Anda di halaman 1dari 45

KEBIJAKAN PEMERINTAH

TERKAIT PENGELOLAAN
LIMBAH
FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN

Subdit Pengamanan Limbah, Udara & Radiasi


Direktorat Penyehatan Lingkungan,
Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan

KEADAAN DAN MASALAH


Sekitar 49% rumah sakit di Indonesia menggunakan
INCINERATOR, sebagian besar dengan suhu kurang dari
8000C
Small-scale incinerator dengan suhu di bawah 8000C,
dapat menimbulkan produksi dioksin, furan dan polutan
toksik sebagai emisi dan atau fly ash (WHO, 2000)
Emisi gas toksik dan dioksin dapat menyebabkan
gangguan pada hati, jantung, paru-paru, ginjal, sistem
metabolisme, sistem imunitas, sistem syaraf yang bersifat
karsinogenik, teratogenik (kelahiran cacat) dan mutagenik
(kerusakan genetik)
Adanya kesepakatan internasional Stockholm Convention
tentang Persistent Organic Pollutants
Adanya kesepakatan internasional Basel
tentang Lalu Lintas Limbah Bahan Berbahaya

Convention

KEADAAN DAN MASALAH


Rumah Sakit di Manila dan Mexico City melaporkan secara
berkala termometer pecah yang menyebabkan pemajanan
langsung terhadap staf dan pasien. Laporan Federico
Gomez Childrens Hospital Mexico City sekitar 4.620
termometer pecah setiap tahun.
Merkuri yang terkandung di dalam dental amalgam,
peralatan medis & laboratorium merupakan 53% dari total
emisi merkuri (OSPHAR Commission UK, 2000)
Setiap tahun 7,41 ton merkuri dari dental amalgam
dibuang ke sewer, atmosfir dan tanah. 11,5 ton
didaurulang atau dibuang bersama limbah klinis (OSPHAR
Commission UK, 2000)
Fasilitas pelayanan kesehatan berperan atas 5% merkuri
yang dibuang bersama limbah cair (WHO, 1999)
Proporsi fasyankes yang tidak menggunakan metode
pembuangan limbah B3 dengan baik pada 22 negara
berkembang berkisar antara 18% sampai dengan 64%
(WHO, 2002)

KEADAAN DAN MASALAH


Akibat
dari
limbah
medis
tajam,
WHO
(2004)
mengestimasikan sebanyak 21 juta orang terinfeksi virus
Hepatitis B (32% dari semua infeksi baru), 2 juta orang
terinfeksi virus Hepatitis C (40% dari semua infeksi baru),
dan 260 ribu orang terinfeksi HIV (5% dari seluruh infeksi
baru)
Terdapat 8 kasus HIV terhadap pekerja dan 2 kasus
penularannya melalui luka pada petugas yang
menangani limbah di Perancis (1992)
Penularan HIV melalui 32 luka akibat jarum hipodermik, 1
luka karena pisau, 1 luka karena pecahan kaca, 1 kontak
dengan benda tidak tajam infeksius, 4 pajanan kulit atau
membran mukus dari darah terinfeksi di USA (1995)

SUMBER DAN TIMBULAN


Institusi/kegiatan penghasil limbah
medis adalah:
Rumah Sakit berjumlah 2.122
Puskesmas berjumlah 9.422
Posyandu 266.827
Apotek 16.603
Klinik
Laboratorium
Praktik dokter
Praktik Bidan
Industri Farmasi

Diperkirakan timbulan
limbah medis dari
Rumah Sakit dalam satu
tahun sebanyak 9.890
ton dari 2.122 RS di
seluruh Indonesia

SUMBER DAN TIMBULAN


Rumah Sakit
0,14 kg/tempat tidur/hari
(Ditjen PP & PL, 2003)

Puskesmas
7,5 gr/pasien/hari (PATH,
2004)

Dasar Hukum Terkait


Pengelolaan Limbah Fasyankes
Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 jo No. 85 tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep58/MENLH/12/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan
Rumah Sakit
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1428/MENKES/SK/XII/2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas

PENGERTIAN

1. Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau


2. kegiatan
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun
yang
karena
sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan
hidup
dan/atau
dapat
membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya ( PP No. 18 Tahun 1999)

PENGERTIAN
3. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan
yang
mencakup
reduksi,
penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan dan penimbunan limbah B3 ( PP No.
18 Tahun 1999)

Undang-undang No. 36 tahun 2009


tentang Kesehatan
Pasal 162
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya

Undang-undang No. 36 tahun 2009


tentang Kesehatan
Pasal 163 (ayat 1)
Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat
dan tidak mempunyai risiko buruk bagi
kesehatan
Pasal 163 (ayat 2)
Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud
pada
ayat (1) mencakup
lingkungan
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi,
serta tempat dan fasilitas umum

Undang-undang No. 36 tahun 2009


tentang Kesehatan
Pasal 163 (ayat 3)
Lingkungan sehat berarti bebas dari unsur-unsur
yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara
lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. Dst.

Pasal 163 (ayat 4)


Ketentuan mengenai standar baku mutu
kesehatan
lingkungan
dan
PROSES
PENGOLAHAN LIMBAH sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dan ayat (3), ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.

UNDANG-UNDANG NO. 44 TAHUN 2009


TENTANG RUMAH SAKIT
Pasal 7
Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan,
prasarana,
sumber
daya
manusia,
kefarmasian dan peralatan

Pasal 8
Ayat 1
Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai
kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang,
serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

UNDANG-UNDANG NO. 44 TAHUN 2009


TENTANG RUMAH SAKIT
Pasal 10 ayat 2
Bangunan rumah sakit
paling sedikit terdiri atas:
a.Rawat jalan
b.Ruang rawat inap
c.Ruang gawat darurat
d.Ruang operasi
e... Dst
t. Pengolahan sampah

Pasal 11
Prasarana rumah sakit dapat
meliputi:
a.Instalasi air
b.Instalasi mekanikal dan
elektrikal
c.Instalasi gas medis
d.Instalasi uap
e.Instalasi pengelolaan limbah
f. .dst

Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Setiap orang yang menghasilkan limbah
B3 wajib melakukan pengelolaan limbah
B3 yang dihasilkannya

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 jo 85 tahun 1999


tentang PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA &
BERACUN
KODE
LIMBA
H

JENIS
KEGIAT
AN

KODE
KEGIATA
N

D227

RUMAH
SAKIT

7511
9309

SUMBER
PENCEMAR
AN

ASAL/URAIAN
LIMBAH

PENCEMAR
AN UTAMA

Seluruh RS
dan
Laboratoriu
m Klinis

Limbah klinis
Produk
farmasi
kadaluarsa
Peralatan
laboratorium
terkontamina
si
Kemasan
produk
farmasi
Limbah
Laboratorium
Residu dari
proses

Limbah
terinfeksi
Residu
produk
farmasi
Bahanbahan
kimia

Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999


tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun

Pengolahan
limbah
B3
degan
cara
thermal
dengan
mengoperasikan insinerator wajib memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. mempunyai insinerator dengan spesifikasi sesuai dengan
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang diolah;
b. mempunyai insinerator yang dapat memenuhi efisiensi
pembakaran minimal 99,99 % dan efisiensi penghancuran dan
penghilangan sebagai berikut :
1)efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Principle
Organic Hazard Constituent (POHCs) 99,99%;
2)efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polyclorinated
Biphenyl (PCBs) 99,9999 %;
3)efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polyclorinated
Dibenzofurans 99,9999 %;
4)efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polyclorinated
Dibenso-P-dioxins 99,9999 %.
c. memenuhi standar emisi udara;
d. residu dari kegiatan pembakaran berupa abu dan cairan wajib

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun


1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 tahun


2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahayan
Berbahaya dan Beracun
Jenis kegiatan pengelolaan
limbah B3 WAJIB dilengkapi
IZIN:

PENGANGKUTAN
PENYIMPANAN
SEMENTARA
PENGUMPULAN
PEMANFAATAN
PENGOLAHAN
PENIMBUNAN

Instansi Pemberi Izin:

Menteri Perhubungan
Bupati/Walikota
Menteri
Lingkungan
Hidup
Gubernur
Bupati/Walikota
Menteri instansi terkait
Menteri Lingkungan
Hidup

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO. 1204


tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Persyaratan Kes Lingkungan RS meliputi:

Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman rumah sakit


Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman
Penyehatan Air
Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)
Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu
Lainnya
Dekontaminasi Melalui Desinfeksi dan Sterilisasi
Persyaratan Pengamanan Radiasi
Upaya Promosi Kesehatan dari Aspek kesehatan
lingkungan

Alur Pengelolaan Limbah Medis


Minimisasi
Pemilahan
Pewadahan
Pengangkutan
Penyimpanan
Pengolahan

KARAKTERISTIK LIMBAH MEDIS DI RUMAH


SAKIT
INFEKSIUS
PATOLOGIK
BENDA TAJAM
GENOTOKSIK
FARMASI
BAHAN KIMIA

LIMBA
H
MEDIS

MENGANDUNG
LOGAM BERAT
KONTAINER
BERTEKANAN
RADIOAKTIF
(KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN No.
1204/MENKES/SK/X/2004)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO. 1204


tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

MINIMISASI
Melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber
Mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun
Melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi
Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan
limbah
medis
mulai
dari
pengumpulan,
pengangkutan
Pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO. 1204


tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

PEMILAHAN, PEWADAHAN,
PEMANFAATAN KEMBALI & DAUR
ULANG

Pemilahan harus dilakukan mulai dari sumber


yang menghasilkan limbah
Limbah yang akan dimanfaatkan harus dipisahkan
dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan
kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai
tabel berikut, untuk menguji efektivitas sterilisasi
panas
harus
dilakukan
tes
Bacillus
stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia
harus dilakukan tes bacillus subtilis

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO. 1204


tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

PEMILAHAN & PENGEMASAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO. 1204


tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

PENGUMPULAN & PENYIMPANAN


Pengumpulan limbah medis padat dari setiap
ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus
yang tertutup
Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim
tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam
dan musim kemarau paling lama 24 jam

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO. 1204


tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

PENGOLAHAN
Limbah medis padat tidak diperbolehkan
membuang langsung ke tempat pembuangan
akhir limbah domestik sebelum aman bagi
kesehatan.
Cara
dan
teknologi
pengolahan
atau
pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dan jenis
limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan
pembakaran dengan menggunakan insinerator.

Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis


Non Insinerasi
Menghasil emisi,
termasuk dioksin, furan
dan logam berat
Memberikan dampak
kesehatan masyarakat &
kesehatan kerja

Ada apa
dengan
Insinerasi?

Regulasi terhadap
proses insinerasi sangat
ketat
Biaya instalasi,
operasional,
pemeliharaan MAHAL

Kewajiban Stockholm
Convention untuk
mengeliminasi POPs

Arahan Kebijakan
Nasional terkait limbah
medis dan logam berat

KEBIJAKAN FREE-MERCURY
Hasil Pertemuan
Intergovernmental Negotiating Committee (INC) ke-5
Geneva, Januari 2013
Pengaturan terhadap:
suplai dan perdagangan merkuri,
produk dan proses yang menggunakan merkuri,
penambangan emas skala kecil (artisanal and smallscale gold mining/ASGM),
emisi ke udara dan pembuangan merkuri ke tanah
dan air,
penyimpanan dan pengelolaan limbah merkuri,
peran sektor medis dalam mencegah dan
menangani dampak merkuri pada kesehatan,
penyusunan rencana implementasi nasional,
mekanisme pendanaan,
peningkatan kapasitas dan alih teknologi untuk
membantu implementasi konvensi.

MERKURI DALAM ALAT MEDIS


Alat Medis

Perkiraan Kandungan
Merkuri

Termometer klinis

0.5 - 1.5 g

Termometer laboratorium

3.0 - 4.0 g

Portable and wall-mounted blood


pressure units
(sphygmomanometers)
Maloney or Hurst bougies One tube
may (esophageal dilators)
Cantor tubes

110 - 200 g

contain up to
1361 g of mercury
54 - 136 g

Miller-Abbott tubes

136 g

Dennis tubes

136 g

Foley catheter

68 g

PERBANDINGAN HARGA TERMOMETER MERKURI


DAN DIGITAL

LANGKAH-LANGKAH
PENGHAPUSAN MERKURI NASIONAL BIDANG
KESEHATAN
Peninjauan
dan
penyusunan
regulasi
terkait
penghapusan alat mengandung merkuri
Inventarisasi peralatan yang mengandung merkuri
Kajian
terhadap
dampak
penggunaan
alat
mengandung merkuri
Evaluasi dan kajian peralatan pengganti non merkuri
Peningkatan kapasitas bagi petugas dan masyarakat
Melakukan kemitraan dengan berbagai pihak dalam
eliminasi penggunaan merkuri di sektor kesehatan
Monitoring dan evaluasi

LANGKAH-LANGKAH PENGHAPUSAN
MERKURI
DI RUMAH SAKIT
1. Membuat Gugus Tugas ELIMINASI MERKURI
2. Manajemen Rumah Sakit menandatangani
Surat Komitmen untuk PENGHAPUSAN
MERCURY
3. Melakukan Inventarisasi Merkuri
4. Menyusun program substitusi merkuri
Mengganti termometer dan alat ukur tekanan
darah dengan yang aman, akurat, afordabel
Mengadopsi kebijakan pembelian mercury-free
Menetapkan
program
pengelolaan
dan
penyimpanan limbah merkuri
Pelatihan dan pendidikan

5. Evaluasi Pasca Implementasi

Untuk pengolahan limbah B3


rumah sakit tidak perlu izin
HO dan IMB
Tidak
perlu
melakukan
perubahan akte bagi rumah
sakit dan atau fasilitas
pelayanan kesehatan
Rumah
sakit
dapat
menerima
limbah
medis
yang berasal dari rumah
sakit
dan/atau
fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya
selama tersedia teknologi
pengolahan, dengan kontrak

Untuk limbah yang diolah


oleh rumah sakit, limbah
medis
tidak
diperlukan
analisis limbah yang akan
diinsinerasi
Uji DRE (Destruction and
Removal Efficiency) untuk
limbah
medis
hanya
dilakukan
terhadap
senyawa POHC (Principle
Organic
Hazard
Constituent)

Untuk
permohonan
izin
pengolahan limbah medis
menggunakan
incinerator
oleh rumah sakit pada tahun
2013
tidak
memerlukan
analisis limbah medis input
dan DRE, cukup dengan
baku mutu dan efiseiensi
pembakaran
sebesar
99,50%

Pengolah limbah B3 medis


menggunakan incinerator
di
rumah
sakit
dapat
mengolah limbah B3 dari
klinik, Puskesmas, dengan
rekomendasi dari PEMDA
Untuk Autoclaving limbah
B3 medis wajib dilengkapi
dengan izin pengolahan
limbah B3

KEBIJAKAN
GREEN HOSPITAL

Prinsip
1) Melindungi kesehatan para penghuni
gedung (pasien, karyawan, pengunjung)
2) Melindungi kesehatan masyarakat sekitar
3) Melindungi
kesehatan
masyarakat/
komunitas global dan sumber daya alam
4) Efisiensi penggunaan sumber daya RS

Elemen dari rumah sakit yang ramah


lingkungan

Food

Waste

Wate
r

Provide
sustainably
grown local
food for staff
and patients.

Reduce, reuse, recycle,


compost;
employ
alternatives to
waste
incineration.

Conserve
water; avoid
bottled water
when safe
alternatives
exist.

source : World Health Organisation, 2008

12 KRITERIA GREEN HOSPITAL


1. Lokasi rumah sakit: dapat dijangkau menggunakan
alat transportasi alternatif
2. Efisiensi penggunaan air: mengurangi penggunaan
air, pemanfaatan air olahan dari IPAL, penyediaan
lahan terbuka hijau untuk menyerap air hujan
3. Energi dan polusi udara: menurunkan konsumsi
energi, mengurangi polusi udara, mengurangi
penggunaan CFC, menggunakan energi terbarukan
4. Material dan sumber daya: Bahan dan material yang
dapat di daur ulang, perlindungan terhadap sumber
daya alam

12 KRITERIA GREEN HOSPITAL


5. Kualitas lingkungan Indoor: ventilasi, kualitas udara
ruangan bebas dari gas berbahaya seperti VOC
(volatile organic compound, a.l formaldehida,
acetaldehyde, naftalin dan toluene yang dilepaskan
ke udara dari particle board, karpet dan bahanbahan lainnya) dan gas berbahaya lainnya
6. Makanan Rumah Sakit Sehat: segar, lokal, dan
makanan organik
7. Green
Education:
pelatihan
staf
mengenai
minimisasi limbah, reduksi toksik dan daur ulang;
8. Pengadaan : Peralatan energy-efficient, produk hijau

12 KRITERIA GREEN HOSPITAL


9. Contaminant: Pengurangan zat toxics seperti air
raksa/ mercury, PVC (polyvinyl chloride), yang dapat
mencemari lingkungan
10. Green Cleaning: penggunaan bahan pembersih yang
aman dan pelatihan operator cleaning service
mengenai penggunaan bahan pembersih
11. Reduksi Limbah : pengelolaan limbah dengan prinsip
3 R (Reuse, Reduce, Recycle)
12. Taman untuk menyembuhkan; pasien, pengunjung,
dan staf dapat meringankan stres dan kembali
dengan alam. Penghijauan atap, penggunaan
tanaman asli, mengurangi
konsumsi air, dan
mengurangi penggunaan pestisida

PRI
NSIP
PEN
GEL
OLA
AN

The Polluter Pays Principle


Semua penghasil limbah secara hukum & finansial
bertanggung
jawab
menggunakan
metode
pengelolaan limbah yang aman dan ramah
lingkungan

The Precautionary Principle

Prinsip kunci yang mengatur perlindungan


kesehatan
&
keselamatan
melalui
upaya
penanganan yang secepat mungkin dengan
asumsi risiko yang dapat terjadi cukup signifikan

The Duty of Care Principle


Prinsip kewaspadaan bagi yang menangani atau
mengelola karena secara etik bertanggung jawab
untuk menerapkan kewaspadaan tinggi

The Proximity Principle


Prinsip kedekatan dalam penanganan limbah
berbahaya untuk meminimalkan risiko pada
pemindahan

PRIN
SIP
KEBIJ
AKAN

Mencegah risiko kesehatan terkait dengan


pemajanan
terhadap
petugas
limbah
layanan kesehatan dan masyarakat melalui
promosi kebijakan manajemen limbah
pelayanan
kesehatan
yang
ramah
lingkungan
Mendukung upaya global untuk mereduksi
jumlah pembuangan emisi NOx ke atmosfir
untuk mereduksi penyakit dan menunda
serangan perubahan global
Mendukung Stockholm Convention atas
Persistent Organic Pollutants (POPs)
Mendukung Basel Convention atas limbah
berbahaya dan limbah lain
Mereduksi pemajanan polutan toksik terkait
proses pembakaran melalui promosi praktek
yang memadai terhadap insinerasi suhu
tinggi

REKOMENDASI WORKSHOP NASIONAL


PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TAHUN 2008
Mengembangkan koordinasi Lintas Sektor dan Lintas
Program terkait pengelolaan limbah sarana pelayanan
kesehatan dan reduksi risiko kesehatan dari pencemaran
logam berat.
Mengembangkan jejaring melalui kelompok kerja di tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Mendorong pengembangan pengelolaan limbah terpusat
regional untuk mereduksi risiko kesehatan dan lingkungan
yang disebabkan oleh limbah medis
Mendorong pengembangan teknologi alternatif non
insinerasi yang efektif dan efisien khususnya untuk wilayah
pedesaan dan terpencil.
Mendorong atmosfir yang kondusif bagi investor swasta
untuk berpartisipasi dalam pengolahan dan pendaurulangan
limbah medis.
Mengembangkan prinsip Extended Producer Responsibility
dalam pengelolaan limbah medis.

UPAYA PEMERINTAH

Subdit Pengamanan Limbah, Udara dan Radiasi


Direktorat Penyehatan Lingkungan,
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan
Telp 021-4247608 ext 128
Fax 021-4245778
Email: subditlimbah@yahoo.co.id

terima kasih

Anda mungkin juga menyukai