Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

Pneumothorax
Annisa Safira Nurdila
Aulia Sifana FR
Fajar Betahapsari
Nurul Afwi
Pendahuluan
WHO menyatakan pada tahun 2020 tingkat
morbiditas dan mortalitas dari pneumothorax
traumatik akan meningkat dan akan menjadi
penyebab utama kedua dari kematian didunia.
Oleh karena itu perlu diketahui secara dini
tanda-tanda dan gejala pneumothorax sehingga
dapat mengurangi tingkat morbiditas dan
mortalitasnya (Punabarwa dan Suarjaya, 2013).
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

Pneumothorax didefinisikan sebagai terkumpulnya udara pada


rongga pleura sehingga memisahkan antara rongga parietal dan
visceral sehingga terdesaknya paru paru yang menyebabkan
kolapsnya paru.
Spontaneous Pneumothorax
Spontaneous Pneumothorax adalah terkumpulnya udara pada
ruang pleura secara tiba tiba. Spontaneous pneumothorax
dibagi menjadi 3, yaitu:
Primary spontaneous pneumothorax : terjadinya pneumothorax
tanpa adanya penyakit yang mendasari
Secondary spontaneous pneumothorax : terjadinya
pneumothorax oleh karena penyakit yang mendasari (contoh :
COPD, kista fibrosis)
Catamenial spontaneous pneumothorax : terjadinya
pneumothorax pada 24-72 jam setelah menstruasi
Traumatik Pneumothorax
Traumatik pneumothorax adalah terkumpulnya udara
pada ruang pleura yang terjadi oleh karena trauma yang
mendasari. Pneumothorax ini diklasifikasikan menjadi :
Iatrogenic : Terjadi akibat komplikasi dari tindakan
medis.
Non-iatrigenic : Terjadi oleh karena adanya trauma
tajam maupun trauma tumpul. Pneumothorax banyak
terjadi pada pasien fraktur kosta (50%). Penanganan
utama pada pneumothorax adalah dengan pemasangan
chest tube pada pasien dengan traumatik pneumothorax
Gejala
Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100%
pasien. Seringkali sesak dirasakan mendadak
dan makin lama makin berat. Penderita
bernapas tersengal, pendek-pendek, dengan
mulut terbuka.

Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90%


pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang
sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih
nyeri pada gerak pernapasan.

Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35%


pasien.
Takikardi

Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar


oksigen darah yang kurang.

Tidak menunjukkan gejala (silent) yang


terdapat pada 5-10% pasien, biasanya
pada jenis pneumotoraks spontan primer.
Gambaran Radiologis
1. X-Foto Thorax
Adanya gambaran hiperlusen avaskular pada
hemitoraks yang mengalami pneumotoraks. Hiperlusen
avaskular menunjukkan paru yang mengalami
pneumothoraks dengan paru yang kolaps memberikan
gambaran radioopak. Bagian paru yang kolaps dan
yang mengalami pneumotoraks dipisahkan oleh batas
paru kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal
dari pleura visceralis, yang biasa dikenal sebagai
pleural white line.
Untuk mendeteksi pneumotoraks pada foto dada posisi supine
orang dewasa maka tanda yang dicari adalah adanya deep sulcus
sign. Normalnya, sudut kostofrenikus berbentuk lancip dan rongga
pleura menembus lebih jauh ke bawah hingga daerah lateral dari
hepar dan lien. Jika terdapat udara pada rongga pleura, maka sudut
kostofrenikus menjadi lebih dalam daripada biasanya. Oleh karena
itu, seorang klinisi harus lebih berhati-hati saat menemukan sudut
kostofrenikus yang lebih dalam daripada biasanya atau jika
menemukan sudut kostofrenikus menjadi semakin dalam dan lancip
pada foto dada serial. Jika hal ini terjadi maka pasien sebaiknya
difoto ulang dengan posisi tegak. Selain deep sulcus sign,terdapat
tanda lain pneumotoraks berupa tepi jantung yang terlihat lebih
tajam. Keadaan ini biasanya terjadi pada posisi supine di mana
udara berkumpul di daerah anterior tubuh utamanya daerah medial.
Jika pneumotoraks luas maka akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru menjadi
kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Jika pneumotoraks
semakin memberat, akan mendorong jantung yang dapat menyebabkan gagal sirkulasi. Jika
keadaan ini terlambat ditangani akan menyebabkan kematian pada penderita pneumotoraks
tersebut. Selain itu, sela iga menjadi lebih lebar.
2. USG THORAX
Udara terlokalisir dalam kavum pleura paling bagus terlihat pada
posisi terlentang dengan posisi probe dipegang tegak lurus di
dinding anterior dada. Kedalaman pneumotoraks tidak dapat diukur.
Pneumotoraks umumnya didiagnosis dengan tidak terdapat tanda
gerakan normal pleura viseral dan parietal seperti ekor komet dan
terdapat gambaran gema yang berlebihan. Operator handal
diperlukan untuk menganalisa gambaran ini.
Diagnosis Banding

Pneumotoraks dapat memberi gejala seperti infark miokard, emboli paru, dan pneumonia.

Pneumothorax spontan sekunder kadang-kadang sulit dibedakan dengan pneumothorax yang


terlokalisasi dari suatu bleb / bulla.
Dalam radiologi, bleb atau bulla digambarkan sebagai area yang
hiperlusen, dengan dinding bleb atau bulla yang sangat tipis. Dalam
beberapa kasus, dimana bleb atau bulla menyerang 1 lobus paru,
dapat memberikan gambaran radiologi yang mirip dengan
pneumotoraks. Untuk membedakannya, dapat dilihat dari daerah
yang hiperlusen apakah pada daerah tersebut terdapat gambaran
vaskularisasi atau tidak. Pada pneumotoraks daerah hiperlusen-nya
tidak terdapat vaskular sehingga biasa disebut hiperlusen avaskular,
sedangkan pada bleb atau bulla terdapat garis-garis trabekula pada
daerah paru yang mengalami bleb atau bulla. Selain itu, pada bleb
atau bulla yang besar, jaringan paru di sekitar bulla akan mengalami
pemadatan yang diakibatkan oleh pendesakan bulla tersebut
kepada jaringan paru.
Laporan Kasus
Identitas Penderita

Nama : Tn, NR
Usia : 25 tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Alamat : Demak
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan :-
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa (WNI)
Ruangan : UGD
Anamnesis
Pasien seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke UGD RSI Sultan
agung paska kecelakaan lalu lintas. Pada tubuh pasien mengeluh
nyeri karena luka memar pada dada sebelah kanan disertai sesak
nafas dan juga luka robek pada kaki kanan yang dicurigai fraktur.
Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi (-)
diabetes mellitus (-)
alergi (-)
asma (-)

Riwayat penyakit yang sama dikeluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menglami penyakit serupa

Riwayat sosial ekonomi dan pribadi


Biaya pengobatan ditanggung oleh keluarga.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan umum : Tampak kesakitan
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 82x/menit reguler
Pernapasan : 20x/menit
Suhu :36,5C
Status generalis
Kulit : sawo matang, tidak pucat
Kepala : mesocephal
Mata : konjungtivaanemis (-),skleraikterik (-).
Telinga : Sekret (-), nyeri tekan tragus (-)
Hidung : Ssekret (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), kering (-), stomatitis (-)
Tenggorok : Tonsil (T1-T1), faring hiperemis (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : memar (+) pada dada kanan, asimetris
Palpasi : nyeri tekan dextra
Perkusi: Hipersonor paru dextra (+)
Auskultasi : suara dasar vesikuler (-/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba (+), kuang angkat (-).
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler.
Abdomen
Inspeksi : datar, gambaran gerak usus (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), lien dan hepar tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Anggota gerak : Akral hangat, edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi X-Foto Thorax
Pembacaan Hasil

X Foto Thorax
Cor : CTR < 50%
Pulmo : Corakan Bronkovaskuler normal, tak tampak bercak pada
kedua lapang paru, tampak paru dextra kolaps, tampak lusen
avaskuler pada hemithorax dextra, tampak diskontinyuitas kosta III
dextra
Diafragma dan sinus kostrofrenikus baik.

Kesan
COR TAK MEMBESAR
PULMO KOLAPS PARU DEXTRA
PNEUMOTHORAX KOSTA III DEXTRA
2. Uji Laboratorium
Pembahasan

Laki-laki 25 th post-KLL nyeri


dada kanan disertai sesak
nafas. Pf didapatkan jejas X-Foto thorax AP
dada kanan, perkusi
hipersonor dada kanan,
auskultasi suara paru kanan
(-),.

Cor : CTR < 50%


Pulmo : Corakan Bronkovaskuler normal, tak
tampak bercak pada kedua lapang paru, tampak paru
dextra kolaps, tampak lusen avaskuler pada hemithorax
dextra, tampak diskontinyuitas kosta III dextra
Diafragma dan sinus kostrofrenikus baik.
Kesan : COR TAK MEMBESAR
PULMO KOLAPS PARU DEXTRA
PNEUMOTHORAX KOSTA III DEXTRA
Kesimpulan
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh
udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang
menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada
saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering mengeluhkan
adanya sesak napas dan nyeri dada.
Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara
spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat
primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat
iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka
pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension).
Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada
hasil foto rntgen berupa:
Tampak bayangan hiperlusen baik bersifat lokal maupun general
Pada gambaran hiperlusen ini tidak tampak jaringan paru, jadi avaskuler.
Bila pneumotoraks hebat sekali dapat menyebabkan terjadinya
kolaps dari paru- paru sekitarnya, sehingga massa jaringan paru
yang terdesak ini lebih padat dengan densitas seperti bayangan
tumor.
Biasanya arah kolaps ke medial
Bila hebat sekali dapat menyebabkan terjadinya perdorongan pada
jantung misalnya pada pneumotoraks ventil atau apa yang kita
kenal sebagai tension pneumothorax
Juga mediastinum dan trakea dapat terdorong kesisi yang
berlawanan .
Daftar Pustaka
Hisyam, Barmawi dan Budiono, Eko., 2009, Pneumothorax Spontan, Dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, FKUI, Jakarta, 2339-2346.
Jain, GJ., Gosavi, SN., Jain, Dhruv., 2008, Clinical Medicine Understanding and
Managing Tension Pneumothorax, Journal Indian Academy of Clinical Medicine, Vol
09 No 01.
Loddenkemper, R dan Frank, W., 2003, Pleural Disease, dalam GJ Gibson
Respiratoru Medicine, third edition, vol 2 pg : 1184-1937.
Lyanda, Apri., Antariksa, Budi., Syahruddin, Elisna., 2011, Ultrasonografi Thorax,
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI.
Noppen, Marc., Keukeleire, TimDe., 2008, Pneumothorax, Thematic Review Series,
76 : 121-127.
Punabarwa dan Suarjaya, 2013, Early Identification and Basic Life Support for
Pneumothorax, Jurnal Medika Udayana.
Smith, SL., Harris, T., 2005. Emergency Journal Medical: Tension Pneumothorax-time
for a re-think. 22; 8.

Anda mungkin juga menyukai