Anda di halaman 1dari 9

MACAM-MACAM DELIK

(Lamintang, 1984)
PENGERTIAN DELIK
Dalam hukum pidana istilah delik atau
strafbaar feit lazim diterjemahkan sebagai
tindak pidana, yaitu suatu perbuatan yang
bersifat melawan hukum (wederrechtelijk atau
on rechtmatige). Tindak pidana dapat terjadi
dengan melakukan suatu perbuatan yang
dilarang oleh undang-undang, seperti dalam
hal pencurian, penipuan, penggelapan, dan
pembunuhan.
Di pihak lain, tindakan pidana dapat terjadi
juga karena diabaikannya atau dilalaikannya
untuk melakukan suatu perbuatan yang
diharuskan oleh undang-undang, seperti
dalam hal keharusan menolong seseorang
yang jiwanya dalam keadaan terancam atau
keharusan memenuhi panggilan pengadilan
untuk di dengar kesaksiannya dalam sidang
pengadilan.
Dalam hukum perdata istilah delik tidak lazim
digunakan. Untuk menyebut seseorang
melakukan delik, biasanya digunakan istilah
seseorang telah melakukan wanprestasi.
Namun demikian, perbuatan yang tergolong
bersifat wanprestasi pada dasarnya
merupakan perbuatan yang bersifat melawan
hukum, bertentangan dengan undang-undang
(onrechtmatige). Sebagai contoh dalam kasus
utang-piutang.
Seorang debitur (orang yang berutang)
dikatakan melakukan wanprestasi apabila ia
tidak memenuhi kewajibannya untuk
mengembalikan sejumlah uang yang telah
diterimanya dari pihak kreditor (orang yang
berpiutang) atau terlambat memenuhinya
atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang
telah diperjanjikan.
Menurut pengertian umum, delik - baik dalam
lapangan hukum pidana maupun hukum perdata,
dapat didefinisikan sebagai perbuatan seseorang
terhadap siapa sanksi sebagai konsekuensi dari
perbuatannya itu diancamkan. Definisi semacam ini
mensyaratkan bahwa sanksi itu diancamkan terhadap
seseorang yang perbuatannya dianggap oleh pembuat
undang-undang membahayakan masyarakat, dan oleh
sebab itu pembuat undang-undang bermaksud untuk
mencegahnya dengan sanksi tersebut. Perlu dicatat
bahwa fakta tentang delik bukan hanya terletak pada
suatu perbuatan tertentu saja, melainkan juga pada
akibat-akibat dari perbuatan tersebut.
1. Delik formal : Delik yang dianggap telah
sepenuhnya terlaksana dengan dilakukannya
suatu perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan hukuman oleh undang-undang.
Contohnya, Pasal 209, 210, 242, 362 KUHP.
2. Delik material : Delik yang dianggap telah
sepenuhnya terlaksana dengan ditimbulkannya
akibat yang dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undang-undang. Contohnya,
Pasal 149, 187, 338, 378 KUHP.
1. Delik komisi : Delik yang berupa pelanggaran
terhadap larangan (verbod) menurut undang-
undang, yang terjadi karena melakukan suatu.
Contohnya, Pasal 212,263, 285, 362 KUHP.
2. Delik omisi : Delik yang berupa pelanggaran
terhadap keharusan (gebod) menurut undang-
undang, yang terjadi karena dilalaikannya suatu
perbuatan yang diharuskan. Contohnya, Pasal
217, 218, 224, 397 angka 4 KUHP.
3. Delik kesengajaan : Delik yang mengandung
unsur kesengajaan. Contohnya, Pasal 338 KUHP.
1. Delik kelalaian : delik yang mengandung unsur
kelalaian. Contoh Pasal 359 KUHP.
2. Delik : Delik yang hanya dapat dituntut apabila ada
pengaduan dari orang yang dirugikan. Contoh Pasal
72 - 75, 284 ayat (2), 287 ayat (2) KUHP.
3. Delik biasa : Delik yang dapat dituntut tanpa
diperlukan adanya suatu pengaduan. Contoh Pasal
362, 338 KUHP.
4. Delik umum : Delik yang dapat dilakukan oleh setiap
orang.
5. Delik khusus :Delik yang hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang tertentu saja.

Anda mungkin juga menyukai