Anda di halaman 1dari 45

Quality Insurance in

Operating Department
& Evaluasi Kinerja
Kamar Operasi

Dr. Endro Basuki, M. Kes, SpBS.

Manajemen Ruang Operasi adalah ilmu untuk mengelola ruang


operasi. Ruang Operasi Operasional berfokus kepada pemaksmimalan tingkat efisiensi operasional di dalam fasilitas
tersebut. Misalnya untuk meningkatkan jumlah operasi yang
dapat diselesaikan dalam suatu waktu tertentu, dan sekaligus
meminimalisir kebutuhan akan sumber daya dan biaya yang
terkait.
[ Misalnya, berapa jumlah anaesthetists atau perawat yang dibutuhkan minggu depan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan, atau bagaimana cara kita
meminimalisir biaya obat-obatan yang digunakan di dalam Ruang Operasi? ]

Manajemen Strategis Ruang Operasi berkutat dalam


pembuatan keputusan untuk jangka panjang.
[ Misalnya, apakah menguntungkan apabila ditambahkan dua ruang di dalam fasilitas yang
sudah ada? ]

Biasanya Manajemen Ruang Operasi dalam sebuah sistem perawatan


kesehatan yang berorientasi profit, menekankan kepada pemikiran
strategis, begitu pula halnya di dalam negara-negara yang memiliki
layanan kesehatan publik.

Sebagai sebuah bidang ilmu yang sedang berkembang,


Manajemen Ruang Operasi mengembangkan kajian
mengenai cara terbaik untuk:
1)
2)

3)
4)
5)

Memastikan keselamatan pasien dengan outcome pasien


yang optimal,
Menyediakan para ahli bedah dengan akses yang tepat di
dalam Ruang Operasi agar pasien dapat dirawat dengan
tepat waktu,
Me-maksimalkan efisiensi Utilitas Ruang Operasi, staf,
dan alat-alat,
Menurunkan tingkat patient delay, dan,
Meningkatkan kepuasan di antara pasien, staf, dll.
[ Dengan mempertahankan keselamatan pasien secara konsisten, akan memperbesar
kemungkinan peningkatan finansial yang akan diperoleh dari modifikasi sumber dayasumber daya yang sudah ada yang merupakan target utama dalam analisis manajerial.
Perkembangan dalam Utilisasi Ruang Operasi dan Efisiensi Ruang Operasi akan
menimbulkan dampak yang besar bagi staf Rumah Sakit dan bidang finansial. ]

Personil Suite Operasi


Manajemen dari sebuah suite operasi haruslah
mencakup kepentingan semua anggota yang bekerja
bersama sebagai sebuah kesatuan. Ruang lingkup
operasionalnya mencakup; Ahli Bedah,
anesthesiologists, perawat, teknisi, dan pasien.

Pentingnya Manajemen

Biaya Overhead termasuk tapi tidak terbatas pada; ruang, teknologi dan alat-alat,
farmasi, serta staff .

Administrator Rumah Sakit secara konsekuen fokus kepada pemaksimalan profit


Ruang Operasi, dan lebih luas lagi; profit untuk Rumah Sakit.

Secara historis, perawat bertanggung-jawab penuh terhadap kinerja sehari-hari dari


suite operasi.

Selanjutnya, mempekerjakan Direktur Medis untuk Ruang Operasi, yang biasanya


direpresentasikan oleh seorang ahli bedah, anesthesiologist, atau keduanya.

Dalam satu waktu tertentu, ketiga cabang dari pembedahan, anesthesi, dan
keperawatan akan direpresentasikan melalui infrastruktur manajemen Ruang Operasi.
Dengan bekerja secara kolegial, ketiga bidang diharapkan dapat memobilisasi semua
sumber daya yang dibutuhkan untuk memaksimalkan produktifitas Ruang Operasi.

Karena kebutuhan bidang medis dan kebutuhan yang bersifat regulatif secara konstan
berubah-ubah, kebiasaan penunjukkan seorang Direktur Medis dalam Ruang Operasi
atau disebut juga dengan sebutan Manajer Ruang Operasi, telah mendapat
pengakuan secara luas.

Prinsip-prinsip
Manajemen Ruang
Operasi
Keputusan yang dibuat oleh pihakpihak dalam manajemen Ruang
Operasi harus memiliki tujuan yang
jernih dan definitif dalam rangka
mempertahankan
konsistensi.
Berdasarkan urutan prioritas, prinsipprinsip dari seorang Manajer Ruang
Operasi adalah untuk:
(1)

(2)
(3)
(4)
(5)

Memastikan
keselamatan
pasien
dengan kualitas perawatan yang
paling tinggi;
Menyediakan akses yang sesuai bagi
ahli bedah di dalam Ruang Operasi;
Me-maksimalkan efisiensi Utilisasi
Ruang Operasi, staf, dan material;
Menurunkan tingkat patient delay;
dan,
Meningkatkan kepuasan di antara
pasien, staf, dan physicians.

Utilisasi Ruang Operasi


Utilisasi Ruang Operasi bertujuan untuk mengukur tingkat kegunaan
dari Ruang Operasi, yang dikelola oleh tenaga yang sesuai untuk
melaksanakan prosedur pembedahan yang sukses terhadap pasien.

Raw utilization adalah jumlah total kasus (dalam satuan jam) yang
dilaksanakan di dalam Ruang Operasi, yang dibagi dengan alokasi block
time.

Raw Utilization = total hours of cases performed total hours of OR time


allocated
Adjusted utilization menggunakan total jam dari kasus-kasus yang
terjadwal di dalam block time Ruang Operasi termasuk credit dari waktu
turnovers yang diperlukan untuk menyiapkan dan membersihkan Ruang
Operasi.
Adjusted Utilization = [total hours of cases + "credit time"] total hours
of OR time allocated

[ Peningkatan di dalam efisiensi Ruang Operasi dapat menimbulkan dampak yang signifikan
dalam bidang kepegawaian Rumah Sakit dan Manajemen Ruang Operasi. ]

Efisiensi Ruang Operasi


Efisiensi Ruang Operasi adalah ukuran mengenai
betapa baiknya waktu dan sumber daya yang
digunakan untuk mendukung tujuan dari fasilitas
tersebut. Satu cara untuk meng-analisa efisiensi
adalah dengan membuat bagan (chart) dari waktu
under-utilized dan over-utilized yang terpakai dalam
suatu jangka waktu tertentu di dalam Ruang
Operasi.
[ Apabila waktu yang terpakai di dalam Ruang
Operasi lebih cepat dari perkiraan, maka ini disebut
under-utilized, begitu pula sebaliknya. ]

Tabel Performance dari sebuah suite


operasi
Measurements

poor
performanc
e

medium
performance

high
performan
ce

Excess Staffing Costs

>10%

5-10%

<5%

Start-time tardiness (mean tardiness for elective cases/day)

>60 min

45-60 min

<45 min

Case cancellation rate

>10%

5-10%

<5%

Post Anesthesia Care Unit (PACU) admission delays (% workdays with at least one delay
in PACU admission)

>20%

10-20%

<10%

Contribution Margin (mean) per operating room hour

<$1,000/hr

$1-2,000/hr

>$2,000/hr

Turnover Time (for all cases mean time from previous patient out of the OR to next patient
in the OR including setup and cleanup)

>40 min

25-40 min

<25 min

Prediction Bias (bias in case duration estimates per 8 hours of operating room time)

>15 min

5-15 min

<5 min

Prolonged turnovers (% turnovers lasting more than 60 minutes)

>25%

10-25%

<10%

Biaya Lebih
Alokasi optimal dari waktu di dalam Ruang Operasi haruslah berdasarkan
penggunaan secara historis dari suatu jenis pelayanan tertentu (semisal unit
dari alokasi Ruang Operasi seperti ahli bedah, grup, departemen, atau
spesialis), lalu dengan bantuan software komputer untuk meminimalisir
jumlah under-utilized dan over-utilized yang memakan biaya.

Keterlambatan Waktu-mulai
Keterlambatan waktu-mulai adalah keterlambatan waktu untuk kasuskasus dari tiap Ruang Operasi setiap harinya. Mengurangi waktu tunggu
pasien operasi setelah mereka tiba di Rumah Sakit adalah tujuan penting
lainnya bagi Manajer Ruang Operasi.

Tingkat Pembatalan Kasus di Hari Operasi


Tingkat Pembatalan Ruang Operasi dapat di monitor melalui statistik.
Sebuah Ruang Operasi yang berfungsi dengan baik memiliki tingkat
pembatalan kurang dari 5%. Mengawasi pembatalan secara tepat, untuk
selanjutnya dikalkulasikan berdasarkan rasio dari jumlah pembatalan
terhadap jumlah yang terlaksana.

Penundaan PACU admission


Penundaan PACU admission dapat dilihat dalam persentase dari hari kerja,
dengan setidaknya 1 penundaan sebesar 10 menit atau lebih dalam PACU
admission (karena PACU penuh misalnya). Adalah penting untuk menyesuaikan
alokasi perawat PACU di sekitar waktu admission Ruang Operasi. Algoritma
berlaku dalam menentukan kegunaan dari jumlah waktu perawatan yang
tersedia untuk menentukan solusi kepegawaian, dengan menggunakan jumlah
terkecil dari waktu ketika fasilitas sedang mengalami kekurangan pegawai
(under-staffed).

Kontribusi Marjin Ruang Operasi (per-jam)


Sebuah Suite Ruang Operasi yang tepat waktu dan efisien
tetap dapat mengalami kerugian finansial apabila ahli
bedah bekerja lambat, menggunakan instrumen terlalu
banyak atau menelan biaya yang terlalu mahal, dan lain
sebagainya.

Waktu Turnover
Waktu Turnover adalah waktu kosong ketika seorang pasien keluar dari Ruang
Operasi sampai waktu pasien berikutnya masuk ke Ruang Operasi yang sama.
Waktu Turnover termasuk waktu yang terpakai untuk membersihkan, dan waktu
untuk menyiapkan Ruang Operasi. Waktu penundaan antar-kasus tidak
termasuk Waktu Turnover.
Kadangkala, suite Ruang Operasi mengurangi waktu turnover (dengan
menyediakan staff lebih untuk membersihkan Ruang Operasi misalnya), tapi
masalah baru akan muncul (misalnya, tidak cukup waktu untuk men-sterilkan
instrumen untuk pasien berikutnya); yaitu masalah yang diakibatkan oleh waktu
turnover yang lama.
Waktu antara kasus yang lebih lama dari interval yang telah ditentukan
(misalnya 1 jam karena rekan ahli bedah tidak hadir), harus dianggap sebagai
penundaan, bukan turnover.

Bias Prediksi

Bias prediksi dalam hal durasi, dinyatakan sebagai perkiraan setiap 8 jam dari
waktu Ruang Operasi. Kesalahan prediksi sama dengan durasi sebenarnya dari
suatu kasus, dikurangi estimasi durasi dari kasus tersebut. Bias menunjukkan
apakah estimasi secara konsisten terlalu tinggi, atau sebaliknya. Ketepatan waktu
mencerminkan besar/jarak kesalahan dari yang telah diperkirakan. Ruang Operasi
yang efisien harus memiliki target bias dalam hal estimasi durasi setiap 8 jam
yang kurang dari 15 menit.

Sebuah alasan dari bias dapat disebabkan karena seorang ahli bedah yang secara
konsisten mengurangi estimasi durasi karena dirinya hanya memiliki waktu
alokasi di dalam Ruang Operasi yang terlampau singkat, dan harus menyelesaikan
target ke dalam jatah waktu Ruang Operasi yang ia miliki. Sebaliknya, misalnya
ada ahli bedah yang secara sengaja melebihkan durasi agar bisa mengontrol
waktu alokasi yang ia miliki, sehingga apabila ada kasus baru untuk ditangani,
waktu Ruang Operasi dirinya tidak berubah/diberikan kepada orang lain.

Patut dicatat bahwa, kurangnya data historis durasi kasus untuk prosedur
terjadwal adalah penyebab penting dari ketidak-akuratan perkiraan durasi kasus.
Secara umum, setengah dari kasus yang terjadwal di Ruang Operasi di masa yang
akan datang akan memiliki kurang dari 5 kasus yang sama dengan tipe prosedur
yang sama dan dengan ahli bedah yang sama, yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya.

Produktifitas Ruang Operasi

Produktifitas Ruang Operasi adalah kuantitas dan kualitas dari output


(biasanya kasus bedah), dari suite bedah, sampai kepada dalam jumlah
input yang dibutuhkan (misal; perawat, alat-alat, dsb.).

Biasanya, semakin besar Ruang Operasi, semakin berkurang kenyamanan


sebagaimana diharapkan oleh ahli bedah dan pasien. Ini karena seiring
dengan peningkatan utilisasi, maka semakin berkurang staff dan waktu
Ruang Operasi yang mungkin tersedia dalam waktu yang sifatnya
dadakan.

Dengan kata lain, semakin besar akses dan kenyamanan, semakin


berkurang Utilisasi Ruang Operasi (karena kebutuhan akan kapasitas
ekstra), setidaknya sebagaimana dirasakan oleh Rumah Sakit dan
anesthesiologist. Tingkat pelayanan konsumen yang tinggi ini ketika
waktu operasi secara mendadak dapat diperoleh, adalah salah satu alasan
mengapa biasanya pusat bedah ambulatory memiliki utilisasi Ruang
Operasi yang lebih rendah dibandingkan dengan Rumah Sakit di kotakota besar.

Faktor Sosiopolitik dalam Manajemen Suite Bedah:


Equilibrium Ruang Operasi
Pihak manajemen dari suite Ruang Operasi harus menyadari bahwa manusia
merupakan sumber daya yang paling utama. Meskipun teori ilmu manajemen
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan konsistensi dari preferensi dan
bias dari individu-individu yang bekerja dan mengelola suite bedah. Manajemen
dari suite bedah dengan fokus kepada jadwal kasus sangat dipengaruhi oleh
pribadi, politik, dan hubungan di dalam institusi.

Apa Preferensi dari Konsumen Utama di Dalam suite Bedah?


Sekali manajer telah meng-identifikasi konsumen secara kritis dan
mengetahui kebutuhan konsumen, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan preferensi bagi mereka, beserta insentifnya. Ahli bedah akan
memilih waktu bedah lebih awal, turnover yang cepat, tingkat pembatalan
yang rendah, dan waktu-mulai yang tepat. Rumah Sakit (manajemen strata
atas) menginginkan output bedah yang tinggi dengan biaya yang rendah.
Pasien tentunya menginginkan waktu tunggu yang singkat. Dan akhirnya,
perawat dan anesthesiologist menginginkan utilisasi Ruang Operasi yang
tinggi, waktu lembur sedikit, dan fleksibilitas untuk memindahkan kasus,
serta kemampuan untuk mencadangkan kapasitas di Ruang operasi.

Masalah Manajemen Pra-operasi

Waktu tunggu dan penjadwalan Ruang Operasi adalah dua kunci yang
harus ditentukan melalui Pra-operasi.
Waktu Tunggu Sebelum Operasi adalah waktu dari penjadwalan
pembedahan sampai check-in untuk prosedur ditentukan.
Penggunaan suite bedah bergantung kepada, dan berkembang seiring
dengan, peningkatan jarak waktu rata-rata ketika pasien menunggu.
Seiring waktu tunggu meningkat, maka semakin banyak tanggal bedah
yang dapat dievaluasi untuk menemukan kesamaan yang baik, antara
durasi kasus dan waktu luang yang ada di block.
[ Dalam beberapa institusi, kompetisi di antara ahli bedah dan Rumah Sakit tidak
memungkinkan jarak waktu rata-rata pasien untuk menunggu operasi selama-lamanya 2
minggu. Maka, sebuah Ruang Operasi tidak dapat menargetkan utilisasi block waktu dari
kasus hingga melebihi angka 90%, dengan asumsi bahwa waktu block yang cukup telah
dialokasikan untuk diselesaikan oleh ahli bedah terhadap semua kasus yang ada di waktu
block tersebut]

Untuk tujuan-tujuan tersebut, waktu tunggu dapat disamakan dengan harga


sebuah objek. Harga sebuah objek meningkat ketika permintaan meningkat,
dan ketika suplai berkurang untuk objek tersebut. Maka, Waktu Tunggu Praoperasi akan meningkat seiring dengan permintaan untuk ahli bedah
meningkat, dan ketika suplai perbedahan (ketersediaan Ruang Operasi)
berkurang atau gagal untuk berkembang secara proporsional terhadap
permintaan pembedahan.

Kalender Jadwal Ruang Operasi

Penjadwalan yang buruk sering menjadi penyebab hilangnya waktu


Ruang Operasi. Untuk pelaksanaan susunan pembedahan yang lebih
efisien, manajer boleh berpikir untuk memusatkan dan menyerahkan
semua penjadwalan kepada staf-staf suite Operasi. Idealnya, adalah untuk
mempertahankan konsistensi preferensi pasien dan ahli bedah, agar
sebuah fasilitas operasi dapat mengidentifikasi kasus dan menempatkan
kasus-kasus tersebut secara tepat untuk menentukan terlebih dahulu
waktu, atau block.
Untuk meneliti tantangan penjadwalan, pertimbangkan 3 kemungkinan
skenario pembedahan: elective, imminent, dan emergency surgeries
Pendekatan historis terhadap penjadwalan waktu Ruang Operasi adalah
melalui analisis dari informasi pembedahan-pembedahan sebelumnya.
Informasi yang disimpan terlebih dahulu (previously recorded
information), dapat mempengaruhi preseden tingkat turnover. Dengan
memperbolehkan ahli bedah untuk bekerja secara efisien berdasarkan
jadwal ia sebelumnya, maka seorang manajer memberi jalan agar semua
pihak terlibat dalam cara kerja yang lebih efisien.
Cara berpikir seorang manajer dalam konteks ini harus dilandasi 3
prinsip, yaitu; safety, access dan operating room efficiency, dalam urutan
yang dapat disesuaikan.

Masalah Manajemen Intra-operatif


1)
2)
3)
4)

5)
6)

Manajer harus meng-evaluasi:


Kepemimpinan Ruang Operasi;
Kepemimpinan Departmental di dalam Ruang
Operasi;
Konflik Inter-personal dalam tim;
Tampilan fisik dan lokasi dari Ruang Operasi
dalam kaitannya dengan departemendepartemen lain secara keseluruhan;
Sistem Komunikasi Ruang Operasi; dan,
Turnover pasien.

Kepemimpinan Suite Bedah

Secara garis besar, sebuah institusi atau pusat bedah swasta akan bersepakat
dalam hal pemimpin, atau lebih dikenal dengan Manajer Ruang Operasi.

The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO)


dan Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) menetapkan standar
regulasi universaleksternal bagi Rumah Sakit dan Ruang Operasi.

Salah satu dari sekian banyak protokol yang ditetapkan oleh JHACO adalah
protokol universal, yang diimplementasikan untuk memastikan keselamatan
pasien. Protokol ini memerlukan 3 syarat secara berurutan yang harus dipenuhi
sebelum pembedahan dilaksanakan, untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kesalahan iatrogenic dan komplikasi pasca-operasi.

Tiga syarat tersebut adalah:


(1) Verifikasi pra-operasi mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan dan informasi latar belakang,
(2) Tanda wilayah operasi dengan penanda dan inisial ahli bedah,
dan,
(3) Official timeout untuk konfirmasi audible mengenai identitas
pasien dan prosedur yang akan dilaksanakan atas dirinya.

Kepemimpinan Departmental dalam Suite Bedah


Topik ini bertujuan untuk mengklasifikasi setiap anggota dari tim ke dalam
departemen-departemen (ahli bedah, anesthesiology, dll.)
Prinsip di balik kepemimpinan departmental adalah delegasi tanggung-jawab.
Kepentingan ini berkaitan langsung dengan Utilisasi Ruang Operasi dan
Produktifitas Ruang Operasi.

Konflik Inter-personal di dalam Tim Bedah


Mayoritas kecelakaan dalam profesi teknik adalah human
error sebagai elemen penyebab. Lebih jauh, kesalahan ini
dapat terjadi dengan kecenderungan yang melibatkan
masalah inter-personal, yang di antaranya adalah;
komunikasi, kepemimpinan, konflik, pengambilan keputusan
yang tidak tepat, dll.

Tampilan Fisik dan Lokasi dari Suite Bedah dalam


kaitannya dengan departemen lainnya secara keseluruhan
(radiologi, patologi, dll.):

Seorang manajer yang efektif harus meng-analisa tampilan dari setiap


Ruang Operasi baik secara tersendiri maupun secara keseluruhan,

Manajer harus bertindak dengan melakukan modifikasi secara tepat


terhadap Ruang Operasi yang telah ada sebelumnya, atau dengan
meng-identifikasi masalah dalam desain utama selama proses
penyusunan konsep dan pembangunan fasilitas baru,

Teknologi yang ada harus mampu menyediakan alat bagi manajer


untuk mengurangi tingkat turnover pasien,

Pengurangan dalam waktu turnover (ktika pasien keluar dari Ruang


Operasi sampai pasien berikutnya datang) memerlukan semua
individu dalam suite bedah untuk bekerja sama. Manajemen harian
sebagai bagian dari efisiensi ruang operasi adalah integral bagi
optimalisasi pengembalian, baik kualitatif maupun kuantitatif.

Manajemen Ruang Operasi Pasca-operasi

Surgical Care Improvement Project (SCIP)


SCIP adalah partner nasional (di AS) dari organisasi-organisasi yang
mendedikasikan tujuan organisasinya untuk mengurangi komplikasi
pasca-operasi.
Proyek ini berfokus pada 4 area luas dimana tingkat insiden dan
akibat dari komplikasinya tinggi:
(1) Surgical site infections,
(2) Perioperative myocardial infarctions (serangan jantung),
(3) Venous thromboembolism, dan,
(4) Postoperative pneumonia.
[ Seorang manajer Ruang Operasi harus memikirkan faktor-faktor pra-operasi,

intra-operasi dan pasca-operasi yang tercermin melalui keselamatan pasien dan


efisiensi Rumah Sakit. Idealnya, seorang manajer adalah seseorang yang pandai,
seorang pemmpin yang efektif, yang mampu berkomunikasi dengan semua staf
Rumah Sakit tidak terkecuali. Teknik dan prinsip-prinsip menggaris-bawahi
banyaknya cara untuk mengarahkan suite bedah kepada manfaat yang maksimal
baik bagi pasien, staff, dan rumah sakit. ]

CATATAN
1.

2.

Satu solusi yang mungkin bagi konflik intra-personal di dalam


operating theatre adalah pelatihan simulasi medik. Institusiinstitusi besar mengadaptasikan latihan simulator untuk
mengajarkan semuanya; mulai dari kemampuan berkomunikasi,
sampai kepada manajeman klinik yang tepat dalam situasi krisis.
Dengan mengetahui hambatan-hambatan intra-personal dalam
lingkungan yang tertutup, seorang manajer diharapkan untuk
bekerja dengan semua pihak lalu menunjukkan dan memecahkan
masalah-masalah tersebut. Intervensi serupa dapat mengurangi
kesalahan intra-operatif sebagai akibat dari konflik personal, dan
juga demi mewujudkan peningkatan efisiensi.
Seorang manajer dapat meningkatkan kinerja Rumah Sakit dengan
memberikan penghargaan (rewards) dan insentif untuk
meningkatkan efisiensi, untuk mendapatkan desain sistem dan
logistik, delegasi tanggung-jawab, dan mengimplementasikan
inisiatif dalam kerja tim.

IBS RSUP Dr. Sardjito

IBS Unit pelayanan dgn tupoksi untuk memfasilitasi terselenggaranya pelayanan


pembedahan.
Pembedahan membutuhkan kecepatan dan ketepatan.
Di antaranya adalah:
Pemastian sisi/lokasi operasi
Harus
Identitas pasien

tepat

Selama ini tidak muncul

Kemungkinan bisa muncul


Kasus Tuntutan Hukum Bisa dicegah Gerakan Patient Safety di Kamar Operasi
Peningkatan keselamatan pasien dan kepercayaan masyarakat meningkat.

Tujuan Umum

Terciptanya budaya
keselamatan pasien.

Tujuan Khusus :

Mencegah KTD : salah


sisi, salah pasien, salah
serah terima.
Terlaksana program
sehinga tidak terjadi
pengulangan KTD.

Sasaran

Menurunkan
KTD :

Salah pasien op.


s.d 0 %
Salah sisi op.
S.d 0 %
Salah serah
terima s.d 0%

Strategi

Meningkatkan keselamatan pasien


operasi di IBS, dengan strategi :
Seluruh tim bedah harus memahami dan
menerapkan budaya kerja IBS yaitu Teliti,
Empati, Terampil, Tanggap, Etis dan
Sabar (TETTES),
Seluruh tim bedah melakukan komunikasi
efektif dalam menyelenggarakan
pelayanan dan asuhan kepada pasien sesuai
dengan protap,
Menciptakan budaya keselamatan pasien,
dan
Menciptakan budaya mutu di IBS.

Kebijakan

Mengacu pada kebijakan


RS : mengutamakan
kepuasan
dan
keselamatan
pasien
dalam hal pelayanan
kesehatan
yang
paripurna, bermutu dan
terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat (SK
Manajemen
Resiko/KEPAS
MERAK) .

Metode
1.

2.

3.
4.

Melaksanakan kegiatan
pelayanan dan asuhan
sesuai dengan protap,
Mengevaluasi
protap
secara berkala dan
berkesinambungan,
Mencatat KTD,
Melaporkan kejadian.

Perencanaan
Membuat

protap : Pencegahan KTD berupa salah sisi


dan merevisi protap pencegahan KTD berupa; salah
pasien dan salah terima pasien di IBS,
Mensosialisasikan protap2 tsb kpd seluruh SMF
pengguna Kamar Operasi dan kepada seluruh staf IBS,
Membuat rambu2 berupa poster yg merupakan
pelaksanaan protap tsb serta imbauan untuk
menerapkan keselamatan pasien,
Memasang poster tersebut pd tempat yg strategis,
misalnya di ruang serah terima pasien dan di kamar
operasi.

Pelaksanaan
Seluruh

tim bedah melaksanakan protap tersebut,


Antara
anggota tim bedah harus saling
mengingatkan terhadap aspek tersebut diatas demi
keselamatan pasien.

Evaluasi
Penanggung

jawab Kamar Operasi mencatat KTD


dan segera melaporkan ke Ka. IBS dalam waktu <
24 jam,
Ka. IBS memanggil tim bedah tsb untuk
konfirmasi,
Ka. IBS melaporkan kepada RS sesuai prosedur yg
berlaku.

Memusatkan

kegiatan keselamatan pasien RS


melalui tim Kepas Merak.

Referensi:
^ McIntosh C, Dexter F, Epstein RH. Impact of service-specific staffing, case scheduling, turnovers, and first-case starts on
anesthesia group and operating room productivity: tutorial using data from an Australian hospital. Anesth Analg. 2006;103:1499
1516.
^ Siciliani, L., Hurst, J. Tackling excessive waiting times for elective surgery: a comparative analysis of policies in 12 OECD
countries. Health Policy 2005; 72:201-215.
^ Dexter, F. et al. An operating room scheduling strategy to maximize the use of operating room block time: computer simulation of
patient scheduling and survey of patients preferences for surgical waiting time. Anesth Analg. 1999; 89:7-20.
^ Dexter F, Traub R. How to Schedule Elective Surgical Cases into Specific Operating Rooms to Maximize the Efficiency of Use of
Operating Room Time. Anesth Analg 2002; 94: 933-42.
^ Dexter F, et al. Use of Operating Room Information System Data to Predict the Impact of Reducing Turnover Times on Staffing
Costs. Anesth Analy 2003; 97:1119-26.
^ Dexter F, Willemsen-Dunlap A, Lee J. Operating Room Managerial Decision-Making on the Day of Surgery With and Without
Computer Recommendations and Status Displays. Anesth Analg 2007; 105:419-29.
^ Macario A. Are Your Hospital Operating Rooms "Efficient"? Anesthesiology 2006; 105:237-40.
^ Dexter, F. et al. An operating room scheduling strategy to maximize the use of operating room block time: computer simulation of
patient scheduling and survey of patients preferences for surgical waiting time. Anesth Analg. 1999; 89:7-20.
^ Dexter, F. et al. Tactical decision making for selective expansion of operating room resources incorporating financial criteria and
uncertainty in subspecialties future workloads. Anesth Analg. 2005; 100:1425-32.
^ Dexter F, Traub R. How to Schedule Elective Surgical Cases into Specific Operating Rooms to Maximize the Efficiency of Use of
Operating Room Time. Anesth Analg 2002; 94: 933-42.
^ Abouleish A, et al. Labor Costs Incurred by Anesthesiology Groups Because of Operating Rooms Not Being Allocated and Cases
Not Being Scheduled Maximize Operating Room Efficiency. Anesth Analg 2003; 96: 1109-13.
^ Calmes, S. Operating room management: what goes wrong and how to fix it.
^ Dexter F, Traub R. How to Schedule Elective Surgical Cases into Specific Operating Rooms to Maximize the Efficiency of Use of
Operating Room Time. Anesth Analg 2002; 94: 933-42.
^ Dexter, F. et al. An operating room scheduling strategy to maximize the use of operating room block time: computer simulation of
patient scheduling and survey of patients preferences for surgical waiting time. Anesth Analg. 1999; 89:7-20.
^ Macario, Alex. Are You Hospital Operating Rooms Efficient?. Anesthesiology 2006; 105:237-40.
^ Strum DP, Vargas LG, May JH, Bashein G. Surgical suite utilization and capacity planning: a minimal cost analysis model. J Med
Syst 1997;21:309-22.
^ Alarcon A, Berguer R. A comparison of operating room crowding between open and laparoscopic operations. Surgical Endoscopy
1996;10(9):916-19.
^ Dexter F, Traub R. How to Schedule Elective Surgical Cases into Specific Operating Rooms to Maximize the Efficiency of Use of
Operating Room Time. Anesth Analg 2002; 94: 933-42.
^ Dexter F, Willemsen-Dunlap A, Lee J. Operating Room Managerial Decision-Making on the Day of Surgery With and Without
Computer Recommendations and Status Displays. Anesth Analg 2007; 105:419-29.
^ Helmreich R, Davies J. Human Factors in the Operating Room: Interpersonal Determinants of Safety, Efficiency, and Morale.
Ballieres Clinical Anaesthesiology. London:Balliere Tindall, in press.
Retrieved from "http://en.wikipedia.org/wiki/Operating_room_management"

Terima kasih banyak.

Anda mungkin juga menyukai