Anda di halaman 1dari 39

Isolasi Senyawa

Kuersetin dalam
Daun Jambu Biji
Paraswati 260110150043
Yeni Andriyani S 260110150044
Anggita Putri U 260110150055
Naomy Octavinna 260110150059
Ruth Michellee P 260110150065
Afina Dwi R 260110150066
Rizki Muhammad Z 260110150070
Ruth Anneke P 260110150074
Pramesthi Indah W 260110150077
Lestia Anggraeni 260110150079

2
Klasifikasi
Tanaman

Metode Deskripsi
Pemisahan Tanaman

Daun
Jambu
Biji
Karakterisasi Identifikasi
Senyawa Senyawa

Isolasi
Senyawa
Klasifikasi Tanaman
Domain : Eukaryota
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophyta
Subphylum : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Order : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Species : Psidium guajava

(CABI, 2017).

4
Deskripsi
Tanaman
5
Tumbuhan

Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan


banyak.
Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas,
berwarna cokelat kehijauan.
Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-
3 bunga, berwarna putih.
Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur,
berwarna hijau sampai hijau kekuningan.
Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna
putih kekuningan atau merah jambu.
Biji buah banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil.Keras,
berwarna kuning kecoklatan
(MMI, Depkes RI, 1977).
Daun

Daun tunggal, bulat telur, ujung tumpul, pangkal


membulat, tepi rata, panjang 6-14 cm, lebar 306 cm,
pertulangan menyirip, warna hijau kekuningan
(MMI, Depkes RI, 1977).
Makroskopik
Daun
Tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun 0,5 cm sampai 1
cm; helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat
memanjang, panjang 5 cm sampai 13 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm;
pinggir daun rata agak menggulung keatas; permukaan atas agak
licin, warna hijau kelabu; kelenjar minyak tampak sebagai bintik-
bintik berwarna gelap dan bila daun direndam tampak sebagai
bintik-bintik yang tembus cahaya; ibu tulang daun dan tulang cabang
menonjol pada permukaan bawah, bertulang (berpenulangan)
menyirip, warna putih kehijauan (MMI, Depkes RI, 1977).

Serbuk simplisia
Warna hijau keabu-abuan, bau khas aromatik, rasa khelat (MMI,
Depkes RI, 1977).

Ekstrak (pemerian)
Warna hitam kecokelatan, bau khas (alkohol) (MMI, Depkes RI,
1977).
Mikroskopik
Epidermis bawah: sel lebih kecil, pipih, terentang tangensial,
bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus.

Stomata: tipe anisolitik, banyak terdapat pada permukaan


bawah.
Mikroskopik
Rambut penutup: terdapat pada
kedua permukaan, lebih banyak
pada permukaan bawah, bentuk
kerucut ramping yang
umumnya agak bengkok, terdiri
dari 1 sel, berdinding tebal,
jernih, panjang rambut 150 m
sampai 300 m, pangkal rambut
kadang-kadang agak
membengkok, lumen kadang-
kadang mengandung zat
berwarna kuning kecoklatan.

Berkas Pengangkut
Identifikasi
Senyawa
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia adalah tahapan
awal untuk mengidentifikasi
kandungan kimia yang terkandung
dalam tumbuhan.

Tujuannya adalah untuk


menentukan golongan metabolit
sekunder yang mempunyai
aktivitas biologis yang ada dalam
tumbuhan
(Larasati, 2014).
Skrining Fitokimia
Senyawa Pereaksi Hasil
Flavonoid Amil alkohol Kuning hingga merah
Tanin Gelatin 1% Endapan Putih
Polifenolat FeCl3 Biru-Hitam
Kuinon KOH 5% Kuning
Alkaloid Mayer Endapan Putih
Dragendorff Endapan jingga kuning

Triterpenoid Liebermann Ungu


Steroid Liebermann Hijau Biru
Saponin Ditambahkan air panas, Terbentuk busa 1-10 yang
didinginkan dan kocok kuat stabil
Tidak hilag ditetesi HCl 2 N

Monoterpenoid dan Vanilin 10% dalam asam Warna warni


Seskuiterpenoid sulfat pekat

(Farnswort, 1966).
Flavonoid
Sejumlah kecil serbuk simplisia dan ekstrak
masing-masing dalam tabung reaksi dicampur
dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2
N.

Campuran dipanaskan di atas tangas air, lalu


disaring. Kepada filtrat dalam tabung reaksi
ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-
kuat.

Adanya flavonoid ditandai dengan


terbentuknya warna kuning hingga merah yang
dapat ditarik oleh amil alkohol (Farnsworth,
1966).
Identifikasi Kuersetin dengan KLT
Aluminium Klorida
Sinar UV : 365 nm
Fluoresensi : Biru pucat

Timbal (II) Asetat


Sinar UV : 365 nm
Fluoresensi : Kuning kejinggaan

N-Bromosuksinimida
Sinar UV : 365 nm
Fluoresensi : Biru pucat

Timah (IV) Klorida


Sinar UV : 365 nm
Fluoresensi : Merah-kuning

(Jork, 1990).
Isolasi
Senyawa
16
Metode Kromatografi Kolom
Fasa diam : Silika gel 60 G
Fasa gerak : Campuran pelarut n-Heksana : etil asetat
dengan perbandingan (9: 1);(8:2);(7:3);(6:4);(5:5).

(Pasaribu, dkk, 2014).

17
Metode Kromatografi Lapis Tipis
Prinsip kerja :

Proses isolasi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya


partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang
akan bergerak mengikuti kepolaran eluen.
Oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia
tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang
berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.

(Munson, 2010).

19
Prosedur :

Fraksi

- Ditotolkan pada lempeng KLTP secara garis lurus


- Di-elusi dengan pelarut tertentu
- Setelah elusi mencapai tanda batas, plat KLTP
dikerok pada Rf yang sesuai dengan standar

Serbuk hasil kerokan


lempeng KLTP

(Ikan, 1969).
Pelarut dan Rf dari Kuersetin
Karakterisasi
Senyawa

22
Karakterisasi Senyawa Kuersetin
dengan Spektrofotometri UV-Vis
Kegunaan spektrofotometri untuk mengukur jumlah
ikatan rangkap atau konjugasi aromatik dalam suatu
molekul (Supratman, 2010). Menurut Harmita (2007),
informasi yang dapat diperoleh dari alat ini yaitu berupa
panjang gelombang maksimum suatu senyawa.
Panjang gelombang cahaya ultraviolet adalah terentang
antara 200-400 nm sedangkan tampak berjangka 400
nm (ungu) ke 750 nm (merah) (Supratman,2010).

Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin


dilakukan dengan running larutan kuersetin pada range
panjang gelombang 400-450 nm (Aminah,2017)
Karakterisasi Senyawa Kuersetin
dengan Spektrofotometri UV-Vis
Istilah-istilah terkait senyawa yang mampu memberikan serapan
di daerah UV-Vis yakni dikenal dengan kromofor dan auksokrom.

Kromofor adalah suatu gugus kovalen tak jenuh yang


bertanggung jawab terhadap serapan elektronik (gugus
fungsi yang menyerap radiasi pada daerah ultraviolet).
Struktur kromofor ini memiliki ikatan rangkap terkonjugasi,
seperti benzen, diena, dan dienon.
Auksokrom adalah gugus jenuh bila terikat suatu kromofor
akan mempengaruhi panjang gelombang dan intensitas
serapan maksimum, yakni seperti OH, -NH2, -NO2, -Cl
(Kosela,2010).

Pelarut yang digunakan dalam pengukuran spektrum UV-Vis


harus pelarut yang tidak memberikan serapan pada panjang
gelombang pengukuran. Pelarut yang umumnya digunakan
adalah metanol, etanol, air, pentana, heksana, dan sikloheksana
(Supratman,2010).
Jenis pergeseran dalam spektrofotometer UV-Vis dapat dibedakan
menjadi pergeseran batikromik, hipsokromik, hiperkromik, dan
hipokromik.
Pergeseran batokromik atau pergeseran merah adalah pergeseran
serapan maksimum ke panjang gelombang yang lebih besar akibat
pengaruh pelarut atau substituen.
Pergeseran hipsokromik atau pergeseran biru adalah pergeseran
serapan maksimum ke panjang gelombang yang lebih pendek akibat
pelarut atau substituen.
Efek hiperkromik adalah efek yang mengakibatkan kenaikan
intensitas serapan dikarenakan oleh pekatnya konsentrasi zat
terlarut.
Efek hipokromik adalah efek yang menyebaban penurunan
intensitas serapan, diakibatkan oleh rendahnya konsentrasi zat
terlarut (Kosela,2010 ; Supratman,2010).
Running larutan kuersetin pada
Prosedur
Penentuan panjang range panjang gelombang 400-450
gelombang nm
maksimum(maks ) panjang gelombang maksimum
kuersetin yang didapat digunakan
untukmengukur serapan dari
sampel ekstrak etanol daun jambu
biji
Ditimbang 25 mg baku standar kuersetin dan dilarutkan dalam
25 ml etanol
Larutan stok dipipet sebanyak 1 ml dan dicukupkan volume
Pembuatan kurva hingga 10 ml dengan etanol sehingga didapat konsentrasi 100
standar kuersetin ppm
Dari larutan standar 100 ppm, dibuat beberapa konsentrasi yaitu
6 ppm,8ppm,12ppm, dan 14 ppm.
Masing-masing konsentrasi larutan standar kuersetin dipipet 1 ml
Lalu, ditambahkan 1 ml AlCl3 2% dan 1ml kalium asetat 120mM
Sampel diinkubasi selama 1 jam pada suhu kamar
Absorbansi ditentukan menggunakan metode spektro UV-Vis

Ditibang 15 mg ekstrak
Pentepan kadar Dilarutkan dalam 10 ml etanol,sehingga didapat
flavonoid total konsentrasi 1500 ppm
ekstrak etanol
daun jambu biji Dari larutan tersebut dipipet 1 ml lalu ditambahkan 1 ml
AlCl4 2% dan 1 ml kalium asetat 120 mM
Sampel diinkubasi selama 1 jam pada suhu kamar
Absorbansi ditentukan menggunakan metode spektro
UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang telah
didapatkan sebelumnya
Karakterisasi Kuersetin
dengan FTIR
Untuk menganalisa gugus fungsi yang terdapat
pada sampel. FTIR yang digunakan adalah
Spektrofotometer FTIR Spectrum One Perkin Elmer.
Pada analisis ini, sampel diteteskan ke plat KBr sebanyak
satu tetes, kemudian plat tersebut dimasukan ke dalam
holder. Selanjutnya, holder dipasangkan ke dalam
instrument FTIR dan dilakukan analisis gugus fungsinya
(Sumarlin, 2014).

27
Spektrum IR Standar Kuersetin
Karakterisasi Kuersetin
dengan NMR
Isolat flavonoid dikarakterisasi menggunakan IR, UV-Vis
dengan pereaksi geser (Markham,1988)

Penambahan pereaksi geser pada isolat murni flavonoid


bertujuan untuk mengetahui letak gugus hidroksi pada
flavonoid. Pereaksi geser yang digunakan antara lain
Natrium Hidroksida (NaOH), AlCl3, HCl,NaOAc dan
H3BO3 (Yuniati, dkk .2012)

29
Spektrum 1H-NMR Kuersetin
(Rivai dkk., 2012).
Metode
Pemisahan

32
Ekstraksi
Metode Soxhletasi

Prinsip kerja :
ekstraksi menggunakan pelarut selalu baru
dalam mengekstraknya sehingga terjadi
ektraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah
pelarut konstan yang juga dibantu dengan
pendingin balik (kondensor)
(Khamidinal, 2009)
Prosedur :

Serbuk simplisia

- Disimpan didalam timbal


- Penangas dinyalakan
- Biarkan hingga cairan pada sifon tidak berwarna

Ekstrak

(Khamidinal, 2009)
Fraksinasi
Metode Fraksinasi Cair-Cair

Fraksinasi adalah salah satu cara untuk menarik


senyawa yang terkandung dalam tanaman
berdasarkan sifat polaritasnya (Rahminiwati,
dkk., 2010).

Prinsip fraksinasi adalah didasarkan pada


perbedaan tingkat kepolaran dan perbedaan
bobot jenis antara dua fraksi, yakni fraksi yang
memiliki bobot jenis lebih besar akan berada
pada fase bawah, sedangkan fraksi yang
memiliki bobot jenis yang lebih kecil akan
berada pada fase atas (Budilaksono, dkk., 2014).
Fraksinasi
Tahapan FCC yaitu: mula-mula ekstrak disari
dengan pelarut non polar kemudian disari
dengan pelarut kurang polar dan terakhir disari
dengan pelarut polar (Harborne, 1987).
Fraksinasi
Mensuspensikan larutan ekstrak
Memfraksinasi filtrat menggunakan
dengan menggunakan air dingin
kloroform dalam corong pisah
yang telah didestilasi kemudian
sehingga didapatkan fraksi
disaring dengan menggunakan
kloroform dan fraksi air
kertas saring Whatman no. 1

Menguapkan hingga kering fraksi


Memfraksinasi filtrat secara
kloroform dan memfraksinasi
berurutan dengan menggunakan
kembali fraksi air dalam corong
kloroform, etil asetat dan n-butanol
pisah dengan etil asetat

Menguapkan hingga kering fraksi


Menghentikan fraksinasi dan
etil asetat dan memfraksinasi
menguapkan hingga kering fraksi
kembali fraksi air dalam corong
butanol dan lapisan air, melarutkan
pisah dengan n-butanol sehingga
masing-masing fraksi dengan
didapatkan fraksi butanol dan
metanol 5 mL
lapisan ai

(Cho et al., 2003; Motohashi et al., 2004).


Daftar Pustaka
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Terjemahan Ibrahim, F. Jakarta: UI Press.
Budilaksono, W., Sri Wahdaningsih, Andhi Fahrurroji. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi N-Heksana Kulit Buah
Naga Merah (Hylocereus lemairei Britton dan Rose) Menggunakan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikril Hidrazil).
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol. 1, No. 1
CABI. 2017. Psidium guajava. In: Invasive Species Compendium. Wallingford : CAB International. www.cabi.org/isc.
Cho, E.J., Yokozawa, D.Y. Rhyu, S.C. Kim, N. Shibahara and J.C Park. 2003. Study on the Inhibitory Effects of Korean
Medicinal Plants and Their Main Compounds on the 1, 1-diphenyl-2-picrylhydrazyl Radical. Phyomedicine
10:544-55.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Farnsworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal Pharmaceutical Science. Vol. 55., No.
3.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi Kedua. Bandung : ITB
Press.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Terbitan Kedua,
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro ITB, Bandung.
Ikan, R. 1969. Natural Products, a laboratory guide. New York: Academic Press.
Jork, Hellmut., et al. 1990. Thin-Layer Chromatography: Reagents and Detection Methods Physical and Chemical
Detection Methods: Fundamental, Reagents I, Vol. 1a. New York: NY VCH.
Khamidinal.2009. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kosela, S.2010. Cara Mudah dan Sederhana Penentuan Struktur Molekul Berdasarkan Spektra data (NMR, Mass, IR, UV).
Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.
Larasati. 2014. Fitokimia. Tersedia online di http://elearning.unsri.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=3294&parent=23232
[Diakses pada 21 september 2017].
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Penerjemah Kosasih Padmawinata.Bandung: ITB.
Munson, J.W. 2010. Analisis Farmasi. Surabaya : Airlangga University Press.
Pasaribu,Subur P, Erwin dan Putri Estiani.2014. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Daun Tumbuhan Kerehau
(Callicarpa Longifolia Lam.). Jurnal Kimia Mulawarman Vol.11 No.2 (80-83).
Rahminiwati, M., Aulia Andi Mustika, Siti Saadiah, Andriyanto, Soeripto, Unang P. 2010. Biopropeksi Ekstrak Jahe Gajah
Sebagai Anti-CRD : Kajian Aktivitas Antibakteri terhadap (Mycoplasma galliseptikum dan E.coli In Vitro. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia Vol. 15, No. 1, hlm. 7-13.
Rivai, Harrizul dkk. 2012. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dari Daun Dewa (Gynura Pseudochina (Lour.) Dc). Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman 84-91 ISSN : 1410-0177.
Stankovic, M.S., 2011. Total phenolic content, flavonoid concentration and antioxidant activity of Marrubium peregrinum L.
extracts. Kragujevac J Sci, 33(2011), pp.63- 72.
Sumarlin, La Ode., Anna Muawanah., Prita Wardhani., dan Masitoh. 2014. Aktivitas Antikanker dan Antioksidan
Madu di Pasaran Lokal Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Vol. 19 (3): 136-144. ISSN
0853 4217.
Supratman, U. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Bandung : Widya Padjadjaran, hal 10- 20.
Yuniati, wiwit wulan, dkk. 2012. isolasi, karakterisasi dan uji aktivitas antioksidan flavonoid dari ekstrak air kulit
batang ketapang kencana (terminalia muelleri Benth). Jurnal sains dan matematika.

Anda mungkin juga menyukai