Anda di halaman 1dari 33

DOSIMETRI

DRG. A.A KOMP MARTINI


International Commission of Radiation Units and Measurements
International Commission of Radiation Units and Measurements
International Commission of Radiation Units and Measurements

Sejarah Nilai perkembangan batas


dosis

awal tahun 1920-an dimana The British X-ray and Radium Protection
Commitee dan American Roentgen Ray Society mengeluarkan
rekomendasi umum mengenai proteksi radiasi.

Pada awal tahun 1925, dibentuk kongres internasional radiologi yang


pertama yang membentuk Komisi Internasional untuk Satuan dan
Pengukuran Radiologi International Commision Of Radiaton Unit and
Measurements (ICRU), saat itu diperkenalkan konsep dosis tenggang
(tolerance dose)
lanjutan

Pada tahun yang sama, Mutscheller memperkirakan secara


kuantitatif bahwa nilai dosis total yang diterima selama
sebulan dengan nilai dosis haruslah kurang dari 1/100 dari
nilai dosis yang dapat menyebabkan terjadinya erythema
pada kulit sehingga tidak mungkin menyebabkan kelainan
jangka panjang. Nilai penyinaran yang memungkinkan
timbulnya erythema pada kulit diperkirakan 600 R,
sehingga nilai dosis tenggang untuk pekerja radiasi
diusulkan sebesar 6 R dalam jangka penerimaan 1 bulan
lanjutan

Pada tahun 1928 diadakan kongres radiologi ke-2 yang menyetujui


pembentukan Komisi Internasional untuk Perlindungan Sinar-X
dan Radium dan secara resmi mengadopsi satuan roentgen(R)
sebagai satuan untuk menyatakan paparan sinar-X dan gamma
Pada tahun1934, komisi tersebut mengeluarkan rekomendasi untuk
menurunkan dosis tenggang menjadi 0,2 R / hari atau 1 R / minggu.
lanjutan

Pada tahun 1936, nilai dosis tenggang diturunkan lagi hingga 100
mR / hari dengan asumsi bahwa diperhitungkan adanya hamburan
balik (energi sinar-x yang umumnya digunakan pada saat itu)
dimana dosis 100 mR di udara dapat memberikan dosis 200 mR
pada permukaan tubuh
lanjutan

Pada tahun 1950, komisi tersebut berubah nama menjadi Komisi


Internasional untuk Perlindungan Radiologi, International Commision On
Radiological Protection (ICRP). Berbagai perkembangan penelitian
radiobiologi dan dosimetri radiasi menyebabkan perubahan dalam teknik
penetuan nilai batas dosis yang mana komisi tersebut memutuskan :
-Menurunkan dosis tenggang menjadi 0,05 R (50 mR) per hari atau 0,3 R
(300 mR) per minggu atau 15 R / tahun
-Menetapkan kulit sebagai organ kritis dengan dosis tenggangnya sebesar
0,6 R (600 mR) per minggu.
lanjutan

Perkembangan dalam dosimetri radiasi membuktikan bahwa nilai


paparan tidak tepat jika digunakan sebagai ukuran untuk
menyatakan dosis radiasi pada jaringan. Oleh karena itu, pada
tahun 1953 ICRU memperkenalkan dosis serap dengan satuan rad
(radiation absorbed dose).
lanjutan

Pada tahun 1955 ICRP memperkenalkan konsep dosis ekuivalen


dengan satuan rem (roentgen equivalent man) sebagai satuan untuk
menyatakan dosis serap yang sudah dikalikan dengan faktor
kualitas dari radiasi yang bersangkutan. ICRP selalu menggunakan
besaran dosis ekuivalen dengan satuan rem untuk menyatakan dosis
radiasi.
Dosis Radiasi

Kuantitas radiasi
Jenis radiasi
Jenis bahan penyerapan
Dapat menggambarkan tingkat perubahan atau
kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh radiasi.
Detektor radiasi : pendeteksi radiasi
misal: flim fotografi, tabung geiger-muller, pencacah
sintilasi ,bahan termoluminesensi maupun dioda silikon
Dosis paparan atau eksposur (x)


Kemampuan radiasi sinar x atau gamma untuk
menimbulkan ionisasi diudara dalam volume tertentu.
Satuan lama Rongent (R), dimana X= dQ/dm
1 R = 2,58 x C/ kg
Satuan yang baru C/kg
Laju paparan (x) adalah besar paparan per satuan waktu
Dosis serap (D)

Energi rata-rata yang diserap bahan per satuan


massa bahan tersebut.
Rumus dosis serap : D= de/dm
de = energi yang diserap bahan
dm = massa bahan
Satuan lama : rad
Satuan SI : joule/kg atau gray (Gy)
Hubungan dosis serap dengan
paparan

D=fxX
dimana : D = dosis serap ( rad )
X = paparan (R)
F = faktor konversi dari laju paparan ke
laju dosis serap
Jika medium yang digunakan adalah udara maka f=
0,887 rad/R
agai energi

Nilai faktor konversi dosis serap


terhadap paparan untuk foton pada
berbagai energi
ENERG Nilai f Nilai Nilai f dalam
I dalam dalam Otot (rad?R)
Foton Air (rad/R) Tulang
(MeV) Keras (rad/
R)
0,01 0,019 3,55 0,925
0,02 0,879 4,23 0,927
0,04 0,879 4,14 0,920
0,06 0,905 2,91 0,929
0,08 0,932 1,91 0,940

0,10 0,949 1,46 0,949

0,50 0,965 0,925 0,957

1,000 0.965 0,919 0,957

2,000 0,965 0,912 0,955

3,00 0,962 0,929 0,955


Dosis Ekivalen ( H)

Jenis radiasi berbeda akan memberikan efek biologi


berbeda.
Makin besar daya ionisasi makin tinggi tingkat
kerusakan biologi yang ditimbulkannya.
faktor bobot radiasi ( Wr) sebelumnya
disebut faktor kualitas (Qf) sedang dibidang
radiologi disebut relative biological effectiveness
(RBE)
Dosis ekivalen....

Rumus dosis ekivalen :


dengan H : dosis ekivalen
D : dosis serap
Wr : faktor bobot radiasi
satuan : Satuan baru (SI) : sievert (SV)
lama : rem
1 sv = 100 rem
Nilai Faktor Bobot Radiasi Berbagai
jenis dan Energi Radiasi
jenis radiasi Wr
Tanpa satuan

1. Foton untuk semua energy 1


2. Electron dan muon ,semua energy 1
3. Neutron dengan energi
a.<10 KeV 5
b.10 KeV hingga 100 KeV 10
c. > 100 KeV hingga 2 MeV 20
d. > 2 MeV hingga 20 MeV 10
e. > 20 MeV 5
4. Proton, selain proton rekoil, dengan 5
Energy > 2 MeV
5. Partikel alpha, fragmen fisi, inti berat 20


Dosis Ekivalen Efektif (E)

Besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas setiap


organ/jaringan.
Tingkat kepekaan organ/ jaringan tubuh terhadap efek
stokastik akibat radiasi faktor bobot organ/jaringan
tubuh (Wt).
Berbagai nilai faktor bobot organ tubuh dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Dosis efektif adalah hasil perkalian dosis ekivalen dan
faktor bobot jaringan/organ
Dosis ekivalen efektif (E)...

Rumus dosis ekivalen efektoif : E = ( Wt Ht) ATAU


E= ( Wr Wt D)
Satuan dosis efektif adalah rem atau sievert (sv)
Nilai faktor bobot organ tubuh
no Organ atau jaringan tubuh Wt*)

1 Gonad 0,20

2 Sumsum tulang 0,12

3 Colon 0,12

4 Lambung 0,12

5 Paru-paru 0,12

6 Ginjal 0,05

7 Payudara 0,05

8 Liver 0,05

9 Oeshopagus 0,05

10 Kelenjar gondok(tiroid) 0,05

11 Kulit 0,01

12 Permukaan tulang 0,01

13 Organ atau jaringan tubuh lainnya 0,05


Dosis kolektif

Dosis ekivalen atau dosisi radiasi yang digunakan apabila


terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi
(penduduk).
Penyinaran ini biasanya muncul pada saat terjadi
kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi.
Simbol besaran dosis kolektif ini adalah (sv-man).
Digunakan untuk memperkirakan berapa jumlah manusia
dalam populasi tsb yang akan menderita akibat radiasi ,
yaitu dengan memperhitungkan faktor resiko.
Dosimetri eksterna

A. Faktor gamma (r)


Adalah laju paparan pada jarak 1 meter dari sumber
radiasi gamma berbentuk titik dgn aktifitas 1 curie (37
GBq)
Faktor gamma
RADIOISOTOP ENERGI r *)
(MeV) (R./ Ci.H)

Na-22 1,275 1,19

Na-24 1,369 1,82


2,754

Co-60 1,173 1,30


1,333

l-131 0,364 0,22

Cs-137 0,662 0,34

Ir-192 0,317 0,48


0,468

Au-198 0,416 0,24


B.Laju paparan sumber gamma
berbentuk titik

nilai laju paparan pada jarak r meter dari sumber radiasi


gamma berbentuk titik dengan aktifitas sebesar A curie :
X= rA/r2
Dengan laju : x= laju paparan
r = faktor gamma
A = aktifitas (ci)
r= jarak (m)
Laju paparan pesawat sinar x

Secara pendekatan laju paparan dari pesawat sinar x


pada tegangan tabung tertentu sebanding dengan kuat
arus I dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.
X= I/r2
Dengan : x= laju paparan (R/jam)
I= kuat arus (mA)
r=jarak (m)
Nilai Batas Dosis Yang diberlakukan
di Indonesia

Nilai batas dosis yang diberlakukan diIndonesia dicantumkan


dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom
Nasional Nomor: PN 03/160/DJ/89 menekankan bahwa pekerja
yang berumur kurang dari 18 tahun tidak diizinkan untuk bertugas
sebagai pekerja radiasi ataupun diberi tugas yang memungkinkan
pekerja tersebut mendapatkan penyinaran radiasi
Lanjutan

Selain itu, pekerja wanita dalam masa menyusui tidak diizinkan


mendapat tugas yang mengandung resiko kontaminasi radioaktif
yang tinggi, jikaperlu terhadap wanita ini dilakukan pengecekan
khusus terhadap kemungkinan kontaminasi
lanjutan

Untuk itu, tujuan pemonitoran dan pembatasan


penyinaran dibedakan dua kategori pekerja radiasi yakni:2
Kategori A, untuk pekerja radiasi yang mungkin
menerima dosis sama dengan atau lebih besar dari 15
mSv (1500 mrem) per tahun
Kategori B, untuk pekerja radiasi yang mungkin
menerima dosis sama dengan atau lebih kecil dari 15 mSv
(1500 mrem) per tahun
lanjutan

Adapun nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada
pekerja radiasinya (dengan pengecualian wanita hamil dan wanita masa
usia subur) adalah:
NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh
ditetapkan 50 mSv (5000 mrem) per tahun
Batas tertinggi penerimaan pada abdomen pada pekerja radiasi wanita
dalam masa subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv (1300 mrem)
dalam jangka waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD pekerja radiasi
lanjutan

Pekerja wanita yang mengandung harus dilakukan


pengaturan agar saat bekerja dosis yang diterima janin
terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat
kelahiran diusahakan serendahrendahnya dan sama
sekali tidak boleh melebihi 10 mSv (1000 mrem) dimana
umumnya kondisi ini biasanya bekerja pada kategori B
lanjutan

Penyinaran yang bersifat lokal yaitu pada bagian tubuh


tertentu ditetapkan sebagai berikut:
Batas dosis efektif yang dievaluasi adalah 50 mSv (5.000
mrem) dalam setahun dengan dosis rata-rata pada setiap
organ tidak melebihi 500 mSv (50.000 mrem) dalam
setahun
lanjutan

Batas dosis untuk lensa mata adalah 150 mSv (15.000


mrem) dalam setahun
Batas dosis untuk kulit dalah 500 mSv (50.000 mrem)
dalam setahun. Apabila penyinaran berasal dari
kontaminasi radioaktif pada kulit, batas ini berlaku untuk
dosis yang rara-rata pada setiap permukaan 100 cm
Batas dosis untuk tangan, kaki dan tungkai adalah 500
mSv (50.000 mrem) dalam setahun
lanjutan

Menurut White pada tahun 1990 yang mempublikasi ICRP


mereferensikan nilai batas dosis dalam bidang kedokteran gigi
seperti terlihat dalam tabel berikut:
Tehnik sinar X Dosis Efektif Dosis Resiko terkena
(u Sv) kanker fatal ( per juta)
Radiografi 1-8,3 0,02-0,6
intraoral
Bitewing/periapi
kal
Oklusal Anterior 8 0,4
Maksila
Panoramik 3,85-30 0,21-1,9
Radiograf 2-3 0,34
Lateral
Sefalometri
Cross Sectional 1-189 1-14
CT-Scan 364-1202 18,2-88
selesai
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai