Anda di halaman 1dari 60

KLASIFIKASI BAKTERI

KELOMPOK 3

1. FADLAN PRATAMA MANDALA (14150410)


2. MAHFUFATUN SANIATI (1415041031)
3. SYAFIRA EKA GESTYA (14150410)
4. ZULAIKHA SETYA MEGA SARI (1415041069)
PEMBAHASAN

1. DASAR KLASIFIKASI
2. KLASIFIKASI BAKTERI

3 MEDIA PERTUMBUHAN

4 PENGENDALIAN
DASAR KLASIFIKASI

KONSEP
BIOVAR

KONSEP
SPESIES

SECARA
UMUM
SECARA UMUM
Bakteri merupakan organisme bersel-tunggal yang bereproduksi dengan cara
sederhana, yaitu dengan pembelahan biner
Sejumlah bakteri, bersifat parasit intraseluler obligat contohnya Chlamydiae dan
Rickettsiae.
Bakteri tidak memiliki ribosom 80S maupun organel bermembran, seperti
nukleus, mitokondria, lisosom, retikulum endoplasma maupun badan golgi,
bakteri tidak memiliki flagela fibril 9+2 atau struktur silia seperti pada sel
eukariota.
Sejumlah bakteri memiliki mikro fibril eksternal (pili atau fimbria) yang berfungsi
untuk menempel.
Eubakteria yang berdinding sel dan archaebakteria dapat berbentuk kokus
(bola), basil (batang), batang melengkung atau spiral.
Struktur kimia sampul eubakteria sering digunakan untuk membedakannya ke
dalam kelompok bakteri Gram-positif, Gram-negatif, dan acid-fast (tahan-
asam).
KONSEP SPESIES

Spesies bakteri didefinisikan secara deskriptif


(fenotipe). Setiap macam bakteri dianggap sebagai
suatu spesies, yang dibentuk dari kumpulan strain
yang memberikan beberapa gambaran sangat
berbeda dari strain lain. Suatu strain merupakan
merupakan progeni atau subkultur dari isolat koloni
tunggal dalam kultur murni.
KONSEP BIOVAR

Strain biotipe atau biovar digunakan sebagai strain


referensi, tersedia pada koleksi kultur
Strain biotipe tidak memperlihatkan semua sifat strain
dalam kumpulan spesies. Oleh karena itu, penandaan sub
spesies, seperti serotipe (serovar), patotipe (patovar),
morfotipe (morfovar), atau tipe faga (fagovar) kadang-
kadang digunakan untuk menunjukkan sifat tertentu dari
variasi strain.
KLASIFIKASI BAKTERI

1. Klasifikasi Berdasarkan Fenotipe Bakteri

2. Klasifikasi Berdasarkan Cara Memperoleh Makanannya

3. Klasifikasi Berdasarkan Kebutuhan Oksigen

4. Klasifikasi Berdasarkan Suhu Pertumbuhan

5. Klasifikasi Berdasarkan Hubungan Evolusi

6. Klasifikasi Bakteri Berdasarkan Bentuknya

7. Klasifikasi Bakteri Berdasarkan Kedudukan Alat Gerak


1. Klasifikasi Berdasarkan Fenotipe Bakteri
a. Kelompok I. Eubakteria Gram-negatif Yang Memiliki Dinding Sel

(bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa berbentuk


batang berwarna merah muda.)(Wikipedia)
Kelompok I. Eubakteria Gram-negatif Yang Memiliki Dinding Sel

Kelompok ini merupakan prokariot yang memiliki suatu profil dinding sel (tipe
Gram-negatif) kompleks yang terdiri dari satu membran luar dan satu
membran dalam, lapisan peptidoglikan yang tipis (yang mengandung asam
muramat yang terdapat pada semua peptidoglikan tapi sejumlah organisme
tidak memiliki bagian ini pada dinding selnya).
Kelompok ini biasanya bersifat Gram-negatif. Bentuk sel berupa bola, oval,
batang lurus atau melengkung, memutar, atau filamen; beberapa bentuk
tersebut dapat berselubung atau terkapsul.
Reproduksi dengan cara pembelahan biner tetapi beberapa kelompok terlihat
membentuk tunas, dan suatu kelompok jarang memperlihatkan pembelahan
multipel. Anggota divisi mungkin bakteri fototropis atau nonfototrof (di antara
litotropik dan heterotropik), dan termasuk aerobik, fakultatif anaerobik, dan
spesies mikroaerofilik; beberapa anggota merupakan parasit intraseluler
obligat.
b. Kelompok II. Eubakteria Gram-positif yang Memiliki Dinding Sel

( Bakteri Gram Positif Bacillus anthracis) (Haikudeck.com)


Kelompok II. Eubakteria Gram-positif yang Memiliki Dinding Sel

Kelompok ini merupakan prokariot dengan profil dinding sel


tipe Gram positif; umumnya bereaksi terhadap pewarnaan
Gram, tetapi tidak selalu positif.
Sel berbentuk bola, batang, atau filamen; batang dan
filamen mungkin tidak bercabang, tetapi beberapa
memperlihatkan adanya percabangan.
Reproduksi seluler umumnya dengan pembelahan biner;
beberapa menghasilkan spora sebagai bentuk istirahat
(endosperma atau spora pada hifa).
Anggota divisi ini termasuk bakteri asporogenous sederhana
dan bakteri sporogenous, juga actinomycetes dan yang
berhubungan.
Kelompok II. Eubakteria Gram-positif yang Memiliki Dinding Sel

Berikut adalah karakteristik bakteri gram positif, yaitu;


Homogen dan tebal (20-80 nm) serta sebagian besar tersusun dari
peptidoglikan. Polisakarida lain dan asam teikoat dapat ikut menyusun dinding
sel.
Peptidoglikan (2-7 nm) di antara membran dam dan luar, serta adanya
membran luar (7-8 nm tebalnya) yang terdiri dari lipid, protein, dan
lipopolisakarida Bentuk sel.
Bulat, batang atau filamen
Bulat, oval, batang lurus atau melingkar seperti tanda koma, heliks atau filamen;
beberapa mempunyai selubung atau kapsul Reproduksi
Pembelahan biner
Pembelahan biner, kadang-kadang pertunasan Metabolisme
kemoorganoheterotrof
Fototrof, kemolitoautotrof, atau kemoorganoheterotrof Motilitas
Kebanyakan nonmotil, bila motil tipe flagelanya adalah petritrikus
(petritrichous)
Motil atau nonmotil. Bentuk flagela dapat bervariasi-polar,lopotrikus
(lophtrichous), petritrikus (petritrichous). Anggota tubuh (apendase)
Biasanya tidak memiliki apendase
Dapat memiliki pili, fimbriae, tangkai Endospora
Beberapa grup dapat membentuk endspora
Tidak dapat membentuk endospor
c. Kelompok III. Eubakteria Tanpa Dinding Sel

Kelompok ini merupakan prokariot yang tidak memiliki dinding sel


(biasa disebut Mycoplasma dan termasuk kelas Mollicutes) dan tidak
menyintesis bahan baku (prekursor) peptidoglikan.
Bentuk filamen biasa ditemukan dengan penonjolan-penonjolan
percabangan.
Reproduksi dapat dengan pertunasan, fragmentasi, dan/atau
pembelahan biner.
Sel berwarna Gram-negatif. Sebagian besar membutuhkan media
yang kompleks untuk pertumbuhannya (tekanan-osmotik-tinggi
yang mengelilinginya) dan memelihara diri dengan menembus
permukaan media padat dengan cara membentuk sifat khusus
koloni berupa Fried egg (telur goreng mata sapi).
d. Kelompok IV. Archaebakteria

(Salah satu dari jenis Achaebakteria)


Kelompok IV. Archaebakteria

Archaebakteria merupakan mikroba utama dalam lingkungan terrestrial dan akuatik,


hidup dalam lingkungan anaerobik, dalam kadar garam tinggi, atau air panas, dan
dalam lingkungan yang terkena panas bumi; serta beberapa terdapat sebagai
simbion saluran pencernaan hewan.
Archaebakteria dapat bersifat mesofil atau termofil, bahkan beberapa spesies dapat
tumbuh pada suhu di atas 100 derajat.
Suatu gambaran khusus biokimia archaebakteria yaitu adanya gliserol isopranil eter
lipid.
Tidak ada murein ( asam muramat terkandung dalam peptidoglikan) pada dinding sel
membuat archaebakteria tidak sensitif terhadap antibiotika beta-laktam.
Kelompok utama archebakteria termasuk; a). archebakteria methanogenik, b)
archeabakteria pereduksi sulfat , c). archaebakteria halofilik ekstrim,
d).archaebakteria tanpa dinding sel, dan e). termofilik ekstrim So-metabolizer.
Kelompok IV. Archaebakteria

Archaebakteria memberikan beberapa gambaran molekuler seperti pada


eukariot:;
Elongation Factor 2 (EF-2) mengandung asam amino diftamid dan oleh karena itu dapat terjadi
ribosilasi-ADP oleh toksin diphteria,
Urutan asam amino protein A ribosom menunjukkan urutan yang bersifat homolog dengan
protein eukariotik (L7/L12),
Methionin yang mengawali tRNA tidak mengandung formil,
Beberapa gen tRNA mengandung intron ,
Cabang aminoasil tRNA inisiator diakhiri dengan pasangan basa AU,,
DNA-dependent RNA polimerase merupakan enzim multikomponen dan tidak sensitif terhadap
antibiotika rifampisin dan streptolidigin,
Seperti (-DNA polimerase pada eukariot, replikasi DNA polimerase archaebakteria tidak
dihambat oleh aphidikolin atau butilfenil-dGTP, dan Sintesis protein dihambat oleh anisomisin
tetapi tidak oleh kloramfenikol.
2. Klasifikasi Berdasarkan Cara Memperoleh Makanannya

a. Bakteri Autotrof b. Bakteri Heterotrof

Bakteri autotrof adalah bakteri yang dapat Bakteri heterotrof tidak dapat membuat
membuat bahan organik dari bahan-bahan bahan organik. Bakteri ini memperoleh
anorganik. Untuk membuat bahan organik, makanan dari bahan-bahan organik yang
ada di sekitarnya dengan cara
diperlukan energi. Beberapa bakteri menguraikan sisa-sisa tubuh organisme
memperoleh energi dari cahaya sehingga lain.
disebut bakteri fotoautotrof. Bakteri
fotoautotrof juga memiliki pigmen untuk Bakteri tersebut dinamakan bakteri
kemoheterotrof.
fotosintesis. Contoh bakteri fotoautrotof
adalah Rhodobacter. Bakteri heterotrof lainnya ada yang
bersifat patogen, yaitu dapat
Bakteri lainnya memperoleh energi dari reaksi menyebabkan penyakit baik pada
pemecahan senyawa kimia sehingga disebut manusia, hewan, maupun tumbuhan.
bakteri kemoautotrof. Contoh bakteri Contohnya adalah Bacillus anthracis
kemoautotrof adalah Nitrosomonas dan penyebab penyakit antraks hewan ternak
Nitrobacter. dan manusia.
3. Klasifikasi Berdasarkan Kebutuhan Oksigen

a. Bakteri Aerob

Bakteri aerob terbagi menjadi 3 yaitu ;


Organisme aerobik atau aerob adalah
organisme yang melakukan metabolisme 1. Aerob obligat membutuhkan oksigen
dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam untuk melakukan respirasi sel aerobik.
proses dikenal sebagai respirasi sel, 2. Aerob fakultatif dapat menggunakan
menggunakan oksigen untuk oksigen tetapi dapat juga menghasilkan
mengoksidasi substrat (sebagai contoh energi secara anaerobik.
gula dan lemak) untuk memperoleh 3. Mikroaerofil adalah organisme yang
energi. . Misal: Nitrosococcus, bisa menggunakan oksigen tetapi dalam
Nitrosomonas dan Nitrobacter. konsentrasi yang sangat kecil
(mikromolar). Contohnya Spirillum minus.
b. Bakteri Anaerob

Bakteri anaerob dibedakan menjadi anaerob


obligat dan anaerob fakultatif. Bakteri anaerob
obligat adalah bakteri yang tumbuh tanpa adanya
oksigen bebas. Jika ada oksigen bebas, bakteri
akan mati, contohnya Clostriduium. Bakteri anaerob
fakultatif adalah bakteri yang dapat tumbuh, baik
ada oksigen maupun tanpa oksigen bebas, contoh
Eschericia Coli dan Salmonella.
4. Klasifikasi Berdasarkan Suhu Pertumbuhan

a. Bakteri Psikrofil

Bakteri Psikrofil hidup dan tumbuh pada suhu


rendah, yaitu antara 0 30oC. Bakteri ini banyak
terdapat di dasar lautan, di daerah kutub, dan
juga pada bahan makanan menyebabkan
kualitas bahan makanan tersebut menurun dan
atau menjadi busuk. Contoh bakteri psikrofil
adalah Pseudomonas, Flavobacterium,
Achromobacter, dan Alcaligenes.
b. Bakteri Mesofil

Bakteri jenis ini hidup dan tumbuh pada suhu 25


40oC. Bakteri mesofil banyak terdapat pada tanah,
air, dan tubuh vertebrata. Salah satu contoh bakteri
mesofil adalah Escherichia coli.
c. Bakteri Termofil

Bakteri yang mampu hidup dan tumbuh pada suhu 45


75OC disebut bakteri termofil. Bakteri ini dapat ditemukan
di tempat-tempat yang bersuhu tinggi, misalnya tempat
pembuatan kompos. Selain itu,bakteri termofil juga
ditemukan pada suhu, tanah, dan air laut. Contoh bakteri
termofil adalah Thermus aquaticus, Sulfolobus
acidocaldarius, dan Chloroflexus.
d. Bakteri Hipertermofil

Bakteri hipertermofil hidup dan tumbuh pada suhu di atas


75oC, misalnya di mata air panas. Beberapa bakteri
bahkan dapat hidup pada suhu di atas 100oC.
Bakteri-bakteri termofil dan hipertermofil sekarang banyak
dicari oleh para ahli bioteknologi karena dapat
menghasilkan enzim-enzim penting yang digunakan
dalam industri makanan dan obat-obatan.
5. Klasifikasi Berdasarkan Hubungan Evolusi

a. Proteobacteria

Proteobacteria merupakan filum utama bakteri. Filum ini meliputi


bermacam-macam patogen, misalnya : Escherichia, Salmonella,
Vibrio, dan Helicobacter.
Semua Proteobacteria merupakan bakteri Gram negatif dengan
membran terluar tersusun atas lipopolisakarida.
Sebagian besar Proteobacteria bergerak menggunakan flagella,
tetapi yang lainnya tidak bergerak atau bergerak meluncur.
Proteobacteria juga memiliki bermacam-macam tipe metabolisme
meliputi fotoautotrof, kemoautotrof, dan kemoheterotrof. Sebagian
besar anggotanya merupakan organisme anaerob fakultatif atau
obligat. Proteobacteria menempati banyak relung ekologis.
b. Bakteri Gram Positif

Tidak semua anggota kelompok ini merupakan bakteri Gram


positif. Ada beberapa spesies yang merupakan Gram negatif. Hal
ini disebabkan mereka memiliki kesamaan molekuler dengan
bakteri Gram positif.
Anggota filum ini meliputi bakteri Streptococcus penyebab radang
tenggorok.
Bakteri-bakteri yang menghasilkan yoghurt dengan menghasilkan
asam laktat juga merupakan bakteri Gram positif.
Bakteri Gram positif juga ada yang menghasilkan antibiotik.
Beberapa jenis hidup di rongga mulut dan saluran pencernaan.
Contoh bakteri ini adalah Streptococcus dan Lactobacillus.
c. Spirocheta

Spirocheta beranggotakan bakteri-bakteri Gram negatif, berbentuk


spiral, dan merupakan organisme heterotrof.
Beberapa jenis Spirocheta merupakan organisme aerob, beberapa
jenis lainnya merupakan organisme anaerob.
Spirocheta hidup secara bebas, bersimbiosis, atau sebagai parasit.
Salah satu contoh Spirocheta adalah Treponema palladium,
penyebab penyakit menular seksual sifilis.
d. Cyanobacteria

Cyanobacteri adalah nama ilmiah untuk ganggang biru.


Ganggang biru ada yang bersel satu (uniseluler) dan ada yang bersel banyak.
Ganggang biru ada yang berbentuk benang (filamen) dan ada yang hidup berkoloni. Ukuran
selnya bervariasi dari 0,5 - 60 mm.
Sebagian besar ganggang biru memiliki semacam selubung berlendir yang disebut kapsul.
Kapsul merupakan bahan dari polisakarida atau lendir yang berfungsi untuk pertahanan dan
memudahkan pergerakan.
Reproduksi pada ganggang biru dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pembelahan biner,
pembelahan majemuk, frafmentasi, dan pembentukan akinet (spora istirahat).
Ganggang biru yang hidup di lapisan topsoil tanah dapat mengurangi erosi dengan cara
mengikat partikel-partikel tanah.
Beberapa jenis ganggang biru dapat bersimbiosis dengan lumut hati, lumut kerak, tumbuhan
paku, pakis haji, protozoa berflagela, dan ganggang sejati. Contohnya, Anabaena bersimbosis
dengan tanaman paku air (Azolla) untuk mengikat nitrogen di sawah.
6. Klasifikasi Bakteri Berdasarkan Bentuknya

a. Bentuk batang (Basil).

a b c

a. Basil Tunggal, b. Diplobasil, c. Streptobasil(mithushipharma.com)


b. Bentuk Bulat (Kokus).

Tipe- Tipe dari Bakteri Coccus (Wikipedia)


c. Bentuk Spiral.
7. Klasifikasi Bakteri Berdasarkan Kedudukan Alat Gerak

a. Kelompok bakteri monotrik

Bakteri pseudomonas aeruginosa dengan satu flagel di sisi ujung tubuhnya


b. Kelompok bakteri lofotrik

bakteri pseudomonas fluorescens dengan flagel lebih dari satu di salah satu
sisi tubuhnya
c. Kelompok bakteri amfitrik

bakteri aquaspirillum serpens dengan flagel pada kedua sisi tubuhnya yang
berfungsi sebagai alat gerak
d. Kelompok bakteri peritrik

Gambar bakteri salmonela typhosa dengan flagel diseluruh tubuh sebagai


alat geraknya
MEDIA PERTUMBUHAN
1. Agar Garam Mannitol

2. Agar McConkey

3. Agar Darah

4. Agar Eosin-Methylene Blue

5. Agar Darah Telurit

6. Agar Tioglikolat/Tarrozi (Perbenihan Anaerob)

7. Agar TCBS dan Agar Monsur

8. Agar Coklat atau Thayer-Martin

9. Medium Agar Lowenstein-Jensen


1. Agar Garam Mannitol

Mengandung konsentrasi garam tinggi (7,5% NaCl), yang dapat


menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri, kecuali
Staphylococcus. Media ini juga mengadakan fungsi differensial
karena mengandung karbohidrat mannitol, dimana beberapa
Staphylococcus dapat melakukan fermentasi , phenol red (pH
indikator) digunakan untuk mendeteksi adanya asam hasil fermentasi
manitol.
2. Agar Darah

Darah dimasukkan ke dalam medium untuk memperkaya


unsur dalam pembiakan mikroorganisme terpilih seperti
Streptococcus sp. Darah juga akan memperlihatkan sifat
hemolysis yang dimiliki Streptococcus.
3. Agar McConkey

Menghambat pengaruh kristal ungu terhadap pertumbuhan bakteri


Grampositif, selanjutnya bakteri Gram-negatif dapat diisolasi. Medium
dilengkapi dengan karbohidrat (laktosa), garam empedu, dan neutral red
sebagai pH indikator yang mampu membedakan bakteri enterik sebagai
dasar kemampuannya untuk memfermentasi laktosa.
4. Agar Eosin-Methylene Blue (EMB agar)
5. Agar Darah Telurit

Untuk menggisolasi Corynebacterium digunakan agar darah telurit


(Mc Leod), sebagai medium selektif, setelah inkubasi selama 24 jam
koloni bakteri terlihat berwarna abu-abu tua-hitam. Selanjutnya untuk
biakan murni Corynebacterium digunakan media perbenihan Loeffler
dalam tabung.
6. Agar Tioglikolat/Tarrozi (Perbenihan Anaerob)

Perbenihan tioglikolat, mengandung asam tioglikolat yang dapat


mengikat oksigen sehingga tercapai suasana anaerob dalam
perbenihan. Perbenihan Tarrozi, kaya akan enzim peroksidase
sehingga zat toksik (H2O2) yang dihasilkan Clostridium tetani berubah
menjadi tidak toksik (H2O dan O2) dan kuman dapat tumbuh terus
dalam perbenihan.
7. Agar TCBS dan Agar Monsur

Agar TCBS (thiosulfat citrat bile sucrose), Agar Monsur (mengandung


telurit gelatin agar atau kaldu agar alkalis yang mengandung Na-
tourokolat), digunakan untuk mengisolasi genus Vibrio. Setelah
diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37oC di atas media
berwarna hijau kehitaman koloni akan terlihat bundar berwarna
kuning muda, transculent dan permukaannya rata.
8. Agar Coklat atau Thayer-Martin

Medium agar coklat (Thayer-Martin) merupakan media terpilih untuk


genus Neisseria. Untuk pertumbuhannya diperlukan suasana anaerob
(fakultatif) dengan sedikit gas CO2 dan tidak boleh kekeringan,
sehingga pembiakan yang cocok digunakan dalam eksikator yang
diberi kapas basah pada bagian bawah Petri yang berisi biakan.
9. Medium Agar Lowenstein-Jensen

Medium agar padat tersebut banyak digunakan untuk perbenihan


genus Mycobacterium, bakteri ini dapat tumbuh walaupun dalam
waktu relatif lama, kecuali jenis atipik golongan rapid growers dapat
tumbuh dalam 3-7 hari.
PENGENDALIAN MIKROBA

1. Secara Umum

2. Secara Fisika

3. Secara Kimia
Cleaning
(kebersihan) Desinfeksi
dan Sanitasi

1. Secara
Umum

Sterilisasi
Antiseptis
2. Secara Fisika
a. Pemanasan Suhu Tinggi

Pendidihan

Pasteurisasi

Tyndalisasi

Autoklaf
b. Pendinginan dan Pembekuan

Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit atau


tidak sama sekali pada suhu 0 o C. Makanan akan tahan lama
jika disimpan di temperatur rendah untuk memperlambat laju
pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya mikroorganisme
(misalnya susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas bakteri.
Kasus psychrotrophs, dari psychrophiles memang benar
merupakan penyebab pembusukan yang biasa pada
makanan pada makanan yang didinginkan. Meskipun
beberapa mikroba masih dapat tumbuh dalam suhu sangat
dingin serendah minus 20 o C, unutuk kebanyakan makanan
diawetkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam
freezer rumah tangga.
c. Pengeringan (pengangkatan H2O)

Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada


keadaan kekurangan air(A w <0.90). Pengeringan sering
digunakan untuk mengawetkan makanan (misalnya
buah-buahan, biji-bijian, dll). Metode ini melibatkan
penghilangan air dari produk oleh panas, penguapan,
beku-pengeringan, dan penambahan garam atau
gula. Pengeringaan sel mikroba serta lingkungannya
sangat mengurangi atau menghentikan aktivitas
metabolik. Diikuti dengaan sejumlaah sel.
d. Radiasi (UV, x-ray, radiasi gamma)

Macam-macam radiasi yang digunakan:


Radiasi Ultraviolet
Cahaya Ultraviolet
Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
e. Filtrasi

Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan
bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan,
misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik
filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang
tersaring hanyalah bakteri saja.
Filter udara
Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan
partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA)
memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow).
3. Secara Kimia
a. Anti Mikroba

Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan
selaput lendir, dan tidak boleh digunakan secara
internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium,
dan deterjen.
Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh
mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme, dan
tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya
digunakan pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan, dll.
b. Pengawet

Merupakan bahan statis yang digunakan untuk


menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan paling
sering digunakan dalam makanan. Bahan yang dapat
digunakan tidak berbahaya jika masuk ke dalam tubuh
dan tidak beracun. Contohnya adalah kalsium
propionat, natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan
belerang dioksida.
c. Antibiotik

Antibiotik sintetik
Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari
mikroba maupun virus. Contohnya adalah sulfonilamid, isoniazid,
etambutol, AZT, asam nalidiksat dan kloramfenikol. Perlu
diperhatikan bahwa definisi mikrobiologi mengenai antibiotik
mengharuskan bahwa antibiotik akan digunakan untuk tujuan
membunuh mikroba dan tidak digunakan untuk terapi terhadap
penyakit yang tidak berasal dari mikroba. Oleh karena itu,
farmakologi membedakan kemoterapi agen mikrobiologi sebagai
"antibiotik sintetik".
Antibiotik Alami
Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang dapat membunuh atau
menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang
lebih luas antibiotik merupakan bahan kimia
yang berasal dari alam (dari semua jenis sel) yang
memiliki efek untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel-sel jenis lain. Sejak klinis antibiotik
sebagian besar dihasilkan oleh mikroorganisme dan
digunakan untuk membunuh atau menghambat Bakteri
menular.
Antibiotik semisintetik
Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang
molekulnya diproduksi suatu mikroba kemudian
dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan
sifat antimikroba antibiotik tersebut atau membuat
mereka unik agar dapat dipatenkan secara farmasi.
Jenis-jenis Antibiotik berdasarkan cara kerjannya:

Inhibitor pada sintesis dinding sel


Beta Laktam
Penisilin Ami
Semisintetik penisilin
Asam Klavulanat
Cephalolsporins
Bacitracin
Inhibitor
Inhibitor mengacaukan struktur membran sel atau menghambat fungsi membran
bakteri. Integritas dari luar membran sitoplasma sangat penting untuk bakteri, dan
senyawa yang mengacaukan membran dengan cepat membunuh sel.
Mempengaruhi pada Asam Nukleat
Kuinolon
Rifamycins
Inhibitor Kompetitif
Penghambat kompetitif merupakan daya kerja sebagian besar semua antibiotik
sintetik. Kebanyakan merupakan "analog faktor pertumbuhan", bahan kimia yang
secara struktural mirip dengan faktor pertumbuhan bakteri tetapi tidak memenuhi
fungsi metabolisme dalam sel. Beberapa antibiotik jenis merupakan bakteriostatik
dan beberapa bakterisida. Contoh antibiotik jenis ini adalah sulfonamid.

Anda mungkin juga menyukai