Anda di halaman 1dari 21

SYSTEMS THINKING

IE 3353 Pemodelan dan Simulasi

OUTLINE
Berfikir sistemik Meningkatnya kompleksitas pengambilan keputusan Efisiensi dan efektivitas Outcome yang tidak direncanakan dan tidak sesuai dengan intuisi

Tujuan Pembelajaran
Memahami konsep berpikir secara sistemik Memahami alasan mengapa harus berpikir secara sistemik Mampu mengaplikasikan berpikir secara sistemik pada contoh kasus

Berpikir Sistemik

Metode Analitikal Tradisional


Metode ilmiah tradisional didasarkan pada dua ide, yaitu: Reduksionisme: yaitu sebuah konsep dimana segala sesuatu di dunia dan semua kejadian dapat direduksi, didekomposisi, atau dipecah hingga menjadi bagian paling sederhana dan tidak dapat dipecah lagi (indivisible). Semua fenomena dapat dijelaskan dengan hubungan sebab-akibat. (Russel L. Ackoff )

Metode Analitikal Tradisional


Metode reduksionisme dan hubungan sebab akibat, dewasa ini tidak cukup, karena:
Tidak dapat mengatasi kekompleksitasan. Tidak semua hubungan sebab-akibat searah, mungkin terdapat mutual causality atau feedback. Mengarahkan ke pengambilan keputusan yang sempit dan parsial. Dapat timbul hasil yang tidak terencana dan secara keseluruhan tidak efektif.

BERPIKIR SISTEMIK Sebagai cara baru dalam berpikir

Berpikir Sistemik
Terjadi pergeseran fokus, dari berfikir secara parsial (parts ) ke berpikir keseluruhan (wholes). Munculnya cara berpikir yang baru BERPIKIR SISTEM. Sesuatu yang akan dijelaskan dipandang sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar, yaitu sistem, dan dijelaskan dalam kerangka sistem. Emergence properties adalah hubungan atau sifat (properties) baru yang muncul akibat interaksi di antara bermacam bagian atau aspek dari sebuah situasi.

Mengapa Kita Membutuhkan Cara Berpikir Sistemik?


Ada beberapa alasan mengapa kita membutuhkan cara berfikir sistemik. Meningkatnya kekompleksitasan dalam lingkungan pengambilan keputusan dewasa ini. Efisiensi vs efektivitas. Hasil yang tidak terencana dan tidak sesuai dengan intuisi.

Peningkatan Kompleksitas dalam Pengambilan Keputusan

Kompleksitas
Kompleksitas didefinisikan sebagai kuantitas informasi yang diperlukan untuk menjelaskan sesuatu (W.R. Ashby, 1973). Kompleksitas mencakup :
Jumlah bagian (part) dalam sistem Interrelasi dari bagian bagian tersebut

Peningkatan kompleksitas dalam segala hal telah mengakibatkan metode pengambilan keputusan tradisional tidak lagi sesuai untuk dipergunakan.

Kompleksitas
Tingkat kekompleksitasan sesuatu bergantung pada sudut pandang pengamat.
Seorang ahli bedah memandang otak sebagai sistem yang sangat kompleks Seorang tukang daging memandang otak sapi tidak lebih dari bagian dari potongan daging.

Semakin kita memahami sesuatu, semakin kompleks kita melihatnya.

Contoh: Asesmen Biaya Produksi Per Unit


Biaya produksi per unit untuk proses produksi satu tahapan :
Biaya total dari material, energi, dan tenaga kerja dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi.

Semakin kompleks proses produksi, semakin sulit penghitungan biaya produksi per unit.
Output dari tahapan sebelumnya menjadi input di tahapan berikutnya. Perlu memperhitungkan biaya penyimpanan. Dll.

Efisiensi vs Efektivitas

Efisiensi
Efisiensi melihat pada seberapa baik penggunaan sumber daya pada aktivitas tertentu. EFISIENSI TEKNIS:
Mencapai tingkat output yang tinggi dengan mempergunakan input dengan jumlah tertentu. Mempergunakan input sesedikit mungkin untuk memproduksi output dengan jumlah tertentu.

EFISIENSI EKONOMIS:
Maksimasi selisih antara pendapatan dan biaya total.

Efektivitas
Efektivitas melihat pada seberapa baik pencapaian tujuan dari sebuah aktivitas. Contoh, tujuan pelayanan angkutan bus adalah menyediakan transportasi yang nyaman dan efektif dari segi harga.
Efisiensi ekonomis yang tinggi dari tingkat operasi setiap kendaraan hanyalah satu aspek dari sistem. Pilihan rute bus, frekuensi pelayanan, tipe kendaraan adalah pertimbangan lain. Diperlukan trade off antara variabel untuk mendapatkan sistem yang efektif secara keseluruhan.

Efisiensi vs Efektivitas
Mengoperasikan berbagai elemen dari sistem secara efisien tidak berarti sistem tersebut efektif secara keseluruhan. Efisiensi sejati mempertimbangkan tujuan utuh dari sistem. Efisiensi dan efektif harus saling melengkapi (complementary). Efektif adalah doing the right thing. Efisiensi adalah doing things right.

Hasil yang tidak terencana dan tidak sesuai dengan intuisi

Hasil yang tidak terencana dan tidak sesuai dengan intuisi


Action A Desired outcome B

E D

Unintended, unpredicted and sometimes negate outcome B

Pertimbangkan setiap outcome yang mungkin, baik yang direncanakan maupun tidak, atau yang counterintuitive. Outcome counterintuitive adalah outcome yang berkontradiksi dengan logika dan intuisi. Outcome counterintuitive dapat dijelaskan dengan memandang sistem secara komprehensif (comprehensive systems view).

Contoh : Counterintuitive dalam sebuah proses produksi

Tindakan intuitif sesuai prinsip bisnis:


Produksi 3 unit A dan 2 unit B profit harian 390.

Tindakan kebalikan dari prinsip bisnis:


Produksi 4 unit B dan 2 unit A profit harian 420.

Proses bisnis mengabaikan perbedaan kontribusi profit per unit kapasitas produksi.

The Hawthorne Experiments


Pada tahun 1930, dilakukan sebuah eksperimen di sebuah pabrik Hawthorne Work di Illinois.
Perubahan lingkungan kerja tingkat pencahayaan

Sekelompok pekerja

HASIL: Sesuai perkiraan, perbaikan pencahayaan meningkatkan produktivitas pekerja. Kontras dengan ekspektasi, pemimpin kelompok juga meningkat produktivitasnya. Ketika pencahayaan dikembalikan ke semula (sebagai eksperimen lanjutan), peningkatan produktivitas tetap terjadi.

Penjelasan dari hasil tersebut dikenal dengan Hawthorne Effect, yaitu peningkatan produktivitas akibat stimulasi psikologis dari perasaan diperhatikan dan dipentingkan.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai