Anda di halaman 1dari 99

TES HIV INISIASI PETUGAS KESEHATAN DAN KONSELING

(TIPK)
Provider-initiated Testing and Counseling (PITC)

DETEKSI DINI, DIAGNOSIS dan


PENANGANAN DINI HIV dan AIDS

Berdasarkan
Permenkes no. 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV & AIDS
Permenkes no. 51 tahun 2013 tentang PPIA
Penambahan: Permenkes no. 5/2014 Kepmenkes 514/2015
Permenkes no. 75/2014 PKM
Permenkes no. 87/2014 Pengobatan ARV
UU no. 36 / 2014 ttg Tenaga Kesehatan
Permenkes no. 43/2016 SPM Kesehatan
Permendagri no. 18/2016 Pedoman RKPD 2017
PENANGGULANGAN
Segala upaya yang meliputi pelayanan promotif, preventif,
diagnosis, kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, membatasi
penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke
daerah lain serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya
Kegiatan penanggulangan disesuaikan situasi epidemi HIV & AIDS
yang ditetapkan pemerintah provinsi/kab/kota:
Rendah
Terkonsentrasi
Meluas
Penanggulangan meliputi :
1.promosi kesehatan;
2.pencegahan penularan HIV;
3.pemeriksaan diagnosis HIV;
4.pengobatan, perawatan dan dukungan; dan
5.rehabilitasi.

5/23/17 3JK 2
Ada 2 pendekatan menuju
diagnosis HIV
1. Inisiative Klien Client Initiative
Testing & Counselling (CITC) Voluntary
Counselling and Testing HIV (VCT)
Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS)
2. Inisiative Provider Provider Initiated
Testing & Counselling (PITC) Tes
inisiasi Petugas kesehatan dan
Konseling (TIPK)
5/23/17 3JK 3
TES HIV
Adalah pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya
HIV dalam tubuh
- Indirect - antibodi anti HIV atau dengan metode Rapid
Diagnostic Test (RDT) atau EIA (Enzyme Immuno
Assay atau WB,
- Direct - antigen atau virus/fraksi virus dengan metode
PCR DNA/RNA
KONSELING
Pelaksana : tenaga medis/teknisi
laboratorium/bidan/perawat terlatih
Adalah komunikasi, informasi dan edukasi untuk membantu klien/
pasien agar dapat mengambil keputusan yang tepat untuk
kesehatan dirinya dan bertindak benar sesuai keputusan baik yang
dipilihnya.

5/23/17 3JK 4
KTS
KTS dilakukan dengan langkah-langkah meliputi:
1. konseling pra tes;
2. tes HIV; dan
3. konseling pasca tes.
. KTS hanya dilakukan dalam hal pasien memberikan
persetujuan secara tertulis.
. Konseling pra tes dilakukan dengan
tatap muka atau
tidak tatap muka
Bentuk :
konseling pribadi,
Konseling bersama pasangan (couple counseling) atau
Konseling dalam kelompok (group counseling).
. Konseling pasca tes harus dilakukan tatap muka dengan
tenaga kesehatan atau konselor terlatih.
5/23/17 3JK 5
Realitas
Di Asia Pasifik, pemeriksaan HIV berdasarkan
KTS/CITC murni yang benar-benar inisiatif
klien sangat jarang baik dalam konseling
pra-tes maupun konseling pasca-tes.
Dalam realitasnya sebagian besar tes dan
konseling yang dilakukan, dianjurkan oleh
pemberi layanan kesehatan (dokter,
perawat/bidan, penyuluh kesehatan, dll) bagi
orang yang bergejala (simtomatik) atau
berisiko tinggi (TIPK/PITC).

5/23/17 3JK 6
PITC
Provider Initiated Testing & Counseling
=
TIPK
Tes Inisiasi Petugas kesehatan & Konseling
Definisi
TIPK; Tes Inisiasi Petugas kesehatan dan Konseling adalah
tes HIV dan konseling yang dilakukan bagi seseorang
untuk kepentingan kesehatan dan pengobatannya
berdasarkan inisiatif dari pemberi pelayanan kesehatan.
Langkah kerja :
1.pemberian informasi tentang HIV dan AIDS sebelum tes;
2.pengambilan darah untuk tes;
3.penyampaian hasil tes; dan
4.Konseling (apapun hasil tes nya).
. TIPK tidak dilakukan bila pasien menolak secara tertulis
(Lihat Permenkes 290/2008 ttg Persetujuan Tindakan
Kedokteran).

5/23/17 3JK 8
TIPK
harus dianjurkan sebagai bagian dari standar pelayanan
bagi:
a. setiap orang dewasa, remaja dan anak-anak yang datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau
kondisi medis yang mengindikasikan atau patut diduga telah
terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat penyakit
tuberculosis dan IMS;
b. asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin;
c. bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi HIV;
d. anak-anak dengan pertumbuhan suboptimal atau malnutrisi di
wilayah epidemi luas, atau anak dengan malnutrisi yang tidak
menunjukan respon yang baik dengan pengobatan nutrisi yang
adekuat; dan
e. laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai tindakan
pencegahan HIV

5/23/17 3JK 9
DIAGNOSIS HIV
Diagnosis ditegakkan oleh dokter (kewenangan)
Di Indonesia diagnosis HIV secara public health ditegakkan
dengan : RDT serial strategi 3 (Permenkes 15/2015 ttg
Pelayanan Laboratorium Pemeriksa Hiv Dan Infeksi Oportunistik )
Setiap hasil RDT serial strategi 3 reaktif, dilakukan penetapan
stadium klinis WHO
Fasyankes primer wajib mampu melakukan promotif, preventif,
konseling, deteksi dini dan melakukan rujukan efektif bila
diperlukan.
Rumah Sakit kelas C ke atas wajib mampu diagnosis, pengobatan
dan perawatan ODHA sesuai ketentuan dalam sistem rujukan.
Fasyankes primer dan rumah sakit kelas D dapat melakukan
diagnosis, pengobatan dan perawatan ODHA sesuai dengan
kemampuan dan sistem rujukan.

5/23/17 3JK 10
Tenaga Kesehatan
PP 32 tahun1996 diperbaharui dengan UU 36
tahun 2014

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang (1)


mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta (2)
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang (3)
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan;
JENIS TENAGA KESEHATAN
PP 32/1996 (7) UU 36/2014 (13)
Tenaga kesehatan terdiri Tenaga kesehatan terdiri
dari : dari :
a. tenaga medis; a. Tenaga medis (4)
b. tenaga keperawatan; b. Tenaga psikologi klinis (1)
c. tenaga kefarmasian; c. Tenaga keperawatan (1)
d. tenaga kesehatan d. Tenaga kebidanan (1)
masyarakat; e. Tenaga kefarmasian (2)
e. tenaga gizi; f. Tenaga kesehatan
f. tenaga keterapian fisik; masyarakat (6)
g. tenaga keteknisian medis. g. Tenaga kesehatan
lingkungan (3)
h. Tenaga gizi (2)
i. Tenaga keterapian fisik (4)
j. Tenaga keteknisian medis
(7)
k. Tenaga tehnik biomedika
5/23/17 3JK (6) 12
UU 36 /2014 pasal 57
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
praktik berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar
Prosedur Operasional;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima
Pelayanan Kesehatan atau keluarganya;
c. menerima imbalan jasa;
d. memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral,
kesusilaan, serta nilai-nilai agama;
e. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
f. menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain
yang bertentangan dengan Standar Profesi, kode etik, standar
pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
g. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan

5/23/17 3JK 13
UU 36 /2014 pasal 57
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:

a. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi,


Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika
profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
b. memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau
keluarganya atas tindakan yang akan diberikan;
c. menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
d. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan; dan
e. merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain
yang mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan


huruf d hanya berlaku bagi Tenaga Kesehatan yang melakukan
pelayanan kesehatan perseorangan.

5/23/17 3JK 14
Profil Dokter Bintang 5
1. Care Provider Pelayanan kesehatan paripurna (fisik, mental,
spiritual, sosial); promotif, preventif, diagnosis, kuratif, rehabilitatif,
secara terpadu komprehensif berkesinambungan
2. Decision maker Pengambil keputusan transparan efektif teknis
dan biaya, sharing seluruh penduduk.
3. Communicator gaya hidup PHBS, diet, keselamatan kerja,
rekreasi, lingkungan, dll . Ahli komunikasi untuk pasien individual,
keluarga dan masyarakat untuk PHBS dan mitra upaya kesehatan
4. Community Leader masalah dan kebutuhan masyarakat dengan
memahami determinan kesehatan, hindari risiko kesehatan.
5. Manager melakukan semua fungsi tsb, dgn informasi benar dan
tim multidisiplin dinamika kesehatan dan perkembangan sosial

Relevan Kualitas - Efektif biaya Ekuity


7 area kompetensi dokter Indonesia

5/23/17 3JK 15
Praktik Dokter/Dokter-gigi
Kewenangan dokter/dokter gigi
1. mewawancarai pasien;
2. memeriksa fisik dan mental pasien;
3. menentukan pemeriksaan penunjang;
4. menegakkan diagnosis;
5. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
6. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
7. menulis resep obat dan alat kesehatan;
8. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
9. menyimpan dan memberikan obat dalam jumlah dan jenis
yang sesuai dengan standar; dan
10.meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang
praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
(Permenkes 2052 tahun 2011)
Dokter adalah pewawancara (reporter) & edukator
5/23/17 3JK 16
Rahasia Kedokteran
Pasal 48 UU 29/2004 Praktik Kedokteran
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau
berdasarkan ketentuan perundangundangan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran
diatur dengan Peraturan Menteri
Permenkes no. 36 tahun 2012 ttg Rahasia Kedokteran
Lihat pasal 9

5/23/17 3JK 17
Pembukaan rahasia kedokteran
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, tanpa
persetujuan pasien (PMK 36/2012)
dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin yaitu
berdasarkan etik atau disiplin atas permintaan tertulis dari Majelis
Kehormatan Etik Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia, tanpa membuka identitas pasien.
dalam rangka kepentingan umum meliputi :
a.audit medis;
b.ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
c.penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
d.pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa
yang akan datang; dan
e.ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat.

. Untuk huruf b dan e, identitas pasien dapat dibuka kepada institusi


atau pihak yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

5/23/17 3JK 18
Pasien penerima pelayanan pada
praktik kedokteran wajib :
Pasal 53 Undang-Undang no. 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran
a. memberikan informasi yang lengkap dan
jujur tentang masalah kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
atau dokter gigi;
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di
sarana pelayanan kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan
yang diterima.

5/23/17 3JK 19
Praktik Perawat
(Permenkes 148 tahun 2010 ditambahi Permenkes 17 tahun
2013)

Kewenangan Perawat
1. Asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan)
2. Upaya promotif, preventif, pemulihan dan
pemberdayaan masyarakat
3. Tindakan keperawatan (komplementer) :
prosedur keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan
4. Memberikan obat bebas dan/atau obat bebas
terbatas, atau ketentuan lainnya.

5/23/17 3JK 20
Wewenang Perawat
UU 38/2014 ttg Keperawatan (pasal 30)
1. melakukan pengkajian Keperawatan
Upaya Kesehatan Perorangan kesehatan
Upaya masyarakat
Kesehatan di tingkat keluarga
Masyarakat
dan kelompok masyarakat;
2. menetapkan permasalahan Keperawatan
1. melakukan pengkajian Keperawatan secara kesehatan masyarakat;
holistik; 3. membantu penemuan kasus penyakit;
2. menetapkan diagnosis Keperawatan; 4. merencanakan tindakan Keperawatan
3. merencanakan tindakan Keperawatan; kesehatan masyarakat;
4. melaksanakan tindakan Keperawatan; 5. melaksanakan tindakan Keperawatan
5. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan; kesehatan masyarakat;
6. melakukan rujukan; 6. melakukan rujukan kasus;
7. memberikan tindakan pada keadaan gawat 7. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan
darurat sesuai dengan kompetensi; kesehatan masyarakat;
8. memberikan konsultasi Keperawatan dan 8. melakukan pemberdayaan masyarakat;
berkolaborasi dengan dokter; 9. melaksanakan advokasi dalam perawatan
9. melakukan penyuluhan kesehatan dan kesehatan masyarakat;
konseling; dan 10. menjalin kemitraan dalam perawatan
10.melakukan penatalaksanaan pemberian kesehatan masyarakat;
obat kepada Klien sesuai dengan resep 11. melakukan penyuluhan kesehatan dan
tenaga medis atau obat bebas dan obat konseling;
bebas terbatas. 12. mengelola kasus; dan
13. melakukan penatalaksanaan Keperawatan
komplementer dan alternatif.

5/23/17 3JK 21
Wewenang Perawat
1. melakukan
UU 38/2014 ttg Keperawatan (pasal 31)
pengkajian
Keperawatan secara
Sbg penyuluh dan Sbg pengelola Sbg peneliti
holistik di tingkat
konselor bagi Klien
individu dan Pelayanan Keperawatan
keluarga serta di Keperawatan 1.melakukan penelitian
tingkat kelompok sesuai dengan
1.melakukan standar dan etika;
masyarakat;
pengkajian dan 2.menggunakan
2. melakukan
menetapkan sumber daya pada
pemberdayaan
masyarakat; permasalahan; Fasilitas Pelayanan
2.merencanakan, Kesehatan atas izin
3. melaksanakan pimpinan; dan
advokasi dalam melaksanakan,
3.menggunakan
perawatan dan pasien sebagai
kesehatan mengevaluasi subjek penelitian
masyarakat; Pelayanan sesuai dengan etika
4. menjalin kemitraan Keperawatan; profesi dan
dalam perawatan dan ketentuan peraturan
kesehatan perundang-
3.mengelola kasus. undangan.
masyarakat;
5. melakukan
penyuluhan
5/23/17 3JK 22
kesehatan dan
Praktik Bidan
Permenkes 1464 tahun 2010
Kewenangan Bidan
1. Pelayanan kesehatan ibu (masa pra hamil,
kehamilan, persalinan, nifas, masa menyusui
dan antara dua kehamilan)
2. Pelayanan kesehatan anak (bayi baru lahir,
anak balita dan anak pra sekolah)
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana (penyuluhan dan
konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan KB, alat kontrasepsi oral
dan kondom)
Bidan adalah konselor kesehatan
Permenkes 97/2014
Permenkes 25/2015
5/23/17 3JK 23
Pelayanan Kesehatan Ibu
masa pra hamil, kehamilan, persalinan, nifas, masa menyusui
dan antara dua kehamilan
Pelayanan konseling pada masa pra hamil
Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
Pelayanan persalinan normal
Pelayanan ibu menyusui
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Berwenang :
1. Episiotomi
2. Jahit luka jalan lahir tk I & II
3. Stabilisasi gawat darurat rujuk
4. Pemberian Fe
5. Vit A pada ibu nifas
6. IMD & ASI eksklusif
7. Uterotonika pd manajemen aktif kala tiga dan postpartum
8. Penyuluhan dan konseling
9. Bimbingan kelas hamil
10.Pemberian surat keterangan kematian
11.Pemberian surat keterangan cuti
5/23/17 3JK bersalin 24
Pelayanan Kesehatan Anak
bayi baru lahir, anak balita dan anak pra sekolah
Berwenang
1. suhan bayi baru lahir normal tmsk resusitasi, cegah hipotermi,
IMD, inj Vit K, perawatan neonatal (0-28hari) & perawatan tali
pusat
2. Penanganan hipotermi rujuk
3. Penanganan kegawatdaruratan rujuk
4. Immunisasi rutin program pemerintah
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah
6. Konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran
8. Pemberian surat keterangan kelahiran
Permenkes 25 tahun 2014 ttg Upaya Kesehatan Anak

5/23/17 3JK 25
Pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
Berwenang
1. penyuluhan dan konseling
kesehatan reproduksi perempuan
dan KB,
2. Memberikan alat kontrasepsi oral
dan kondom

5/23/17 3JK 26
Konseling kesehatan
Konseling kesehatan adalah salah satu fungsi tenaga
kesehatan.
Komunikasi, Informasi, Edukasi terkait kondisi kesehatan
pasien/klien Lihat Permendiknas 27 tahun
Andragogik 2008 tentang standar kualifikasi
Profesional akademik & kompetensi
konselor
Holistik Kompetensi:
Kualitas Pedagogik
Kepribadian
Sosial
Profesional
Konselor VCT HIV adalah tenaga kesehatan atau tenaga non kesehatan
yang telah terlatih, untuk memberikan konseling terkait tes HIV. Konseling
wajib diberikan pada setiap orang yang telah melakukan tes HIV, terdiri
atas konseling pribadi, konseling berpasangan, konseling kepatuhan,
konseling perubahan perilaku, pencegahan penularan termasuk infeksi
HIV berulang atau infeksi silang, atau konseling perbaikan kondisi
kesehatan, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.
5/23/17 3JK 27
Manual Komunikasi Efektif
Dokter-Pasien
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)
Kompetensi
Dasar-dasar komunikasi
Elemen-elemen dalam model proses komunikasi
Komunikasi efektif dalam hubungan dokter-pasien
Tujuan dan manfaat
Sikap Profesional dokter
Sesi :
pengumpulan informasi
penyampaian informasi
langkah langkah komunikasi : SAJI yaitu:
Salam
Ajak Bicara
Jelaskan
Ingatkan

5/23/17 3JK 28
Permenkes 269 / 2008 tentang Rekam Medis
Pencatatan minimal dalam rekam Medis
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasuil Anamnesis, sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan dan penunjang medik
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
Ringkasan :
a. identitas pasien
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan dan tindak
lanjutnya, nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan
kesehatan
Penjelasan kepada pasien (seharusnya tercatat semuanya) meliputi
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain, dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Perkiraan biaya
5/23/17 3JK 29
Persetujuan Tindakan Kedokteran
UU 29/2004 Praktik Kedokteran; UU 36/2009
Kesehatan; Permenkes 290/2008

adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau


keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang akan dilakukan terhadap pasien
Tindakan kedokteran : tindakan medis berupa preventif,
diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan
dokter/doktergigi thdp pasien
Tindakan invasif adalah tindakan medis yang langsung
dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien
Tindakan risiko tinggi : tindakan medis yg berdasarkan
tingkat probabilitas tertetu dapat mengakibatkan kematian
atau kecacatan
Persetujuan setelah penjelasan lengkap
Dapat tertulis atau lisan
Persetujuan tertulis pada tindakan risiko tinggi
ditandatangani pada formulir
5/23/17 3JK
khusus 30
Dalam era JKN ada general consent di loket dan informed
Persetujuan Tindakan
Kedokteran
Persetujuan lisan atau tidak tertulis pada tindakan tidak berisiko tinggi
dapat berbentuk ucapan setuju atau gerakan menggangguk kan kepala
yg dapat diartikan setuju, bila dianggap meragukan, dapat dimintakan
persetujuan tertulis.
Dalam keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan
kedokteran, dan dicatat di dalam rekam medik; berikan penjelasan
sesegera mungkin pada pasien/keluarga terdekat setelah sadar/teratasi
atau meninggal
Pasal 15 Dalam hal tindakan kedokteran harus dilaksanakan sesuai
dengan program pemerintah dimana tindakan medik tersebut
untuk kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan
tindakan kedokteran tidak diperlukan
Persetujuan dapat dibatalkan/ ditarik kembali sebelum dimulainya
tindakan, secara tertulis oleh yang memberi persetujuan dan akibat yg
timbul dari pembatalan menjadi tanggung jawab yang membatalkan yaitu
pasien; tetapi tidak memutuskan hubungan dokter dan pasien

5/23/17 3JK 31
ALUR Pelayanan:

LAYANAN
Pendaftaran
CM S
Kel Ut O
Pemeriksaan A
Penunjang: P
PENYULUHAN , Laboratorium
DMOM
KOMUNIKASI EDUKASI

KONSELING
PLAN
Ex= Education
PULANG Tx= Treatment (obat,
kondom)
5/23/17 3JK
Ax= Action 32
Langkah layanan kesehatan
Life first, do no harm
Triase Indikasi Rawat?
SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment,
Planning)
Prinsip 3C-2R
Informasi, edukasi (dan konseling), dukungan
pemeriksaan fisik
Contoh
seorang IDU dengan program metadon dapat segera
mengakses layanan konseling, testing dan Pengobatan
dalam waktu yang sama/cepat.
Seorang ibu hamil saat melakukan ANC mendapatkan
skrining IMS dan skrining HIV (bila diperlukan) dalam
satu paket layanan ANC.

5/23/17 Seorang penderita TB paru/ekstra
3JK paru dewasa muda 33
dengan faktor risiko, ditawarkan paket layanan DOTs
Subyektif (anamnesis)
5W 1 H
Sacred 7 :
1. Location =lokasi
2. Onset, =mulai
3. Quality =kualitas
4. Severity =tingkat beratnya
5. Chronology =kronologi = perjalanannya
6. Modifying Factors =faktor yang mempengaruhi
7. Associated Symptoms =gejala-gejala penyerta lain
Basic 4
1. Present Illnes (Riwayat Penyakit Sekarang =RPS)
2. Past Health History (Riwayat Penyakit Dahulu = RPD)
3. Family Health History (Riwayat Penyakit Keluarga = RPK)
4. Personal/Social History (Riwayat Pribadi & Sosial)

5/23/17 3JK 34
Obyektif
Triase Kewaspadaan Standar
KU, BB,T,N,R,C
Fisik, Mental, Spirit
Head to toe
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
ABS (Alat Bantu Sederhana)
Pem.Penunjang
5/23/17 3JK 35
Assessment
Daftar Masalah
Kumpulan Masalah

Syndrome Diagnosis hanya


dapat ditegakkan
berdasarkan
Anamnesis
Diagnosis Banding dan Pemeriksaan
Fisik
serta Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis Kerja
5/23/17 3JK 36
Planning
Ex= Education
Tx= Treatment
Ax= Action
Rx= Referrals

5/23/17 3JK 37
Asuhan Klinis, Keperawatan, Kebidanan
Subyektif Obyektif Assessment Planning
A 5W-1H KU, BB,T,N,R,C Daftar Masalah
B.1 Lokasi Fisik, Mental,
Spirit
2 Onset Head to toe Kumpulan
Masalah
3 Kualitas Inspeksi Syndrome
4 Tkt Berat-nya Palpasi
5 Kronologi Auskultasi
6 Faktor Perkusi
perubah
7 Gejala ABS (Alat Diagnosis
Penyerta Bantu Banding
Sederhana)
I 5/23/17 RPS Pem.Penunjang
3JK Diagnosis Kerja Ex= Education
38
CONTOH : RM
RM :
SEDERHANA

Keluhan / pem. fisik & penunjang / assessment Planning

5/23/17 3JK 39
Pemeriksaan Laboratorium Pratama
Permenkes 37/2012,Permenkes 411/ 2010,
Kepmenkes 241/2006

No Materi Pemeriksaan
1 Urine Makroskopis, PH. BJ. Glukosa, Protein,
Urobilinogen, Bilirubin, Darah samar, Benda
keton, Sedimen
2 Faeces Makroskopis, Mikroskopis telur cacing, amoeba,
sisa makanan, darah samar
3 Darah Gol. Darah ABO, Rh; Hemoglobin, Hematokrit,
Lekosit, Eritrosit, Eosinofil, Hitung jenis lekosit,
LED, Retikulosit, Trombosit, CT, BT
Kimia Klinik : Protein total, Albumin, Globulin,
Bilirubin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Asam
Urat, TG, Kholest total, Glukosa;
Tes kehamilan (HCG); RDT HIV program
Mikroskopis : Malaria, Filaria, Jamur,
Corinebacterium, BTA, Warna Gram
5/23/17 3JK 40
Permenkes
37/2012

5/23/17 3JK 41
HAK AZASI MANUSIA
di Bidang Kesehatan
Right to health : hak untuk sehat.
Right to know : hak untuk mengetahui kondisi
kesehatan pribadi .
Right to healthy life : hak untuk menjalani hidup
sehat.
Right to participate in health efforts : hak untuk
berpartisipasi dalam upaya-upaya kesehatan.
Right to be protected, to be honoured : hak untuk
dilindungi, dihargai.
Right to free of transmitted diseases : hak untuk
bebas dari penyakit menular

5/23/17 3JK 42
Aplikasi TIPK menurut Status
Epidemiologi
Status Epidemi HIV Rendah:
Penderita IMS
BUM
B
Penderita TB
IL
Penderita indikasi/patut diduga infeksi HIV
Status Epidemi HIV Terkonsentrasi
U
Penderita IMS
Penderita TB M
Penderita yang sesuai perjalanan infeksi HIV
ANC terpadu (T10) Bumil
Status Epidemi HIV Generalisata
I
Tes HIV secara inklusif sebagai SOP (Standar
Operasional Prosedur layanan kesehatan L
5/23/17 3JK 43
Kompetensi Dokter
1. Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat
bagi pasien. Dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
2. Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
3. Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan
merujuk
a) Tingkat Kemampuan 3A. Bukan gawat darurat
Dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan yang bukan gawat darurat. Dokter mampu menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
b) Tingkat Kemampuan 3B. Gawat darurat
Dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
4. Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
5/23/17 3JK 44
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
Permenkes 5 th 2014 Kepmenkes
HK.02.02/MENKES/514/2015 ttg Panduan Praktik
Klinis Dokter di Fasyankes Primer
Terkait HIV-AIDS dan IMS, Kompetensi Dokter Indonesia untuk HIV /
AIDS tanpa komplikasi adalah 4A yaitu setiap dokter dapat
melayani tuntas

dua macam pendekatan untuk tes HIV


a. Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = Voluntary Counseling &
Testing)
b. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (TIPK PITC =
Provider-Initiated Testing and Counseling)

TIPK merupakan kebijakan pemerintah untuk dilaksanakan di layanan


kesehatan yang berarti semua petugas kesehatan harus menganjurkan
tes HIV setidaknya pada ibu hamil, pasien TB, pasien yang menunjukkan
gejala dan tanda klinis diduga terinfeksi HIV, pasien dari kelompok
berisiko (penasun, PSK-pekerja seks komersial, LSL lelaki seks dengan
lelaki), pasien IMS dan seluruh pasangan seksualnya.

5/23/17 3JK 45
Rekam Medis (Permenkes 269/2006,
55/2013)
Subyektif Obyektif Assessment Planning
A 5W-1H KU, BB,T,N,R,C Daftar Masalah
B.1 Lokasi Fisik, Mental,
Spirit
2 Onset Head to toe Kumpulan
Masalah
3 Kualitas Inspeksi Syndrome
4 Tkt Berat-nya Palpasi
5 Kronologi Auskultasi
6 Faktor Perkusi
perubah
7 Gejala ABS (Alat Diagnosis
Penyerta Bantu Banding
Sederhana)
I 5/23/17 RPS Pem.Penunjang
3JK Diagnosis Kerja Ex= Education
46
Permenkes 21/2013 ttg
Penanggulangan HIV dan AIDS
Pasal 31
(1) Setiap orang terinfeksi HIV wajib mendapatkan
konseling pasca pemeriksaan diagnosis HIV,
diregistrasi secara nasional dan mendapatkan
pengobatan.
(2) Registrasi memuat nomor kode fasilitas
pelayanan kesehatan, nomor urut ditemukan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan stadium klinis
saat pertama kali ditegakkan diagnosisnya.
(3) Registrasi harus dijaga kerahasiannya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

5/23/17 3JK 47
Pasien Rajal,
Ranap :
ALU Klien datang
Terutama klinik IMS, R sendiri
TB, PTRM, LASS, KIA, Ingin menjalani tes
Remaja, layanan HIV
Sesi KIE
populasi kunci
Kelompok :
Di Ruang tunggu dgn
video, selebaran, brosusr, KTS
dsb Tidak Setuju tes HIV
TIPK Jelaskan perlunya tes HIV
bersama tes lainnya sesuai
kebutuhan medis Konseling Pra
Informasi Pra Tawarkan kembali bila belum
Tes
Tes setuju
Oleh Konselor HIV
Oleh petugas rujuk konseling
kesehatan
Pasien Setuju Ambil Darah Klien Setuju

Tes Darah

Pemberian
Hasil
Konseling
Pasca Tes
Konseling Tes Positif
Konseling Tes - Berikan dukungan
Negaitif - Informasi penting perawatan
- Pesan pencegahan - Tentukan stadium Klinis
- Pesan tes ulang bila - Skrining TB
masih ada perilaku - Rujuk untuk periksa CD4
berisiko bagi popuasi - Persiapan pengobatan ARV
kunci - Pesan Pencegahan Positif
- Anjuran tes pasangan
- konseling berpasangan
- Berikan Kartu Pasien Beregister
Materi Inti II : Penatalaksanaan Konseling
Nasional
5/23/17 dalam Tes HIV 3JK 48
- Isi Lembar Ikhtisar Perawatan
Modul Tes dan Konseling HIV/AIDS
KARTU PASIEN Tanggal Perjanjian
Mengambil Obat, Konsultasi Dokter, Pemeriksaan lain
No. Rekam Medis
No. Register Nasional Tanggal Rejimen dan Jumlah Jumlah INH Efek Rencan
Kunjungan jumlah obat ARV INH yang yang samping a tgl.
NIK / no. KTP / KK yang sisa sisa diberikan ARV/IO/ Kunjung
untuk bulan profilaksis an y.a.d
Nama Lengkap : .. berikutnya IO
Alamat Lengkap : .
No. Telepon/HP : .
Jenis kelamin : L P Umur: ...... Tgl lahir : ....../....../.......
Nama Ibu Kandung : ................................................................................
Nama PMO : .........
Alamat PMO : ................
No. telepon / HP : ..
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Tanggal Stad Status Jumla Lain-
hh/bb/tt Klinis BB fungsional hCD4 lain
(K,Amb,B)

Kunjungan
pertama

Memenuhi syarat
medis ART

Saat mulai ART

Setelah 6 bulan
ART

Saat 12 bulan
ART

Saat 24 bulan
ART

Bila kartu ini sudah penuh


Saat 36 bulan dapat diganti dengan kartu baru
ART
CATATAN: Catatan Penting: oleh Dokter atau Perawat
1. Simpanlah kartu ini dan bawalah bila datang ke Unit Pengobatan,/fasyankes .............................................................................................................................................................
2. Saat 48 bulan
Kontrollah sesuai jadwal, minumlah obat dengan patuh pada waktunya secara teratur .............................................................................................................................................................
ART anjuran dokter demi kesehatan,
3. Patuhilah .............................................................................................................................................................
5/23/17
4. Terbuka pada pasangan dan tenaga kesehatan yang menolong anda. 3JK 49
.............................................................................................................................................................
5. Kenakanlah selalu upaya pencegahan penularan
Saat 60 bulan
Nama No. Rekam Medis:
50
3JK IKHTISAR PERAWATAN dan ART
5/23/17
d4T = stavudine; ZDV = ziduvudine; 3TC = lamivudine; NVP = nevirapine; EFV = efavirenz
Nama
No. Rekam Medis:
IKHTISAR PERAWATAN dan ART (follow-up)
5/23/17 3JK 51
Surat Pemberitahuan Proses Aktivasi Layanan ARV; Direktur
PPML
No: BN.01.01/III.2/2482/2013, 27 Desember 2013
Syarat RS ARV :
Memiliki tim terlatih : Dr, Ns, Bd, Apt & RR
SK Dir RS ttg Tim CST/PDP
Memiliki analis lab terlatih atau jejering dgn lab terlatih
Surat Permohonan kpd Dir PPML cq Kasubdit AIDS & PMS tembusan Dir
BUKR atau Dir BUKD
Form Pendaftaran RS Aktif CST/PDP
Syarat Puskesmas :
Memiliki Tim di Puskesmas dr, Ns/Bd, RR
SK Kapuskesms Tim CST HIV
Jejaring RS pengampu
Lab /Reagen HIV atau jejaring lab terlatih
Diusulkan Dinkeskab & disetujui Dinkesprov
Surat Permohonan kpd Dir PPML cq Kasubdit AIDS & PMS tembusan Dir
BUKR atau Dir BUKD
Form Pendaftaran Puskesmas CST

5/23/17 3JK 52
Form A : Data RS baru untuk IOMS &
format Excel LBPHA :
Nama Resmi RS :
Alamat :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
No. Telepon :
No. Fax :
Up :
Nama staf RR :
No. telp staf RR:
Alamat email staf RR :
Nama staf Farmasi :
No telp staf Farmasi:
Alamat Email staf Farmasi :

5/23/17 3JK 53
CONTOH : INFORMED CONSENT di
UTD PMI

5/23/17 3JK 54
5/23/17 3JK 55
Permenkes 87/2014 Pedoman
Pengobatan ARV pasal 2
Pengobatan antiretroviral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
diberikan kepada:
a. penderita HIV dewasa dan anak usia 5 (lima) tahun ke atas yang
telah menunjukkan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel Limfosit T
CD4 kurang dari atau sama dengan 350 sel/mm3;

b. ibu hamil dengan HIV;


c. bayi lahir dari ibu dengan HIV;
d.
e. penderita HIV dengan tuberkulosis;
FA
penderita HIV bayi atau anak usia kurang dari 5 (lima) tahun; RV
F
A
f.
g.
SU
penderita HIV dengan hepatitis B dan hepatitis C;
penderita HIV pada populasi kunci;
c
Us
e
o

h. penderita HIV yang pasangannya negatif; dan/ataug i


e
t di daerah epidemi
i. a
penderita HIV pada populasi umum yang tinggal
r
HIV meluas S t
Penderita HIV yang juga terinfeksi penyakit
5/23/17 menular seksual
3JK 56
Penderita HIV yang pasangannya sudah ART
UU 35/2014 ttg Perubahan UU
23/2002 ttg Perlindungan Anak
Pasal 46
Negara, Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Keluarga, dan Orang Tua wajib
mengusahakan agar Anak yang lahir
terhindar dari penyakit yang
mengancam kelangsungan hidup
dan/atau menimbulkan kecacatan.

5/23/17 3JK 57
UU no 29 th 2004
ttg Praktik Kedokteran
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
dari pasien atau keluarganya; dan
d. menerima imbalan jasa.

5/23/17 3JK 58
UU no 29 th 2004
ttg Praktik Kedokteran
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.

5/23/17 3JK 59
UU no 29 th 2004
ttg Praktik Kedokteran
Pasal 66
(1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
(2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :
a.identitas pengadu;
b.nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu
tindakan dilakukan; dan
c.alasan pengaduan.
(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan
tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat
kerugian perdata ke pengadilan.

5/23/17 3JK 60
Bab XXI
Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan
(termasuk lalai memberikan upaya pencegahan tertulis dlm rekam medis)

Pasal 359
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.

Pasal 360
(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan
orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timhul penyakit
atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama
waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda
paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam
menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditamhah dengan
sepertiga dan yang bersalah dapat dicahut haknya untuk menjalankan
5/23/17 3JK 61
pencarian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat
Jika tidak melakukan maka .. ((KUHP Indonesia))

Pasal 211 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seorang pejabat untuk melakukan perbuatan jabatan atau untuk tidak melakukan
perbuatan jabatan yang sah, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 335
(1)Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan,
tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan,
sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau
dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun
perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun
orang lain;
2. barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau
membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran
tertulis.
. Pasal 419 Diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun seorang pejabat:
l. yang menerima hadiah atau janji padahal diketahuinya bahwa hadiah atau janji itu
diberikan untuk menggerakkannya supaya melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;
2. yang menerinia hadiah mengetahui bahwa hadiah itu diberikan sebagai akibat.
atau oleh karena si penerima telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.
. Pasal 421 Seorang pejabat yang menyalahgunakan
5/23/17 3JK kekuasaan memaksa seseorang 62
untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, diancam dengan
menularkan penyakit
(tidak melakukan upaya perlindungan penularan kepada orang lain/pasangannya
atau memberitahukan /notifikasi)

Pasal 140
(2) Jika makar terhadap nyawa mengakibatkan kematian atau dilakukan dengan rencana
terlebih dahulu mengakibatkan kematian, diancam dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
(3) Jika makar terhadap nyawa dilakukan dengan rencana terlebih dahulu
mengakibatkan kematian, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
KUHP Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.
KUHP Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama semhi- lan tahun.
KUHP Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan rencana,
atau karena salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 344, 347 dan 348, dapat
dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1- 5.
5/23/17 3JK 63
SITUASI EPIDEMI
KONDISI CAKUPAN: BUMIL KEL STATUS EPIDEMI
/UMU RISTI
Laporan Tes HIV RDT serial M
strategi 3 :
RS, Puskesmas, < 1% < 5% RENDAH
klinik/fasyankes/services
(PITC &VCT, integrasi IMS, TB, < 1% > 5% TERKONSENTRASI
ANC Bumil, > 1% na LUAS
Layanan lain ~patofisiologi infeksi
HIV)
Jumlah perawatan AIDS
Jumlah Yandas populasi kunci
Jumlah survei populasi kunci
(strategi 2)
telah konfirm RDT ketiga (link-
confidential)
Jumlah skrining HIV pedonor
darah
akin sedikit yang diperiksa, makin mengkhawatirkan
(reaktif konfirmasi Konseling)

makin banyak yang diperiksa makin melegakan


5/23/17 3JK 64
Situasi Epidemi -
INTERVENSI
BUMIL KEL STATUS
INTERVENSI
/UMUM RISTI EPIDEMI
< 1% < 5% RENDAH Populasi risti,
Pasien yang menunjukkan indikasi
atau patut diduga HIV
Bumil + IMS +/ TB
< 1% > 5% TERKONSENTR Populasi risti,
ASI Pasien yang menunjukkan indikasi
atau patut diduga HIV
Bumil
IMS
TB
Paparan HIV Perinatal
Perkosaan/kekerasan seksual
> 1% na LUAS Setiap pasien kontak layanan.
SOP umum, Kewaspadaan Standar
5/23/17
Umum
3JK 65
SE No. GK/MENKES/001/2013
ttg Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak

1. PPIA diintegrasikan pada layanan KIA, KB dan konseling remaja di setiap jenjang fasyankes dgn
ekspansi bertahap dgn melibatkan peran swasta, LSM & komunitas
2. PPIA dalam KIA merupakan bagian dari program pengendalian HIV-AIDS dan IMS
3. Tiap erempuan yang datang ke layanan KIA-KB dan remaja harus mendapat informasi ttg PPIA
4. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan wajib menawarkan tes
HIV pada semua ibu hamil secara inklusif pada pem. lab rutin lainnya saat ANC atau menjelang
persalinan
5. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada
ibu hamil dgn IMS dan TB secara inklusif dgn pem. lab rutin lainnya saat ANC atau menjelang
persalinan
6. Daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu/berwenang memberikan
pelayanan PPIA, dapat dilakukan dengan cara :
A.
Merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai
B.
Pelimpahan wewenng (task shifting) kepada tenaga kesehatan lain yang terlatih penetapan
oleh Kadinkes setempat
7. Setiap ibu hamil yang positif HIV wajib diberi obat ARV dan mendapatkan layanan PDP
8. Kepala Dinas Kesehatan merencanakan ketersediaan logistik (obat & pemeriksaan tes HIV)
berkoordinasi dgn Ditjen P2PL, Kemenkes
9. Pelaksanaan Persalianan baik per vaginam atau per abdominam harus memperhatikan indikasi
obstetrik Ibu dan bayinya serta harus menerapkan kewaspadaan standar
10.Sesuai dgn kebijakan program makanan terbaik untuk bayi adalah pemberian ASI secara
eksklusif 0-6 bulan sehingga perlu konseling laktasidengan baik sejak perawatan ANC
pertama sesuai pedoman. Bilamana ibu memilih lain (susu formula) maka ibu, pasangannya
5/23/17
dan keluarga perlu mendapat konseling makanan 3JK bayi yang memenuhi persayratan teknis 66
Alur tatalaksana PPIA dalam ANC
Terpadu
Ibu
Ibu
hamil
hamil

Pelayanan ANC Kunjungan


Kunjungan
Anamnesa Antenatal
Antenatal
Pemeriksaan 10T:
T1. Tinggi & berat badan
T2. Tekanan darah
T3. sTatus Gizi (ukur li-la)
T4. TFU
T5. Tentukan DJJ Janin
T6. sTatus Imunisasi (TT)
T7. Tablet Fe (90 tablet)
T8. Tes Lab (Gol.darah, HIV
Penawaran
Penawaran Tes Tes HIV Pertahankan
Pertahankan
Hb, GDS, Sifilis, HIV, HIV
HIV bersamaan
bersamaan --
Hepatitis B, Malaria, dengan
dengan Konselin
Proteinuri, sputum BTA) Konselin
pemeriksaan
pemeriksaan HIV
HIV g
T9. Tata laksana kasus laboratorium g mulai
mulai
laboratorium +
+ ARV
T10. Temu wicara dan rutin ARV
rutin lainnya
lainnya
konseling
IMS
IMS IMS
IMS ART
ART
+ -- Kondom
Kondom
+
trace
trace
Pengobatan
Pengobatan Pertahankan
Pertahankan pasamgan
pasamgan
Ulang
Ulang tes
tes HIV
HIV IO
Kondom
Kondom IO lain
lain
Bumil+pasangan
Bumil+pasangan trace
trace
minimal
minimal 33 bln
bln pasamgan
pasamgan

Konseling
Konseling kehamilan
kehamilan dan
dan kelas
kelas Ibu
Ibu Hamil,
Hamil,
perencanaan kehamilan
perencanaan kehamilan
Eduka
Eduka si
si &
& konseling
konseling persiapan
persiapan persalinan,
persalinan,
pemberian
pemberian makanan, pemeliharaan
makanan, pemeliharaan kesehatan,
kesehatan,
5/23/17 3JK
immunisasi,
immunisasi, kepatuhan
kepatuhan ART
ART 67
Konseling
Konseling pasangan,
pasangan, keluarga
keluarga
SE Dirjen PP& PL
no. HK.02.03/D/III.2/823/2013
ARV & OAT Lini 1 sesuai Kepmenkes
1190/Menkes/SK/X/2004 disediakan pemerintah pusat
provinsikab/kota
Reagensia
Pemerintah Pemda
(Prov+K/K)
RDT HIV 45% 55%
RDT Sifilis (TP Rapid & 50% 50%
RPR)
GO (cat gram) 0% 100%
Reagen CD4 & Viral Load 45% 55%
Reagen surveilans 100% 0%
nasional
Metadon 100% 0%
Obat IO 40% 60%
Obat
5/23/17 IMS 3JK 40% 60% 68
SE Dirjen BUK
no. HK.03.03/III/0992/2014
1. Rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan
pada ODHA sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
rumah sakit
2. Setiap rumah sakit sekurang-kurangnya kelas C wajib
mampu mendiagnosis, melakukan pengobatan dan
perawatan ODHA sesuai dengan ketentuan dalam
sistem rujukan
3. Fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rumah sakit
kelas D dapat melakukan diagnosis, pengobatan dan
perawatan ODHA sesuai dengan kemampuan dan sistem
rujukan
4. Tidak diperkenankan bagi rumah sakit untuk menolak
dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ODHA

5/23/17 3JK 69
Simplifikasi layanan terintegrasi
Umum : promosi, pencegahan penularan,
GIPA.
HIV Stadium 1 : IECCC+C +S +(ARV)
HIV Stadium 2 : IECCC+C +C +S, IO+(ARV)
HIV Stadium 3 : IECCC+C +C +S, IO+ARV.
HIV Stadium 4 : IECCC+C +C +S, IO+ARV,
Rawat, Paliative care.

IECCC = Information, Education, Communication, Consultation,


Counseling;
+C = Condom; +C = Cotrimoxazole ; +S = Support
5/23/17 3JK 70
Surveilans
a. pelaporan kasus HIV;
b. pelaporan kasus AIDS;
c. sero surveilans sentinel HIV dan sifilis;
d. surveilans IMS;
e. surveilans HIV berbasis layanan
Konseling dan Tes HIV;
f. surveilans terpadu biologis dan perilaku;
g. survei cepat perilaku; dan
h. kegiatan pemantauan resistensi ARV.
5/23/17 3JK 71
Penghitungan kebutuhan
reagen tes HIV
No Kelompok Jumlah kali Jumla @ e- Total
pop h catalog
1 Ibu Hamil 1 Rp. 14.000,-
2 Pasien TB 1 Rp. 14.000,-
3 Pasien IMS ~ Rp. 14.000,-
4 Gizi Buruk 1 Rp. 14.000,-
6 Populasi
kunci :
a. PS 4 Rp. 14.000,-
b. Pasangan PS 4 Rp. 14.000,-
c. Waria 4 Rp. 14.000,-
d. LSL 4 Rp. 14.000,-
e. Penasun
5/23/17 4
3JK Rp. 14.000,- 72
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Permenkes 21/2013
1. Setiap ODHA berhak memperoleh akses pelayanan
kesehatan.
2. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan
pelayanan kesehatan pada ODHA sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
3. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan primer wajib mampu
melakukan upaya promotif, preventif, konseling, deteksi dini
dan merujuk kasus yang memerlukan rujukan.
4. Setiap rumah sakit sekurang-kurangnya kelas C wajib mampu
mendiagnosis, melakukan pengobatan dan perawatan ODHA
sesuai dengan ketentuan dalam sistem rujukan.
5. Fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rumah sakit kelas D
dapat melakukan diagnosis, pengobatan dan perawatan
ODHA sesuai dengan kemampuan dan sistem rujukan.

5/23/17 3JK 73
Fasyankes
1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaksanakan
tindakan preventif untuk mencegah penularan infeksi termasuk
HIV.
2. Tindakan preventif untuk mencegah penularan infeksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kewaspadaan umum (universal precaution);
b. kepatuhan kepada program pencegahan infeksi sesuai
dengan standar;
c. penggunaan darah yang aman dari HIV; dan
d. komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien.
3. Dalam hal fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak
melaksanakan tindakan preventif untuk mencegah penularan
infeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
Menteri, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota sesuai kewenangannya masingmasing dapat
mengenakan tindakan administratif berupa :
5/23/17 a. teguran lisan; 3JK 74
Pelayanan
1. Setiap orang terinfeksi HIV wajib mendapatkan
konseling pasca pemeriksaan diagnosis HIV,
diregistrasi secara nasional dan mendapatkan
pengobatan.
2. Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pencatatan yang memuat nomor kode
fasilitas pelayanan kesehatan, nomor urut ditemukan
di fasilitas pelayanan kesehatan dan stadium klinis
saat pertama kali ditegakkan diagnosisnya.
3. Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) harus dijaga kerahasiannya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

5/23/17 3JK 75
HIV dalam JKN
Permenkes 59/2014
HIV / AIDS tanpa komplikasi, SKDI 4A
FKTP / PUSKESMAS
Setiap puskesmas yang ada dokternya wajib melayani pasien HIV/AIDS
tanpa komplikasi secara tuntas
Pelayanan di puskesmas berdasar kapitasi
Kapitasi puskesmas meningkat maksimal karena pelayanan HIV tuntas
menjadi petunjuk FKTP akreditasi A.
FKRTL / RS
ODHA JKN rawat inap dicover
Klaim rawat jalan/rawat inap oleh Dr. Sp
Tiap Kontrol wajib bawa surat kontrol waktu periksa sebelumnya
SK Pokja Penanggulangan di FKRTL dapat dipergunakan untuk melayani
bilamana perlu
Obat ARV ditanggung program, BHP fasyankes
Masih tersedia kesempatan klaim non kapitasi pada keadaan tertentu
(permenkes 59/2014)

5/23/17 3JK 76
Contoh HIV dalam JKN
Rawat
Rawat Inap
Klas Kelas Jalan
RS Rawat
3 2 1 Q-5-34-0
A
A-4-15-I 5,426,900 6,512,300 7,454,700 507,100

A-4-15-II 8,123,400 9,748,100 11,372,800

A-4-15-III 10,194,200 12,233,000 14,271,900


B
A-4-15-I 3,079,600 3,695,300 4,311,500 231,500

A-4-15-II 4,407,400 5,288,900 6,170,400

A-4-15-III 7,500,300 9,004,000 10,500,500


C
A-4-15-I 2,334,000 2,800,800 3,267,500 223,400
5/23/17 3JK 77
FKTP dalam JKN
pelayanan kesehatan dalam kapitasi
pelayanan kesehatan di luar kapitasi yang meliputi:
a. pelayanan ambulans;
b. pelayanan obat rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan skrining kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi krio
untuk kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau
dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya;
g. pelayanan Keluarga Berencana berupa MOP/vasektomi;
h. kompensasi pada daerah yang tidak terdapat fasilitas kesehatan yang
memenuhi syarat;
i. pelayanan darah; dan/atau
j. pelayanan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan.

5/23/17 3JK 78
pelayanan kesehatan di luar kapitasi
Pemeriksaan :
gula darah Rp. 10.000,- Rp.
20.000,-
Pemeriksaan IVA Maksimal Rp. 25.000,-
Pemeriksaan Pap Smear Maksimal Rp125.000,-
pelayanan terapi krio pada IVA positif Rp150.000,-
Rawat Inap FKTP Rp100.000,- -
Rp120.000,00
pemeriksaan ANC paket standar minimal 4 kali ANC Rp200.000,-
persalinan pervaginam normal Rp600.000,-
persalinan pervaginam emergensi dasar di Puskesmas PONED
Rp750.000,-
pemeriksaan PNC/neonatus sesuai standar 2 (dua) kali kunjungan
Ibu nifas dan neonatus pertama dan kedua (KF1-KN1 dan KF2-KN2),
1 (satu) kali kunjungan neonatus ketiga (KN3), serta 1 (satu) kali
kunjungan ibu nifas ketiga (KF3), untuk tiap kunjungan dalam
kurun waktu kunjungan Rp 25.000,- ;
pelayanan tindakan pasca persalinan di Puskesmas PONED,
Rp175.000,-
pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal
Rp125.000,-
pelayanan KB:
5/23/17 3JK 79
1. pemasangan atau pencabutan IUD/implan Rp100.000,-
TERBARU
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 2019
No Indikator Status Awal Target 2019

1 Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat

a Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup 346 (SP 2010) 306

b Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup 21 (2012/2013 24

c Prevalensi kurang gizi (underweight) balita (%) 19.6 (2013) 17

d Prevalensi stunting baduta (%) 32.9 (2013) 28

2 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

a Prevalensi TB per 100.000 penduduk 297 (2013) 245

b Prevalensi HIV (%) 0.46 (2014) < 0.50

c Jumlah Kab/Kota eliminasi malaria 212 (2013) 300

d Prevalensi tekanan darah tinggi (%) 25.8 (2013) 23.4

e Prevalensi obesitas usia > 18 th (%) 15.4 (2013) 15.4

f Prevalensi merokok pada pddk usia < 18 tahun 7.2 (2013) 5.4

3 5/23/17
Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan
3JK 80
TERBARU Sasaran program pencegahan dan pengendalian HIV Target
1 Surveilans, Immunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra
93%
a Persentase anak usia 0-11 bulan imunisasi dasar lengkap
90%
b Persentase kewaspadaan dini direspons
60%
c Persentase kab/kota dg daerah penyelaman melaksanakan kesehatan matra

2 Penyakit bersumber binatang


80%
a Persentase kab/kota melakukan pengendalian vektor terpadu
400 K/K
b Jumlah Kab/Kota dgn API <1/1.000 penduduk
75 K/K
c Jumlah Kab/Kota endemis filaria menurunkan mikrofilaria < 1%
68%
d Persentase kab/kota dgn IR DBD < 49/100.000 penduduk
85%
e Persentase kab/kota eliminasi rabies

3 Penyakit Menular Langsung


a 95%
Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat
Persentase kab/kota dgn keberhasilan pengobatan TB paru BTA positif (Success
b 90%
Rate) minimal 85%
c
5/23/17 3JK 55% 81
Persentase kasus HIV yang diobati
Persentase kab/kota yg 50% puskesmasnya melakukan MTBS pneumonia pd
UU No. 23 / 2014 ttg
PEMERINTAHAN DAERAH
TERDAPAT 6 URUSAN PEMERINTAHAN
WAJIB
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang; SPM
d. perumahan rakyat dan kawasan (Standa
permukiman; r
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan Pelayan
pelindungan masyarakat; dan an
f. sosial. Minimal)

5/23/17 3JK 82
TERBARU
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Tahun 2017
1. Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
2. Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
3. Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
4. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
5. Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar.
6. Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
7. Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
8. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
9. Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.
10. Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar.
11. Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar.
12. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS,
TERBARU
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan :
1. Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar;
2. Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar;
3. Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanankesehatan sesuai standar;
4. setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;
5. Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar;
6. Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar;
7. Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar;
8. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar;
9. Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar;
10. Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar;
11. Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar; dan
SPM (wajib 100%) HIV
Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS,
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga
pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.
Kewajiban tiap kab/kota/dan provinsi memetakan ibu hamil, pasien TB, pasien
IMS, waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga
pemasyarakatan
Langkah kerja
1) Pemetaan kelompok sasaran
2) Penyiapan SDM
3) Promosi/penyuluhan
4) Jejaring kerja dan kemitraan
5) Sosialisasi
6) Pemeriksaan HIV
7) Rujukan kasus HIV untuk mendapatkan pengobatan ARV
8) Pencatatan dan pelaporan
9) Monitoring dan evaluasi
Bilamana tidak mampu memenuhi, maka pemerintah kab/kota/provinsi wajib
menyatakannya dan memintanya tertulis secara berjenjang
Kegagalan pemenuhan SPM akan dilakukan fasilitasi khusus sesuai UU 23/2014
Bagian Ketiga pasal 381-383
5/23/17 3JK 85
Contoh pemenuhan SPM Kes 12
Prov Jawa Tengah 2017
Tanggung pkm
Kod Total Est Est Est
PENDUD Bumil jawab A1 akre
e Kabupaten/Kota Poci ODHA Pasien Pasien
UK 2017 2017 Kab/Kota ditas
KK =2012 2016 TB IMS
2017 i
330
1Kab. Cilacap (184) 1,711,627 31,120 28,828 2,935 6,358 35,072 187,862 8
330
2Kab. Banyumas (185) 1,665,025 29,939 35,213 2,378 5,152 33,741 209,683 29
330 Kab. Purbalingga
3 (186) 916,427 17,185 24,739 2,462 5,334 19,367 140,844 4
330 Kab. Banjarnegara
4 (187) 912,917 16,546 28,450 2,759 5,977 18,647 154,971 10
330
5Kab. Kebumen (188) 1,192,007 20,792 30,773 2,942 6,375 23,433 173,692 11
330
6Kab. Purworejo (189) 714,574 11,061 17,604 1,861 4,032 12,466 97,974 5
330
7Kab. Wonosobo (190) 784,207 14,384 34,977 2,912 6,310 16,211 176,812 8
330
8Kab. Magelang (191) 1,268,396 21,435 41,651 3,832 8,302 24,157 220,499 4
330
9Kab. Boyolali (192) 974,579 16,544 29,787 2,973 6,442 18,645 160,778 7
331
5/23/17
0Kab. Klaten (193) 1,167,401 18,714 3JK
28,101 3,030 6,566 21,091 158,776 86 7
331
Contoh pemenuhan SPM Kes 12
Prov Jawa Tengah 2017
Tanggungj
Kod Total Est Est Est pkm
PENDUD Bumil awab A1
e Kabupaten/Kota Poci ODHA Pasien Pasien akredi
UK 2017 2017 Kab/Kota
KK =2012 2016 TB IMS tasi
2017
331
9Kab. Kudus (202) 851,478 14,244 15,444 1,728 3,744 16,053 95,817 5
332
0Kab. Jepara (203) 1,223,198 23,190 19,386 2,253 4,881 26,135 131,750 9
332
1Kab. Demak (204) 1,140,675 20,660 31,609 2,875 6,228 23,284 176,607 7
332 Kab. Semarang
2 (205) 1,027,480 17,392 65,274 3,646 7,900 19,601 305,990 6
332 Kab. Temanggung
3 (206) 759,128 13,028 20,246 2,163 4,686 14,683 113,379 14
332
4Kab. Kendal (207) 957,024 16,451 42,721 2,082 4,512 18,540 210,389 12
332
5Kab. Batang (208) 756,079 13,133 28,020 2,793 6,052 14,801 146,065 9
332 Kab. Pekalongan
6 (209) 886,197 16,642 31,892 2,705 5,860 18,756 168,827 4
332 Kab. Pemalang
7 (210) 1,296,281 24,101 44,305 4,109 8,903 27,162 237,384 2
332
5/23/17
8Kab. Tegal (211) 1,433,515 27,665 3JK
47,862 3,185 6,901 31,178 257,193 87 14
332
SURAT EDARAN NOMOR
HK.02.01/MEMKES/37/2017 TENTANG
PELAKSANAAN ELIMINASI PENULARAN HIV,
SIFILIS DAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK DI
Dinas Kesehatan Provinsi
INDONESIA
Melakukan identifikasi, perencanaan dan pemenuhan kebutuhan eliminasi penularan HIV,
Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak pada tingkat kabupaten / kota
Melakukan koordinasi, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan eliminasi penularan
HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak pada tingkat kabupaten / kota
Melakukan evaluasi penetapan status triple eliminasi yg diusulkan oleh kabupaten/kota
Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan triple eliminasi eliminasi penularan HIV, Sifilis
dan Hepatitis B dari ibu ke anak tingkat provinsi kepada Menteri Kesehatan melalui
Dirjen P2P dgn tembusan Dirjen Kesmas
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Melakukan identifikasi, perencanaan dan pemenuhan kebutuhan eliminasi penularan HIV,
Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak pada tingkat puskesmas atau kecamatan
Melakukan koordinasi, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan eliminasi penularan
HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak pada tingkat puskesmas atau kecamatan
Memastikan setiap ibu hamil wajib mendapatkan antenatal care (ANC) pelayanan selama
kehamilan sejak trimester pertama /K1, persalinan dan nifas bayi baru lahir dan balita
secara inklusif dan mendapatkan penanganan dini yang komprehensif
berkesinambungan di puskesmas dan jaringannya serta jejaringnya
Melakukan penetapan status eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke
anak di kabupaten/kota
Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan triple eliminasi eliminasi penularan HIV, Sifilis
dan Hepatitis B dari ibu ke anak tingkat kabupaten/kota
5/23/17 3JK kepada Kadinkes Provinsi 88
Rumah Sakit
Melakukan identifikasi kebutuhan pada pelayanan kesehatan ibu
dan anak terkait eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dari ibu ke anak
Melakukan koordinasi dan konsolidasi persiapan, pelaksanaan
triple eliminasi dengan dinas kesehatan kabupaten / kota
Melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak terkait eliminasi
penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B sejak ante natal care (ANC)
pelayanan selama kehamilan sejak trimester pertama /K1,
persalinan dan nifas bayi baru lahir secara inklusif dan
mendapatkan penanganan dini yang komprehensif
berkesinambungan
Melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu dan anak terkait
infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dan provinsi secara berjenjang

5/23/17 3JK 89
TERIMAKASIH
Pembanding VCT (KTS) PITC (TIPK)
Pelaku Dokter, Bidan, Perawat, Dokter, Bidan, Perawat
Nakes lain, Non Nakes (Nakes Layanan
(terlatih) Kesehatan, Profesional)
Dasar Inisiasi Pengetahuan Kepentingan Dx Pasien
/Kecemasan
Konsumen / inisiatif KLIEN PASIEN
Konteks Khusus HIV Sesuai Keluhan/klinis &
HIV
Relasi Sejajar Tak sejajar
Setting Umum, Masyarakat, Fasyankes
UPK
Metode Option IN Option OUT
Langkah kerja 1. Konseling prates 1. Informasi, edukasi,
2. Tes 2. Pengambilan/pemeri
3. Konseling pasca tes ksaan darah
(inklusif)
3. Penyampaian hasil
tes
4. Konseling
Urutan [Konseling Pratest [Komunikasi,Info,Eduka
5/23/17 Consent] [Tes]
3JK [Buka si Consent sesuai 92
Pembandi
VCT (KTS) PITC (TIPK)
ng
Pintu Asimptomatis, Faktor Risiko Keluhan utama, DMOM, SOAP,
Masuk Kondisi kesehatan : IMS, TB,
ANC, patofisiologi HIV, rujukan
masuk
o Datang ke klinik khusus o Datang ke fasyankes karena
untuk konseling dan testing kebutuhan kesehatan
HIV o Tidak bertujuan tes HIV
Pasien/Klie
o Berharap o Sudah ada
n
konseling/konsultasi dapat keluhan/gejala/tanda
pemeriksaan gangguan kesehatan
o Pada umumnya asimtomatis
o Konselor terlatih baik o Petugas kesehatan yang
Petugas petugas kesehatan maupun dilatih untuk mengenali
kesehatan/ bukan petugas kesehatan gejala/tanda klinis HIV
Konselor memberikan informasi,
edukasi
Penekanan pada pencegahan Penekanan pada penegakan
Tujuan penularan HIV dan IMS melalui diagnosis dan underlying
utama pengkajian faktor risiko, infeksi HIV untuk
Konseling pengurangan risiko, penatalaksanaan yang tepat
dan5/23/17
tes perubahan perilaku dan3JK tes bagi kehamilan, TB, IMS dan
93
Tolok
VCT - KTS PITC TIPK
Perbandingan
o Eksklusif (Hanya HIV o Inklusif (termasuk HIV)
Sifat
saja)
o Konseling berfokus o Pelayanan kesehatan
klien berfokus pada pasien
o Sukarela Klien (patient-centered)
o Secara individual o Kebutuhan Pasien
o Komunikasi, o Individual (kontraktual)
Konseling o Komunikasi, Informasi,
Pertemuan o Pemeriksaan Lab Edukasi pem. penunjang
Pra tes khusus HIV diagnosis
o Hasil positif maupun o Evaluasi pem penunjang
negatif sama-sama Dx, termasuk HIV
pentingnya untuk o Dukungan positif maupun
upaya pencegahan negatif
dan peningkatan o Disclosure & tracing
kualitas hidup pasangan
o Klien dengan hasil o Bila positif tetapkan
HIV positif dirujuk ke stadium klinis, CD4
5/23/17 layanan PDP dan 3JK
o Akses PDP tmsk HIV 94
Tindak lanjut dukungan lain yang (PMO)
Undang Undang
UUD 45 Pasal 28H, 34 (3)
UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM (49)
UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
UU No. 11 tahun 2005 tentang Pengesahan
Intentational Covenant on Economic, Social and
Cultural Rights (Kovenan Internasional
tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya)
UUNo. 37 tahun 2008 tentang Ombudsman
Republik Indonesia
UU No. 25 tahun 2009 3JK
5/23/17 95
tentang Pelayanan Publik
Peraturan
PP No. 32 tahun 1996 ttg Tenaga Kesehatan
PP No. 38 tahun 2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan
PP No. 60 tahun 2008 ttg SPIP
PP No. 07 tahun 2011 ttg Pelayanan Darah
PP No. 33 tahun 2011 ttg ASI Eksklusif
Perpres No. 75 tahun 2006 ttg KPAN
Perpres No. 72 tahun 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
Perpres No. 76 tahun 2012 ttg Pelaksanaan Paten oleh
Pemerintah terhadap Obat Antiviral dan Antiretroviral
Perpres No. 12 tahun 2013 ttg Jaminan Kesehatan
Inpres No. 3 tahun 2010 ttg Program Pembangunan yang
Berkeadilan
Inpres No. 14 tahun 2011 ttg Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2011

5/23/17 3JK 96
Peraturan Teknis
Provider-initiated Testing
Permenkes 369 th 2007 &
ttg Standar
Client-initiated Counseling & Testing
Counseling
Profesi Bidan
=Voluntary Counseling & Testing HIV
Permenkes 512 th 2007
(VCT/KTS) (PITC/TIPK)
diperbaharui dgn Permenkes 2052
th 2011 ttg Izin Praktik dan
Permenkes 04 th 2012 ttg
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Juknis Promosi Kesehatan RS
Permenkes 269 th 2008 ttg Rekam
Medis
Permenkes 290 th 2008 ttg
Perihal Konselor, lihat: Persetujuan Tindakan Kedokteran
Permendiknas No. 27 Permenkes 148 th 2010 ttg Izin &
thn 2008 tentang Standar Praktik Perawat
Kualifikasi Akademik dan Permenkes 411 th 2010 ttg
Laboratorium Klinik
Kompetensi Konselor
Permenkes 1438 th 2010 ttg
Standar Pelayanan Kedokteran
Permenkes 1464 th 2010 ttg Izin &
Praktik Bidan
Permenkes 28 th 2011 ttg Klinik
Permenkes 01 th 2012 ttg Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan
Permenkes 36 th 2012 ttg Rahasia
5/23/17 3JK 97
Kedokteran
Peraturan Teknis
Client-initiated Counseling &
Permenkes 21 th 2013 ttg
Penanggulangan HIV & AIDS
Testing Provider-initiated Testing &
Permenkes 51 th 2013 ttg PPIA
Permenkes 55 th 2013 ttg
=Voluntary Counseling & Counseling
Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam
Testing HIV Medis (PITC/TIPK)
Permenkes 59 th 2013 ttg
(VCT/KTS) Penyelenggaraan Pemeriksaan
Laboratorium untuk Ibu hamil, bersalin
dan nifas
Permenkes 65 th 2013 ttg Pedoman
Pelaksanaan dan Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan
Permenkes 69 th 2013 ttg Standar
Tarif Pelayanan Kesehatan Pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan dalam
Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan
Permenkes 71 th 2013 ttg
Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional
Permenkes 5 th 2014 ttg Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer
Permenkes 87 th 2014 ttg
5/23/17 3JK Pedoman Pengobatan Anti Retro 98
Viral
Keputusan Teknis Kepmenkes No. 1285 tahun 2002
tentang Pedoman Penanggulangan
HIV/AIDS & PMS
VCT PITC
Kepmenkes No. 1190 tahun 2004
tentng Pemberian Gratis OAT dan ARV
untuk HIV/AIDS
Kepmenkes No. 241 tahun 2006
Kepmenkes NO. 1507 / Thn 2005 tentang Standar Pelayanan
Tentang Pedoman Pelayanan Konseling Laboratorium Kesehatan Pemeriksa
& Testing HIV/AIDS Secara Sukarela HIV dan Infeksi Oportunistik
Kepmenkes 1426 th2006 ttg Petunjuk Kepmenkes No. 832 tahun 2006
Teknis Promosi Kesehatan di RS Tentang Penetapan Rumah Sakit
Kepmenkes 585 th 2007 ttg Pedoman
Rujukan Bagi ODHA & Standar
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Pelayanan Rumah Sakit Rujukan ODHA
Puskesmas
Kepmenkes No.060/Menkes/SK/I/2009 dan satelitnya
Tentang Tim Pelatih VCT Nasional Kepmenkes No. 567 tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan
PDBNPsikotropika dan Zat Adiktif
(NAPZA)
Kepmenkes No. 1197 tahun 2007
Tentang Pokja Penanggulangan
HIV/AIDS Depkes
Kepmenkes No.296 tahun 2008
tentang Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas

5/23/17 3JK 99
Keputusan Teknis
SE Menkes No. GK/Menkes/001/I/ 2013
VCT/KTS PITC/TIPK
Layanan Pencegahan Penularan HIV
dari Ibu ke Anak (PPIA)
SE Menkes No. 129 thn 2013
Pengendalian HIV-AIDS dan IMS
SE Menkes No. HK/Menkes/31/1/2014
ttg Pelaksanaan Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertma dan fasilitas
Kesehatan tingkat Lanjutan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan
SE Menkes No. HK/Menkes/32/1/2014
ttg Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
bagi Peserta BPJS Kesehatan pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan
SE Dirjen PP&PL No.
HK.02.03/D/III.2/823/2013 ttg Alokasi
Pembiayaan Logistik Program
Pengendalian HIV-AIDS dan IMS

5/23/17 3JK 100

Anda mungkin juga menyukai