Anda di halaman 1dari 40

Program SDGs

2015-2030
Kekerasan Pada Anak

Oleh : Asep Setiawan


Mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-2)
STIKES Jend. A. Yani Cimahi

PERUMUSAN SDGs
Inisiatif
Sekjen PBB

2012

AntarPemerintah
(Rio+)

Synthesis Report
Proposal OWG
on SDGs
2014

Intergovermental
Negotiation
2015
Negosiasi
Antarpemerintah (5x):
27-31 Juli 2015 (final)
1 Agustus dihasilkan
dokumen final

UN SUMMIT
(launching)

25 Sept 2015
Berlaku mulai:
1 Januari 2016

SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS/ SDGs


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN)
Terdiri dari 17 Goals terbagi
menjadi 169 target dan 300
indikator (sesuai kebutuhan
masing-masing negara dan
masih dalam proses
pembahasan)
Adalah kelanjutan dari apa
yang sudah dibangun pada
MDGs

3 Dimensi SDGs:

LINGKUNGAN

SOSIAL
EKONOMI

KELANJUTAN MDGs
Masih perlu upaya untuk:
Meningkatkan kesetaraan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan
Penurunan Angka Kejadian Ibu (AKI)
Penyelesaian masalah gizi dan memulai perhatian
pada beban ganda gizi (PTM dan faktor resikonya)
Memperkuat sinergi tindakan dan kerja sama lintas
sektor

Perumusan SDGs/ Pembanguan


Berkelanjtan

17 SASARAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN PASCA TAHUN 2015
Goal 1
7 target

Mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun

Goal 2
8 target

Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan


gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan

Goal 3
13 target

Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi


semua orang disegala usia

Goal 4
10 target

Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong


kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang

Goal 5
9 target

Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita


dan perempuan

17 SASARAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN PASCA TAHUN 2015
Goal 6
8 target

Goal 7
5 target

Goal 8
12 target

Goal 9
8 target

Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang


berkelanjutan bagi semua orang

Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan


modern bagi semua orang
Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan
berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan
pekerjaan yang layak bagi semua orang
Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi

17 SASARAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN PASCA TAHUN 2015
Goal 10
10 target

Goal 11
10 target

Goal 12
11 target

Mengurangi kesenjanagan di dalam dan antar negara

Menjadikan kota dan pemukiman manusisa inklusif, aman,


berketahanan dan berkelanjutan
Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan

Goal 13
5 target

Mengambil tindakan mendesak untuk mengurangi perubahan iklim


dan dampaknya

Goal 14
10 target

Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya


laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan

17 SASARAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN PASCA TAHUN 2015
Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem
daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan,
Goal 15
memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi
tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati
12 target

Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan


berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta
Goal 16
mambangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh
tingkatan
12 target

Goal 17
19 target

Memperkuat cara-cara implementasi dan merevitalisasi kemitraan


global untuk pembangunan berkelanjutan

TARGET DAN INDIKATOR SEKTOR


KESEHATAN
Goals dan Target Global
Indikator Nasional
Penentuan indikator disesuaikan dengan kemampuan dan kesediaan masingmasing negara, pembahasan masih akan berlangsung hingga Maret 2016.
Common but differentiated responsibility
Tanggung jawab yang sama namun terdiferensiasi
Leave no one behind
Jangan ada yang tertinggal

AGENDA PEMBANGUNAN KESEHATAN PASCA 2015


8 SASRAN PEMBANGUNAN
MILLENIUM (MDGs)
(2000-2015)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menanggulangi kemiskinan dan


kelaparan
Mencapai pendidikan dasar
untuk semua
Mendorong kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan
Menurunkan anka kematian
anak
Meningkatkan kesehatan ibu
Memerangi HIV/ AIDS, Malaria
dan Penyakit Menular lainnya
Memastikan Kelestarian
Lingkungan Hidup
Membangun Kemitraan Global
untuk Pembangunan

17 SASARAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


(SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS/SDGs)
(SEPT 2015-20130)
1.

Mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan


meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan
bagi semua orang disegala usia
4.

Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur
hidup bagi semua orang

5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita


dan perempuan
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

16.

17.

Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan modern bagi semua orang
Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, serta
kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang
Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang inklusif dan
berkelanjutan serta membina inovasi
Mengurangi kesenjanagan di dalam dan antar negara
Menjadikan kota dan pemukiman manusisa inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan
Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan
Mengambil tindakan mendesak untuk mengurangi perubahan iklim dan dampaknya
Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut secara berkelanjutan
untuk pembangunan berkelanjutan
Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan,
mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan
degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati
Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan
akses keadilan bagi semua orang, serta mambangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di
seluruh tingkatan
Memperkuat cara-cara implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan

SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN


PASCA 2015
Kesehatan sebagai kontributor sekaligus penerima dampak dari
pembangunan (modl sekaligus dampak) (WHA, 2015)
Goal 2
8 target
Goal 3
13
target
Goal 5
9 target

Goal 6
8 target

Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan


gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan
Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi
semua orang disegala usia
Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita
dan perempuan
Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang

UPAYA IMPLEMENTASI
UPAYA IMPLEMENTASI GOAL 1
Diarahkan pada pemenuhan sumber daya dan penerapan kebijakan pengentasan
kemiskinan

UPAYA IMPLEMENTASI GOAL 2


Diarahkan pada kendali dan pengembangan ketersediaan pangan

UPAYA IMPLEMENTASI GOAL 3


Diarahkan pada implementasi kesepakatan Internasional, pengendalian penyakit
dan resiko kesehatan, serta ketersediaan tenaga dan pembiayaan kesehatan

UPAYA IMPLEMENTASI GOAL 4


Diarahkan pada partisipasi inklusif, perluasan kesempatan, dan penguatan ketersediaan
sumber daya pendidikan

UPAYA IMPLEMENTASI GOAL 5


Diarahkan pada kesetaraan akses sumber daya ekonomi, teknologi, serta perumusan
dan penerapan kebijakan dan legislasi yang kondusif untuk kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan

UPAYA IMPLEMENTASI GOAL 6


Diarahkan pada kemitraan dan partisipasi masyarakat untuk keamanaan (kemurnian) air
dan keberlanjutan pengelolaan sumber daya air dan sanitasi

Keterkaitan SDGs dengan


Keperawatan Anak ?

MDGs
2015

akan
berakhir

Pe
mb
an ang
Glo un
ba
l
Kerangka
kerja baru

SDGs
2015 2030

17
Tujua
n
Tujuan ke
16
(poin 16.2)

16 9
Targe
t

Mengakhiri
Kekerasan
pada Anak

Tujuan SDGs ke 16
Mendorong Kehidupan Masyarakat yang Damai dan Inklusif
untuk Pembangunan Berkelanjutan, Menyediakan Akses
terhadap Keadilan bagi Semua, dan Membangun Institusi
yang Efektif, Akuntabel dan Inklusif di Semua Tingkatan

Poin 16.2
Mengakhiri Kekerasan, Eksploitasi,
Perdagangan dan Segala Bentuk
Kekerasan dan Penyiksaan
terhadap Anak

Keterangan:
Angka Kejadian Kekerasan pada Anak di Indonesia
Tahun 2011 : 2178 kasus
Tahun 2012 : 3512 kasus
Tahun 2013 : 4311 kasus
Tahun 2014 : 5066 kasus

Sumber :
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI)

* Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012


pada 9 provinsi:

Anak menjadi korban perilaku kekerasan

91%
lingkungan
keluarga

87.6%
lingkungan
sekolah

17.9%
lingkungan
masyarakat

Pedoman Rujukan Kasus Perilaku


Kekerasan Terhadap Anak Bagi
Petugas Kesehatan

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib


menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap
anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal
sejak dalam kandungan.

Pasal 44 ayat 1, UU No. 35 Tahun


2014 (Revisi UU No. 23 Tahun 2002)
tentang Perlindungan Anak

Kekerasan terhadap Anak


(KtA)
Semua bentuk tindakan/perlakuan
menyakitkan yang mengakibatkan
cidera/kerugian nyata ataupun potensial
terhadap kesehatan anak, kelangsungan
hidup anak, tumbuh kembang anak atau
martabat anak, yang dilakukan dalam
konteks hubungan tanggung jawab,
kepercayaan dan kekuasaan

Organisasi Kesehatan Dunia/WHO


: Kekerasan
terhadap
anak
sebagai
semua
bentuk
tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun
emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran,
eksploitasi,
komersial
atau
lainnya
yang
mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun
potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan
hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat
anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan
tanggung jawab

Kekerasan Fisik

Bentuk
Tindak
Kekeras
an
Pada
Anak

Kekerasan Seksual
Kekerasan
Emosional
Penelantaran
Anak
Eksploitasi Anak

Sistem Perlindungan Anak


suatu sistem yang kompleks
melibatkan berbagai unsur,
sehingga perlu dibangun suatu
jaringan kerja

Masyarkat

Institusi
Pemerintah

Pelayanan
Kesehatan

Pelayanan
Hukum
Pelayanan
Sosial

Pendidikan

PERANAN TENAGA
KESEHATAN
Tenaga kesehatan harus sensitif
gender dan mampu memberikan
konseling.

Penanganan kasus kekerasan


terhadap anak di fasilitas
kesehatan ditentukan oleh
ketersediaan sarana dan
kemampuan tenaga yang ada.
Peran tenaga kesehatan dalam
penanganan kasus kekerasan
terhadap anak adalah menemukan
kasus, menerima rujukan kasus,
menangani kasus dan merujuk
kasus.

Perdarahan Berat
Fraktur Multiple
Syok

Kasus-kasus
yang
memerlukan
rujukan apabila
terjadi tindak
perilaku
kekerasan

Kejang-kejang
Luka Bakar Luas
Sesak Nafas
Sepsis
Robekan Anogenital
Stres Berat

Puskesm
as

Tempat
Rujukan
Apabila
Terjadi Tindak
Kekerasan
RS yang
memiliki
PKT/PPT

RS yang
tidak
memiliki
PKT/PPT

PUSKESMAS
Puskesmas sebagai
sarana pelayanan
kesehatan dasar atau
primer dapat
menerima, menangani
kasus kekerasan
terhadap anak atau
apabila diperlukan
merujuk ke Rumah
Sakit atau institusi
terkait lainnya untuk
mendapatkan
penanganan lebih
lanjut

RUMAH SAKIT
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan rawat
inap dan rawat jalan dapat menerima,
menangani kasus kekerasan terhadap anak, dan
merujuk ke Rumah Sakit yang lebih mampu atau
institusi terkait lainnya apabila diperlukan.
Mekanisme rujukan kasus
kekerasan terhadap anak
di Rumah Sakit tidak
dibedakan menurut kelas
Rumah Sakit baik kelas C,
kelas B atau kelas A,
tetapi berdasarkan
tersedia atau tidaknya
Pusat Krisis Terpadu (PKT)
atau Pusat Pelayanan
Terpadu (PPT)

Pusat Krisis Terpadu


(PKT)/Pusat Pelayanan
Terpadu (PPT) adalah
pusat pelayanan bagi
korban kekerasan pada
anak dan perempuan yang
memberikan pelayanan
komprehensif dan holistik
meliputi penangan medis
dan mediko-Iegal,
penangan psikologis,
sosial dan hukum

Bagan
Alur
Pelapora
n

Kep. Menkes No HK.02. 02/MENKES/52/2015 tentang Rencana


Strategis Kemenkes terdapat dua tujuan Kementerian
Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan;
2)Meningkatnya daya tanggap ( responsiveness ) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial
di bidang kesehatan.

Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua


kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia
sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.

Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau

outcome). dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang


akan dicapai adalah:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.000 kelahiran hidup
( SP 2010 ), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran
hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sasaran pembangunan kesehatan pada RPJMN 2015-2019 diantaranya


meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat dengan indikatornya adalah :
a. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup status awal 346 (SP 2010)
menjadi 306 tahun 2019
b. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran
hidup status awal 32 (2012/2013)
menjadi 24 tahun 2019
c. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita (persen) status awal
19,6 (2013) menjadi 17,0 tahun 2019
d. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua
tahun) (persen) status awal 32,9 ( 2013 ) menjadi 28,0 tahun 2019

Pada Sasaran 3 SDGs target ke 2 diharapkan


pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi dan
balita yang dapat dicegah, dengan seluruh
Negara berusaha menurunkan AKB setidaknya
hingga 12 per 1.000 Kelahiran Hidup da AKBa 25
per Kelahiran hidup.

Target program perlindungan kesehatan anak yaitu puskesmas mampu tata


laksana KtA dengan indikator tiap kabupaten/kota memiliki minimal dua

puskesmas

yang mampu tata laksana kasus KtA sebesar 90% belum


tercapai. Hal itudisebabkan karena program tersebut bukan merupakan
program prioritas. Akibatnya dukungan dan komitmen pemerintah daerah
terhadap program KtA dirasakan kurang. Hal itu dapat dilihat dari dukungan
anggaran yang belum memadai dan sebagian besar tenaga kesehatan yang
telah dilatih penanganan KtA dimutasi khususnya dokter ( Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2014 )

Saat ini, sudah tersedia 71 RS Umum/RS Bhayangkara di 28 provinsi yang memiliki


PPT/PKT (menjadi Pusat Pelayanan Terpadu untuk korban KtA) dan 39 RS di 33
provinsi yang melakukan pelayanan KtA di IGD oleh tenaga kesehatan terlatih.
( Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 )

Dalam Pasal 108 KUHAP ayat (3) dinyatakan bahwa setiap


pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang
mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan
tindak pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada
penyelidik atau penyidik

Permenkes Nomor 68 tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi


Layanan Kesehatan untuk memberikan informasi atas
adanya dugaan kekerasan terhadap anak

TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

*REFERENSI
* Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, DepKes RI.
* Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: HK. 02.02/MENKES/52/2015

tentang Rencana Strategis Kemenkes tahun 2015 2019


* ISSC. 2015 . Review of the Sustainable Development Goals : The
Science Perspective. Paris, International Council For Science (ICSU)
* Bina Kesehatan Anak, Bina Kesehatan Anak, UNICEF. Pedoman Rujukan
Kasus Kekerasan terhadap Anak bagi Petuhas Kesehatan. Jakarta:
2007.
* Bina Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI. Pedoman
Pengembangan Puskesmas Mampu Tatalaksana Kasus Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak. Jakarta: 2009.
* UU RI No 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak

Anda mungkin juga menyukai