencahayaan alami memiliki beberapa kerugian jika digunakan pada museum. Kerugian-kerugian tersebut harus dapat dikendalikan dengan penataan pencahayaan yang baik.

Kebutuhan Pencahayaan Tata pencahayaan pada museum seharusnya dapat memberikan efek yang layak pada karakter objek yang dipamerkan. Selain itu, perlu diperhatikan pula aspek bangunan museum, boleh jadi bangunan yang digunakan merupakan bangunan yang memiliki sisi sejarah yang harus ditonjolkan yang berpengaruh pada kebutuhan efek pencahayaan. Kondisi visual harus nyaman dan bebas dari halangan/gangguan sehingga seluruh perhatian akan tertuju pada benda yang dipamerkan. Benda-benda yang dipamerkan harus diberikan iluminansi yang baik sehingga mudah dilihat dan diamati. Secara umum, kebutuhan pencahayaan yang penting yaitu : emphasis/aksen, modeling, orientasi, pencegahan dari refleksi dan bayangan yang tak diinginkan, warna, fleksibel.

Gambar 1. Contoh pencahayaan pada Kimbell Museum Keterbatasan Pencahayaan alami memiliki spectrum cahaya yang sangat lengkap mulai dari inframerah sampai ultraviolet. Beberapa material seperti kertas, tinta, warna yang terpapar secara langsung oleh cahaya alami akan dapat rusak. Kerusakan yang terjadi bisa dalam bentuk perubahan warna, luntur, dan akhirnya dapat hancur. Oleh karena itu, biasanya para lighting designer menggunakan non-direct lighting ketika menggunakan pencahayaan alami pada museum.

Gambar 2. Contoh direct daylighting yang dapat merusak lukisan

Pencahayaan alami memiliki sifat yang dinamis. Tingkat pencahayaannya bergantung pada kondisi langit dan waktu. Hal ini menyebabkan desain tata cahaya pada museum harus dibuat sefleksibel mungkin namun tetap aman seandainya terjadi kemungkinan yang tak bisa diprediksi. Selain factor waktu dan kondisi langit, yang menjadikan daylight dinamis yaitu factor geografis lokasi. Sebelum menentukan tata cahaya museum, sebaiknya mengumpulkan data tentang karakteristik daykight di lokasi tersebut. Tingkat pencahayaan yang tinggi membuat pencahayaan alami menimbulkan silau. Selain membuat pengunjung tidak nyaman, silau dapat merusak interpretasi terhadap karya seni karena mengurangi visual performance.

Gambar 3. Silau karena cahaya alami langsung

Non-direct daylighting Non-direct lighting selain dapat menghilangkan efek silau pada daylight, juga dapat mengurangi paparan cahaya pada benda koleksi sehingga aman dari kerusakan (pudar, luntur, dsb). Pencahayaan non-direct pada museum biasanya terdiri dari dua jenis yaitu bukaan pada rongga langit-langit dan bukaan pada atap bangunan. Berikut adalah jenis-jenis bukaan untuk masuknya cahaya alami. (Gambar 4)

Gambar 4. Bukaan pada rongga langit-langit

Gambar 5. High Museum of Art di Atlanta, desainer Richard Meier Contoh diatas adalah daylight melalui atap, masukan cahaya berbentuk layar-layar yang menyalurkan cahaya dari atas melalui bukaan berbentuk kerucut. Selain permasalahan silau dan kerusakan benda berharga koleksi museum, daylighting memiliki sifat yang dinamis. Boleh jadi pada suatu waktu langit cerah tanpa awan, namun dilain waktu langit mendung dengan awan tebal.Desain pencahayaan harus siap menghadapi kondisi seperti

ini. Seandainya cahaya alami sangat rendah akibat langit mendung, museum harus tetap dapat memberikan pencahayaan yang nyaman bagi pengunjung. Oleh sebab itu, perancangan tata cahaya harus memadukan pencahayaan alami dan buatan. Seperti contoh berikut pada Gambar .

Gambar 6. Perpaduan yang baik antara pencahayaan alami dan buatan

KESIMPULAN Permasalahan utama yang muncul pada pencahayaan alami di museum adalah silau, paparan sinar UV dan IR yang dapat merusak benda koleksi museum, tingkat pencahayaan yang dinamis. solusi untuk mengatasi permasalahan yang disebutkan pertama dan kedua yaitu dengan perancangan non-direct daylighting dan solusi untuk permasalahan ketiga adalah dengan memadukan pencahayaan alami dan buatan. REFERENSI 1. Evaluating the Daylight Performance of Three Museum Galleries. Beltran, Atre, Chongcharoensuk, Mogo. Texas A & M University. 2. Daylighting Museums Guide. Chris Hancock, Shelby Hinchliff, and Justina Hohhman. 2009 3. Lighting Manual, Handbook of Lighting Installation Design. Fifth Edition. Philips.1993

Anda mungkin juga menyukai