Aspergilosis Etiologi : Aspergillus sp , kelompok kapang oportunis patogen - A.fumigatus - A. flavus - A. niger - A. terreus Epidemiologi Kapang saprofit yang tumbuh ditanah, air dan tumbuhan dan menggunakan tumbuhan membusuk sebagai sumber karbondan nitrogen
Konidia (2-3m) terlepas tersebar ke udara dan
merupakan bentuk infektif Faktor yang mempengaruhi virulensi A.fumigatus : - Tergantung dari tipe imunosupresi yg ada pada host Mekanisme yang membantu A.fumigatus survive pada lingkungan : - thermotolerance,(37 C- 50 C) - sekresi protease extraseluler - Pengambilan makanan dr lingkungan - extensive secondary metabolism Patologi dan Gejala Klinis Aspergillus jamur saprofit , konidia sangat mudah terhirup ke saluran pernafasan tanpa menyababkan kelainan. Konidia yang masuk di keluarkan oleh silia sel epitel thoraks dan dihancurkan oleh sistem imun Predileksi utama : paru-paru Kelainan yang ditimbulkan : Aspergiloma, Allergi Broncho Pulmonary Aspergilosis (ABPA), Aspergilosis Invasif. Aspergiloma Fungus ball , kolonisasi aspergilus pada rongga yang telah ada sebelumnya akibat penyakit lain (TBC, sarkoidosis, histoplasmosis, fibrosis kistik ) Kelainan tanpa gejala tapi bisa sampai hemoptisis Gambaran radiologi : fungus ball sebagai masa jamur yang solid ditengah cavitas. Px serologi : terdeteksi antibodi anti aspergilllus Allergic Broncho PulmonaryAspergillosis
Aspegillus bersifat sebagai alergen dan menimbulkan rx
alergi yang bersifat kronis Etiologi : A. fumigatus Kelainan : hiperreaktivitas saluran nafas, hipersekresi mukus dan fibrosis Gejala klinis : asma bronkhial , wheezing, sesak nafas dan batuk. Sputum kental dan berbercak coklat Terjadi peningkatan sitokin tipe 2, eosinofilia dan aktivasi CD4 7 kriteria diagnostik ABPA 1. Asma bronkhial 2. Eosinifilia 3. Rx kulit tipe 1 terhadap antigen Aspegillus 4. Precipitating antibody terhadap antigen Aspergillus 5. Peningkatan IgE 6. Infiltrat transien atau menetap 7. Bronkiektasi sakular sentral Terpenuhi 6 kriteria = diduga kuat menderita (most likely) ABPA 7 kriteria terpenuhi d/ ABPA dapat ditegakkan Aspergilosis Invasif (AI) Aspergilosis paru yang menyebar ke alat dalam lain secara hematogen Terjadi karen konidia yang terinhalasi tidak dapat dieradikasi karena kegagalan sistem monosit atau netrofil Faktor resiko :Pemakaian obat sitostatik dan imunosupresan pada keganasan darah dan transplantasi organ neutropenia yang lama 4 bentuk AI : 1. AI akut dan kronik pada paru 2. Trankeobronkitis dengan obstruksi bronkus 3. Rinosinusitis akut 4. AI cerebral Dapat juga menyebar ke mata sebabkan endoftalmitis, hifa aspergilus menginvasi pembuluh darah retina dan khoroid shg terjadi trombosis dan berakibat nekrosis pada retina Gejala klinis tidak khas tergantung kepada organ yang terinfeksi Patogenesis Diagnosis AI
Ditemukan jamur pada biopsi jaringan
Hasil positif pada pemeriksaan KOH 10-20% dan biakan terhadap bahan klinik seperti sputum, bilasan bronkhus dan usap hidung/mulut. Deteksi antigen galaktomannan dalam serum PCR Diagnosis ditegakkan dilihat dari gejala klinis, R,dan px laboratorium AI Probable : gejala infeksi, faktor resiko, R, Lab mikologi (+) AI possible : lab mikologi tidak ditemukan jamur Terapi 1. Aspergiloma Aspergiloma dengan hemoptisis atau kelainan R berat ( fungus ball, bronkietktasi) , dilakukan pembedahan Pada keadaan ada penyakit dasar yang membentuk kavitas dan kondisi paru tidak baik operasi tidak dianjurkan 2. ABPA Kortikosteroid dengan tappering off, dosis 10mg/hari Itrakonazol Bronkodilator diberikan pada fase akut 3. AI Amfoterisin B deoksikholat IV, dosis 1,0-1,5 mg/kgbb/hari Intrakonazol dan Varikonazol. Itrakonazol diberikan IV atau peroral setelah pemberian amfoterisin B, dosis 200mg/hari Varikonazol IV setelah pemberian amfoterisin B, dosis 6mg/kgbb dlm 24 jam pertama dilanjutkan 4mg/kgbb selama 1 minggu Kaspofungin 50-70 mg/hari Prognosis Aspergiloma , P/ baik bila tidak terjadi hemopthisis ABPA : sulit terdeteksi sehingga terapi tidak adekuat hingga berakibat perburukan dengan fibrosis paru dan kegagalan pernafasan AI , penyebab utama kematian pada pasien keganasan darah pada kelompok transplantasi organ meskipun frekuensinya rendah namun angka kematiannya tinggi