Anda di halaman 1dari 28

PLENO PEMICU 1

kelompok 2

Nama Anggota:
1. Hayati

I11112053

2. Lodi Salim

I11112060

3. Octa Tirandha

I11112077

4. Muhammad Irfan

I1011131014

5. Putri Sondang PasaribuI1011131017


6. Aisyah

I1011131042

7. Deby Wahyu Putriana


8. Jefri Alfarizy

I1011131052

I1011131060

9. Wenni Juniarni TripaniI1011131061


10. Agung Prasetyo

I1011131069

11. Lisa Florencia

I1011131072

12. Dara Agusti Maulidya

I101113108

Pemicu
Obat Kanker Herbal Sulit Diandalkan
Masyarakat diminta untuk waspada dan kritis terhadap berbagai
promosi dan penawaran dari pihak produsen obat-obatan herbal
yang mengklaim bisa menyembuhkan dengan cepat penyakit
kanker. Kurangnya sikap kritis dalam memilih obat dan jenis
pengobatan membuka peluang kematian akibat kanker semakin
besar.
"Kanker ini penyakit yang semakin cepat ditangani akan semakin
besar pula peluang kesembuhannya. Sebaliknya, semakin tertunda
akibat mencoba berbagai obat yang belum terbukti secara ilmiah,
semakin kecil peluang untuk sembuh," ujar Soehartati, Ketua
Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPNK), di Jakarta,
Selasa (23/2).
Pilihan penggunaan obat tradisional yang belum teruji klinis dan
mendapat izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM)
masih terus terjadi di kalangan pasien dengan tingkat pengetahuan
dan kondisi ekonomi yang terbatas.

Soehartati menjelaskan pengobatan dengan menggunakan ramuan


herbal untuk penanganan kanker masih belum terbukti dapat
diandalkan. Hal tersebut juga terbukti dengan belum adanya suatu
bentuk penelitian yang menyatakan tingkat kesembuhan dan
keberhasilan pengobatan tradisional pada kanker secara efektif dan
menyeluruh. "Hanya pengakuan-pengakuan dan kampanye obat
tradisional. Padahal, secara medis belum ada obat tradisional yang
terbukti berhasil menyembuhkan kanker," ungkapnya, dalam acara
seminar bertema Cara cerdas memilih pengobatan kanker yang
tepat.
Senada dengan Soehartati, dokter onkologi, Sonar Panigoro,
mengatakan obat dan pengobatan tradisional umumnya memiliki
sistem kerja lebih lama jika dibandingkan dengan terapi medis.
"Pasien kanker yang masih stadium 1 dan langsung diobati secara
medis dan terapi berpeluang sembuh 100%. Semakin terlambat
deteksi dan lama memilih pengobatan, tingkat kesembuhan
semakin rendah, di bawah 20%," ungkap Sonar

Lisensi Badan POM


Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisonal, Kosmetik, dan Produk
Komplemen Badan POM, Ondri Dwi Dampurno, mengatakan
hingga saat ini belum pernah ada obat tradisional yang secara resmi
mendapatkan lisensi dari Badan POM sebagai obat penyembuh
kanker. Badan POM memahami dari hasil pengawasan dan
penelitian, belum ada obat tradisional yangdapat digunakan sebagai
obat tunggal penyembuhan kanker. "Badan POM belum pernah
mengeluarkan izin edar obat tradisional dengan khasiat
menyembuhkan kanker. Kalau ada yang menyebut begitu, bisa
dipastikan tidak benar jaminan khasiat dan izin edarnya," ungkap
Ondri. Ondri memaparkan, sebagai penyakit yang membutuhkan
terapi yang panjang dan biaya tinggi, kanker juga memicu tingginya
kemunculan obat tradisional kanker. Dari total 2.449 jenis obat
tradisional yang mendaftar untuk mendapat izin edar Badan POM
pada 2015, 379 di antaranya ialah yang berhubungan dengan
kanker. Sebanyak 320 jenis obat telah resmi mendapatkan izin edar
Badan POM. "Namun, dalam izin edarnya, obat-obatan tersebut
hanya tercatat sebagai obat herbal untuk membantu menjaga
stamina penderita kanker. Bukan menyembuhkan," terangnya.

Klarifikasi dan Definisi


Obat tradisional: Bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun-temurun
telah digunakan untuk pengobatan dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
Izin edar: Bentuk persetujuan registrasi obat
tradisional untuk dapat diedarkan di wilayah
Indonesia.

Kata Kunci
1. Obat herbal
2. Penanganan kanker
3. Uji klinis
4. Lisensi BPOM
5. Terapi medis

Rumusan Masalah
Berbagai tawaran tentang kemujaraban obat
herbal seringkali menghilangkan sikap kritis
masyarakat terhadap cara efektif penanganan
penyakit kanker.

Analisis Masalah
Obat herbal

Pengobatan alternatif

Obat Bahan Alam


Indonesia

Klaim khasiat

Pengobatan kanker

Belum teruji klinis

Uji klinis

Tidak memiliki izin edar

Syarat izin edar obat tradisional

Hipotesis
Diperlukan regulasi yang ketat serta sosialisasi
mengenai peredaran dan penggunaan obat herbal
dalam penanganan penyakit kanker di Indonesia.

Pertanyaan Diskusi
1. Obat tradisional
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Standardisasi
d. Uji fitofarmaka
e. Keamanan
f. Sejarah
g. Tanaman obat di Kalimantan Barat
2. Uji Klinis
a. Tahapan
b. Regulasi di Indonesia

3. Jelaskan syarat obat untuk mendapatkan izin


edar BPOM!
4. Jelaskan perbedaan pengobatan tradisional
dan terapi medis pada penanganan kanker!
5. Bagaimana cara pencegahan BPOM dalam
mengatasi kasus peredaran obat tradisional
yang belum memiliki lisensi?
6. Jelaskan
mengenai
pengobatan
komplementer-alternatif!

Definisi Obat Tradisional


Menurut Permenkes No. 007 tahun 2012 tentang
Registrasi Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turuntemurun telah digunakan untuk pengobatan dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat

Klasifikasi Obat Tradisional


1. Jamu

2. Obat Herbal Terstandar

3. Fitofarmaka

Standardisasi Obat Tradisional


Tahapan
pengembangan
obat tradisional menjadi
fitofarmaka:
1. Seleksi
2. Uji preklinik, terdiri atas
uji toksisitas dan uji
farmakodinamik
3. Standarisasi sederhana,
penentuan identitas dan
pembuatan
sediaan
terstandar
4. Uji klinik

Kriteria obat tradisional


1. Menggunakan bahan yang
memenuhi
persyaratan
keamanan dan mutu
2. Dibuat dengan menerapkan
CPOTB (Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik)
3. Memenuhi
persyaratan
Farmakope Herbal Indonesia
atau persyaratan lain yang
diakui
4. Berkhasiat yang dibuktikan
secara
empiris,
turun
temurun, dan/atau secara
ilmiah
5. Penandaan berisi informasi
yang objektif, lengkap dan
tidak menyesatkan

Obat
tradisional
dilarang
mengandung:
1. Etil alkohol lebih dari 1%
2. Bahan
kimia
obat
yang
merupakan hasil isolasi atau
sintetik berkhasiat obat
3. Narkotika atau psikotropika
4. Bahan lain yang berdasarkan
pertimbangan kesehatan
Obat tradisional dilarang dibuat
dan/atau diedarkan dalam bentuk
sediaan:
5. Intravaginal
6. Tetes mata
7. Parenteral
8. Supositoria

Uji Fitofarmaka Obat Tradisional


Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi
fitofarmaka
1. Seleksi
2. Uji preklinik, terdiri atas uji toksisitas dan uji
farmakodinamik
3. Standarisasi sederhana, penentuan identitas
dan pembuatan sediaan terstandar
4. Uji klinik

Keamanan Obat Tradisional


1. Kebenaran bahan
2. Ketepatan dosis
3. Ketepatan waktu penggunaan
4. Ketepatan cara penggunaan
5. Ketepatan telaah informasi
6. Tanpa penyalahgunaan

Sejarah Obat Tradisional


di wilayah nusantara dari abad ke V
sampai dengan abad ke IXX,
tanaman obat merupakan sarana
paling utama bagi masyarakat
tradisional kita untuk pengobatan
penyakit
dan
pemeliharan
kesehatan.
bangsa Mesir kuno pada 2500 tahun
sebelum masehi telah menggunakan
tanaman obat-obatan.
Bangsa Yunani kuno mengenai
penggunaan tanaman obat yaitu
Hyppocrates (466 tahun sebelum
masehi), Theophrastus (372 tahun
sebelum masehi) dan Pedanios
Dioscorides (100 tahun sebelum
masehi) membuat himpunan De
Materia Medica.

Di Indonesia, Pada pertengahan

abad ke XVII seorang botanikus


bernama Jacobus Rontius (1592
1631) mengumumkan khasiat
tumbuh-tumbuhan
dalam
bukunya De Indiae Untriusquere
Naturali et Medica.
tahun 1888 di Bogor didirikan
Chemis
Pharmacologisch
Laboratorium
Catatan
historis
tentang
pengobatan cina kuno telah
dikenal semenjak Dynasty Shang
sekitar 1800 tahun sebelum
masehi dan telah mempunyai
pengalaman sampai sekarang, dan
telah memasuki pasar dunia,
termasuk Indonesia

Tanaman Obat di Kalbar


Jenis tanaman obat di
Contoh tanaman Sarang Semut
Kalbar:
Jengkol/Jaring
Physalis angulata Linn.
obat di Kalbar
Kayu Manis
Imperata cylindrica (Linn.)
Kulur
Bawang
Beauv.
Dadangkak
Tiwai/B.Bawau
Cinnamomum burmanii

Limpasu (Tidak
Seluang Belum
Blume
berbuah)
Laki
Centella asiatica (Linn.)
Bilaran/Keleng
Urb.
Seribu Tawar
Kemot/Cemot/
Gendarussa vulgaris Ness.
Akar Kuning
Kelubut
Dracontomelon dao

Kapas
Rampit
Pasak Bumi
Halalang/alang-alang (Blanco) Merr. & Rolfe
Blumea balsamifera
Pikajar
Tangkan

Kumis Kucing
Putih/Penawar Seribu (Linn.) DC.
Senna alata (Linn.) Roxb.
Sahang Burung/
Kalatupan
Luvunga sarmentosa Kurz
Kumudu
Durian
Orthosiphon aristatus
(Blume) Miq.

Tahap Uji Klinis


Fase I
dilakukan pada sukarelawan sehat, untuk mengujikeamanan
dan tolerabilitas obat tradisional
Fase II awal
dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas,tanpa
pembanding
Fase II akhir
dilakukan pada pasien jumlah terbatas, denganpembanding
Fase III
uji klinik definitif
Fase IV
pasca pemasaran,untuk mengamati efek sampingyang jarang
atau yang lambat timbulnya

Regulasi Uji Klinis di Indonesia


Uji klinis obat herbal di Indonesia diatur dalam
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014
tentang pedoman uji klinik obat herbal.
Registrasi obat tradisional diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007
Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional
Tatalaksana untuk persetujuan uji klini diatur dalam
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 21 tentang Tatalaksana
Persetujian Uji

Perbedaan pengobatan tradisional dan terapi


medis pada penanganan kanker
Terapi medis
cara-cara
pengobatan
yang
dilakukan
berdasarkan
penelitian
ilmiah dan pengetahuan
dari berbagai aspek
menggunakan beberapa
terapan
disiplin
ilmu
pengetahuan
prosedurnya yang sesuai
dan terus di tingkatkan
seiring dengan kemajuan
teknologi.

Pengobatan tradisional adalah


metode pengobatan yang
digunakan yang diturunkan
dan dikembangkan secara
bertahap
dari
generasi
kegenarasi
berdasarkan
tingkat pemahaman manusia
terhadap pengetahuan dari
masa ke masa.
Terapi
komplementer
digunakan sebagai tambahan
dari terapi kanker yang utama
yang merupakan tindakan
suportif

Cara pencegahan BPOM dalam mengatasi kasus


peredaran obat tradisional yang belum memiliki
lisensi
Meningkatnya efektifitas pengawasanObat dan Makanan
Meningkatnya kemitraan denganpemangku kepentingan dan
kesadaranmasyarakat terhadap Obat dan Makanan yang
aman dan bermutu
Meningkatnya sarana dan prasaranapengawasan obat dan
makanan
Meningkatnya kapasitas manajemenorganisasi Badan POM

Strategi Yang dilakukan BPOM


1. Penguatan Regulatory System
2. Penataan Kelembagaan
3. Pengelolaan Sumber Daya
4. Penguatan jejaring
5. Pengembangan Pengawasan Obat dan Makanan
Berbasis Risiko

Pengobatan Alternatif-Komplementer
pengobatan non konvesional
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat
meliputi upaya promotif,
preventif,
kuratif
dan
rehabilitatif yang diperoleh
melalui pendidikat terstruktur
dengan kualitas, keamanan
dan efektivitas yang tinggi
yang
berlandaskan
ilmu
pengetahuan biomedik, yang
belum
diterima
dalam
kedokteran konvesional.

Ruang Lingkup Pengobatan


Alternatif-Komplementer
1. Intervensi tubuh dan
pikiran
2. Sistem pelayanan
pengobatan alternatif
3. Cara penyembuhan manual
4. Diet dan nutrisi untuk
pencegahan dan
pengobatan
5. Cara lain dalam diagnosa
dan pengobatan

Kesimpulan
Diperlukan regulasi yang ketat serta sosialisasi
mengenai peredaran dan penggunaan obat
herbal di Indonesia khususnya dalam
penanganan penyakit kanker.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai