Anda di halaman 1dari 30

PERTEMUAN/SESI 5:

PENGHINDARAN
PAJAK I

Oleh:
DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK
DIT. PERATURAN
PERPAJAKAN II
POKOK-POKOK BAHASAN

Tax Planning, Tax Avoidance, dan Tax


Evasion/Fraud
Anti Penghindaran Pajak dalam UU
PPh dan aturan pelaksanaannya
Transfer Pricing
TAX PLANNING
Tax Planning adalah bagian dari manajemen pajak
Manajemen pajak:
Sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar dengan mengefisienkan beban pajak
untuk mengoptimalkan laba dan likuiditas yang
diharapkan.
Tujuan manajemen pajak:
1. Menerapkan peraturan perpajakan dengan
benar (to comply), dan
2. Mencapai efisiensi untuk mengoptimalkan laba
dan likuiditas.
Full Compliance

Tujuan:
Optimasi Laba & Likuiditas,
Manajemen
Pajak
Batasan:
1. Peraturan yang berlaku
2. Biaya untuk patuh

Minimizing Tax
CARA MENGOPTIMALKAN
PAJAK
Beban pajak dapat berkurang, apabila:
1.Penghasilan diperoleh entitas yang terkena
pajak lebih rendah;
2.Pembayaran pajak dapat ditunda ke masa
yang akan datang (Tax Deferral);
3.Penghasilan dihasilkan di negara yang
mengenakan pajak lebih rendah
4.Penghasilan dikenakan pajak dengan tarif
preferensial.
(Jones & Rhoades-Catanach, Principles of Taxation, 2008)
AGGRESSIVE TAX PLANNING

AUSTRALIAN TAX OFFICE:


Pengertian:

tax planning that goes beyond the policy intent of the


law and involves purposeful and deliberate approaches
to avoid any type of tax.
Persepsi dari otoritas pajak:
It undermines the integrity of the revenue system and
community confidence in the fairness and equity of
that system.
(Australian Taxation Office-ATO PS LA 2005/13)
AGGRESSIVE TAX PLANNING

CANADIAN REVENUE AGENCY:


Pengertian:
Aggressive tax planning arrangements often have
some legal basis in a very technical sense,
but they go beyond what Parliament intended
when the law was passed.
In general, aggressive tax planning arrangements
are made for the primary purpose of avoiding the
payment of the required taxes, and thus could be
in violation of the law.
TAX AVOIDANCE VS. TAX
EVASION
Spectrum of compliance and non compliance:
Pure Compliance: membayar pajak sesuai
dengan maksud dari peraturan.
Tax Mitigation: pengurangan pajak sesuai
dengan maksud dari peraturan.
Tax Avoidance: pengaturan (arrangement) yang
menghasilkan sesuatu yang tidak dimaksudkan
oleh peraturan/pembuat peraturan.
Tax Evasion: fakta-fakta relevan tidak
diungkapkan atau menyajikan informasi yang
salah kepada otoritas pajak.
TAX AVOIDANCE

Kegiatan untuk mengurangi beban


pajak dengan cara yang tidak
dimaksudkan oleh pembuat peraturan
Konsep yang sangat abstrak;
Sulit untuk menyediakan alat penguji
yang objektif untuk menentukan
adanya avoidance
Menyebabkan ketidakpastian
TAX AVOIDANCE

Dimensi Tax Avoidance:


- Arbitrage: mengubah penghasilan ke bentuk
penghasilan yang dipajaki lebih rendah;
- Financing Transaction: menggunakan
pengurang pajak untuk menurunkan cost of fund.
- Timing:
- Menunda saat pengakuan penghasilan
- Membebankan biaya lebih awal
- Menunda pembayaran pajak
TAX AVOIDANCE
Bentuk-bentuk Tax Avoidance:
1. Thin Capitalization:
Pemberian utang yang berlebihan daripada
modal oleh pemilik/pemegang saham untuk
mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan
(revenue-base erosion).
2. Controlled Foreign Corporation
(CFC):
Pendirian subsidiary di negara yang
pemajakannya lebih nyaman oleh WP dalam
negeri untuk menunda pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal dari luar negeri.
TAX AVOIDANCE
Bentuk-bentuk Tax Avoidance:
3. Transfer Pricing:
Transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak
terafiliasi dengan kondisi yang berbeda dengan
yang dilakukan antara pihak-pihak independen
untuk mengoptimalkan beban pajak secara global.
4. Treaty shopping:
Pemanfaatan tax treaty oleh pihak yang
seharusnya tidak berhak dengan menggunakan
orang atau badan yang berhak memanfaatkan tax
treaty tersebut.
PENCEGAHAN PENGHINDARAN
Mengapa penghindaran
PAJAK pajak harus dicegah?
1.Tidak sesuai dengan maksud pembuat
Undang-Undang. (Contoh: konversi dividen
menjadi bunga atau natura),
2.Keadilan. Skema/struktur transaksi yang rumit
untuk menghindari pajak hanya dapat dilakukan
oleh yang mampu saja, sehingga hanya mereka
yang bisa menghemat pajak.
3.Distorsi alokasi sumber daya dengan
mengalihkan sumber daya dari tempat yang
dikenakan pajak tinggi ke tempat yang dikenakan
pajak lebih rendah.
4.Erosi kepercayaan masyarakat kepada sistem
perpajakan nasional. (Bandingkan pegawai bergaji
Rp 3 juta/bulan, pembayar pajak terbaik, dengan13
wealthy people yang sangat mudah menghindari
KETENTUAN ANTI PENGHINDARAN PAJAK

Pasal
18 Debt to Equity Ratio
ayat (1) Anti Controlled Foreign Corporations (CFC)
ayat (2). Transfer Pricing & Thin Capitalization
ayat (3), Advance Pricing Agreement (APA)
ayat Anti Stepping: Pembelian saham atau harta
(3a) melalui SPC,
ayat Anti Stepping: Penjualan atau pengalihan saham
(3b) atau harta melalui SPC,
ayat Penentuan kembali penghasilan WPDN OP dari
(3c) pemberi kerja
Hubungan Istimewa (Associated Enterprises)
ayat
(3d) 14
Ketentuan Anti Stepping
dalam UU PPh
Pasal 18 ayat (3b):
WP yang melakukan pembelian saham atau
aktiva perusahaan melalui pihak lain atau
badan yang dibentuk untuk maksud demikian
(special purpose company), dapat
ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya
melakukan pembelian tersebut sepanjang WP
yang bersangkutan mempunyai hubungan
istimewa dengan pihak lain atau badan
tersebut dan terdapat ketidakwajaran
penetapan harga.

15
15
Ketentuan Anti Stepping dalam UU
PPh
Penjelasan Pasal 18 ayat (3b):
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah
penghindaran pajak oleh WP yang melakukan
pembelian saham/penyertaan pada suatu perusahaan
WP dalam negeri melalui perusahaan luar negeri
yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut (special
purpose company).
ABC ABC

Dapat
ditetapkan Saham/ SPC
SPC Aktiva $
Saham/ menjadi
Aktiva $

PQR PQR

16
16
Ketentuan Anti Stepping dalam
UU PPh
Pasal 18 ayat (3c):
Penjualan atau pengalihan saham
perusahaan antara (conduit company atau
special purpose company) yang didirikan atau
bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak (tax haven country) yang
mempunyai hubungan istimewa dengan badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau BUT di Indonesia dapat
ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan
saham badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia.

17
17
Ketentuan Anti Stepping dalam
UU PPh
Apabila Y Co. menjual kepemilikannya atas saham X Ltd. kepada PT Z
(WPDN), secara legal formal transaksi di atas merupakan pengalihan
saham perusahaan luar negeri oleh WPLN. Namun, pada hakikatnya
transaksi ini merupakan pengalihan kepemilikan (saham) perseroan
WPDN oleh WPLN sehingga atas penghasilan dari pengalihan ini terutang
PPh.
X Ltd X Ltd
(Intermediary) (Intermediary)
Y Co. Y Co. Pemegang 95%
Pemilik 100% Pemegang 95% Pemilik 100%
Saham PT ABC Saham PT ABC
Saham X Ltd. Saham X Ltd.
Negara A Negara A
Negara B (Tax Haven) Negara B (Tax Haven)

$ $
Indonesia Indonesia

PT Z PT ABC PT Z PT ABC

Legal Formal Hasil Restrukturisasi


berdasarkan Pasal 18 ayat (3c) 18
TRANSFER PRICING
Pengertian:
Adalah wilayah dalam hukum pajak dan ekonomi
untuk meyakinkan bahwa penentuan harga yang
ditetapkan oleh pihak-pihak yang berhubungan
istimewa atas pengalihan barang, jasa, dan harta tak
berwujud telah sesuai dengan prinsip arms length.
(Diterjemahkan dari IBFD International Tax Glossary, 2005)

Prinsip arms length:


Prinsip yang mensyaratkan pihak-pihak yang berhubungan istimewa
menentukan harga yang sama, royalti dan imbalan lain dalam transaksi
yang terkendali (controlled transaction) dengan harga, royalti, atau imbalan
lain dalam transaksi yang tidak terkendali (uncontrolled transaction) dalam
kondisi yang dapat diperbandingkan (comparable circumstances).
(Diterjemahkan dari IBFD International Tax Glossary, 2005)
19
TRANSFER PRICING
Pasal 18 ayat (3) UU PPh:
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan
kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta
menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak
lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha
yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa
dengan menggunakan metode perbandingan harga
antara pihak yang independen, metode harga
penjualan kembali, metode biayaplus, atau metode
lainnya.
TRANSFER PRICING

Bila A dan B berhubungan istimewa, maka transfer price antara A dan B


akan menentukan dimana Global Profit ($10) akan diletakkan?

A B
Membeli Bahan Baku Penjualan kepada
Dari pihak ke-3: Transfer Pihak ke-3:

$5 Price? $15

Entitas di Negara X Entitas di Negara Y


TRANSFER PRICING
Apakah harga transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak
yang berafiliasi wajar (arms length)?
Analisis atas Fungsi, Aset, dan Resiko (FAR Analysis) dan
Comparability Analysis
Metode untuk menentukan harga transfer yang wajar:
Traditional Methods: Comparable Uncontrolled Price (CUP),
Resale Price (RP), Cost Plus (CP)
Transactional Net Margin
Profit Split
TRANSFER PRICING
Comparable Uncontrolled Price (CUP)

Controlled
Transaction

Producer Wholesaler

Uncontrolled
Transaction

Producer Wholesaler
TRANSFER PRICING
Resale Price Method Arms
Transfer Length
Price Price
Supplier Reseller Pihak Ketiga

Ditentukan dari
Harga jual kepada pihak ketiga : $ 100perusahaan sejenis
Resale Price Margin : 20%
Arms Length Price : $ 100 ($100 x 20%)
: $ 80

Cek Resale Price Margin = ($ 100 - $ 80) / $ 100 = 20%


TRANSFER PRICING
Cost Plus Method
Cost at Transfer
Arms Length Price
Reseller Reseller

Ditentukan dari
Manufacturing Cost: $ 100 perusahaan sejenis
Cost Plus Mark-Up : 10%
Arms Length Price : $ 100 + ($100 x 10%)
: $ 110

Cek Cost Plus Mark-Up = ($ 110 - $ 100) / $ 100 = 10%


TRANSFER PRICING
Transactional Net Margin
Contoh:
PT A, PT B, dan PT C tidak berhubungan istimewa
Operating Profit PT C akan diuji dengan memakai profit
margin PT A dan PT B.
Misalnya: profit margin PT A: 20 %, PT B: 30% dan penjualan
PT C adalah $ 100 juta
Maka:
Apabila operating profit PT C antara $20 juta s.d. $30 juta,
maka profit PT C dianggap wajar.
TRANSFER PRICING
Profit Split Method
Contoh:
A dan B perusahaan terintegrasi dalam industri farmasi.
A bergerak di usaha manufaktur dan B menjual produk farmasi yang
dihasilkan A dengan melakukan repackaging dan marketing.
A tidak menjual produknya kepada pihak ketiga dan tidak ada harga
pembanding untuk produk A dan B.
Cost: A = 300 dan B = 100
Hasil penjualan B kepada pihak ketiga = 600
Laba kelompok usaha = 200 [ 600 (300 + 100)]
Kontribusi laba A pada kelompok usaha = 75% dan kontribusi laba B =
25%
Berdasarkan Profit Split Method:
Profit A = 75% X 200 = 150
Profit B = 25% X 200 = 50
TRANSFER PRICING
Kasus:
A Co. berada di negara X yang memproduksi furniture kayu di negara
X dengan cost 40 yang dijual kepada distributor asing pada harga 47.
A Co. juga menjual produk yang identik dengan produk di atas kepada
distributornya B Ltd., anak perusahaan di luar negeri. B Ltd kemudian
menjualnya kepada konsumen akhir seharga 70.
Jika diketahui komisi distributor yang independen sebesar 20% dari
harga jual.
Jika diketahui pula bahwa gross profit margin dari industri sejenis yang
menghasilkan furniture kayu adalah 25%.
Hitunglah laba A Co. dan B Ltd. dengan metode CUP, RP, dan CP dan
Saudara diminta menentukan siapa yang memperoleh entreprenual
profit dari tiap-tiap metode tersebut.
TRANSFER PRICING

CUP RP CP

1. Harga Pokok Penjualan A Co. 40 40 40


2. Harga Jual B Ltd. kpd pelanggan 70 70 70
3. Total Profit A Co & B Ltd. (2-1) 30 30 30
4. Harga Jual A Co. kepada B Ltd. ?? ?? ??
5. Profit A Co. (4-1) ?? ?? ??
6. Profit B Ltd. (2-4) ?? ?? ??
7. Penerima entrepreneurial profit ?? ?? ??
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai